Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FISIOTERAPI PADA KASUS POST OP CANCER


GYNECOMASTIA

STASE INTEGUMEN

Disusun Oleh :

Riska Febrianto Salehah


2110306099

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan tugas stase Integumen Pendidikan Fisioterapi Profesi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut (RSPAL) Dr.
Ramelan Surabaya Penyusunan tugas ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan,
arahan dan kerja sama dari semua pihak.Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat Kedua
orang tua saya yang senantiasa mendo’akan putrinya setiap hari dan setiap waktu
selama menjalankan pendidikan profesi
2. Bapak/Ibu Pembimbing lahan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
3. Bapak/Ibu Pembimbing Stase Integumen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan penyusunan tugas ini.

Surabaya,05 Februari 2022

Riska Febrianto Salehah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................................................2
D. Manfaat Makalah..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................3
A. Definisi Post op Ischemic (Post op Cancer gynecomastia)..........................................................3
B. Etiologi Cancer gynecomastia...................................................................................................... 4
C. Patofisiologi Cancer gynecomastia.............................................................................................. 4
D. Tanda dan Gejala cancer gynecomastia....................................................................................... 5
BAB III PROSES FISIOTERAPI.......................................................................................................... 6
A. Assesment Fisioterapi...................................................................................................................6
B. Diagnosa Fisioterapi..................................................................................................................... 9
C. Rencana Intervensi....................................................................................................................... 9
D. Intervensi Fisioterapi....................................................................................................................9
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. Manifestasi Klinis.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk


per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan
rumah tangga yang diselenggarakan Badan Litbangkes, ditemukan bahwa
1,4% dari seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Angka ini meningkat
menjadi 3,4% pada tahun 1980 dan 4,3% pada tahun 1986. WHO menyatakan
bahwa sepertiga dari seluruh kejadian kanker dapat dicegah, sepertiga lagi
dapat disembuhkan, dan sepertiga sisanya dapat dibebaskan dari rasa nyeri
jika diberikan pengobatan.
Kanker adalah suatu penyakit di mana terjadi pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Ada juga tumor
yang merupakan istilah umumnya digunakan untuk menyatakan adanya
benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan baru, tetapi bukan
radang. Oleh karena itu, dikenal istilah tumor jinak (benigna, benign) dan
tumor ganas (maligna, malignant) yang berarti kanker. Salah satu jenis tumor
jinak adalah gynecomastia.
Gynecomastia adalah pembesaran payudara pada laki-laki yang
disebabkan oleh peningkatan jaringan pada kelenjar payudara sebagai hasil
dari keseimbangan antara hormon estrogen dan testosteron di mana hormon
estrogen relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan hormon testosteron.
Pada kondisi ini (setelah operasi pengangkaan tumor), pasien merasakan nyeri
dan keterbatasan gerak pada bahu sehingga mengakibatkan pasien sulit untuk
beraktivitas.
Dalam hal ini, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri, mencegah
kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot sekitar
bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien. Modalitas
fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus ini
adalah infra red (IR), massage, dan terapi latihan.

1
2

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus post op cancer?

C. Tujuan Makalah

Untuk mengetahui perihal kasus integumen post op cancer payudara dan


bagaimana penatalaksanaan fisioterapi

D. Manfaat Makalah

1. Bagi Intitusi Rumah Sakit


Memberikan tambahan ilmu tentang bagaimana peran fisioterapi
terhadap kasus integumen post op cancer.
2. Bagi Profesi dan Mahasiswa
Sebagai bahan tambahan pengetahuan serta bahan bacaab bagi
fisioterapis agar dapat mengaplikasikan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
integumen post op cancer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Post op Ischemic (Post op Cancer gynecomastia)

Gynecomastia berasal dari kata Yunani “gyne”, berarti wanita, dan


“mastos”, berarti payudara. Gynecomasty merupakan sinonim, dan
gynaecomazia adalah istilah kuno. Gynecomastia adalah tumor jinak pada
payudara laki-laki (Mageed, 2007). Menurut Mageed (2007), gynaecomastia
terjadi secara fisiologis pada ⅔ laki-laki normal saat pubertas dan mungkin
masih berlangsung saat remaja. Pembesaran payudara yang sementara ini
biasanya berkurang secara spontan, tetapi hal tersebut mungkin berlangsung
saat remaja atau dewasa karena adanya hipertropi jaringan payudara,
kelebihan lemak, atau kombinasi antara keduanya. Karena belum matang atau
hipertropi yang idiopatik, pertimbangan masalah psikologis mungkin
bertambah besar.

Ada 2 tipe gynecomastia yaitu: a. True gynecomastia dikarenakan


adanya proliferasi jaringan ductus dan periductal b. Pseudogynaecomastia
dikarenakan adanya penurunan jaringan adiposa atau adanya kelebihan
sejumlah kulit. Sejumlah jaringan payudara normal, tetapi ada kelebihan
lemak di dalamnya. Penyebab yang lain karena adanya ketidakseimbangan
hormon sebagai berikut (Audihan, 2012) : a) malnutrisi, b) cirrhosis, c)
sindrom Klinefelter, d) infeksi, e) kecelakaan, f) kanker, g) gagal ginjal, h)

3
4

hipertiroidisme, dan i) obat- obatan yang menyebabkan gynecomastia


seperti spironolakton (diuretic), nifedifin, captopril, ketokonazol, metronidazol,
ranitidin, simetidin, omeprazol, obat HIV, diazepam, dan lain-lain. Modalitas
yang digunakan pada kondisi nyeri bahu kiri pasca operasi mastektomi
gynecomastia sinistra adalah sinar infra merah. Sinar infra merah adalah
pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700 – 4
juta Å. Efek terapeutik yang ditimbulkan dari pemberian infra merah adalah
mengurangi / menghilangkan rasa nyeri, rileksasi otot, meningkatkan suplai
darah, dan menghilangkan sisa-sisa metabolisme (Sujatno, 1993).

B. Etiologi Cancer gynecomastia

Etiologi gynecomastia dapat dieksplorasi berdasarkan penyebab


dan onset-nya, sehingga gynecomastia berdasarkan etiologinya dapat
diklasifikasikan menjadi fisiologis dan patologis. Gynecomastia fisiologi
terdiri dari newborn gynecomastia, adolescent gynecomastia, dan senescent
gynecomastia. Sedangkan gynecomastia patologis adalah secondary
gynecomastia, dan drug induced gynecomastia.
Diagnosis gynecomastia dapat ditegakkan berdasarkan keluhan pasien,
yaitu pembesaran atau bentuk payudara yang tidak ideal, serta dari
pemeriksaan fisik teraba kelenjar payudara atau deposit lemak yang berlebih
pada payudara. Pembesaran payudara yang tidak ideal juga dapat terjadi pada
wanita yang memiliki tumor jinak atau fibroadenoma mammae. Sekitar 65%
remaja pria mengalami transient / adolescent gynecomastia, karena adanya
perubahan hormonal, dan kondisi ini biasanya akan hilang dengan sendirinya
dalam waktu 1 - 2 tahun. Kondisi gynecomastia yang persisten atau
menyebabkan gangguan psikososial pada pasien, dapat ditata laksana dengan
terapi farmakologi dan bedah.

C. Patofisiologi Cancer gynecomastia

Patofisiologi gynecomastia adalah karena meningkatnya level hormon


estrogen pada tubuh pria, atau karena meningkatnya sensitivitas payudara pria
5

terhadap level estrogen yang normal. Estrogen akan menyebabkan hiperplasia


epitel duktus, elongasi duktus, proliferasi periduktus fibroblast, dan
meningkatkan vaskularisasi pada payudara. Peran estrogen ini sama pada
wanita maupun pria. Gynecomastia bisa bersifat fisiologis atau patologis.
Gynecomastia fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, remaja masa
pubertas, dan pria lansia. Sedangkan patologis terjadi karena penyakit atau
obat-obatan yang menyebabkan sekresi estrogen di testis meningkat atau
produksi testosterone menurun.

D. Tanda dan Gejala cancer gynecomastia

Payudara lebih besar dari laki-laki pada umumnya.


Ada jaringan yang mengeras dan meradang di bawah puting, dan dapat dirasakan oleh
tangan.
Ada sedikit rasa sakit pada payudara namun tidak serius.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Assesment Fisioterapi

1. Anamnesis pada kasus ini


anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien (auto anamnesis
dan heteroanamnesis jika pasien tidak mampu menjawab)

1) Keluhan utama
keluhan utama pasien pada kasus ini adalah adanya nyeri tak
jelas dan tak beraturan pada seluruh bagian yang terluka,
penurunan kekuatan otot, penurunan ROM, penurunan
kemampuan fungsional

2) Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit px sekarang tidak bisa menggambarkan nyeri
yang dirasakan dan kekakuan dan mati rasa pada bagian tubuh
yang terdapat luka terbuka.

3) Riwayat penyakit dahulu


Px tidak memiliki riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan sakit yang saat ini di rasakan oleh px.

4) Riwayat penyakit penyerta.


Px memiliki riwayat penyakit diabetis militus dan sindrome
metabolik, hipertensi dan obesitas

5) Riwayat pribadi
Px tidak memiliki pekerjaan khusus yang bersangkutan dengan
penyakit yang saat ini dirasakan

6) Riwayat keluarga
px memiliki keluargayang juga memiliki penyait yang sama
karena gula darah yang tinggi.

a. Anamnesis system
7

dilakukan untuk mengetahui tentang ada tidaknya keluhan atau


gangguan yang berhubungan dengan system yang lain didalam tubuh.

1) Kepala dan leher dalam anamnesis pasien apakah ada mengeluh


pusing dan kaku leher.

2) Kardiovaskuler dalam anamnesis pasien apakah ada keluhan nyeri


dada dan jantung berdebardebar.

3) Respirasi apakah ada keluhan sesak napas dan batuk.

4) Gastrointestinalis apakah ada keluhan mual, muntah, bab lancar


dan terkontrol.

5) Urogenetalis bak apkah lancar atau terkontrol.

6) Muskuloskeletal apakah mengalami pengecilan, penurunan


kekuatan otot penggerak dan keterbatasan pada area yang terkena
atau anggota gerak lainnya

7) Nervorum apakah ada keluhan kesemutan

2. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

a. Vital sign terdiri dari ;

(1) tekanan darah

(2) Nadi

(3) Pernapasan

(4) Temperatur

(5) tinggi badan

(6) berat badan.

b. Inspeksi dari pemeriksaan inspeksi statis apakah ada atropi pada


tungkai atau kontraktur, sedangkan inspeksi secara dinamis dapat
diamati bahwa pada saat berjalan tidak normal/pincang dan badan
membungkuk.
8

c. Palpasi palpasi pada kasus ini untuk menentukan apakah ada odeam,
spasme, nyeri dan suhu local pada sisi yang

d. Perkusi pada kondisi ini perkusi tidak dilakukan.

e. Auskultasi pada kasus ini auskultasi tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan gerak pemeriksaan gerak ini meliputi pemeriksaan gerak


aktif dan pemeriksaan gerak pasif.

a. Pemeriksaan gerak aktif pada kasus ini pemeriksaan gerak aktif


dilakukan mandiri oleh pasien dengan posisi ternyaman pasien.

b. Pemeriksaan gerak pasif pada kasus ini mengukur rom pada anggota
gerak atas maupun bawah dengan endfeel

c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan pada kasus ini pasien di


minta untuk menggerakan anggota gerak dengan di beri tahanan pada
bagian distal dengan tahanan minimal maupun maksimal oleh trapis.

4. Pemeriksaan kognitif, intrapersonal dan interpersonal pemeriksaan


kognitif apakah memori pasien bagus, pasien mampu memahami dan
mengikuti instruksi terapis dengan baik. Pemeriksaan intrapersonal
apakah mempunyai semangat untuk cepat sembuh. Pemeriksaan
interpersonal apakah pasien mampu berkomunikasi dan berinteraksi
dengan terapis dan lingkungan asrama.

5. Pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas pemeriksaan fungsional


dan aktivitas meliputi :

a. Fungsional dasar pada kasus ini apakah pasien mengalami kesulitan


atau gangguan saat melakukan aktifitas fungsional dasar seperti
berdiri keduduk serta duduk keberdiri.

b. Aktivitas fungsional : pada kasus ini, apakah pasien mampu berjalan


dan naik turun tangga meski dengan atau tanpa bantuan.

6. Pemeriksaan spesifik pemeriksaan fisik ini meliputi :


A. Pemeriksaan lingkup gerak sendi
B. Pemeriksaan panjang tungkai
9

C. Akivitas fungsional berupa makan, berpindah dari kursi roda ketempat


tidur dan sebaliknya/termasuk duduk ditempat tidur, kebersihan diri
(mencuci muka, menyisir, mencukur dan menggosok gigi), aktifitas
ditoilet (menyemprot, mengelap), mandi, berjalan ditempat datar (jika
tidak mampu jalan melakukannya dengan kursi roda), naik turun tangga ,
berpakaian (termasuk mengenakan sepatu), mengontrol bab, mengontrol
bak.

B. Diagnosa Fisioterapi
1. Impairment
a) Gangguan sensasi nyeri
b) Keterbatasan rom
c) Gangguan gait
2. Fungsional Limitation
a) Kemampuan aktivitas keseharian menurun
b) Kesulitan dalam fokus melakukan suatu aktivitas
3. Participation Restriction
a) Tidak dapat berbaur dan bersosialisasi dengan masyarakat
b) Tidak melakuakn aktivitas rekreasi karena tidak tertarik

C. Rencana Intervensi
1. Tujuan jangka pendek :
a) Mengurangi rasa nyeri
b) Meningkatkan rom pada aga dan agb
c) Perbaikan posture dan pola asuh diri mandiri
2. Tujuan jangka panjang :
Mengembalikan kehidupan normal (dengan mandiri)

D. Intervensi Fisioterapi

1. Chest Physiotherapy
Latihan ini penting dilakukan untuk membantu meningkatkan kapasitas
aerobik (jantung-paru). Selain itu, latihan pernapasan dalam umum dilakukan
10

untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang normal juga mencegah


komplikasi paru.
2. Myofascial Release
Myofacial release dan mobilisasi jaringan lunak dapat mengurangi spasme
otot sehingga mengurangi rasa sakit dan kelemahan otot.
3. Lymphatic Drainage Massage
Teknik ini dirancang untuk membantu mengurangi risiko limfedema
(pembengkakan lengan) sehingga mendapatkan kembali lingkup gerak pada
lengan dan bahu.
4. Latihan Peregangan dan Penguatan
Selama menjalani prosedur ini akan dibantu oleh fisioterapis yang sudah
terlatih untuk memastikan Anda melakukan gerakan dengan benar. Latihan ini
harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara umum. Biasanya tidak
disarankan dilakukan pada waktu tertentu, seperti 4 hingga 6 minggu setelah
operasi.
5. Modalitas yang digunakan pada kondisi nyeri bahu kiri pasca operasi
mastektomi gynecomastia sinistra adalah sinar infra merah. Sinar infra merah
adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700
– 4 juta Å. Efek terapeutik yang ditimbulkan dari pemberian infra merah
adalah mengurangi / menghilangkan rasa nyeri, rileksasi otot, meningkatkan
suplai darah, dan menghilangkan sisa-sisa metabolisme (Sujatno, 1993).
Modalitas yang lain adalah massage. Massage adalah manipulasi secara teratur
dan ilmiah pada jaringan lunak tubuh. Pengertian massage adalah teknik yang
diaplikasikan dengan menggunakan tangan, untuk menghasilkan efek
fisiologis, mekanik dan psikologis untuk jenis pengobatan. Efek pemberian
massage membantu mengurangi bengkak, membantu aliran darah vena, dan
membantu aliran limfe.
BAB IV
PENUTUP

A. Manifestasi Klinis

Dari intervensi yang telah dilakukan oleh fisioterapi pada kasus post op
cancer gynecomastia, tidak banyak yang dapat dilakukan selain memperthankan
kekuatan otot, lingkup gerak sendi dan menurunkan nyeri dengan positioning
yang baik dan benar. diharapkan akan ada perubahan yang sangat signifikan pada
penurunan nyeri dan juga ROM yang harus menambah pada pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Swerdloff, R. S., & Ng, C. M. (2019). Gynecomastia: Etiology, Diagnosis, and


Treatment. In K. R. Feingold (Eds.) et. al., Endotext. MDText.com, Inc.

12

Anda mungkin juga menyukai