Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PATOFISIOLOGI

Keganasan Sel Terkait Kanker


Dosen Pembimbing : Petrus Nugroho Djoko Santoso, S.Kp.,MMR

Disusun Oleh :

1. Rofiatun Nisa (P1337420319001)


2. Shinta Rizqotul A’la (P1337420319002)
3. Indah Viviana (P1337420319017)
4. Abidah Anggitya (P1337420319021)
5. Ika rahmawati (P1337420319030)
6. Refita Herayani (P1337420319032)
7. Kholifatus Sa’adah (P1337420319033)
8. Indah Tamara Nuva (P1337420319036)
9. Amanda Jennie A. (P1337420319045)
10. Vanny Bhekti Oktaviyana (P1337420319048)
11. Dewi Safitri (P1337420319053)
12. Cicin marningsih (P1337420319059)
13. Rofifah Devi Agustin (P1337420319062)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D3 KEPERAWATAN PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keganasan Sel Terkait
Kanker”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi. Di


samping itu, penulis juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi
dalam menunjang pengetahuan berbagai pihak khususnya para mahasiswa.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pekalongan, 23 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................   i


DAFTAR ISI ..............................................................................................   ii
BAB I      PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................   3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................  3
1.3 Tujuan ...................................................................................  3
BAB II .. PEMBAHASAN
2.1. Kebiasaan tidur yang berbahaya bagi wanita ......................   4
2.2. Dampak tidur dengan lampu yang menyala bagi wanita ....   4
2.3. Bagaimana tidur yang menyehatkan bagi wanita ................   7
BAB III   PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................   8
3.2. Saran ....................................................................................   9
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia dan hiperplasia.
Neoplasia adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan berproliferasi secara
tidak normal dan invasif, displasia yaitu kondisi sel yang tidak berkembang
normal dengan indikasi adanya perubahan pada nukleus (inti sel), hyperplasi
merupakan kondisi sel normal pada jaringan mengalami pertumbuhan berlebihan.
Pertumbuhan sel yang tidak terkendali ini dapat mengganggu fungsi kerja
organ-organ tubuh. Hasil pemeriksaan dokter tentang tingkat perkembangan sel
kanker, ukuran tumor, dan penyebarannya, akan memberi gambaran stadium
kanker. Stadium kanker bermanfaat bagi dokter untuk memahami seberapa parah
kanker yang dialami, berikut dengan peluang hidup penderita kanker. Selain itu
juga dapat menjadi bahan pertimbangan dokter untuk menentukan rencana
penanganan terbaik, yang paling sesuai dengan kondisi fisik penderita kanker
tersebut.
Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia.
Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini tidak
menimbulkan gejala pada awal perkembangannya. Pada tahun 2014, lebih dari 1,5
juta orang Indonesia meninggal karena penyakit kanker. Di Indonesia, jenis
kanker yang menyebabkan kematian terbanyak pada pria adalah kanker paru-paru,
sedangkan jenis kanker penyebab kematian terbanyak pada wanita adalah kanker
payudara.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian kanker mamae, kanker paru-paru, kanker otak dan kanker
serviks
2. Penyebab kanker mamae, kanker paru-paru, kanker otak dan kanker
serviks
3. Cara penanganan dan pengobatan kanker mamae, kanker paru-paru,
kanker otak dan kanker serviks

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kanker mamae, kanker paru-paru, kanker otak
dan kanker serviks
2. Mengetahui penyebab kanker mamae, kanker paru-paru, kanker otak
dan kanker serviks
3. Mengetahui cara penanganan dan pengobatan kanker mamae, kanker
paru-paru, kanker otak dan kanker serviks
BAB II

PEMBAHASAN

I. Kanker Payudara

A. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya, sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan pada payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol sel sel
kanker bisa bermetastate pada bagian bagian tubuh lain. Metastase bisa
terjadi pada kelenjar getah bening atau ketiak atau tulang belikat. Selain
sel sel kanker bisa bersarang di tulang, paru paru, hati, kulit, dan bawah
kulit. Kanker payudara terjadi akibat adanya onkogen yang menyebabkan
sel normal yang menajdi sel kanker pada jaringan payudara.

B. Penyebab Keganasan Pada Payudara

Sebab sebabnya masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson,
1995), namun ada bebarapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya payudara, yaitu :

 Mekanisme Hormonal

Steroid endogen (ekstradiol dan progesterone) apabila mengalami


perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor
pertumbuhan bagi kanker payudara

 Virus

Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan
adanya masa abnormal pada sel yang sedang mengalami poliferasi

 Genetik

Kanker payudara yang bersifat herediter dapat terjadi karena


adanya linkage genetic autosomal dominan (Reeder, Martin 1997)
Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien
dengan riwayat keluarga kanker payudara dan ovarium
(Robbin&kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53
(murray, 2002)

 Defisiensi imun

Defisiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan


produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
poliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas anti
tumor.

Etiologi kanker payudara tidak diketahui pasti, namun bberapa


faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian
kanker payudara itu:

a. Tinggi melebihi 170 cm

b. Masa reproduksi yang relatif panjang

c. Faktor genetik

d. Kanker payudara yang terdahulu

e. Keluarga

f. Kelainan payudara (benigna)

g. Makanan, berat badan, dan faaktor resiko lain.

h. Faktor endokrin dan reproduksi

i. Obat anti konseptiva oral

C. Cara Pengobatan Kanker Payudara


1. Bedah Lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak
terlalu besar.
2. Bedah Mastektomi
Bedah mastektomi yaitu bedah yang dilakukan untuk mengangkat
seluruh jaringan di payudara.
3. Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening
Pengangkatan kelenjar getah bening dapat ilakukan bersamaan dengan
operasi pengangakatan tumor di payudara, atau dilakukan secara
terpisah.
4. Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah radioterapi
atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tiggi,
seperti sinar X dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan
menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan mesin(radioterapi
eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam
tuubuh pasien.
5. Terapi Hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron,
pasien bisa menggunakan penghambat estogen, seperti tamoxifen. Obat
ini bisa digunakan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkanobat
penghambat aromatase, seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane,
untuk menghambat produksi hormon estrogen pada wanita yang telah
melewati masa menopause. Sedangkan yang belum menopause
menggunakan hormon pelepas gonadotropin , seperti goserelin.
6. Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy),
bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat
prosedur bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun tidak terlihat
meski dengan tes pemindaian. Sedangkan kemoterapi yang dilakukan
sebelum bedah, (neoadjuvant chemotherapy) bertujuan untuk
menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat dengan pembedahan.
Jenis obat yang digunakan pada kedua kemoterapi ini adalah
anthracylines(doxorubicin dan epirubicin), taxanes(paclitaxel dan
docetaxel), cyclophosphamide, carboplatin dan 5-fluorouracil.
7. Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi
ini menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa
merusak sel-sel yang sehat.
D. Patofisiologi

II. Kanker Paru-Paru

A. Pengertian Kanker Paru-Paru


Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri(primer). Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus(karsinoma bronkus=brochogenic carcinoma).

Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai


hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di
Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada
tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data
WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada
perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian akibat
kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua pada perempuan.

B. Gejala Klinis Kanker Paru

Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk, sesak nafas, atau nyeri
dada yang muncul atau tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa
pada “Kelompok Resiko” harus ditindak lanjuti untuk preosedur diagnosis
kanker paru. Gejala lainnya seperti efusi pleura, efusi perikard, sindorm
vena kava superior, disfagia, pancoast syndrome, paralisis diafragma.
Pancoast syndrome merupakan kumpulan gejala dari kanker paru yang
tumbuh di sulkus superior, yang menyebabkan invasi pleksus brakial
sehingga menyebabkan nyeri pada lengan.
Keluhan suara serak menandakan telah terjadi kelumpuhan saraf atau
gangguan pada pita suara. Gejala klinis sistemik yang juga kadang
menyertai adalah penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu
makan menurun, demam hilang timbul. Gejala yang berkaitan dengan
gangguan neurologis sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak
atau tulang belakang. Nyeri tulang sering menjadi gejal awal pada kanker
yang telah menyebar ke tulang. Gejala lainnya adalah paraneoplastik,
seperti nyeri muskuloskeletal, hematologi, vaskuler, neurologi, dan lain-
lain.

C. Patofisiologi kanker paru


1. Tahap Pre Patogenesis

Pada tahap ini penderita masih dalam keadaan sehat, namun penderita
mempunyai faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker paru. Faktor
resiko tersebut adalah merokok, bahaya industri, polusi udara, lingkungan
yang terdapat banyak perokok, makanan, dan kecenderungan familial.
(Price, 2006)

2. Tahap Subklinis

Fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.


(Sudoyo, 2009)

3. Tahap Klinis
a. Gejala Intrapulmoner, meliputi batuk, batuk darah, sesak nafas, dan
nyeri dada.
b. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner, meliputi efusi pleura,
pneumotoraks, efusi perikardium, gangguan menelan, sindron vena
kava superior, suara serak, gangguan diafragma, kerusakan nervus
vagus, tumor pancoast, dan sindrom horner.
c. Gejala Ekstratorasik Metastatik, meliputi susunan saraf pusat,
metastasis ke tulang, metastatis ke hepar, metastatis ke
gastrointestinal, metastatis ke kulit, dan metastasis ke adrenal.
d. Sindron paraneoplastik adalah sindrom akibat produksi bahan
aktif biologi oleh sel-sel tumor, subtansi ini menimbulkan efek
walaupun letaknya jauh dari tumor. (Taufik, 2007)
4. Tahap Penyakit Lanjut
Pasien mengalami anoreksia, lelah yang berlebihan, dan penurunan
berat badan. (Price, 2006)
5. Tahap Terminal
Dengan adanya pengobatan dan terapi yang dilakukan dapat
meningkatkan harapan hidup bagi pasiennya namum banyak pasien
yang meninggal karena komplikasi dan kanker sudah bermetastasis ke
organ lainya. (Sudoyo, 2009)

D. Pengobatan Kanker Paru-paru


Penanganan utama terhadap kanker paru-paru stadium awal
adalah melalui operasi. Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka
penanganan dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi. Selain
itu, ada beberapa jenis pengobatan lain untuk menangani kanker paru-paru,
yaitu terapi target, terapi ablasi, terapi fotodinamik, dan krioterapi.

III. Kanker Otak

A. Pengertian Kanker Otak


Kanker otak adalah pertumbuhan sel tidak normal (tumor) pada otak yang
bersifat ganas. Sel kanker dapat menguasai dan mengambil ruang, darah,
serta nutrisi dari sel sehat dalam tubuh.
Berdasarkan jenis selnya, tumor otak dapat bersifat jinak atau ganas.
Tumor ganas pada otak atau kanker otak cenderung tumbuh lebih cepat
dan menyebar ke bagian tubuh lain, serta dapat muncul kembali walaupun
sudah diangkat.
B. Penyebab Kanker Otak
Kanker otak terjadi ketika salah satu tipe sel berubah dari karakteristik
normalnya, dan tumbuh secara tidak terkendali. Pertumbuhan abnormal ini
dapat menjadi massa atau tumor. Meski demikian, penyebab pasti
perubahan sel masih belum dapat dipastikan.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita kanker otak:
 Radiasi pada kepala. Paparan radiasi di kepala, seperti radioterapi
atau CT scan membuat seseorang lebih berisiko menderita kanker
otak, terutama glioma ganas.
 Memiliki penyakit genetik, misalnya sindrom Gorlin, sindrom
Turner, Von Hippel-Lindau, Li-Fraumani, tuberous sclerosis, atau
neurofibromatosis tipe 1 dan 2.
 Menderita HIV/AIDS. Penyakit ini dapat menurunkan imunitas
tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker, termasuk
kanker otak.
 Riwayat kanker dalam keluarga.
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Kondisi berat badan
dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30, meningkatkan
risiko terjadinya beberapa jenis kanker otak.
 Kebiasaan merokok.
 Hidup di daerah dengan tingkat polusi dan pencemaran lingkungan
yang tinggi.
C. Pengobatan Kanker Otak
Pengobatan kanker otak dilakukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu usia
dan kondisi kesehatan penderita secara umum, juga lokasi, ukuran, dan
jenis tumor. Pilihan tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker
otak, di antaranya adalah operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi.

Operasi
Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin dan
meredakan gejala kanker otak. Umumnya, operasi dilakukan untuk
membantu keberhasilan terapi lainnya. Terdapat beberapa metode operasi
kanker otak, antara lain:
Kraniotomi. Dokter akan membelah tulang dari rangka kepala pada
lokasi tumor yang diketahui dari pemindaian. Setelah tumor diangkat,
potongan tulang akan dipasang kembali menggunakan pengaman berupa
briket logam kecil.
Neuroendoskopi. Dalam prosedur ini, tumor akan diangkat melalui
lubang kecil yang dibuat pada rangka kepala.
Operasi melalui hidung (transsphenoidal surgery). Operasi ini dilakukan
untuk mengangkat tumor pada kelenjar pituituri, tanpa melakukan
pembedahan rangka kepala. Dalam, transsphenoidal surgery, dokter akan
memasukkan selang berkamera melalui hidung pasien untuk memotong
dan mengeluarkan tumor.

Kemoterapi
Dalam terapi ini, obat antikanker dimasukkan dalam tubuh untuk
membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilaksanakan pasca operasi untuk
mencegah tumor muncul kembali, dan memperpanjang usia harapan hidup
penderita.
Dalam kemoterapi, obat yang dapat digunakan adalah temozolomide atau
vincristine. Untuk pasien anak-anak, dapat diberikan obat
cyclophosphamide, vincristine, cisplatin, etoposide, carboplatin, atau
methotrexate. Obat-obatan tersebut dapat diberikan sebagai obat tunggal
atau dikombinasikan.
Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul yang
diminum, suntikan pada cairan otak dan tulang belakang, serta suntikan
pada pembuluh darah vena. Pelaksanaan kemoterapi dilakukan dalam
suatu siklus yang terdiri dari pemberian obat dan masa istirahat. Tiap
siklus biasanya berlangsung selama beberapa minggu.
Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah,
sariawan, kehilangan selera makan, rambut rontok, kulit menjadi sensitif
terhadap cahaya matahari, serta tubuh terasa lemah atau lelah. Selain itu,
kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko infeksi.
Radioterapi
Dalam radioterapi, sinar berenergi tinggi diarahkan pada lokasi tumor
untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali.
Radioterapi dilakukan untuk menghilangkan tumor yang tidak bisa
diangkat dengan cara operasi, serta menurunkan risiko tumor muncul
kembali. Radioterapi dilakukan dalam serangkaian terapi, selama 3-7
minggu.
Radioterapi bisa dilakukan dari luar (eksternal) yang ditujukan langsung
pada tumor, atau menggunakan kapsul radioaktif yang ditempatkan dalam
tumor (internal). Serupa dengan kemoterapi, radioterapi juga memiliki
beberapa efek samping. Di antaranya rambut rontok, tubuh lelah, dan rasa
tidak enak badan.
Selain kedua radioterapi tersebut, terdapat teknik yang disebut stereotactic
radiosurgery. Dengan terapi ini, tumor dapat dihancurkan tanpa membedah
rangka kepala. Dokter akan menggunakan bantuan CT scan atau MRI
untuk menentukan posisi tumor. Selanjutnya, tumor dipotong dengan
mengunakan pisau gamma atau pisau cyber. Radioterapi jenis ini memiliki
lebih sedikit komplikasi dibanding operasi biasa, dengan waktu pemulihan
yang juga lebih cepat.
Kanker otak dapat tumbuh di beberapa bagian otak yang mengendalikan
kemampuan bergerak, bicara, penglihatan, atau proses berpikir. Oleh
karena itu, pasca pengobatan diperlukan fisioterapi jika terjadi gangguan
fungsi tubuh. Fisioterapi yang bisa dilakukan meliputi terapi fisik untuk
mengembalikan fungsi bergerak atau kekuatan otot, terapi okupasi untuk
membantu pasien melakukan kegiatan secara normal, serta terapi bicara
bagi pasien yang memiliki gangguan bicara.
Peran keluarga dan teman sangat penting dalam membantu penyembuhan
penderita. Selain teman dan keluarga, dukungan juga bisa didapat dari
konselor, pekerja sosial, atau agamawan untuk membantu membahas apa
yang dirasakan dan dikhawatirkan penderita.

IV. Kanker Serviks


A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim.
Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu
fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu
menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual.
Selain itu, serviks juga akan menutup saat kehamilan untuk menjaga janin
tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat proses persalinan
berlangsung.

B. Penyebab Kanker Serviks

Serviks alias leher rahim merupakan bagian terendah dari rahim (uterus)
wanita, sehingga bisa dikatakan sebagai penghubung antara rahim dengan
vagina. Pertumbuhan kanker serviks dimulai dari adanya sel-sel tidak
normal (abnormal) di dalam serviks.

Sel-sel tersebut kemudian tumbuh dan berkembang dengan cepat serta


tidak terkendali. Akibatnya, sel-sel abnormal akan berkembang dan
membentuk suatu tumor pada serviks. Tumor inilah yang nantinya dapat
berkembang dan menjadi penyebab kanker serviks.

Bukan di dalam serviks saja, tumor yang berpotensi menjadi penyebab


kanker ini juga dapat tumbuh sampai ke jaringan leher rahim yang lebih
dalam, bahkan  menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastasis).
Ambil contohnya seperti paru-paru, hati, kandung kemih, serta vagina.

Penyebab kanker serviks tidak bisa disepelekan. Pasalnya, kanker serviks


menempati urutan ke-4 sebagai salah satu penyakit kanker yang paling
sering terjadi pada wanita, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia
WHO. Oleh karenanya, Anda harus terus berhati-hati dengan segala
kondisi yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kanker serviks.
Penyebaran virus HPV (human papilloma virus) disebut-sebut sebagai
salah satu kondisi yang bisa menjadi penyebab kanker serviks.

C. Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks umumnya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal.


Gejala baru muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi
tersebut, gejala yang muncul bisa berupa:

 Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan


intim, atau setelah menopause.
 Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur
darah.
 Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.
 Nyeri panggul.

Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala


lain yang dapat muncul meliputi:

 Diare.
 Mual dan muntah.
 Kejang.
 Kehilangan selera makan.
 Penurunan berat badan.
 Perut membengkak.
 Nyeri saat buang air kecil.
 Terdapat darah dalam urine (hematuria).
 Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
 Pembengkakan pada kaki.
 Tubuh mudah lelah.

D. Diagnosis Kanker Serviks

Deteksi kanker serviks sejak dini, akan meningkatkan kemungkinan


keberhasilan pengobatan. Karena itu, dokter akan menganjurkan skrining
kanker serviks, meliputi:

 Pap smear. Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan


alat khusus yang dinamakan spekulum atau cocor bebek, kemudian
mengambil sampel sel dari leher rahim dengan mengikis jaringan serviks
dengan sikat khusus untuk diteliti di laboratorium. Melalui pap smear,
keberadaan sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker dapat
dideteksi.
 Pemeriksaan HPV DNA. Sama seperti pap smear, dokter akan
menggunakan spekulum untuk membuka vagina dan mengambil sampel
sel dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Bedanya, tes HPV
DNA bertujuan mendeteksi keberadaan virus HPV yang dapat memicu
kanker serviks.

E. Pengobatan Kanker Serviks

Pengobatan terhadap kanker serviks meliputi bedah, kemoterapi,


radioterapi, atau kombinasi ketiganya. Metode yang dipilih tergantung
kepada beberapa faktor, yaitu stadium kanker, jenis kanker, serta kondisi
kesehatan pasien. Sejumlah pengobatan yang dapat dilakukan pada kanker
serviks meliputi:

Bedah

Beberapa metode bedah dapat menangani kanker serviks, terutama pada


stadium awal. Di antaranya adalah:

Bedah laser. Bedah laser bertujuan menghancurkan sel kanker dengan


menembakkan sinar laser melalui vagina.

Cryosurgery. Cyrosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan


dan menghancurkan sel kanker.

Konisasi atau biopsi kerucut. Prosedur ini bertujuan mengangkat sel


kanker menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri
listrik (LEEP). Metode konisasi yang dipilih tergantung pada lokasi dan
jenis kanker.

Histerektomi. Histerektomi adalah bedah untuk mengangkat rahim


(uterus) dan leher rahim (serviks). Pengangkatan sel kanker dapat
dilakukan melalui sayatan di perut (abdominal hysterectomy), atau dengan
laparoskopi (laparoscopic hysterectomy). Selain dua metode tersebut,
kanker juga bisa diangkat melalui vagina (vaginal hysterectomy).

Pada kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga akan mengangkat area
vagina, serta ligamen dan jaringan di sekitarnya. Selain itu, ovarium
(indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening di
sekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal.

Perlu diketahui bahwa histerektomi akan membuat pasien tidak lagi bisa
memiliki anak, dan mengakibatkan menopause pada wanita yang
seharusnya belum mengalaminya. Selain itu, histerektomi juga dapat
menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti infeksi, perdarahan,
terbentuknya gumpalan darah, dan cedera pada kandung kemih, ureter
(saluran urine dari ginjal ke kandung kemih), atau rektum.

Sedangkan pada kasus yang jarang, komplikasi jangka panjang yang dapat
terjadi adalah limfedema (pembengkakan pada lengan dan tungkai akibat
penyumbatan saluran getah bening) dan inkontinensia urine (urine keluar
tidak terkontrol). Kemungkinan komplikasi lainnya dapat berupa
timbulnya sumbatan pada usus akibat terbentuknya jaringan parut, dan
nyeri saat berhubungan seks akibat vagina yang terlalu pendek dan kering.

Trakelektomi radikal. Bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks,


vagina bagian atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul, melalui
laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat, dan
disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien masih
memungkinkan memiliki anak.

Bilateral salpingo oophorectomy. Bedah ini digunakan untuk mengangkat


kedua ovarium dan tuba falopi.

Pelvic exenteration. Pelvic exenterationadalah operasi besar yang hanya


disarankan jika kanker serviks kambuh kembali setelah sempat sembuh.
Operasi ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum
menyebar ke wilayah lain.

Ada dua tahapan pelvic exenteration yang harus dilewati. Di tahap


pertama, kanker dan vagina akan diangkat. Kandung kemih dan rektum
juga mungkin ikut diangkat. Lalu pada tahap kedua, 1-2 lubang (stoma)
akan dibuat di perut sebagai jalan untuk mengeluarkan urine dan feses.
Kotoran yang dibuang dimasukkan ke dalam kantung penyimpanan yang
disebut kantung kolostomi.

Setelah prosedur bedah selesai, dokter akan menggunakan kulit dan


jaringan dari bagian tubuh lain untuk membuat vagina baru.

Radioterapi

Radioterapi adalah metode pengobatan kanker yang menggunakan sinar


radiasi tinggi untuk membunuh sel kanker. Untuk kanker serviks stadium
awal, radioterapi bisa dijalankan sebagai pengobatan tunggal atau
dikombinasikan dengan bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium
lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan bersama kemoterapi untuk
mengendalikan nyeri dan perdarahan.

Radioterapi bisa diberikan dengan dua cara, yaitu:

1. Radioterapi eksternal. Radioterapi eksternal atau disebut juga external


beam radiation therapy (EBRT), dilakukan dengan menggunakan mesin
radioterapi. Mesin ini akan menembakkan gelombang energi tinggi ke area
panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, pasien
menjalani EBRT 5 hari dalam seminggu, selama 6-7 pekan. EBRT akan
dikombinasikan dengan pemberian obat kemoterapi dalam dosis rendah,
seperti cisplatin. Walaupun demikian, EBRT juga dapat diberikan sebagai
pengobatan tunggal, terutama pada pasien yang tidak bisa menjalani
kemoterapi.

2. Radioterapi internal. Radioterapi internal atau brakiterapi dilakukan


dengan memasukkan implan radioaktif melalui vagina, dan ditempatkan
langsung di sel kanker atau di dekatnya. Brakiterapi sering dikombinasikan
dengan EBRT sebagai terapi utama kanker serviks. Brakiterapi dapat
diberikan dengan dosis rendah selama beberapa hari. Bisa juga diberikan
dalam dosis tinggi selama seminggu. Pada brakiterapi dosis tinggi, implan
radioaktif akan dimasukkan dan didiamkan selama beberapa menit, lalu
dikeluarkan.

Dalam jangka pendek, EBRT dapat menyebabkan efek samping seperti


diare, mual muntah, kram perut, tubuh lemas, iritasi kulit, perdarahan pada
vagina atau rektum, dan inkontinensia urine. Efek samping lainnya
meliputi nyeri pada vagina (terutama saat berkemih), perubahan siklus
menstruasi, menopause dini, cystitis, serta kekurangan sel darah seperti sel
darah putih (leukopenia). Sedangkan pada brakiterapi, efek samping
jangka pendek yang umumnya muncul adalah iritasi pada vagina.

Pada beberapa kasus, efek samping di atas dapat bersifat permanen.


Tetapi, kebanyakan efek samping akan hilang dalam 2 bulan setelah
menyelesaikan pengobatan.

Dalam jangka panjang, EBRT dan brakiterapi dalam menimbulkan efek


samping seperti vaginal stenosis (kondisi vagina menyempit atau
memendek). Kondisi ini akan menyebabkan nyeri pada vagina saat
berhubungan seks. Selain itu, terapi radiasi pada panggul dapat
melemahkan tulang. Bahkan, patah tulang panggul dapat terjadi 2-4 tahun
setelah menjalani radioterapi. Efek samping lainnya adalah limfedema atau
pembengkakan pada kaki akibat penyumbatan saluran getah bening.

Untuk mencegah efek samping seperti kemandulan, dokter akan


menyarankan pasien menjalani pengambilan sel telur, sehingga pasien
dapat menjalani bayi tabung di kemudian hari. Sedangkan untuk mencegah
menopause dini, ovarium bisa dipindahkan ke area panggul yang tidak
terkena radiasi. Prosedur ini dikenal dengan istilah ovarian transposition.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah metode pengobatan dengan memberikan pasien obat
antikanker dalam bentuk obat minum atau suntik. Obat ini dapat memasuki
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi
sangat berguna dalam membunuh sel kanker berbagai area tubuh.

Umumnya, kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi secara


bersamaan untuk meningkatkan efektivitas radioterapi. Metode ini disebut
juga dengan kemoradiasi. Contoh obat yang digunakan dalam kemoradiasi
adalah cisplatin (diberikan 4 jam sebelum pasien menjalani radioterapi)
atau cisplatin dengan 5-fluorouracil (diberikan tiap 4 minggu selama
pasien menjalani radioterapi).

Kemoterapi juga digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar


ke organ dan jaringan lain. Beberapa obat kemoterapi yang digunakan
dalam kondisi ini, antara lain adalah carboplatin, cisplatin, gemcitabine,
atau paclitaxel.

Selain dikombinasikan dengan radioterapi, kemoterapi juga dapat


diberikan sebagai pengobatan tunggal pada kanker serviks stadium lanjut.
Tujuannya adalah untuk memperlambat penyebaran sel kanker dan
meredakan gejala yang dialami. Metode ini disebut juga kemoterapi
paliatif.

Meskipun ampuh dalam membunuh sel kanker, kemoterapi juga dapat


merusak sel tubuh yang sehat. Oleh karena itu, sejumlah efek samping
muncul akibat penggunaan obat kemoterapi. Efek samping yang muncul
tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan, serta lama
pengobatan yang dijalani. Efek samping yang paling sering timbul pada
pasien yang menjalani kemoterapi adalah rambut rontok. Walaupun
demikian, tidak semua obat kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut,
contohnya cisplatin.

Obat kemoterapi dapat merusak sel penghasil darah di tulang sumsum.


Kondisi ini akan menyebabkan tubuh kekurangan sel darah, sehingga
pasien rentan mengalami infeksi, memar dan perdarahan, serta sesak
napas.

Beberapa efek samping lain yang dapat muncul akibat kemoterapi adalah:

 Diare
 Kehilangan nafsu makan
 Mual muntah
 Sariawan
 Lemas

Perlu diketahui bahwa obat kemoterapi dapat merusak ginjal. Oleh karena
itu, penting bagi pasien yang menjalani kemoterapi untuk rutin melakukan
tes darah, agar kondisi ginjal selalu terpantau.

Terapi Target

Terapi target adalah pemberian obat yang menghambat pertumbuhan


tumor. Jenis obat yang digunakan dalam terapi target memiliki fungsi yang
berbeda dengan obat kemoterapi biasa. Salah satu golongan obat terapi
target adalah penghambat angiogenesis (misalnya, bevacizumab). Obat ini
bekerja dengan menghambat angiogenesis, yaitu proses di mana tumor
membentuk pembuluh darah baru, guna mendukung perkembangannya.

Efek samping yang mungkin muncul akibat terapi target dapat berupa
tekanan darah tinggi, lemas, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus yang
jarang, efek samping yang lebih serius meliputi perdarahan, terbentuknya
gumpalan darah, dan terbentuknya fistula (saluran abnormal antara vagina
dan bagian usus besar).

Setelah kanker berhasil diangkat, sangat penting bagi pasien untuk


menjalani pemeriksaan lanjutan, terutama pada vagina dan leher rahim
(jika rahim belum diangkat). Pemeriksaan bertujuan untuk melihat
kemungkinan kanker tumbuh kembali. Bila pemeriksaan menunjukkan
hasil yang mencurigakan, dokter dapat menjalankan biopsi.

Pasien disarankan menjalani pemeriksaan lanjutan tiap 3-6 bulan sekali,


selama 2 tahun pertama setelah pengobatan selesai. Lalu dilanjutkan tiap
6-12 bulan untuk 3 tahun berikutnya.

Bagi pasien yang sedang hamil, pengobatan kanker serviks tergantung


stadium dan umur kehamilan. Pada penderita kanker serviks stadium 1,
dokter bisa menjalankan konisasi atau trakelektomi radikal. Sedangkan
pada pasien kanker serviks stadium 2 sampai stadium 4, tidak dibolehkan
menjalani radioterapi atau bedah hingga pasien melahirkan. Sebagai
gantinya, dokter dapat memberikan kemoterapi pada trimester kedua atau
ketiga kehamilan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel-sel


jaringan tubuh yang tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia dan hiperplasia.
Neoplasia adalah kondisi sel yang terdapat pada jaringan berproliferasi secara
tidak normal dan invasif, displasia yaitu kondisi sel yang tidak berkembang
normal dengan indikasi adanya perubahan pada nukleus (inti sel), hyperplasi
merupakan kondisi sel normal pada jaringan mengalami pertumbuhan berlebihan.
Kanker ada banyak macamnya contohnya yang seperti dibahas pada
makalah ini yaitu kanker payudara, kanker paru, kanker otak, dan kanker serviks.
Penyebab kanker berbeda-beda tergantung dimana letak kankernya dan cara
penanganannya sesuai dengan jenis kanker yang dialami. Kanker ada yang bisa
disembuhkan dan ada yang susah untuk disembuhkan. Kanker yang bisa
disembuhakn disebut kanker jinak dan yang susah disembuhkan disebut kanker
jinak.

3.2 Saran

Semua orang beresiko terkena kanker untuk itu kita harus mengetahui
gejala-gejala kanker dan penyebab kanker agar bisa terhindar dari kanker juga
dengan mengetahui cara penangannya. Hendaknya mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan menjaga pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/kanker-paru-paru

https://www.alodokter.com/kanker-serviks/pengobatan

https://www.alodokter.com/kanker-serviks/diagnosis

https://www.alodokter.com/kanker-paru-paru

https://www.alodokter.com/kanker-otak

https://www.academia.edu/11430465/Ca_mamae_new

Anda mungkin juga menyukai