Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH FARMAKOTERAPI INFEKSI TUMOR

KANKER PAYUDARA

NAMA KELOMPOK ;

1. DWI JAYANTI (4820121012EX)


2. ELISHA AGUSTINA (4820121013EX)
3. RIADATUL ELFANAWATI (4820121024EX)
4. SRI WAHYUNINGSIH (4820121040EX)

PRODI S1 FARMASI EXTENSI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
BAGU LOMBOK TENGAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Kanker Payudara”.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
senua. Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan
kita. Amin.

Bagu, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2 .Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ca.Mamae (Kanker Payudara)

2.2. Etiologi Ca.Mamae (Kanker Payudara)

2.3. Patofisiologi Ca.Mamae

2.4. Epidemiologi Ca.Mamae

2.5. Penatalaksanaan terapi

2.6. Studi Kasus

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak
terkendali yang tumbuh secara abnormal serta merusak bentuk dan fungsi
awalnya. Salah satu penyebab terjadinya yaitu adanya mutasi gen. mutasi ini
bisa terjadi karena berbagai faktor yaitu sinar UV, faktor fisika, faktor kimia,
bahkan faktor alam.
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia
dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang
wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18
tahun (American Cancer Society, 2014). Kanker adalah salah satu penyebab
utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia
pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh
kematian. Kanker payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih
dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi dinegara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus
meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal karena kanker pada
tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer
Centre, 2011).
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena
rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi
yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu rentang
usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu potensinya dalam
mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).
Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut,
pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi sebelumnya,
alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan obat-obatan salah
satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008), mengungkapkan faktor risiko
terjadinya depresi diantaranya adalah pernah mengalami depresi atau
gangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam menerima atau menyesuaikan diri
dengan diagnosa kanker, usia masih muda, memiliki masalah dengan alcohol
dan narkoba, kanker terjadi ketika sedang mengalami kejadian lain yang
menimbulkan stres, tidak mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan
sosial, sebelumnya pernah mengalami pengalaman buruk ketika anggota
keluarga yang lain atau teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki
keyakinan terhadap efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik,
perawatan yang bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan.
Pengobatan kanker payudara memiliki kemungkinan besar untuk sembuh
dengan cara melakukan pengobatan yang teratur, sehingga menghasilkan
kualitas hidup yang baik dan dapat melakukan aktifitas. Pemenuhan
kebutuhannya kembali tanpa ketergantungan pada orang lain. Sehingga dapat
mandiri secara emosional, sosial, dan kesejahteraan fisik. Pada umumnya
kualitas hidup penderita kanker payudara ini tergantung pada hubungan
dukungan antara keluarga dengan pasien (Husni, dkk. 2015).

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari ca.mamae
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari ca.mamae
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi & epidemiologi serta
penatalaksanaan terapi pada pasien ca.mamae
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ca.Mamae (Kanker Payudara)


Ca.Mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk
kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran
susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore,
2011).
Kanker merupakan penyakit yang tidak menular, dimana penderita
mengalami pertumbuhan sel-sel yang tidak normal secara terus-menerus dan
tidak terkendali sehingga dapat merusak jaringan sekitarnya dan dapat
menjalar kemana-mana. Kanker juga dapat disebut sebagai tumor ganas. Hal
ini berarti sel kanker yang muncul merusak sel-sel sehat di sekitarnya dan
menyebar secara cepat, mendesak sel sehat dan mengambil nutrisinya. Dimana
pada umumnya para penderita kanker payudara ini baru mengetahuinya
setelah stadium lanjut. Kebanyakan kanker payudara menyerang sebagian
besar wanita dan kemungkinan kecil kanker ini menyerang pria, tetapi tidak
menutup kemungkinan penyakit ini dapat menyerang pria (Alvita Brilliana R.
Arafah, 2017).

2.2. Etiologi Ca.Mamae (Kanker Payudara)


Menurut (Hennessy et al., 2009), penyebab kanker payudara sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, namun ada pula penyebab ini sangat mungkin
multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu :
a. Faktor genetik
Memiliki pengaruh utama bila riwayat generasi sebelumnya ada yang
terkena kanker payudara, maka resiko menderita kanker payudara akan
lebih besar. Terdapat dua gen yang berperan dalam pembentukan
kanker payudara, yaitu gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA
merupakan gen yang terdapat pada DNA dan berperan sebagai
pengontrol pertumbuhan sel agar berjalan dengan normal. Dalam
kondisi tertentu gen BRCA mengalami mutasi yang mempengaruhi
fungsinya dalam mengontrol pertumbuhan dan kemungkinan
pertumbuhan sel yang tidak terkontrol (Yulianti et al., 2016).
b. Pengaruh hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi
untuk mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Hormon
memicu terjadinya pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama
reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan
hormonal, karena kehamilan, meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel
yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan
kanker.
c. Bahan kimia
Untuk indrustri atau asap yang mengandung senyawa karbon dapat
meningkatkan kemungkinan terkena kangker payudara
d. Pola makan terutama yang banyak mengandung lemak
e. Pengaruh radiasi di daerah dada
Biasanya penderita mengeluh adanya benjolan di daerah payudara, rasa
sakit di payudara, keluarnya cairan dari puting susu, adanya eksim di
sekitar area puting susu, adanya ulserasi atau borok di daerah
payudara, pembesaran kelanjar getah bening atau sekelan di sekitar
ketiak. Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh menjadi
tumor sebesar 1 cm dalam waktu 8-12 tahun.

2.3. Patofisiologi Ca.Mamae


Ca.mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-
sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira-
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carsinoma
mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe
dan aliran darah (Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).

2.4. Epidemiologi Ca.Mamae


Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar3
6,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000
penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir
yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara
di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian
sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan menempati urutan 45
didunia (Indonesia Health Profile, 2011). Jumlah kasus kanker payudara pada
tahun 2005 di Provinsi JawaTengah, sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari
10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan
dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus
(37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan
Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta
sebesar 0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).

2.5. Penatalaksanaan terapi


Pengobatan kanker payudara secara medis dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya adalah prosedur bedah, kemoterapi, radioterapi,
atau terapi hormon. Pada beberapa kasus, dua atau lebih prosedur pengobatan
dikombinasikan untuk mengobati kanker. Pengobatan yang dipilih tergantung
pada tipe, stadium, dan tingkat sel kanker.
a. Pembedahan
1. Lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat sel kanker yang
tidak terlalu besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di
sekitarnya. Prosedur ini umumnya diikuti radioterapi untuk
mematikan sel kanker yang mungkin tertinggal di jaringan
payudara. Pasien dengan sel kanker yang besar bisa menjalani
kemoterapi terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran sel,
sehingga sel kanker bisa dihilangkan dengan lumpektomi
2. Mastektomi
Yaitu bedah yang dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk
mengangkat seluruh jaringan di payudara. Mastektomi dilakukan
jika pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi. Mastektomi
dilakukan pada beberapa kondisi, antara lain kanker payudara non-
invasif pada jaringan air susu (ductal carcinoma in situ), kanker
payudara stadium awal (1 dan 2), kanker payudara stadium 3
setelah kemoterapi, peradangan kanker payudara setelah
kemoterapi, kanker payudara yang timbul kembali dan Paget’s
disease pada payudara.
b. Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant
chemotherapy), bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin
tertinggal saat prosedur bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun
tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel kanker yang tertinggal
tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ lain.
Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant
chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa
diangkat dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan
untuk menangani kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang
melalui operasi. Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant
chemotherapy dan neoadjuvant. Chemotherapy adalah anthracylines
(doxorubicin dan epirubicin), taxanes (paclitaxel dan docetaxel),
cyclophosphamide, carboplatin, dan 5- fluorouracil. Umumnya dokter
mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut,
terutama pada wanita dengan kanker yang telah menyebar hingga ke
area ketiak. Lama erapi tergantung pada seberapa baik respon pasien.
Jenis obat yang umumnya digunakan adalah vinorelbine, capecitabine,
dan gemcitabine. Untuk kanker stadium lanjut, dokter bisa
menggunakan satu obat, atau mengombinasikan dua obat. Obat
kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan suntikan
atau dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti
masa istirahat untuk memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat.
Siklus ini biasanya berlangsung dalam 2 hingga 3 minggu, dengan
jadwal pemberian tergantung pada jenis obatnya.
Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat
yang digunakan, namun umumnya pasien mengalami kerontokan
rambut, infeksi, mual, dan muntah. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
bisa menyebabkan menopause yang terlalu dini, kerusakan saraf,
kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati. Meski sangat jarang
terjadi, kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.
c. Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah
radioterapi atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan
tinggi, seperti sinar-X dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan
menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan mesin (radioterapi
eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam
tubuh pasien (brachytherapy). Radioterapi eksternal biasanya
dijalankan setelah pasien selesai menjalani lumpektomi, sedangkan
brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk muncul kanker
payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk
menjalani radioterapi pada payudara setelah mastektomi, untuk kasus
kanker payudara yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar
getah bening. Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara
dapat berlangsung selama 3 hari hingga 6 minggu, tergantung dari
jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa menimbulkan komplikasi
seperti kemerahan pada area yang disinari, serta payudara juga
mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.
d. Terapi hormone
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan
progesteron, dokter bisa menyarankan pasien menggunakan
penghambat estrogen, seperti tamoxifen. Obat ini bisa diberikan pada
pasien selama 5 tahun. Sedangkan obat penghambat aromatase, seperti
anastrozole, letrozole, dan exemestane, diresepkan dokter untuk
menghambat produksi hormon estrogen pada wanita yang telah
melewati masa menopause. Pada wanita yang belum mencapai
menopause, hormon pelepas gonadotropin, seperti goserelin, bisa
digunakan untuk mengurangi kadar estrogen pada rahim. Pilihan lain
adalah dengan mengangkat indung telur atau menghancurkannya
dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk. Obat lain pada kanker
ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang menghambat fungsi
protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan membentuk
pembuluh darah baru. Efek samping dari everolimus antara lain adalah
diare dan muntah, bahkan bisa meningkatkan kadar kolesterol,
trigliserida, dan gula dalam darah.

2.6. Studi Kasus


Ny. R umur 42 tahun, sudah menikah, pekerjaan ibu rumah tangga. Masuk
rumah sakit dengan keluhan utama benjolan di payudara kiri yang kemudian
timbul keluhan bertahap selama kurang lebih 7 hari dengan pembengkakan, nyeri
dan luka yang luas pada payudara kiri.
Tanda-tanda vital :

TD : 110/60 mmHg, RR : 24x/I, Pols : 112x/I, Temp : 37⁰C, TB : 170 cm, BB :


58 kg

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 9,1 gr/dl, Albumin : 2,08 gr/dl

Pemberian terapi :

 Antibiotik (Amoxicillin) 3 x 500 mg

 Anti analgetik (asam mefenamat) 3 x 500 mg

 Anti ulsecaria/cimetidin 3 x 500 mg

 Sulphas ferosus 2 x 1 tab

 Vit C 2 x 2 tab

 Vitamin : A, D, E, B6

 Antasida

 Inf. RL, D5%

SOAP Asuhan Kefarmasian

S O A P

Nyeri (+) TD : 110/60 mmHg 1. Ada indikasi 1. Disarankan untuk


belum mendapat memberikan
RR : 24x/I,
terapi albumin 25%
Benjolan di Pols : 112x/I (hipoalbumin) sebanyak 100mL
payudara
Temp : 37⁰C 2. Anti nyeri 2. Disarankan untuk
sebelah kiri
TB : 170 cm (asam pemberian anti
mefenamat) nyeri yang lebih
BB : 58 kg
belum adekuat kuat dan aman
untuk untuk lambung
Hb : 9,1 gr/dl meredakan (dexketoprofen
nyeri pasien. injeksi 3x1
Albumin : 2,08
ampul)
gr/dl 3. Dicurigai
adanya Ca 3. Disarankan untuk
Mamae pemeriksaan lebih
lanjut untuk
penegakan
diagnosis.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.


Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011). Kebanyakan
kanker payudara menyerang sebagian besar wanita dan kemungkinan kecil
kanker ini menyerang pria, tetapi tidak menutup kemungkinan penyakit ini
dapat menyerang pria (Alvita Brilliana R. Arafah, 2017).
Menurut (Hennessy et al., 2009), penyebab kanker payudara sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, namun ada pula penyebab ini sangat mungkin
multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu faktor genetik,
pengaruh hormone, bahan kimia, pola makan dan pengaruh radiasi didaerah
dada.
Pengobatan kanker payudara secara medis dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya adalah prosedur bedah, kemoterapi, radioterapi,
atau terapi hormon. Pada beberapa kasus, dua atau lebih prosedur pengobatan
dikombinasikan untuk mengobati kanker. Pengobatan yang dipilih tergantung
pada tipe, stadium, dan tingkat sel kanker.

4.2 Saran
Setiap wanita beresiko mengalami kanker payudara. Karena itu, kenali dan
pahami payudara anda. Semakin dini mengetahui adanya kelainan, maka
semakin besar harapan kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2014. Cancer Facts and Figures 2014. Atlanta:
American Cancer Society.

Alvita Brilliana R. Arafah, H. B. N. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan


Perilaku Ibu Rumah Tangga Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Alvita Brilliana R. Arafah, Hari Basuki Notobroto. (August),
143–153. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.143-153

Aylin Y, Bumin D, Murat A, Lya H. 2005. Knowledge about Breast Cancer and
Mammography in Breast Cancer Screening among women awaiting
mammography. Turk J Med Sci. p:35-42.

ChartBin. 2011. Current Worldwide Breast Cancer Incidence Rate. Diunduh 18


April 2012. http://chartsbin.com/view/yq6.

Dinkes Prov. Jateng. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hennessy, B. T., Gonzalez-Angulo, A. M., Stemke-Hale, K., Gilcrease, M. Z.,

Krishnamurthy, S., Lee, J. S., … Mills, G. B. (2009). Characterization of


A Naturally Occurring Breast Cancer Subset Enriched in Epithelial-
ToMesenchymal Transition and Stem Cell Characteristics. Cancer
Research. https://doi.org/10.1158/0008-5472.CAN-08-3441
Husni, M., dkk (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup
Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap Bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, 2(2): 77-83.

Konginan A. 2008. Depresi Pada Penderita Kanker, Pengembangan Paliatif dan


Bebas Nyeri. RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Medicastore, 2011, Pengobatan Kanker, Terdapat di:


http://medicastore.com/penyakit/780/Pengobatan Kanker.html [Diakses
pada 16 Maret 2016].

Miller KE, Adams SM, Zylstra RG. 2008. Manajemen farmakologis depresi
dewasa. Vol. 6. Mar 15 p:85-92.

Parkway Cancer Centre. 2011. Cancer facts and figures. Diunduh: 18 April 2012.
http://www.parkwaycancercentre.com/about-cancer/cancer-facts-
andfigures.

WHO. (2011). Healh Profile. World Health Organization, 561–565.

Price, Sylvia. A, Lorraine, M. Wilson. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Konsep


Klinis Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.

Yulianti, I., Santoso, H. S., & Sutinigsih, D. (2016).Faktor-faktor Risiko Kanker


Payudara (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 401–409

Anda mungkin juga menyukai