Anda di halaman 1dari 15

SKIZOFRENIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


1. ELISHA AGUSTINA
2. ENDANG SUDIANA
3. JULITA SUSANTI
4. LIA SUSANTI
5. LALU HAEKAL YUSMAN
6. SRI ROHMAYATI
LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak dapat memiliki prevalensi skizofrenia yang
tinggi. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang
mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-
kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan
autisme. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia
menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau
dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan
SKIZOFRENIA BERASAL DARI KATA YUNANI YANG BERMAKNA SCHIZO
ARTINYA TERBAGI, TERPECAH DAN PHRENIA ARTINYA PIKIRAN.
JADI PENYAKIT SKIZOFRENIA DAPAT DI KATAKAN PIKIRANNYA TERBAGI
ATAU TERPECAH.
DEFINISI

Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan


variasi penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya
ETIOLOGI

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :

1.Faktor Genetik

2.Faktor Biokimia

3.Faktor Psikologis dan Sosial


FATOFISOLOGI

Beberapa patofisiologi skizofrenia berdasarkan penyebabnya adalah:

1. Peningkatan ukuran ventrikel


2. Hipotesis dopaminergik.
3. Disfungsi glutamatergik
4. Kelainan serotonin (5-HT)
FAKTOR RESIKO

Menurut Hawari (2010) Skizofenia bukan merupakan penyakit


melainkan sebuah syndrom sehingga faktor resiko skizofrenia hingga
sekarang belum jelas. Teori tentang faktor resiko skizofrenia dianut oleh
faktor organobiologik (genetika, virus, dan malnutrisi janin), psikoreligius,
dan psikososial termasuk diantaranya adalah psikologis, sosiodemografi,
sosio-ekonomi, sosio-budaya, migrasi penduduk, dan kepadatan penduduk
di lingkungan pedesaan dan perkotaan.
KLASIFIKASI SKIZOFRENIA
 Skizofrenia Paranoid
 Skizofrenia Katatonik
 Skizofrenia Hebefrenik (Tak Terorganisasi)
 Skizofrenia Residual (Kronis)
 Skizofrenia Tak Terinci (Simpleks)
ALOGARITMA ATAU TATALAKSANA TERAPI

Terapi Farmakologi
1.Terapi fase akut
2.Terapi fase stabilisasi
3.Terapi fase pemeliharaan
PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA MENURUT PANDUAN PRAKTIS
KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TAHUN 2014

3. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat


1.Diberikan obat antipsikotik Haloperidol 2-3 x 2-5mg/hari atau
dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang)
Risperidon 2 x 1-3mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200
antipsikotik seperti haloperidol deconas 50 mg atau fluphenazine
mg/hari. Untuk mengurangi agitasi dan memberikan efek sedasi
deconas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih dahulu
dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3
untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi 1 ampul untuk 1 bulan. Obat
x 5 mg/hari, lorazepam 1-3 x 1-2 mg/hari
oral jangan diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan, sambil
dimonitor efek samping, lalu obat oral dapat diturunkan perlahan.
2.Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan injeksi
haloperidol 5mg, dapat diulangi dalam 30 menit – 1 jam. Dosis 4. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor,
maksimal injeksi haloperidol 30 mg/hari. Atau dapat juga kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidyl 2-4 x 2 mg.
diberikan injeksi klorpromazin 2-3 x 50 mg/hari. Untuk Jika timbul distonia akut berikan injeksi diazepam atau
pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah, mondar-mandir tak
diazepam untuk mengurangi dosis antipsikotiknya dan menambah bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan
efektifitas terapi. berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20mg.
Tahap 1 : Episode pertama psikosis Mencoba Antipsikotik tunggal Antipsikotik
atipikal (SGA) sebagai drug of choice. Dimulai dengan dosis rendah antipsikotik
dan monitoring efek samping serta sensitifitas pasien terhadap pengobatan.

Respon parsial
FGA = First Generation atau tidak ada
Antipsychotic= Antipsikotik CLOZAPINE
Tipikal (contoh : loxapine, Tahap 2 Tipikal atau atipikal
Pertimbangkan penggunaan
perphenazine, molindone, tunggal (bukan antipsikotik clozapin jika pasien memiliki
haloperidol, trifluoperazine,
thiothixine, chlorpromazine)
pada Tahap 1) riwayat percobaan bunuh diri
(Level A), riwayat penyalahgunaan
SGA = Second Generation obat (Level B/C), dan tidak ada
Antipsychotic=Antipsikoti k perbaikan gejala lebih dari 2 tahun
atipikal (contoh : aripiprazole, Respon parsial setelah menjalani pengobatan
olanzapine, clozapine,
quatiapine, risperidone atau
atau tidak ada dengan antipsikotik.
ziprasidone)
Tahap 3
CLOZAPINE

Respon parsial atau


tidak ada
Pasien tidak patuh
Pertimbangkan penggunaan Tahap 4
long-acting antipsikotik seperti CLOZAPINE + Tahap 4-6 berdasarkan
microspheres risperidon, pendapat ahli dan laporan
haloperidol dekanoat, atau kasus
fluphenazine dekanoat.
Tidak ada respon

Tahap 5 Tipikal atau


atipikal tunggal

Tahap 6 Terapi kombinasi Contoh : SGA + FGA, Kombinasi dari


SGA, (FGA atau SGA) + ECT, (FGA + SGA) + agen lain (seperti
mood stabilizer)
TERAPI NON FARMAKOLOGI

1.pendekatan psikososial
2.ECT (Electro Convulsive Therapy).
GEJALA SKIZOFRENIA

Gejala Positif Skizofrenia Gejala negatif skizofrenia


Delusi atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar" Gambaran alam
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
ekspresi.
alusinansi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Misalnya penderita mendengar bisikan - bisikan di telinganya padahal Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau
tidak ada sumber dari bisikan itu. kontak dengan orang lain, suka melamun.
Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan. Sulit dalam berfikir abstrak.
Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif
sejenisnya. dan serba mala
Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
Menyimpan rasa permusuhan
PENUTUP

Pengertian Skizofrenia merupakan satu gangguan psikotik yang


kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinik
yang
amat luas variasinya, gejala dan perjalanan penyakit yang amat
bervariasi.
Penyebab Skizofrenia jarang berdiri sendiri, biasanya terdiri dari
penyebab
fisik, jiwa dan lingkungan serta kultural-spiritual yang sekaligus timbul
bersamaan sehingga akhirnya memunculkan gangguan pada jiwa.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai