Anda di halaman 1dari 31

SKIZOFRENI

A
Erlyn Limoa
Departemen Psikiatri FK-UNHAS
SKDI 2012
Tujuan Pembelajaran :
Tingkat kemampuan 3 : mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan awal, dan merujuk.
3A. Bukan gawat darurat
1. Mampu membuat diagnosis klinik
2. Mampu memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
yang bukan gawat darurat
3. Mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya
4. Mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
Pendahuluan
■ Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang kompleks.
■ Hampir 1% dari seluruh penduduk dunia menderita
skizofrenia.
■ Gejala biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda.
■ Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun.
■ Prognosis lebih buruk pada laki-laki daripada perempuan.
Pendahulua
n
■ Sebanyak 50% penderita skizofrenia mengalami disabilitas
hampir seumur hidup mereka.
■ Skizofrenia dikenal sebagai suatu sindrom karena gejala
dan perjalanan penyakitnya yang heterogen.
■ Definisi fenotip klinis skizofrenia amat sulit karena gejala
pada masing-masing individu sangat berbeda.
■ Kraeplin menyebut skizofrenia sebagai demensia prekoks.
Patofisiologi Skizofrenia
■ Faktor genetika
■ Gangguan neurotransmitter
■ Gangguan morfologi dan fungsional otak
■ Gangguan imunitas
■ Faktor kehamilan
■ Faktor keluarga
Perjalanan Penyakit
■ Berdasarkan perlangsungannya :
– Kontinu tanpa ada perbaikan sementara
– Episodik dengan defisit stabil atau progresif
– Episodik dengan remisi sempurna atau tidak sempurna
■ Berdasarkan fasenya:
– Fase prodromal
– Fase aktif
– Fase residual
Klasifikasi gejala
Terbagi menjadi 4 ranah utama, yaitu :
1. Gejala positif (halusinasi, waham, dll)
2. Gejala negative (afek tumpul, anhedonia, dll)
3. Gejala afektif (mood depresi atau mania)
4. Gejala kognitif (deficit memori kerja, atensi, dll)
Diagnosis (PPDGJ III)
I. Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas (2
atau lebih bila gejala kurang jelas)
1. A. Thought echo
B. Thought insertion or withdrawal
C. Thought broadcasting
2. A. Delusion of control (waham dikendalikan)
B. Delusion of influence (waham pengaruh)
C. Delusion of passivity
D. Delusion of perception
3. Halusinasi pendengaran
a. Suara berkomentar secara terus menerus
tentang perilaku pasien
b. Suara-suara saling berbicara/berdiskusi
tentang pasien di antara mereka sendiri
c. Suara lain dari salah satu bagian tubuhnya

4. Waham menetap lain yang menurut budaya


setempat dianggap tdk wajar / mustahil
II. Paling kurang 2 gejala yang harus selalu ada secara jelas
:
5. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja, bisa
disertai waham tanpa kandungan afektif yg jelas, atau
ide berlebihan yg menetap atau bila terjadi setiap hari
selama berminggu2 / berbln terus-menerus.
6. Arus pikiran terputus atau mengalami sisipan →
inkoherensi, irrelevansi atau neologisme.
7. Perilaku katatonik : gaduh gelisah, posturing,
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, stupor.
8. Gejala negatif : apatis, bicara jarang, respons
emosional yg tumpul/tidak wajar, penarikan diri dari
pergaulan sosial, menurunnya kinerja sosial (bukan
oleh depresi atau reaksi neuroleptika)
9. Sudah berlangsung 1 bulan atau lebih (di luar fase
prodromal)
10. Perubahan konsisten bermakna aspek perilaku →
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tdk berbuat
sesuatu, larut dlm diri sendiri & penarikan diri secara
sosial.
Subtipe skizofrenia (PPDGJ III)
1. Skizofrenia paranoid
2. Skizofrenia hebefrenik
3. Skizofrenia katatonik
4. Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
5. Depresi pasca-skizofrenia
6. Skizofrenia residual
7. Skizofrenia simpleks
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Diagnosis (DSM V)
A. Dua atau lebih gejala berikut berlangsung paling sedikit 1
bulan. Paling sedikit 1 dari gejala 1-3 harus ada :
1. Waham
2. Halusinasi
3. Pembicaraan disorganisasi (misalnya inkoheren)
4. Perilaku disorganisasi berat atau katatonik
5. Gejala negative
B. Sejak awitan gangguan, untuk periode waktu yang cukup
bermakna, terdapat penurunan derajat fungsi dlm satu lebih
area penting dalam kehidupan.
C. Tanda-tanda, secara terus menerus, menetap paling sedikit 6
bulan (dalam masa ini, harus ada paling sedikit 1 bulan simtom
pada kriteria A).
D. Harus telah disingkirkan gangguan skizoafektif dan depresi
atau gangguan bipolar dengan gejala psikotik.
E. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat atau
kondisi medik lainnya.
F. Bila terdapat riwayat gangguan spektrum autisme atau
gangguan komunikasi masa kanak, diagnosis tambahan
skizofrenia dibuat hanya bila ada halusinasi atau waham yang
menonjol.
Diagnosis banding :
■ Gangguan skizoafektif
■ Gangguan afektif berat
■ Semua kondisi organik yang sangat mirip :
– Epilepsi lobus temporalis
– Tumor lobus temporalis atau frontalis,
– dll
■ Kondisi medik/neurologik yang mirip dengan katatonik
Terapi
American Psychiatric Association (APA) membagi menjadi 3
fase :
■ Fase psikotik akut : episode pertama atau eksaserbasi (4-8
minggu)
■ Fase stabilisasi : fase akut sudah terkontrol (6 bulan)
■ Fase stabil atau rumatan : stadium remisi.
Fase Psikotik Akut
■ Tujuan untuk mengontrol gejala psikotik yang berat yaitu
halusinasi, waham dan perilaku gaduh gelisah.
■ Gaduh gelisah dapat dikontrol dengan obat oral atau injeksi.
■ Obat yang dapat digunakan :
– Diazepam 10 mg/injeksi i.m atau i.v, maksimum 30
mg/hari
– Haloperidol 5 mg/injeksi i.m, dapat diulang setiap 30
menit, maksimum 20 mg/hari
– Aripiprazole 9,75 mg/injeksi i.m, dapat diulang setiap 2 jam,
maksismum 29,25 mg/hari
– Olanzapin 10 mg/injeksi i.m, dapat diulang setiap 2 jam,
maksimum 30 mg/hari
Fase stabilisasi
■ Tidak ada tuntunan yang jelas tentang fase ini
■ Sangat rentan terjadi eksaserbasi
■ Dosis dan jenis obat yang sama harus dipertahankan pada
fase ini.
■ Biasanya diberikan per oral.
Fase stabil atau rumatan
■ Tujuan terapi
– untuk mencegah kambuhnya kembali gejala psikotik
– Agar pasien patuh dengan terapi psikososial dan
rehabilitasi sehingga kepulihan dapat tercapai
■ Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan
penyebab utama kambuhnya gejala psikotik pada
skizofrenia.
Terapi farmakologi
■ Antipsikotika Generasi pertama (APG 1)
– Fenotiazin (chlorpromazine)
– Butirofenon (haloperidol)
■ Antipsikotika Generasi kedua (APG 2)
– Risperidone
– Clozapine
Efek samping :
■ Parkinsonisme
■ Distonia akut
■ Akatisia
■ Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS)
■ Tardive dyskinesia
■ Hiperprolaktinemia
Prognosis baik, bila :
■ Awitan gejala psikotik aktif terjadi secara mendadak
■ Awitan terjadi setelah umur 30 thn
■ Fungsi pekerjaan dan social premorbid baik
■ Simptom positif yang menonjol
■ Adanya stressor yang jelas
■ Tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia
■ Adanya dukungan keluarga untuk terapi
SKIZOAFEKTIF
Pedoman Diagnostik
1. Gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif
sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
2. Tidak dapat digunakan apabila gejala skizofrenia dan
gangguan afektif berada dlm episode penyakit yang
berbeda.
3. Bila seorang skizofrenia menunjukkan gejala depresif
setelah mengalami suatu episode psikotik diberi diagnosis
depresi pasca skizofrenia.
I. Ggn skizoafektif tipe manik
Pedoman diagnostik :
1. Ped diagnostik umum
2. Ada episode skizoafektif manik yg tunggal maupun berulang
dgn sebagian besar tipe manik.
3. Afek hrs meningkat secara menonjol atau tak begitu
menonjol tetapi disertai iritabilitas atau kegelisahan yg
memuncak.
4. Dlm episode yg sama hrs jelas ada satu atau lebih baik lagi
kalau dua gejala skizofrenia yg khas.
II. Ggn skizoafektif tipe depresif
Pedoman diagnostik
1. Ped diagnostik umum
2. Ada episode skizoafektif tipe depresif yg tunggal maupun
berulang dgn sebagian besar tipe depresif
3. Afek depresif hrs menonjol disertai oleh sedikitnya dua
gejala khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait
seperti tercantum dlm uraian utk kriteria episode depresif
4. Dlm episode yg sama hrs jelas ada sedikitnya satu atau lebih
lagi kalau dua gejala khas skizofrenia
III. Ggn skizoafektif tipe campuran

■ Ggn dgn gejala2 skizofrenia berada secara bersama-


sama dgn gejala-gejala afektif bipolar campuran

IV. Ggn skizoafektif lainnya

V. Ggn skizoafektif YTT


Terapi
■ Antipsikotik
■ Anti mania
■ Anti depressan
■ Mood stabilizer
■ Electroconvulsive therapy
Referensi :

■ Buku ajar Psikiatri, edisi ketiga, FK-UI, 2018.


■ Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi 2, FK-Unair, 2012.
■ Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, FK-Unika Atma Jaya,
2013.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai