Anda di halaman 1dari 22

Latihan 2

MASALAH KESEHATAN JIWA

LOGBOOK 02.1

Diagnosis dan terapi Skizofrenia

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian skizofrenia


Jawab : Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami
halusinasi, delusi, dan juga menunjukan perubahan sikap. Pengidap skizofrenia umumnya
mengalami kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dengan pikiran yang ada pada
diri si pengidap.

2. Menjelaskan tanda dan gejala Skizofrenia

Jawab : Gejala Skizofrenia


Skizofrenia terbagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif. Berikut ini
penjelasan dari dua kategori gejala penyakit tersebut:

1. Gejala Negatif

Gejala skizofrenia negatif adalah kondisi ketika sifat dan kemampuan yang
dimiliki orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan juga memiliki
motivasi hidup menjadi hilang. Umumnya, gejala tersebut ditambah dengan
ketidakmauan seseorang untuk bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat
bersama orang lain. Ciri-ciri orang yang mengidap gejala skizofrenia negatif,
yaitu terlihat apatis dan buruk secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan
diri sendiri dan menarik diri dari pergaulan.

2. Gejala Positif

Biasanya berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan adanya perubahan


perilaku.

3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Skizofrenia


Jawab : Problem Kronik : Penarikan diri secara sosial •Minat/motivasi rendah, pengabaian diri •Gg.
Berpikir (Pembicaraan tidak terangkai/aneh)
Episode periodik : •Agitasi/kegelisahan •Perilaku aneh •Halusinasi •Delusi/waham

4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Skizofrenia


Jawab : NON FARMAKOLOGIS : 1. Informasikan kepada keluarga :  Perilaku aneh dan agitasi
adalah gejala penyakit jiwa  Gejala dapat hilang timbul.  Pentingnya minum obat secara teratur
dan memeriksakan ke sarana kesehatan. 2. Dorong pasien untuk berfungsi pada taraf yang
optimal dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. 3. Kurangi stres pada pasien:  Tidak
berargumentasi terhadap pikirannya yang psikotik  Hindari konfrontasi atau mengkritik 4. Pada
saat gejala berat sebaiknya istirahat dan menghindari stres. 5. Saran penatalaksanaan Agitasi
----rujuk ke Psikosis Akut (F23) .
FARMAKOLOGIS : 1. Berikan antipsikotik (rendah --↑ bertahap): - Haloperidol 3 x 1,5-5 mg/hari
atau CPZ 3 x 100-200mg/hari 2. Berikan Antipsikotik depot --- Tidak patuh minum obat: -
Haloperidol dekanoat/Modecate 1 x /bulan secara IM 3. Penkes keluarga: a. Kontinu minum obat:
 Harus dilanjutkan sekurangnya 3 bulan stl episode pertama  Lebih lama sesudah episode
berikutnya  beberapa pasien perlu minum obat jangka panjang/seumur hidup b. Kemungkinan
efek samping

5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia


LOGBOOK 02.2

Diagnosis dan terapi Psikotik Akut

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Psikotik akut


Jawab : Gangguan psikotik akut merupakan penyakit psikiatri yang ditandai dengan onset
tiba-tiba dari 1 atau lebih gejala berikut ini: delusi, halusinasi, postur dan perilaku
yang bizarre, serta bicara yang kacau.

2. Menjelaskan tanda dan gejala Psikotik akut


Jawab : •Halusinasi 2 •Waham 3 •Kebingungan 4 •Was - Was 5 •Problem dengan antipsikotik 6
•Mencari pertolongan karena perubahan perilaku, perilaku aneh/menakutkan (menark diri,
curiga/mengancam)

3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Psikotik akut


Jawab : 1. Halusinasi 2. Waham 3. Agitasi/perilaku aneh (Bizarre) 4. Pembicaraan Disorganisasi
(Aneh/kacau) 5. Emosi labil atau ekstrim 6. Gejala timbul mendadak kurang dari 1 bulan

4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Psikotik akut


Jawab : NON FARMAKOLOGIS : 1. Informasikan:  Gejala penyakit ---agitasi & perilaku aneh 
Episode akut prognosis baik  Pengobatan berkesinambungan beberapa bulan setelah gejala
hilang 2. Upaya keamana pasien & Pelaku rawat:  Dampingi pasien  Penuhi kebutuhan dasar 
Hati-hati agar pasien tidak cedera 3. Kurangi Stres dan stimulusi:  Jangan beragumentasi dengan
pikiran psikotiknya—membantah bahwa pasien salah  Hindari konfrontasi/kritik kecuali perlu 4.
Agitasi ----hospitalisasi/pengawasan ketat 5. Motivasi ADL setelah gejala membaik
FARMAKOLOGIS : 1. Berikan terapi antipsikotik secepatnya sesudah penilaian 2. Berikan terapi IM
bila tidak mungkin oral, hindari pemberian depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala 3.
Resepkan monoterapi 4. Berikan antipsikotik start low, go slow (lihat tabel medikasi antipsikotik)

5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikoik akut
LOGBOOK 02.3

Diagnosis dan terapi Depresi

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Depesi


Jawab : Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai
dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Semua
orang pasti pernah merasa sedih atau murung. Seseorang dinyatakan
mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan,
atau tidak berharga.
2. Menjelaskan tanda dan gejala Depesi
Jawab : Ada ciri-ciri psikologi dan fisik yang menunjukkan seseorang terkena depresi.
Ciri-ciri psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:

 Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan


 Tidak stabil secara emosional
 Merasa putus asa atau frustrasi

3. Menjelaskan Pedoman Diagnostik Depesi


Jawab : 1. Perasaan sedih 2. Kehilangan minat/gairah 3. Adanya gejala penyerta: Ggn Tidur, rasa
bersalah, tidak percaya diri, kelelahan. Libido menurun, gerak atau pembicaraan agitasi atau
melambat , pikiran bunuh diri, sulit kosentrasi, ansietas 4. Jika ada halusinasi dan waham----Ggn
Depresi berat dengan ciri psikotik---rujuk Ggn Psikotik 5. Jika penggunaan Zat/alkohol yg berat -----
ggn penggunaan zat atau alkohol 6. Medikasi yang menimbulkan gejala Depresi : Betabloker,
antihipertensi, H2 bloker, kontrasepsi oral dan kortikosteroid

4. Menjelaskan Penatalaksanaan non Famakologis dan Famakologis Depesi


Jawab : NON FARMAKOLOGIS :1. Informasi:  Depresi adalah penyakit yang lazim dan tersedia
terapi yang efektif.  Depresi bukan merupakan kelemahan atau kemalasan,  Pasien berupaya
keras untuk mengatasi, tapi tidak berdaya 2. Kaji risiko bunuh diri--- tinggi –hospitalisasi dan
pengawasan ketat 3. Rencana kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien/ meningkatkan
Harga diri 4. Dorong berpikir positif 5. Bila ada gejala Fisik: jelaskan hubungan gejala fisik dengan
suasana perasaan 6. Sudah ada perbaikan--- rencanakan bersama ps tuindakan yang harus dimabil
bila terjadi kekambuhan
FARMAKOLOGIS : 1. Berikan antidepresan --- suasana perasaan sedih atau kehilangan minat
menonjol selama 2 minggu dan atau 4 atau lebih gejala ditemukan 2. Depresi berat ----berikan
obat pada kunjungan pertama 3. Depresi sedang --- oat diberikan pada kunjungan berikutnya
apabila konseling gagal 4. Pilihan medikasi: 5. Berikan antidepresan sampai dosis efektif : mulai
25-50 mg /malam dan dinaikkan 100-150mg dalam dosis terbagi. Usia lanjut & sakit fisik: dosis
lebih rendah atau efek antidepresan dan samping minimal 6. Jelaskan obat harus diminum tiap
hari, perbaikan 2-3 minggu, ada efek samping ringan yang hilang 7-10 hari. Harus konsultasi
sebelum menghentikan obat 7. Antidepresan di lanjutkan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
keadaan membaik

5. Mengidentifikasi Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Depesi


TUGAS 1

Kasus
Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama suami dan 2 orang anaknya.
Sudah 1 minggu ini pasien memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang-
kadang bicara atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya. Bila diingatkan suaminya ia marah
Menurut suaminya sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat dan
jenazahnya tidak ditemukan 1 tahun yang lalu pasieni mulai sering melamun dan
menangis. Selama itu perilaku pasien belum banyak berubah. Tetapi di minggu terakhir
ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan dirinya sendiri. Sering tidur larut malam

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada Klien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini
Jawab : Skizofrenia (F20)

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan

1. Ny. S 1. Kadang- Skizofrenia 1. Informasikan Kehilangan


kepada keluarga : dan berduka
kadang
 Perilaku aneh
bicara atau dan agitasi
tertawa-tawa adalah gejala
sendiri di penyakit jiwa 
Gejala dapat
kamarnya
hilang timbul. 
2. Marah Pentingnya
3. Sering minum obat
melamun dan secara teratur dan
menangis memeriksakan ke
4. Tidak sarana kesehatan.
2. Dorong pasien
mengurus
untuk berfungsi
keluarga dan pada taraf yang
diri sendiri optimal dalam
5. Tidur larut pekerjaan dan
malam kegiatan sehari-
hari. 3. Kurangi
stres pada pasien:
 Tidak
berargumentasi
terhadap
pikirannya yang
psikotik 
Hindari
konfrontasi atau
mengkritik 4.
Pada saat gejala
berat sebaiknya
istirahat dan
menghindari
stres. 5. Saran
penatalaksanaan
Agitasi ----rujuk
ke Psikosis Akut
(F23) .
TUGAS 2

Kasus
Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1 orang anaknya. pasien di bawa
tetangganya ke puskesmas karena gelisah, berteriak-teriak, menyerang orang lain,
bicara tertawa sendiri, curiga dengan orang lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia
bercerai dengan istrinya 1 bulan yang lalu.

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan

Non
Farmakolog
is
TUGAS 3

Kasus
Seorang perempuan, 22 th, belum menikah, tinggal di Gedung meneng bersama
pamannya, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Satu bulan yang lalu ia di putus
pacarnya. Sejak seminggu ini pasien tanpak banyak diam, malas melakukan kegiatan
yang biasa dilakukannya, tidak merawat diri, murung dan sering menangis. Tiga hari
yang lalu minum racun serangga namun tertolong

Soal 1
Pelajari cerita dibawah ini secara berkelompok

Soal 2
Identifikasi gangguan jiwa yang terjadi pada pasien sesuai klasifikasi medis dalam modul
ini

Soal 3
Tuliskan hasil analisis tersebut pada lembar kerja yang tersedia
N0 Nama Tanda & Gejala Diagnosis Terapi/obat Diagnosis
Medik Keperawatan
Non
Farmakolog
is
Diagnosis dan Terapi Materi
Skizofrenia (F20) 03.1

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya


ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam
perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, kesadaran umumnya
tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat dipertahankan

Mengetahui penyebab skizoprenia perlu dikaji secara mendalam dari


aspek bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat
akan berpengaruh terhadap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu
saja mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup
yang tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan skizofrenia tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada konDIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis
(psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan skizofrenia harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
Tujuan
pengobatan dijalankan. Medikasi antipsikotik dimulai dengan dosis
pembelajaran
rendah dan ditingkatkan secara bertahap. (misalnya Haloperidol 3 x 1,5-5
umum
mg sehari atau Chlorpromazine 3 x 100-200 mg sehari). Dosis harus
Tujuan serendah mungkin untuk menghilangkan gejala, walaupun beberapa
pembelajaran pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi.
khusus
Setelah mempelajari diagnosis dan terapi skizofreni diharapkan peserta
didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada
klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:

1. Melakukan pengkajian klien Skizofrenia


Strategi 2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien Skizofrenia
pembelajaran 3. Menyusun rencana keperawatan klien Skizofrenia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien Skizofrenia
1. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan Skizofrenia
2. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien Skizofrenia
5. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien Skizofrenia
Waktu
1. Kuliah/penyampaian materi askep Skizofrenia
2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart GW, (2013), Principles and practice of Psychiatric Nursing, Lippicot:
Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Diagnosis dan Terapi Modul
Psikotik Akut (F23) 03.2

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
diteukn di unit psikiatri adalah skizofrenia.

Gangguan psikotik akut adalah gangguan jiwa yang ditandai adanya gangguan
daya nilai realitas yang muncul secara tiba-tiba dan durasinya singkat (dalam
masa 2 minggu atau kurang).

Mengetahui penyebab Psikotik perlu dikaji secara mendalam dari aspek


bio-psiko-sosial-spirritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan Psikotik tidak hanya dapat


dilakukan di pelayanan spesialis seperti rumah sakit jiwa. Semakin
tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua
tatanan, diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan
jiwa dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Obat psikiatri
atau psikofarmaka Yang banyak digunanakan adalah antipsikotik generasi
satu. Tanpa Antipsikotik, perilaku klien khususnya pada kondIsi kronis
sulit dikontrol. Hal ini tentu saja berbahaya baik bagi lien, orang lain
maupun lingkungan. Terlepas dari pemberian terapi biologis, terapi
psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi pendukung
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah waktu pengobatan yang
relatif lama dan dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan
fungsional klien merupakan faktor yang berperan mencegah kambuh.

Perawatan psikotik akut harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan


mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut
secara tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
Tujuan
penilaian. Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak
pembelajaran
mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi depo/jangka panjang
umum
untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat. Resepkan satu
Tujuan antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi). “Start low, go slow” dan
pembelajaran naikkan dosis secara perlahan hingga mencapai dosis efektif.
khusus
Setelah mempelajari dignosis dan terapi psikotik diharapkan peserta
didik mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada
klien skizofenia berdasarkan proses keperawatan.

Setelah mempelajari askep Skizofrenia diharapkan peserta didik mampu:

1. Melakukan pengkajian klien psikotik


Strategi 2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien psikotik
pembelajaran 3. Menyusun rencana keperawatan klien psikotik
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien psikotik
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan psikotik
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien psikotik
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien psikotik
Waktu
1. Kuliah/penyampaian materi askep psikotik
2. Akses informasi askep psikotik
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(basic Course). EGC: Jakarta
Maslim, R. (2005 Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2006). Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan
Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan RI.
Diagnosis dan Terapi Modul
Depresi (F32) 03.3

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada individu dan keluarga di
masyarakat membutuhkan penanganan praktisi kesehatan. Keperawatan
sebagai salah satu profesi kesehatan meyakini adanya kolaborasi dan
kerja tim untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami individu,
keluarga maupun masyarakat sehingga beberapa tindakan keperawatan
membutuhkan kolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan lainnya;
salah satunya adalah dokter.

Identifikasi masalah kesehatan dlakukan dengan melakukan diagnosis


dan terapi pada klien. Salah satu masalah gangguan jiwa terbanyak yang
ditemukan di pelayanan primer adalah depresi.

Gangguan depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan


suasana hati (alam perasaan) yang menurun, proses pikir
melambat dan perilaku lamban (trias depresi).
Mengetahui penyebab depresi perlu dikaji secara mendalam dari aspek
bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural klien. Diagnosis yang tepat akan
berpengaruh terhdap terapi yan tepat pula bagi klien. Hal ini tentu saja
mempengruhi keberhasilan klien untuk memperoleh kualitas hidup yang
tinggi.

Saat ini, penatalaksanaan klien dengan depresi banyak ditemukan di


pelayanan umum, bahkan di masyarakat. Untuk itu semakin tingginya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa disemua tatanan,
diharapkan pelayanan kesehatan jiwa termasuk klien gangguan jiwa
dapat diberikan di pelayanan dasar seperti puskesmas. Tidak semua
gejala fisik yang dikeluhkan pasien saat berobat menginformasikan
adanya gangguan pada fisik pasien. Jika dikaji lebih dalam tidak mentup
kemungkinan pasien mengalami keluhan psikosomatik atau adanya
masalah psikis yang dimanifestasikaan dengan keluhan fisik. Untuk itu
terapi psikologis (psikoterapi/terapi modalitas merupakan terapi yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup klien. Yang perlu
ditekankan pada klien dan keluarga adalah motivasi hidup klien dan
dukungan keluarga untuk mempertahankan kemampuan fungsional klien
merupakan faktor yang berperan meningkatkan harga diri pasien.
Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila
kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Pasien berisiko melakukan
perilaku bunuh diri.

Tanyakan tentang risiko bunuh diri. Apakah pasien sering berpikir


tentang kematian. Apakah pasien mempunyai rencana bunuh diri yang
khas. Apakah ia telah membuat rencana yang serius untuk percobaan
bunuh diri di masa yang lalu. Apakah pasien bisa yakin untuk tidak
bertindak atas ide bunuh diri. Mungkin diperlukan pengawasan yang
ketat oleh keluarga dan teman, atau hospitalisasi (rawat inap). Tanyakan
tentang risiko mencederai orang lain. Dorong pasien untuk melawan
pesimisme atau kritik diri yang berlebihan, tidak bertindak atas dasar ide
pesimistik (misalnya, mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan),
Tujuan dan tidak memusatkan pada pikiran negatif atau bersalah.
pembelajaran
umum Medikasi antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya
Imipramin atau amitripilin), dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap malam
Tujuan dan dinaikkan sampai 100-150 mg dalam dosis terbagi. Pada pasien usia
pembelajaran lanjut atau sakit fisik, berikan dosis yang lebih rendah atau menggunakan
khusus antidepresan lain dengan efek samping yang minimal. Jelaskan kepada
pasien bahwa obat harus diminum setiap hari, bahwa perbaikan akan
terjadi dalam 2-3 minggu sesudah medikasi dimulai, dan mungkin timbul
efek samping ringan, tapi biasanya menghilang dalam 7-10 hari.
Tekankan bahwa pasien harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
menghentikan obat.

Strategi Setelah mempelajari dignosis dan terapi depresi diharapkan peserta didik
pembelajaran mampu memahami prinsip diagnosis dan penatalaksanaan pada klien
depresi berdasarkan proses keperawatan.

Setelah mempelajari askep depresi diharapkan peserta didik mampu:

1. Melakukan pengkajian klien depresi


2. Merumuskan diagnosis keperawatan klien depresi
3. Menyusun rencana keperawatan klien depresi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan klien depresi
5. Melakukan edukasi/pendidikan kesehatan depresi
6. Melakukan evaluasi tindakan perawatan klien depresi
7. Melakukan pendokumentasian proses perawatan klien depresi

1. Kuliah/penyampaian materi askep depresi


2. Akses informasi askep Skizofrenia
3. Menyelesaikan tugas dengan mengisi log-book (mandiri)
4. Berdiskusi
5. Mengkoreksi log-book
6. Praktikum
Waktu

Fasilitator Tim

Evaluasi Cognitif : logbook, test tulis


pembelajaran Afektif
Performance assessment : SOP

Referensi Stuart dan Larian, (2010), Principles and practice of Psychiatric Nursing,
Lippicot: Mosby
Maslim, R. (2005), Peedoman Pengolongan Gaanggan Jiwa, Jakarta: EGC
Maramis, A. (2010), Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Latihan 2

PROSES KEPERAWATAN JIWA


KASUS PEMICU

NO JENIS SITUASI KASUS


01 Kelompok 1 Seorang pasien wanita 30 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien
sebetulnya anak yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam
waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat karena
ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah
dan menghindari membiacarakan tentang kuliahnya. Saat
pengkajian klien mengatakan malu dengan teman-teman dan
dosennya. Dia sudah gagal
02 Kelompok 2 Seorang laki-laki, 22 tahun, diantar keluarga masuk RS Jiwa
pada tanggal 4 Februari 2015 karena melakukan
penganiayaan terhadap ibu dan klien selama dirumah
menunjukkan perilaku yang tidak wajar yaitu sering marah
tanpa sebab yang jelas dan juga tiba-tiba sering memukul
anggota keluarganya, dan mengganggu lingkungan setempat.
Klien mengatakan ibunya pilih kasih dengan tidak
mengijinkan menikah dengan pujaan hatinya. Menurut
ibunya klien ditinggal pacarnya
03 Kelompok 3 Seorang pasien wanita 34 tahun di ruang rawat
psikiatridengan riwayat sering mengurung diri dikamar.
Hasil observasi klien banyak diam, tidak mau bicara,
menyendiri, tidak mau berinteraksi, tampak sedih, ekspresi
datar dan dangkal, kontak mata kurang. Keluarga
mengatakan 1 tahun yang lalu klien bercerai dengan suami,
orang anaknya dibawa oleh suami. Keluarga juga
mengatakan jika klien sering bengong/melamun
04 Kelompok 4 Seorang laki-laki,40 Tahun masuk RS jiwa Bandar Lampung
pada bulan Februari 2015 dengan riwayat klien sering
menyendiri mengurung diri dikamar, melamun, dari
pengakuannya ia disuruh oleh roh halus yang membisikinya
untuk mengusir orang yang akan medekatinya, terkadang
suara itu memintanya untuk melempari orang yang
medekatinya. Klien sudah pernah dibawa ke RS jiwa
sebelumnya pada tahun 2016. Dari hasil pengkajian klien
sering mendengar suara-suara saat sedang sendiri. Malam
lebih sering. Hasil observasi klien sering meyendiri, klien
tampak seperti mendengarkan sesuatu serta mulut komat-
kamit dan kadang tersenyum sendiri.

05 Kelompok 5 Seorang pasienlaki-laki24 tahun tinggal bersama ibu dan 2


adiknya. Saat kunjungan rumah keluarga mengatakan klien
banyak mengurung diri dikamarnya. Sudah satu minggu
klien tidak mandi dang anti baju. Saat diminta mengganti
baju klien hanya melapisi bajunya tanpa membuka baju yang
lama. Hasil observasi klien tampak tiduran. Klien
mengatakan malas mandi karena dingin. Rambut gondrong
dan kumis tebal. Klien membawa makan ke kamarnya.
6 Kelompok 6 Seorang perempuan, 32 th tinggal di Panjang bersama
suami dan 2 orang anaknya. Sudah 1 minggu ini pasien
memperlihatkan perilaku yang membingungkan. Kadang-
kadang bicara atau tertawa-tawa sendiri di kamarnya.
Bila diingatkan suaminya ia marah Menurut suaminya
sejak orang tuanya menjadi korban kecelakaan pesawat
dan jenazahnya tidak ditemukan 1 tahun yang lalu
pasieni mulai sering melamun dan menangis. Selama itu
perilaku pasien belum banyak berubah. Tetapi di minggu
terakhir ini ia tidak mengurusi anak, suami bahkan dirinya
sendiri. Sering tidur larut malam
7 Kelompok 7 Seorang laki-laki, 38 th tinggal di Kedaton dengan 1
orang anaknya. pasien di bawa tetangganya ke
puskesmas karena gelisah, berteriak-teriak, menyerang
orang lain, bicara tertawa sendiri, curiga dengan orang
lain. Perilaku ini mulai tampak sejak ia bercerai dengan
istrinya 1 bulan yang lalu.
8 Kelompok 8 Seorang laki-laki, 45 th tinggal di Kemiling dengan
ibunya. pasien dibawa tetangganya ke puskesmas sering
mengurung diri dikamar, saring bicara dan tertawa
sendiri, klien tampak tidak merawat diri. Sudah pernah
dirawat di RSj 1 tahun lalu

TUGAS

BAGI KELAS MENJADI 8 KELOMPOK

1. DISKUSIKAN DALAM KELOMPOK

2. Susun satu SP yang disepakati dan sesuaikan dengan kasus

3. Role playkan dalam kelompok proses implementasinya

4. Buat pendokumentasian (implementasi dan evaluasi} dengan benar


Contoh Kasus

Seorang pasien laki-laki 21 tahun di ruang rawat psikiatri dengan riwayat sering mengurung
diri dikamar. Menurut keluarga klien gagal dalam kuliahnya (DO). Klien sebetulnya anak
yang pintar, tetapi klien sempat sakit dalam waktu yang cukup lama klien tidak naik tingkat
karena ketinggalan pelajaran. Sejak saat itu klien menolak kuliah dan menghindari
membiacarakan tentang kuliahnya. Saat pengkajian klien mengatakan malu dengan
teman-teman dan dosennya. Dia sudah gagal. Satu bulan terAkhir klien tidak mau bergaul, saat
diingarkan sering kesal dan marah, satu minggu ini terkadang klien senyum2 sendiri

Dkep:

1. HDR
2. Isos
3. RPK
4. Halusinasi

Halusinasi

Akibat Isolasi Sosial

Core Problem Harga diri rendah.  RPK

Penyebab Koping individu inefektif

Anda mungkin juga menyukai