Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Obat Psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering
drugs

Section

terapi
(psyc

24.1

24.2
obat
untuk

24.2.1

24

Psychotherapeutic
Drugs

Obat Psikotropik

Drugs used in
psychotic disorders

Anti-Psikosis
Chlorpromazine
Fluphenazine
Haloperidol
Risperidone

(supp

24.2.2

24.3
24.4

24.5

Medicine used in
bipolar disorders

Medicines for anxiety


disorders
Medicines usedn for
obsessive compulsive
disorders
Medicines for
disorders due to
psychoactive
substance use

gangguan

psikiatrik

hotherapeutic
medication).
Penggunaan

Drugs used in mood


disorders
Medicines used in
depressive disorders

), digunakan untuk

klinis

Anti-depresi
Anti-insomnia
Amitriptyline
Fluoxentine
Anti-panik, Antimania
Carbamazepine
Lithium carbonate
Valporic acid (sodium
valproate)
Anti-anxietas
Diazepam
Anti-obsesif
kompulsif
Clomipramine

psikotropik ditujukan

Nicotine Replacement
Therapy (NRT)

Penggolongan

meredam
ression)

gejala

sasaran tertentu dan


pemilihan jenis obat
disesuaikan
tampilan
sasaran

dengan
gejala

yang

ingin

ditanggulangi.
obat

psikotropik

berdasarkan orientasi pada gejala sasaran menurut 19th WHO-Model List of Essential Medicines
(April 2015) ialah sebagai berikut : 1,2

Tabel. 1 Medicine For Mental and Behavioural Disorders


Respon terhadap obat psikotropik bersifat individual dan perlu pengaturan secara
empirik (therapeutic trial). Pengaturan dosis biasanya mulai dengan dosis awal (dosis anjuran),
dinaikkan secara cepat sampai mencapai dosis efektif (dosis yang mulai berefek supresi gejala
sasaran), dinaikkan secara gradual sampai mencapai dosis optimal (dosis yang mampu
mengendalikan gejala sasaran) dan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu sambil disertakan
terapi yang lain (non medikamentosa), kemudian diturunkan secara gradual sampai mencapai
dosis pemeliharaan (maintenance dose) yaitu dosis terkecil yang masih mampu mencegah
kambuhnya gejala. Bila sampai jangka waktu tertentu dinilai sudah cukup mantap hasil
terapinya, dosis dapat diturunkan secara gradual sampai berhenti pemberian obat (tapering off).
Butir-butir yang harus diingat dalam penggunaan klinis obat psikotropik : 1

Sesuai dengan situasi dan kondisi individual (tailored)


Penyesuaian secara bertahap (stepwise)
Pantau terus menerus (monitoring)
Terencana & terprogram (rational management)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2

A. PENGERTIAN KELAINAN AFEKTIF


Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek (mood)
sebagai gejala primer; semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa terus menerus depresi
atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama,
karena itu dinamai psikosis manik depresif. Penyakit dengan hanya satu jenis serangan
dinamai unipolar; dan jika episode manik dan depresif keduanya ada disebut bipolar.3
a. Etiologi
Genetika: penelitian kembar memperlihatkan angka kesamaan sebesar 70% untuk
kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot. Insiden dalam masyarakat
umum sebesar 1 % dan dalam keluarga tingkat pertama 10-15%. Jenis transmisinya
kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat predisposisi. Penyakit

bipolar dan unipolar bersifat menurun.


Biokimia: biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun dua
hipotesis tentang senyawa amina menghasilkan banyak penyelidikan dalam
bertahun-tahun. Pertama, hipotesis katekolamin, menyatakan bahwa setidaknya
beberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi katekolamin pada
reseptor di otak, dan mania mungkin berhubungan dengan kelebihan katekolamin di
dalam otak. Kedua, hipotesis indolamina membuat pernyataan serupa untuk 5
hidroxitriptamin (5 HT). Metabolit utamanya asam 5-hidroksi indolasetat (5 HIAA)
menurun dalam LCS pasien depresi dan 5 HIAA rendah pada otak pasien yang

bunuh diri.
Kepribadian premorbid: biasanya ada gangguan afek ringan. Personalitas siklotimik
menjadi sasaran gangguan afek ringan selama hidupnya, keadaan ini tidak
berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian depresi ditunjukkan dengan

perilaku murung, pesimis, dan kurang bersemangat. Personalitas hipomania


berperilaku lebih riang, energetik, dan lebih ramah dari rata-rata.3
Berdasarkan PPDGJ-III, kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah
perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat).
Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat
aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau
mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. Gangguan afektif dibedakan
menurut: 4

b.

Episode tunggal atau multiple


Tingkat keparahan gejala:
- Mania dengan gejala psikotik mania tanpa gejala psikotik hipomania
- Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik berat dengan gejala psikotik
Dengan atau tanpa gejala somatik
Kriteria Diagnosis
Ada dua skema diagnosis yang dapat dipakai yaitu The International Classification of
Disease of the World Health Organization (ICD-10) dan The Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders of the American Psychiatric Association (DSM-IV-TR).
Episode Mood menurut DSM-IV-TR, ada empat jenis mood yaitu episode manik,
hipomanik, depresi, dan campuran.5
1. Episode Manik
Mania merupakan satu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas abnormal,
menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian
pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya mempertimbangkan
lingkungan. Pasien merasa sempurna fisik dan mental serta biasanya dibawa
kedokter oleh keluarganya. Afeknya euphoria dengan kilasan iritabilitas serta

bervariasi dari kegembiraan ringan sampai keriangan liar dan keadaan terangsang.
Kegembiraan pasien menular tetapi cepat menjadi membosankan. Ada peningkatan
aktivitas fisik dan mental, kurang tidur dan berbicara terus menerus serta terlalu
optimis dalam merencanakan masa depan. Episode Manik ditandai dengan adanya
eforia yang signifikan, ekspansif, atau iritabilitas yang disertai dengan paling sedikit
tiga gejala tambahan (empat, bila mood hanya iritabel), berlangsung paling sedikit
satu minggu (atau waktunya bisa lebih pendek bila pasien dirawat). Gejala
tambahan yaitu meningkatnya kepercayaan diri, berkurangnya kebutuhan tidur,
banyak bicara, loncat gagasan, distraktibilitas, meningkatnya aktivitas bertujuan
atau agitasi psikomotor, dan impulsivitas. Episode manik, bila derajatnya berat,
dapat disertai gejala psikotik, hendaya berat pada fungsi sosial dan pekerjaan,
memerlukan hospitalisasi.5,6
Depresi umum. Pasien manik sangat bergairah, banyak bicara, kadangkadang menggelikan, dan sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik dan
terdisorganisasi, memerlukan pengikatan fisik dan penyuntikan intramuscular obat
sedatif.
Mood, afek, dan perasaan. Pasien manik biasanya euforik tetapi juga dapat
lekas marah, khususnya jika mania telah ditemukan selama beberapa saat. Mereka
juga memiliki toleransi frustrasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan
kemarahan dan permusuhan. Pasien manik mungkin secara emosional adalah labil,
beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi di dalam beberapa menit
atau jam.

Bicara. Pasien manik tidak dapat disela saat mereka berbicara, dan mereka
sering rewel dan pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Pembicaraan sering
kali terganggu. Saat mania menjadi lebih kuat, pembicaraan menjadi lebih lantang,
lebih cepat, dan sulit untuk dimengerti. Saat keadaan teraktivasi meningkat,
pembicaraan menjadi penuh gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata, dan
hal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat aktivitas lebih meningkat lagi, asosiasi
menjadi longgar. Kemampuan untuk berkonsentrasi menghilang, menyebabkan
gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), kata yang campur aduk (word
salad), dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut, pembicaraan mungkin sama
sekali inkoheren dan tidak dapat dibedakan dari pembicaraan orang skizofrenik.
Gangguan Persepsi. Waham ditemukan pada 75 persen dari semua pasien
manik. Waham manik sesuai mood sering kali melibatkan kesehatan, kemampuan,
atau kekuatan yang luar biasa. Waham dan halusinasi yang aneh dan tidak sesuai
mood juga ditemukan pada mania.
Pikiran. Isi pikiran pasien manik termasuk tema kepercayaan diri dan
kebesaran diri. Pasien manik sering kali mudah dialihkan perhatiannya. Fungsi
kognitif keadaan manik ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali dan
dipercepat.
Sensorium dan kognisi. Walaupun banyak yang telah ditulis tentang defisit
kognitif yang terlihat pada pasien skizofrenik, sangat sedikit yang ditulis tentang
defisit serupa pada pasien bipolar I, yang mungkin memiliki defisit kognitif minor
yang mirip. Defisit kognitif yang dilaporkan dapat diinterpretasikan sebagai
pencerminan disfungsi kortikal yang difus, walaupun pemeriksaan selanjutnya

mungkin mampu untuk melokalisasi bidang yang abnormal. Secara kasar, orientasi
dan daya ingat adalah intak, walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat
euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala disebut mania
delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
Pengendalian impuls. Kira-kira 75 persen dari semua pasien manik adalah
senang menyerang atau mengancam. Pasien manik memang berusaha melakukan
bunuh diri atau pembunuhan, tetapi insidensi perilaku tersebut tidak diketahui.
Pertimbangan dan tilikan. Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari
pasien manik. Mereka mungkin melanggar peraturan dengan kartu kredit, aktivitas
seksual, dan finansial, kadang-kadang melibatkan keluarganya di dalam kejatuhan
finansial. Pasien manik juga memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan yang
dideritanya.
Reabilitas. Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya.
Kebohongan dan penipuan sering ditemukan pada mania, sering kali menyebabkan
klinisi yang tidak berpengalaman menghadapi pasien manik dengan keremehan yang
tidak sesuai.7
Kriteria Episode Manik Menurut DSM-IV-TR:
a. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama
periode tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa
kurang dari satu minggu bila dirawat inap).
b. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala dibawah ini
1.
2.
3.
4.

menetap dengan derajat berat yang signifikan:


Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara.
Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
7

5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak


relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ketujuan (sosial, pekerjaan, sekolah,
seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (misalnya investasi bisnis yang kurang perhitungan,
hubungan seksual yang tidak aman, sembrono di jalan raya, atau terlalu boros
c. Gejala-gejala tidak memenuhi episode campuran
d. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi pekerjaan, aktifitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang
lain, atau memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau
orang lain, atau dengan gambaran psikotik
e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medik
umum (misalnya, hipertiroid).5
2. Episode Hipomanik
Hipomania ditandai dengan peningkatan mood yang ringan, pikiran menjadi lebih
tajam, disertai peningkatan energy dan aktivitas, berlangsung beberapa hari pada
periode tertentu, tanpa adanya hendaya. Tilikan pada hipomania relatif baik. Durasi
minimum hipomania kurang dari empat hari. Hipomania biasanya berulang dan ia
dapat dibedakan dengan gembira normal (gembira normal tidak berulang). Kadangkadang hipomania dapat diinduksi dengan antidepresan.5
Kriteria Episode Hipomanik Menurut DSM-IV-TR:
a. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, paling sedikit empat hari,
mood jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau ketika tidak sedang depresi.
b. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala dibawah ini
menetap dengan derajat berat yang signifikan:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
8

2.
3.
4.
5.

Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara.
Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak

relevan atau tidak penting)


6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ketujuan (sosial, pekerjaan, sekolah,
seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (misalnya investasi bisnis yang kurang perhitungan,
hubungan seksual yang tidak aman, sembrono di jalan raya, atau terlalu boros
c. Episode yang terjadi dikaitkan dengan perubahan yang jelas dalam fungsi yang
tidak khas bagi orang tersebut ketika ia agejalaatik
d. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
e. Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya yang jelas
dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak ada gambaran psikotik.
f. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medik
umum (misalnya, hipertiroid).5
3. Episode Campuran
Episode campuran ditandai dengan terpenuhinya kriteria untuk kedua episode yaitu
episode manik dan episode depresi, paling sedikit satu minggu. Episode campuran
derajatnya berat (bisa disertai dengan gejala psikotik, memerlukan hospitalisasi,
hendaya fungsi psikososial dan pekerjaan yang derajatnya berat) dan terjadi pada
gangguan bipolar. Episode campuran sering terjadi pada peremuan yaitu mania
bertumpang tindih dengan temperamen depresi atau distimia.5
Kriteria Episode Campuran Menurut DSM-IV-TR
a. Memenuhi kriteria episode manik dan episode depresi mayor (kecuali untuk
durasi) hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu.

b. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata dalam fungsi
pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasa dilakukan atau hubungan dengan
orang lain, atau memerlukan perawatan untuk mencegah melukai diri sendiri
atau orang lain, atau terdapat gambaran psikotik.
c. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, atau obat, atau terapi lainnya) atau kondisi
medik umum (misalnya, hipertiroid).5
4. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurangnya-kurangnya dua episode)
dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktifitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun
kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain.4
5. Perjalanan Penyakit
Serangan yang khas dapat bertahan dari 6 sampai 9 bulan, tetapi bisa berkisar dari
beberapa jam sampai beberapa tahun. Pemulihan yang sempurna dapat saja terjadi,
tetapi sekitar 10 persen menjadi menahun, dengan perubahan afek menetap atau
berfluktuasi. Pada depresi, dua pertiga pasien mendapat serangan tunggal, pada
mania, setengahnya tak pernah kambuh. Pada pasien yang telah mendapat serangan
berulang, kebanyakan akan mendapatkan serangan depresi berulang, sekitar satu
dari tiga kasus akan bipolar (mania dan depresi) serta hanya 4 persen yang akan
10

mendapatkan serangan mania berulang. Intervalnya tak teratur dan tak dapat
diramalkan, tetapi dengan peningkatan jumlah serangan, maka waktu interval
cenderung berkurang.3
B. OBAT-OBAT ANTIMANIA
Sinonim : Mood Modulators, Mood Stabilizers, Antimanics
Obat acuan : Lithium Carbonate
Sediaan obat anti-mania dan dosis anjuran (yang beredar di Indonesia menurut IIMS Vol. 30
2001)1
No
1
2

Nama Generik
Lithium
Carbonate
Haloperidol

Carbamazepine

Valproic Acid

Divalproex Na.

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran
250-500 mg/h

HALDOL (Janssen)
SERENACE
(Searle)

Tab. 0,5-2-5mg
Tab. 0,5-1,5-5mg
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5 mg/ml

4,5-15 mg/h

COVOTIL
(Guardian Ph)
TEGRETOL
(Novartis)
BAMGETOL
(Mersifarma)
DEPAKENE
(Abbott)
DEPAKOTE
(Abbott)

Tab. 2-5 mg
Tab. 200 mg

5 mg (im) tiap 30
menit, maksimum
45 mg/h
4,5-15 mg/h
400-600 mg/h
2-3 x perhari

Caplet 200 mg
Syr. 250 mg/5 ml

3 x 250 mg/h

Tab. 250 mg

3 x 250 mg/h

Penggolongan1
Mania Akut :

Haloperidol (Haldol, Searle, Govotil)

Carbamazepine (Tegretol, Bamgetol)


Valproic Acid (Depakene)
Divalproex Na (Depakote)

11

Profilaksis Mania : Lithium Carbonate


Indikasi Penggunaan1
Gejala Sasaran (target syndrome) : Sindrom Mania
Butir-butir diagnostik : Sindrom Mania

Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek

(mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif atau iritabel.


Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut :
1. Peningkatan aktifitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual, atau
ketidak-tenangan fisik.
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus
menerus.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa pikirannya
sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai
waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu
cepat tertarik kepada stimulus luar yang tidak penting atau yang tak berarti.
6. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan
risiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara
bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka,
penanaman modal secara bodoh, mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak
bertanggung jawab dan tanpa perhitungan.

12

7. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala :


penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

1. Lithium Karbonat
Li+ ; nomor atom 3, Bentuk lepas-lambat, Eskalith CR, Tablet lepas-lambat Lithobid.
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut,
lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.8
a) Mekanisme Kerja
Bagaimana kerja lithium karbonat sebenarnya dalam mengatasi mania belum
diketahui secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood
dengan menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan subsitusi satu
dari dua ion magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang
diyakini sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar. Pendapat lain mengatakan
efek anti-mania dari lithium disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine
receptor

supersensitivity,

dan

menghambat

cyclic

AMP

(adenosine

monophospate) dan phosphoinositides.8


b) Indikasi Penggunaan
Direkomendasikan untuk:
- Gangguan bipolar akut yang klasik, manik : litium adalah obat terpilih
untuk stabilisasi serangan manik akut (80% pasien dapat dinormalkan),
walaupun onset klinis biasanya terlambat 7-10 hari, obat tambahan mungkin
diperlukan untuk mengendalikannya. Terbaik untuk gangguan bipolar
klasik; untuk pasien dengan siklus yang cepat lebih baik digunakan
antikonvulsan (hanya kira-kira 1/3 yang berespons terhadap Li).
13

Depresi akut : bipolar (baik; lebih dari 80% memberi respons, tetapi lambat
bekerjanya, perlu 3-6 minggu) dan unipolar (sekitar 1/3 berespons; oleh
karena itu, merupakan obat pilihan kedua). Pertimbangkan dengan baik
penambahan Li untuk meningkatkan respons parsial terhadap antidepresan

lain 50% berespons (biasanya cepat; sedikit lebih dari 1 minggu).


Profilaksis jangka panjang manik pada pasien bipolar: cukup efektif untuk
mencegah kekambuhan apabila diberikan bersama antikonvulsan. Hati-hati

dengan toksisitas ginjal yang kronis.


Pemakaian lain:
- Profilaksis gangguan bipolar, depresi dan depresi berat
- Mungkin membantu (biasanya) atau menggantikan antipsikotik pada
-

pengobatan sebagian kecil pasien dengan gangguan skizoafektif.


Dapat membantu mengendalikn perubahan mood yang cepat, agresi yang
impulsif, dan kegaduhan eksplosif tidak tergantung pada penyebabnya. Juga

untuk pasien retardasi dengan agresivitas dan/atau mutilasi diri.


- Diduga, efektif untuk terapi profilaksis jangka panjang pada cluster headache.
c) Farmakokinetik
Litium cepat diserap dari traktus GI (diserap sempurna dalam 8 jam) dan
menimbulkan puncak kadar plasma dalam 1-3 jam. Tidak terikat pada protein atau
dimetabolisme dan diekskresi oleh ginjal. Konsentrasi di dalam CSS adalah 3060% dari kadar plasma dan setara dengan konsentrasinya di dalam sel darah
merah. Ditumpuk oleh tulang dan tiroid (4-5 kali dari kadar plasma). Litium hanya
dapat digunakan dengan aman jika konsentrasi darah dimonitor hati-hati (dosis
oral bukan merupakan ukuran yang memadai). Untuk mendapatkan kadar yang
konsisten, ambil darah 12 jam setelah dosis terakhir (misal, berikan obat sore hari
dan ambil darah sebelum makan pagi). Waktu paruh lithium adalah 18-36 jam
(tercepat pada anak muda, paling lambat pada orang tua); dosis oral yang konstan

14

memerlukan 5-8 hari untuk mencapai kadar plasma yang menetap (steady state).
Sekali tercapai steady state, kadar litium proporsional dengan dosis oral harian
(dan ditentukan oleh bersihan ginjal).
d) Profil Efek Samping
Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Jumlah dan berat efek samping meningkat seiring dengan terjadinya perubahan
cepat/peningkatan kadar Li dalam darah. Perubahan sedikit pada kadar darah (0,10,2 mEq/L) dapat mengubah secara dramatis banyaknya atau beratnya efek
samping. Efek samping ringan (tremor, gangguan koordinasi, disartria, haus,
anoreksia, gangguan GI) lazim terjadi pada kadar terapeutik (0,8-1,5 mEq/L), dan
efek samping berat (mual, muntah, bicara tidak jelas, diare, tremor kasar, ataksia
berat, bingung, delirium, kejang, koma, kematian) dapat terjadi hanya karena
kadarnya sedikit lebih tinggi (misal, hanya 2,0-2,5 mEq/L tetapi lebih sering pada
3-5 mEq/L). Gejala efek samping yang dini pada pengobatan jangka lama : mulut
kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah diare, feces lunak),
kelemahan otot, poli-uria, tremor halus.
Efek samping yang spesifik termasuk yang berikut ini:
- Neurologik : EEG biasanya memperlihatkan peningkatan amplitudo dan
perlambatan yang menyeluruh (pada 50% pasien dengan kadar darah
terapeutik). Nyeri kepala, kadang-kadang pembicaraan tidak jelas.
Toksisitas: Bingung, konsentrasi buruk, dan kesadaran berkabut, kemudian

delirium, koma, dan kematian.


Efek serebelum disartria, ataksia, nistagmus, ganggua koordinasi berat.
Efek ganglia basalis : gejala parkinsonisme, gerakan-gerakan khoreiformis.
Kejang-kejang : grand mal; status epileptikus.
Neuromuskular : Tremor tangan (halus, cepat) yang tidak berespons terhadap
anti-kolinergik. Terjadi pada 50% pasien yang mulai memakai litium, tetapi

15

insidennya menurun seiring waktu (5% pada pasien yang sudah pakai lama).
Obati dengan beta bloker (misalnya propanolol oral 30-80 mg/hari).
Kelemahan muskular : terjadi pada 1/3 pasien selama minggu pertama

pengobatan; sementara.
Toksisitas neuromuskular : refleks hiperaktif, fasikulasi, paralisis
Ginjal : Poliuri dan polidipsi : sekunder akibat sindrom mirip-diabetes
insipidus yang resisten terhadap vasopresin. Bersifat reversibel dan terjadi
pada 50% dari seluruh kasus baru (5% dari seluruh kasus kronis). Gagal ginjal
oliguri reversibel dengan intoksikasi litium akut. Mungkin terjadi efek
nefrotoksik yang ireversibel pda sebagian pasien kronis fibrosis interstitial
kortikal fokal dengan atropi tubular dan sklerotik glomeruli. Awasi
peningkatan bertahap kadar lithium darah bertahap pada pasien yang
mendapat dosis oral konstan. Ada peningkatan kreatinin serum dan volume
urin 24 jam. Efek berat penggunaan litium jangka panjang membatasi

kemampuan litium untuk digunakan sebagai profilaksis pada beberapa kasus.


Darah : Leukositosis (10.000-14.000 sel darah putih; neutrofilia dengan
limfositopenia) : lazim terjadi dan reversibel, menetap, tetapi periodik selama

pasien mendapat litium. Kadang-kadang meningkatkan laju endap darah.


GI: sebanyak 30% pasien mendapat gejala GI pada minggu awal pengobatan :
iritasi lambung, mual, anoreksia, diare, kembung, nyeri abdomen (ganti ke

litium sitrat dapat mengurangi gejala).


Jantung : pendataran atau inversi gelombang T (lazim ada tetapi reversibel).
Tidak biasa: miokarditis, blok SA, blok AV; iritabilitas ventrikular dan
mungkin kematian mendadak (khususnya pada laki-laki tua dengan patologi
jantung; lebih sering pada kadar toksik).

16

Tiroid : Litium dapat mengakibatkan hipotiroidisme dengan (10% dari pasien


kronis) atau tanpa goiter. Ukur TSH. Tiroksin dosis rendah dapat membantu,

tetapi konsultasikan pada ahli endokrin.


Lain-lain: Gangguan fungsi memori : litium berakumulasi di tulang, tidak
diketahui saefek yang membahayakan. Kadang-kadang timbul ruam
makulopapular, jerawat, dan juga (jarang) alopesia, ulserasi, dan eksaserbasi
psoriasis. Penambahan berat badan pada 10% atau lebih pasien. Berhubungan
sebagian dengan hipoglikemia reaktif akibat terinduksi oleh litium. Kadangkadang eksoftalmus ringan yang reversibel.
Pada kehamilan:
o Litium melewati plasenta dengan bebas dan dapat mengakibatkan
malformasi jantung (Anomali Ebstein dll), walaupun jarang. Wanita
hamil harus menghindari litium pada kecuali risiko kehamilan dengan
gejala manik melebihi risiko yang kecil untuk terjadinya malformasi
fetus. Bayinya juga berisiko menderita diabetes insipidus nefrogenik,
hipoglikemia dan goiter eutiroid.
o Litium pada air susu ibu adalah 30%-100% dari kadar darah ibu, oleh
karena itu, ibu ini tidak disarankan untuk menyusui.
o Bersihan litium meningkat 50-100% saat awal kehamilan dan kembali
normal saat melahirkan; karenanya peningkatan dosis saat kehamilan
harus segera diturunkan atau ibu tersebut akan mengalami toksik.
Litium memiliki batas keamanan yang sangat sempit dan obat yang
sangat berbahaya pada overdosis. Diberikan secara berhati-hati (atau
jangan diberikan) pada pasien dengan dehidrasi, demam, kadar natrium
rendah (ginjal mereabsorpsi Litium lebih banyak), atau menderita
penyakit ginjal atau kardiovaskular yang berat. Pasien dengan kerusakan

17

otak dan orang lanjut usia berisiko untuk mengalami efek samping
bahkan pada kadar di dalam darah yang rendah, jadi gunakan secara
berhati-hati.
Gejala intoksikasi : (serum lithium > 1,5 mEq/L)
o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan
tidak stabil.
o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran
menurun (confusional state) dapat sampai coma dengan hipertoni otot
dan kedutan, oliguria, kejang-kejang.
o Penting sekali monitoring kadar Lithium dalam darah (mEq/L)
Faktor Predisposisi terjadinya intoksikasi Lithium :
o Demam (berkeringat berlebihan)
o Diet rendah garam (pasien dengan hipertensi)
o Diare dan muntah muntah
o Diet untuk menurunkan berat badan
o Pemakaian bersama diuretika, antirematika NSAID.
Tindakan mengatasi Intoksikasi Lithium :
o Mengurangi faktor predisposisi
o Forced dieresis dengan Garam fisiologis (NaCl 0,9 %) diberikan i.v
sebanyak 10 cc (1 ampul), bila perlu hemodialisis.
Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor
predisposisi, minum secukupnya (sekitar 2500 cc perhari), bila berkeringat
dan dieresis banyak harus diimbangi minum lebih banyak, mengenai gejala
dini intoksikasi, kontrol rutin.
e) Interaksi obat

18

Lithium + diuretika Thiazide = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium


sebanyak 50% risiko intoksikasi menjadi besar sehingga dosis lithium harus
dikurangi 50% agar tidak terjadi intoksikasi. Sedangkan loop diuretics,
seperti furosemide, kurang mempengaruhi konsentrasi lithium.

ACE Inhibitors + Lithiumm = dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium


sehingga menimbulkan gejala intoksikasi.

Haloperidol + Lithium = efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataxia), efek


neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi lithium dengan
haloperidol dosis rendah (kurang dari 20 mg/h). keadaan yang sama untuk
lithium + carbamazepine.

NSAID (e.g. indomethacin, ibuprofen) + lithium = dapat meningkatkan


konsentrasi serum lithium, sehingga risiko intoksikasi menjadi besar.

Aspirin dan paracetamol (analgesics) tidak ada interaksi dengan lithium.

f) Cara penggunaan
Pemilihan obat
Pada mania akut diberikan : haloperidol (im) + tab. Lithium carbonate.
Haloperidol (im) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas
dengan

onset

of

action

yang

cepat

(kalau

perlu

dengan

rapid

neuroleptization).
Lithium carbonate efek anti-mania baru muncul setelah penggunaan 7-10

hari.
Pada gangguan afektif bipolar (manic-depressive disorder) dengan seranganserangan episodic mania/depresi: lithium carbonate sebagai obat profilaksis
terhadap serangan sindrom mania/depresi, dapat mengurangi frekuensi, berat,
dan lamanya suatu kekambuhan.
19

Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolerir dengan
baik atau kondisi fisik yang kontraindikatif) tidak memungkinkan penggunaan
obat Lithium carbonate, dapat menggunakan obat alternative: carbamazepine,
valproic acid divalproex, yang terbukti juga ampuh untuk meredakan sindrom
mania akut dan profilaksis serangan sindrom mania pada gangguan afektif

bipolar.
Pada gangguan afektif bipolar (recurrent unipolar depression), pencegahan
kekambuhan dapat juga dengan obat anti-depresi SSRI (e.g) Fluoxetine
Sertraline) yang lebih ampuh dari Lithium carbonate.

Pengaturan dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : 7-10 hari (1-2 minggu)


Rentang kadar serum terapeutik = 0,8 1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis

sekitar 2 atau 3 x 500 mg per hari)


Kadar serum toksik = diatas 1,5 mEq/L
Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah Lithium Carbonate, mulai
dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/h
setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar
serum lithium berefek klinis terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). Biasanya dosis efektif
dan optimal berkisar 1000 1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan,
kemudian diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi serum lithium
yang dianjurkan untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5
0,8 mEq/L, ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,7-1,2
mEq/L, dan juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko
intoksikasi.
20

Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum
dilakukan dengan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu sebelum
makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari
sebelumnya). Untuk mengurangi efek samping pada saluran makanan (mual,
muntah, diare) obat lithium carbonate diberikan setelah makan.
g) Lama Pemberian
Pada penggunaan untuk sindrom mania akut, setelah gejala-gejala mereda,
lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan secara
gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi.
Pada ganggan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan
sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan Sindrom
Mania/Depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam dosis minimun
dengan kadar serum lithium ter-rendah yang masih efektif untuk terapi
profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap bulan).
h) Perhatian Khusus
Sebelum dan selama penggunaan obat anti-mania lithium karbonat perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium secara periodik. Kadar serum Na dan K (Li & Na saling
mempengaruhi di tubulus proximalis renalis). Kadar ini merendah pada pasien diet
garam dan menggunakan diuretika. Tes fungsi ginjal (serum kreatinin). Hampir
semua kadar lithium dalam darah diekskresi melalui ginjal. Tes fungsi kelenjar
tiroid (serum T3 & T4). Lithium merendahkan kadar serum yodium. Pemeriksaan
EKG (lithium mempengaruhi cardiac repolarization). Wanita hamil adalah
kontraindikasi penggunaan lithium (bersifat teratogenik). Lithium dapat melalui
placenta dan masuk keperedaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar
tiroid.
21

i) Rumatan
Pengobatan mania : jika pasien mempunyai riwayat mania berulang, lanjutkan
litium setelah serangan akut. Kadar rumatan efektif di dalam darah adalah 0,8
mEq/L (kisaran 0,6-1,0). Ketika stabil, ukur kadar darah setiap 2-3 bulan
(waspada bahwa diet ketat atau program latihan berat dapat mengubah kadar
darah pasien). Ajarkan pasien untuk waspada terhadap efek samping yang
mungkin toksik dan ukur kadar litium jika hal itu terjadi. Kadar litium
meningkat dengan hilangnya natrium, jadi nasihati pasien untuk waspada akan
perubahan makanan bergaram, berkeringat dan udara panas (walaupun litium
mungkin hilang lebih cepat daripada natrium, mengakibatkan kadar litium
jatuh). Perhatikan mengenai toksisitas ginjal bertahap yang terinduksi oleh
litium menurun: pengukuran standar kreatinin serum, urinalisis, ureum,
ekskresi protein, dan volume urin 24 jam setiap 6-12 bulan mungkin tidak
terlalu perlu. Monitor fungsi tiroid T3 dan T4, dan pemeriksaan fisik setiap 6

bulan.
Profilaksis manik/depresi dengan litium hanya bersifat sebagian. Jika pasien
yang sedang dalam terapi rumatan dengan litium memperlihatkan tanda-tanda
manik naikkan litium menjadi kadar terapi akut (50% atau lebih berespons).
Medikasi yang setara efektivitasnya untuk profilaksis termasuk karbamazepin,
valproat, antikonvulsan lainnya dan klonazepam; Li dan valproat mungkin

merupakan kombinasi terapi rumatan terpilih pada pasien sulit.1,9,10,11


2. Karbamazepin
Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara struktural mirip dengan
imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat sebagai anti epilepsi.
22

Struktur molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramine. Suatu
antikonvulsan yang efektivitasnya tampak setara dengan litium untuk mengobati mania
akut (lebih baik daripada litium untuk yang siklusnya cepat) dan depresi bipolar, dan
untuk profilaksis mania. Lebih jauh lagi, mungkin berguna untuk mengobati individu
dengan perilaku kekerasan tertentu. Dosis biasanya 800 mg/hari atau lebih (kadar
dalam darah = 6-8 mg/L). Mulai perlahan-lahan, tingkatkan setelah 2-3 minggu, dan
periksa kadar dalam darah 5-6 kali selama bulan pertama karena obat menginduksi
metabolismnya sendiri. Efek samping meliputi kelelahan, mual, ataksia, dan diplopia.
Ruam alergik karena alergi lazim terjadi (5-15%), efek samping yang berkaitan dengan
dosis seperti sedasi dan pusing. Leukopenia, awal, ringan dan jinak lazim terjadi (10%),
tetapi awal kemungkinan yang lebih serius seperti anemia aplastik, agranulositosis, dan
toksisitas hepatik yang berkembang dalam beberapa bulan atau beberapa tahun. Periksa
darah lengkap dan hitung jenis setidaknya setiap pemeriksaan kadar obat dalam
darah.7,9,11
a) Mekanisme
Meningkatkan transmisi penyekat yang diperantarai GABA pada SSP. Mengurangi
eksibilitas listrik membran sel dengan menyekat saluran natrium.
b) Indikasi
Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia,
kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan
bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan sebagai mood modulator. Saat ini
karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat untuk mengatasi
berbagai bangkitan kecuali bangkitan lena. Karbamazepin juga dapat digunakan
sebagai antimania dan terapi profilaksis.
c) Dosis

23

Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4
dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama
pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2
pengobatan dan pasien tidak mempunyai efek intoleransi obat maka dosis
karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari. Dosis Anjuran untuk
karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali pemberian.
d) Efek samping
a. Pencernaan: diare, mual, muntah, anoreksia
b. Neurologi: pusing, sakit kepala, ataksia, gangguan penglihatan
c. Hematologi: leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik.
Seperempat dari jumlah pasien yang diobati mengalami efek samping. Gejala
intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor atau koma, kejang dan
depresi nafas. Karena potensinya untuk menimbulkan efek samping sangat
luas, maka pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan
nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama
pengobatan.
e) Interaksi Obat
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin dapat
mencetuskan

efek

merugikan

sistem

saraf

pusat

akibat

karbamazepin.

Karbamazepin dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan


menyebabkan perdarahan banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama
monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai. Fenobarbital dan
Fenitoin

dapat

meningkatkan

kadar

karbamazepin,

dan

biotransformasi

karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi primidon menjadi

24

fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian karbamazepin


bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproate
f) Kontraindikasi : Kelainan konduksi atrioventrikel (kecuali dengan pacemaker),
riwayat depresi sumsum tulang, porfiria.
3. Haloperidol
Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik
dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Haloperidol cepat
diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6
jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam
plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari
dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui
ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.
Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol
memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia.
Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena
butiropenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.12
a) Indikasi
Haloperidol diindikasikan pada keadaan psikosis akut dan kronis, halusinasi pada
skizofrenia, dan kelainan sikap dan tingkah laku pada anak.
b) Dosis
Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta
dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung
kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.
- Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.
- Dosis awal bila gejala berat : 3 mg 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.
c) Efek samping
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi, terutama
pada penderita usia muda. Efek samping ekstrapiramidal akibat penggunaan
haloperidol memberikan gejala parkinsonisme, akatisia, distonia juga bisa terjadi
25

opistotonus dan okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai


dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania atau sebagai
efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat
terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering dilaporkan.
Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak
diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak teratogenik. Efek
samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah Tardif diskinesia. Gejala
ini muncul pada pasien dengan terapi jangka panjang atau muncul setelah terapi
dihentikan. Resiko lebih besar terjadi pada orang tua, pada terapi dosis tinggi.
Gambaran klinis yang terjadi adalah gerakan involunter dan berirama,
pergerakan lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang bisa muncul gerakan
involunter pada kaki. Pengobatan yang diberikan untuk gejala tardif diskinesia
antara lain adalah pemberian antiparkinson.
Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada
antipsikotik lain, walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan mata
menjadi kabur (Blurring of Vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa
yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat
hambatan CPZ.12
Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin
(CPZ), sedangkan efek haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni
memperlambat gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan
ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan
hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.12
d) Interaksi Obat

26

Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme masingmasing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat.
Pemberian haloperidol bersama dengan metildopa akan menimbulkan efek aditif
hipotensif. Pemberian haloperidol bersamaan dengan antikonvulsan, alkohol,
depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat menimbulkan efek
potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperidol. Pemberian dengan
epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.10
4. Asam Valproat
Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat diubah
menjadi bentuk asam di dalam lambung. Valproat merupakan antikonvulsan yang dapat
digunakan untuk mania akut, depresi akut pada gangguan bipolar dengan kombinasi
antidepresan, dan profilaksis. Dosis awal sekitar 200 mg, dua atau tiga kali sehari.
Dosis dinaikkan setiap beberapa hari atau setiap minggu sebesar 200-400 mg/hari
sesuai dengan respons dan efek samping. Dosis maksimum sekitar 2400 mg/hari. Dosis
rumatan berkisar antara 1000 dan 2000 mg/hari. Waktu paruh adalah 12 jam atau lebih:
pertahankan kadar di dalam darah rata-rata 50 ng/mL (mulai dengan 250 mg bid, tetapi
mungkin perlu 1.000 mg atau lebih/hari).7
Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai
setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah
48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya
menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa
obat ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas. 8 Sebelum
penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji darah komplit dan
a)

pemeriksaan faal hepar.13


Mekanisme

27

Mencegah pengambilan kembali GABA sehingga meningkatkan meningkatkan


transmisi penyekat GABA. Menurunkan konsentrasi aspartat, suatu transmitter
b)

pengeksitasi. Menyekat gerbang-voltase dari saluran natrium.


Efek samping
Gangguan saluran cerna yang dapat berupa anorexia, nausea, dyspepsia, muntah
atau diare; peningkatan tes fungsi hati, tremor dan sedasi merupakan efek
samping yang tergantung dosis. Mungkin perlu pengurangan dosis, ganti sediaan
atau pemberian obat, misalnya pemblok beta untuk tremor dan pemblok H2 untuk
dispepsia ; tanda-tanda toksisitas berupa somnolen, blok jantung, koma, dan

c)

sampai meninggal.
Interaksi Obat
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi
penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin
terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan
turun, karena biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari
ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak

d)

dipengaruhi.
Kontraindikasi
Disfungsi hati, porfiria.9,10,11

5. Natrium divalproex
Obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania. Di Amerika Serikat
dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan
Depakote sprinkle. Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium
valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada
tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan

28

digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995
ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.
a) Indikasi
Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks,
absent, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga
digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan
mencegah sakit kepala migrain. Natrium divalproex juga merupakan alternatif
terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan
pemeliharaan untuk kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan
siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan
anxietas, atau penyakit otak organik.
b) Dosis
Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg, bentuk
kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi
diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan
sampai 1000 mg per hari.
c) Efek samping:
Sangat sering: kram perut ringan, gangguan siklus menstruasi, diare, allopesia, mual
dan muntah, tremor pada ekstremitas, penurunan atau penambahan berat badan.
Sering: kram perut hebat, nausea dan vomiting berkelanjutan, perubahan mood,
kebiasaan dan pola berfikir, diplopia, jaundice, kekakuan pergerakan bola mata.
Jarang: gangguan keseimbangan, konstipasi, pusing, rasa berputar dan sakit kepala,
ruam kulit.
d) Interaksi Obat
Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh yang
dimetabolisme di hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila
dikombinasikan dengan natrium divalproex. Tingkat konsentrasi natrium divalproex
dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid, asam salisilat
29

(aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga meningkatkan


kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital dan zidovudin.
Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan bangkitan lena.
Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium
divalproex dalam darah.14

BAB III
KESIMPULAN
Obat Psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP)
dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering
drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication) . penggunaan
klinis obat psikotropik ditujukan untuk meredam (suppression) gejala sasaran tertentu dan
pemilihan jenis obat disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran yang ingin ditanggulangi,
misalnya gejala sasaran adalah mania, maka jenis obat yang digunakan adalah anti mania.
kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek (mood) sebagai gejala
primer; semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam
mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama. Mania merupakan satu episode

30

meningkatnya afek seseorang yang jelas abnormal, menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang
abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi terganggu karena gangguan pada daya
mempertimbangkan lingkungan.
Obat antimania biasa disebut juga mood modulators dan mood stabilizers, diantaranya
adalah lithium karbonat, karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex.
Haloperidol digunakan untuk mania akut, karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex
adalah obat antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania, dan lithium carbonat digunakan
sebagai profilaksis mania.

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Anonim. 2015. 19th WHO Model List of Essential Medicine.
http://www.who.int/medicines/publications/essentialmedicines/EML2015_8-May-15.pdf
(diakses tanggal 7 Oktober 2016)
3. Ingram, Timbury, Mowbray. 1995. Notes on Psychiatry.Jakarta : EGC.
4. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJIII. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
5. Elvira S. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : FKUI.
6. Kaplan H, Saddock B. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat . Jakarta : Widya Medika.
7. Kaplan & Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Jakarta : EGC.
8. Santoso SO, Wiria MSS. 2007. Psikotropik. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi
keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
31

9. Tomb David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC


10. Maramis Willy F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi Kedua.Surabaya : EGC
11. Hibbert Allison.2009.Rujukan Cepat Psikiatri (Rapid Psychiatry).Jakarta : EGC
12. Utama H, Gan VHS. Antikonvulsi. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat.
Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
13. Lieberman JA, Tasman A. 2006. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John
Wiley&Sons Ltd
14. Israr Yayan Akhyar, dkk. 2009. Obat Anti Mania. Faculty of Medicine University of

Riau.

32

Anda mungkin juga menyukai