Anda di halaman 1dari 11

Jenis Obat-Obatan pada Kasus Kegawatdaruratan Psikiatri

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan


Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara
lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer.
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau
tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang
memerlukan intervensi terapeutik segera.
Kasus kegawatdaruratan psikiatri adalah:
- Kondisi Gaduh Gelisah
- Violence (Tindak kekerasan)
- Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
- Sindrom Neuroleptik Maligna
- Delirium

Terapi kegawatdaruratan psikiatri


Pemberian terapi obat atau pengekangan harus mengikuti prinsip terapi Maximum
tranquilization with minimum sedation. Tujuannya adalah untuk:
a. Membantu pasien untuk dapat mengendalikan dirinya kembali
b. Mengurangi/menghilangkan penderitaannya
c. Agar evaluasi dapat dilanjutkan sampai didapat suatu kesimpulan akhir
Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
a. Low-dose High-potency antipsychotics seperti haloperidol, trifluoperazine,
perphenazine,dsb
b. Atypical antipsychotics, seperti risperidone, quetiapine, olanzapine.
c. Injeksi benzodiazepine. Kombinasi benzodiazepine dan antipsikotik kadang
sangat efektif.
Kasus Kegawatdaruratan Psikiatri
1. Kondisi Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya,
tetapi hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan
sekelompok gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan
sementara untuk suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh
dan gelisah. (Maramis dan Maramis, 2009).
Etiologi
Keadaan gaduh gelisah merupakan manifestasi klinis salah satu jenis psikosis
(Maramis dan Maramis, 2009):
a. Delirium
b. Skizofrenia katatonik
c. Gangguan skizotipal
d. Gangguan psikotik akut dan sementara
e. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
f. Amok

a. Psikosis karena gangguan mental organik: Delirium


Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan dengan
sindroma otak organik akut menunjukkan kesadaran yang menurun.
Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organik
menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit
badaniah. Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi
otak itu yang mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya
mengakibatkan kelainan patologik-anatomik (misalnya meningo-
ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, neoplasma intracranial, dan
sebagainya), atau mungkin terletak di luar otak (seperti tifus abdominalis,
pneumonia, malaria, uremia, keracunan atropine atau alcohol) yang
hanya mengakibatkan gangguan fungsi otak dengan manifestasi sebagai
psikosa atau keadaan gaduh-gelisah, tetapi tidak ditemukan kelainan
patologik-anatomik pada otak sendiri.
b. Skizofrenia Katatonik dan Gangguan Skizotipal
Skizofrenia merupakan psikosis yang paling sering terjadi. Secara
mudah dapat dikatakan bahwa bila kesadaran tidak menurun dan terdapat
inkoherensi serta afek-emosi yang inadequate, tanpa frustasi atau konflik
yang jelas maka hal ini biasanya disebut skizofrenia. Diagnosa dapat
diperkuat apabila terlihat juga tidak ada perpaduan (disharmoni) antara
berbagai aspek kepribadian seperti proses berpikir, afek-emosi,
psikomotorik dan kemauan (kepribadian yang retak, terpecah-belah atau
bercabang = schizo; jiwa = phren),yaitu yang satu meningkat, tetapi yang
lain menurun. Pokok gangguannya terletak pada proses berpikir.
Dari berbagai jenis skizofrenia, yang sering menimbulkan keadaan
gaduh-gelisah ialah episode skizofrenia akut dan skizofrenia jenis gaduh-
gelisah katatonik. Di samping psikomotor yang meningkat, pasien
menunjukkan inkoherensi dan afek-emosi yang inadequate. Proses
berpikir sama sekali tidak realistik lagi (Maramis dan Maramis, 2009).
c. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Gangguan ini timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik
yang dirasakan hebat sekali oleh individu. Stress ini disebabkan oleh
suatu frustasi atau konflik dari dalam ataupun dari luar individu yang
mendadak dan jelas, umpamanya dengan tiba-tiba kehilangan seorang
yang dicintainya, kegagalan, kerugian dan bencana.Gangguan psikotik
akut yang biasanya disertai keadaan gaduh-gelisah adalah gaduh-gelisah
reaktif dan kebingungan reaktif (Maramis dan Maramis, 2009).
d. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Pada psikosa bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi dalam
arti kata yang sebenarnya, tetapi pasien itu memperlihatkan jalan pikiran
yang meloncat-loncat atau melayang (“flight of ideas”). Ia merasa
gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap mudah saja. Psikomotorik
meningkat, banyak sekali berbicara (logorea) dan sering ia lekas
tersinggung dan marah (Maramis dan Maramis, 2009).
Psikosisbipolar termasuk dalam kelompok psikosa afektif karena
pokok gangguannya terletak pada afek-emosi. Tidak jelas ada frustasi
atau konflik yang menimbulkan gangguan mental ini.
e. Amok
Amok adalah keadaan gaduh-gelisah yang timbul mendadak dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiobudaya. Kesadaran menurun atau
berkabut (seperti dalam keadaan trance). Sesudahnya terdapat amnesia
total atau sebagian. Amok sering berakhir karena individu itu dibuat tidak
berdaya oleh orang lain, karena kehabisan tenaga atau karena ia melukai
diri sendiri, dan mungkin sampai ia menemui ajalnya (Maramis dan
Maramis, 2009).

2. Violence (Tindak Kekerasan)


Violence atau tindak kekrasan adalah agresi fisik yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya sendiri,
disebut mutilasi diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior). Tindak
kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan psikiatrik, tetapi dapat pula
terjadi pada orang biasa yang tidak dapat mengatasi tekanan hidup sehari-hari
dengan cara yang lebih baik.
Terapi Psikofarmaka
Terapi obat tergantung diagnosisnya. Biasanya untuk menenangkan pasien
diberikan obat antipsikotik atau benzodiazepin:
- Flufenazine, trifluoperazine atau haloperidol 5 mg per oral atau IM,
- Olanzapine 2,5-10 mg per IM, maksimal 4 injeksi per hari, dengan dosis
rata-rata per hari 13-14 mg,
- Atau lorazepam 2-4 mg, diazepam 5-10 mg per IV secara pelahan (dalam
2 menit).

Bila dalam 20-30 menit kegelisahan tidak berkurang, ulangi


dengan dosis yang sama. Hindari pemberian antipsikotik pada pasien yang
mempunyai risiko kejang. Untuk penderia epilepsi, mula-mula berikan
antikonvulsan misalnya carbamazepine lalu berikan benzodiazepine. Pasien
yang menderita gangguan organik kronik seringkali memberikan respon yang
baik dengan pemberian ß-blocker seperti propanolol.

Keterangan.
a. Fluphenazine adalah obat antipsikotik yang digunakan untuk mengatasi
gejala gangguan kejiwaan, seperti delusi dan halusinasi, terutama dalam
kasus skizofrenia. Dalam mengatasi gejala tersebut, fluphenazine bekerja
dengan cara memengaruhi keseimbangan senyawa organik atau
neurotransmiter di dalam otak.
b. Trifluoperazine adalah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati
gangguan mental/mood (seperti skizofrenia, gangguan psikotik). Obat ini
dapat mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk melukai diri
sendiri/orang lain. Obat ini juga membantu mengurangi halusinasi.
Trifluoperazine adalah obat kejiwaan yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazine. Obat ini bekerja dengan membantu
menyeimbangkan substansi alami tubuh di otak.
c. Haloperidol adalah obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk
mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia.
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia
alami dalam otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan
rasa tenang, meredakan kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif
dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
d. Olanzapine adalah obat golongan antipsikosa yang dapat digunakan untuk
meredakan gejala-gejala skizofrenia dan gangguan bipolar, terutama saat
penderita berada dalam kondisi manik (mania). Obat ini berfungsi
menyeimbangkan kembali zat kimia di otak sehingga membantu
mengurangi halusinasi, kegelisahan, dan membuat orang berpikir lebih
jernih sehingga lebih aktif berperan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Lorazepam adalah obat dengan fungsi untuk mengobati kecemasan.
Lorazepam termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai
benzodiazepin yang bekerja pada otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk
menghasilkan efek menenangkan. Obat ini bekerja dengan meningkatkan
efek dari kimia alami tertentu dalam tubuh (GABA).
f. Carbamazepine adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada
epilepsi. Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan aliran impuls saraf,
sehingga mengurangi kejang. Selain mencegah kejang, carbamazepine
juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri di wajah akibat gangguan
saraf trigeminal (trigeminal neuralgia) dan gangguan bipolar.
g. Benzodiazepine adalah obat yang dikategorikan sebagai obat psikoaktif.
Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi gejala gangguan psikologi
seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder) dan insomnia.
Benzodiazepine berperan sebagai obat penenang, anti-kecemasan,
hipnotik (membuat tidur lebih mudah), serta dapat melemaskan otot-otot
tubuh.
h. Propranolol adalah obat beta-blocker dengan fungsi untuk menangani
tekanan darah tinggi, detak jantung tak teratur, gemetar (tremor), dan
kondisi lainnya.

3. Tentamen Suicidum/Percobaan Bunuh Diri


Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian yang
diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri (Elvira,
Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan seseorang
yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis dan
Maramis, 2009).
Hal yang perlu diperhatikan:
- Adanya ide bunuh diri/percobaan bunuh diri sebelumnya
- Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam & kelelahan
- Adanya ide bunuh diri yang diucapkan
- Ketersediaannya alat atau cara untuk bunuh diri
- Adanya keputus-asaan yang mendalam
Terapi psikofarmaka
Tatalaksana psikofarmaka disesuaikan dengan penyebab keinginan
bunuh diri pada pasien, apakah murni karena sebab psikotik (halusinasi
dengan bersifat perintah) atau karena depresi yang dialami pasien. Misalnya
antipsikotik atau antidepresan.
Seorang yang sedang dalam krisis karena baru ditinggal mati biasanya
akan berfungsi lebih baik setelah mendapat tranquilizer ringan, terutama bila
tidurnya terganggu. Obat pilihannya adalah golongan benzodiazepine,
misalnya lorazepam 3x1 mg per hari selama 2 minggu. Jangan memberikan
obat dalam jumlah banyak sekaligus terhadap pasien(resepkan sedikit-sedikit
saja) dan pasien harus kontrol dalam beberapa hari.

4. Sindrom Neuroleptik Maligna


Sindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang
behubungan dengan penggunaan obat antipsikotik.
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis sindrom neuroleptik maligna
ditegakkan jika terdapat demam dan kekakuan otot yang parah, disertai
dengan 2 atau lebih dari gejala diaforesis, disfagia, tremor, inkontinensia,
penurunan kesadaran, mutism, takikardia, tekanan darah yang meningkat/naik
turun, leukositosis, dan bukti laboratorium adanya kerusakan pada otot
rangka.
Penatalaksanaan pada kasus kegawatdaruratan psikiatri, yaitu :
a. Pertimbangkan kemungkinan sindrom neuroleptik maligna pada pasien
yang mendapat antipsikotik yang mengalami demam serta kekakuan otot.
b. Bila terdapat rigiditas ringan yang tidak berespon terhadap antikoligenik
biasa dan bila demam buatlah diagnosis sementara neuroleptik maligna.
c. Hentikan pemberian antipsikotik segera.
d. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
e. Lakukan pemeriksaan laboratorium.
f. Hidrasi menggunakan cairan IV untuk mencegah terjadinya renjatan dan
menurunkan kemungkinan terjadinya gagal ginjal.
g. Sindrom neuroleptik maligna biasanya berlangsung selama 15 hari.

Jenis obat-obatan yang digunakan dalam kasus kegawatdaruratan


sindrom neuroleptik maligna, yaitu sebagai berikut.
a. Amantadine 200-400mg/hari (PO).
Indikasi pemberian yaitu pada terapi penyakit Parkinson, influenza
A, dan penyakit akibat dari reaksi ekstrapiramidal.
b. Bromocriptine 2,5mg (PO) 2-3 kali/hari.
Bromocriptine adalah agonis dopamin yang digunakan dalam
pengobatan tumor hipofisis, penyakit Parkinson (PD), hiperprolaktinemia,
sindrom neuroleptik ganas, dan diabetes tipe 2. Bromocriptine berfungsi
untuk mengobati gangguan akibat kadar hormone prolaktin dalam darah.
Bromocriptine bekerja dengan cara menghalangi pelepasan hormon
prolaktin dari kelenjar pituitari di bawah otak.
c. Levodopa 50-100mg/hari (IV) melalui infus.
Levodopa adalah obat untuk menangani gejala peyakit Parkinson,
seperti tubuh gemetar, kaku, dan kesulitan untuk bergerak. Cara kerja obat
ini yaitu dengan mengembalikan kadar dopamine, yang menyebabkan
kembalinya kemampuan untuk mengendalikan pergerakan tubuh.
d. Dantrolen 1mg/kgBB/hari (IV) selama 8 hari, setelah itu dilanjutkan
dengan pemberian oral.
Dantrolen adalah obat yang digunakan untuk mengobati
kekencangan otot, kejang, dan kram akibat dari gangguan saraf. Obat ini
membantu mengurangi nyeri otot dan kekakuan, serta meningkatkan
kemampuan untuk bergerak. Dantrolen digunakan untuk mengobati
sindrom neuroleptik maligna.
e. Benzodiazepine jika pemberian obat-obatan lain tidak berhasil.
Benzodiazepine diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek pada
kasus ansietas berat, serangan panik, dan depresi. Obat ini dapat
digunakan sebagai terapi tambahan jangka pendek pada awal pengobatan.
Hindari penggunaan jangka panjang dari jenis obat benzodiazepine.
Beberapa jenis dari obat benzodiazepine, yaitu:
1) Alprazolam
Indikasi: ansietas, campuran ansietas-depresi, dan gangguan panik.
Digunakan sebagai pengobatan jangka pendek.
Dosis:
a) Ansietas : dimulai dengan 0,75-1,5mg/hari.
b) Gangguan panik : 0,5-1mg menjelang tidur atau 0,5mg 3 kali
sehari.
c) Pada pasien lanjut usia: 0,5-0,75mg/hari.
2) Bromazepam
Indikasi: ansietas. Digunakan sebagai pengobatan jangka pendek.
Dosis: 3-18mg/hari. Pada lanjut usia diberikan setengah dari dosis
dewasa. Maksimal pemberian 60mg/hari.
3) Diazepam
Indikasi: pemakaian jangka pendek pada ansietas, insomnia, putus
alkohol akut, status epilepticus, kejang demam, dan spasme otot.
Dosis:
Oral
a) Ansietas: 2mg/hari 3 kali sehari. Maksimal 15-30mg/hari. Pada
lanjut usia diberikan setengah dari dosis dewasa.
b) Insomnia disertai ansietas: 5-15mg/hari sebelum tidur.
Injeksi IM/IV

a) Ansietas akut berat: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu. Injeksi
dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan kecepatan
kurang dari 5mg/menit.
b) Serangan panik akut: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu. Injeksi
dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan kecepatan
kurang dari 5mg/menit.
c) Putus alkohol akut: 10mg diulangi setiap 4 jam jika perlu. Injeksi
dilakukan ke dalam vena besar secara perlahan dengan kecepatan
kurang dari 5mg/menit.
Supositoria

a) Ansietas akut berat: 10-30mg, pada lansia setengah dari dosis


dewasa. Diulang setelah lima menit jika perlu.
4) Kalium Klorazepat
Indikasi: penggunaan jangka pendek pengobatan ansietas.
Dosis: 7,5-22,5mg/hari dibagi ke dalam 2-3 kali. Dosis tunggal 15mg
sebelum tidur. Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
5) Klobazam
Indikasi: penggunaan jangka pendek pengobatan ansietas.
Dosis: 20-30mg/hari. Pada kasus rawat inap ansietas berat dosis dapat
dinaikkan maksimal 60mg/hari. Pada lansia setengah dari dosis
dewasa.
6) Klordiazepoksid
Indikasi: ansietas (penggunaan jangka pendek).
Dosis: 10 mg 3 kali sehari, dengan dosis maksimal 60-100mg/hari.
Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
7) Lorazepam
Indikasi: penggunaan jangka pendek pada ansietas, insomnia, serangan
panik.
Dosis:
Oral
a) Ansietas : 14mg/hari. Pada lansia setengah dari dosis dewasa.
b) Insomnia : 12 mg sebelum tidur.
Injeksi IM/IV

a) Serangan panik akut : 25-30mg/kgBB diulangi setiap 6 jam jika


perlu. Injeksi pada vena besar secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA

Dokter Post. 2018. Kegawatdaruratan Psikiatri. Online:


http://dokterpost.com/kegawatdaruratan-psikiatri/. Diakses pada 22
September 2018
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI
M, Kabib. 2016. Bromocriptine. Online:
http://www.1001obat.com/bromocriptine.html. Diakses pada 23 September
2018
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Marianti. 2018. Fluphenazine. Online: https://www.alodokter.com/fluphenazine.
Diakses pada 23 September 2018
----------.2018. Olanzapine. Online: https://www.alodokter.com/olanzapine.
Diakses pada 23 September 2018
Samiadi, Lika. 2016. Lorazepam. Online: https://hellosehat.com/obat/lorazepam/.
Diakses pada 23 September 2018.
----------2016. Propanolol. Online: https://hellosehat.com/obat/propranolol/.
Diakses pada 23 September 2018
----------. 2016. Trifluoperazine obat apa? Online:
https://hellosehat.com/obat/trifluoperazine/. Diakses pada 23 September 2018
Willy, Tjin. 2018. Carbamazepine. Online:
https://www.alodokter.com/carbamazepine. Diakses pada 23 September 2018
----------. 2018. Haloperidol. Online: https://www.alodokter.com/haloperidol.
Diakses pada 23 September 2018

Anda mungkin juga menyukai