Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SOSIALISASI (TAKS) SESI III

OLEH:

TINGKAT 3A D IV REGULER
NAMA KELOMPOK

PUTU NABILA EKA SHANTI D.P.P P07120215014


NI WAYAN LINSA MIRAWATI GALUH P07120215015
NI PUTU AYU SANDRIANI P07120215016
NI MADE RISTYA KUSUMA DEWI P07120215017
BAIQ CICI KAMALIANI P07120215018
PUTU DIAH GITA PARAMITA P07120215029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2018
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
(TAKS)

A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota. TAKS adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial (Budi Anna Kelliat & Akemat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah upaya untuk meningkatkan
hubungan social dalam kelompok.
B. Tujuan
Pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
C. Tujuan khusus
1. Pasien mampu memperkenalkan diri
2. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Pasien mampu berinteraksi dengan anggota kelompok
4. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
5. Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan
D. Landasan Teori
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara
satu dengan yang lain, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama
(Struart and Sundeen, 2005 : 10)
TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri. aktivitas
yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok yaitu membaca puisi, seni,
musik, menari dan literature (Wilson dan Kneisl, 1992).
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa,
bahkan merupakan hal penting dari keterampilan terapeutik dan ilmu keperawatan.
Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
1. Model Terapi Aktivitas Kelompok
a. Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada
kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami
konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan
pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader
mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
b. Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak
efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas.
Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social
anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang
efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya
komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa
yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka
dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.
c. Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga
menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari
tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan
kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui
proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
d. Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai
peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran
sesuai peristiwa yang pernah dialami.
2. Metode
a. Kelompok didaktik
Suatu metode pendekatan yang dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan
dalam terapi kelompok seperti: untuk mentransfer informasi, membentuk
kelompok, menjelaskan proses penyakit. Sering kali pembelajaran seperti
ini berfungsi sebagai kekuatan pengikat hingga faktor-faktor terapeutik
lainnya beroperasi. Di samping itu, penjelasan dan klarifikasi merupakan
faktor yang berfungsi sebagai agen terapi yang efektif.
b. Kelompok sosial terapeutik
Metode untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien, sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari inter personal
(satu dan satu), kelompok, dan massa. Pembicara tidak mempunyai focus
tertentu tetapi lebih mengarah kebersamaan dan rasa senang. Serta kegiatan
antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya untuk
membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang,
atau penyesuaian soial. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi
respon kepada pasien dengan cara menunjukan sikap mau menerima dan
mau memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara
terbuka tentang dirinya. Selain itu membantu pasien untuk melihat dan
memperhatiakan apa yang tidak disadari sebelumnya.
c. Kelompok insipirasi represif
Metode kelompok yang sangat terstruktur, kosesif, mendukung, yang
meminimalkan pentingnya dan memaksimalkan nilai diskusi didalam
kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar, anggota
kelompok dipilih sering kali kerena mereka”mempunyai problem yang
sama” untuk dikembalikan ke dalam situasi yang sama seperti sedia kala.
d. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan – permasalahan psikologis. Psikodrama
bisanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi
terhadap tekanan–tekanan yang dialaminya Psikodrama adalah upaya
pemecahan masalah melalui drama. Jadi definisi psikodrama adalah tehnik
bermain peran guna upaya pemecahan masalah psikis yang dialami oleh
individu dan dituangkan dalam bentuk permainan peran dengan
menggunakan metode drama.
e. Kelompok interaksi bebas
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa
tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang
berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika
aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.
Jadi Kelompok interaksi bebas adalah suatu kelompok yang dapat
berinterkasi secara bebas sehingga dapat menyalurkan dan
mengekspresikan masalah yang dirasakan (sharing) kepada anggota
kelompok lainnya.

3. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok


a. Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah pasien
mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi
somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), pasien
dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan pasien
sesuai realitas, pasien mampu mengenal diri sendiri dan pasien mampu
mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik pasien : gangguan
orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, pasien kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
Bentuk kegiatan TAK orientasi realitas adalah pengenalan orang, tempat,
dan waktu yang dikerjakan dalam kelompok. Tahapan TAK orientasi realita
di bagi menjadi tiga antara lain :
1) Sesi I: Pengenalan orang.
2) Sesi II: Pengenalan tempat.
3) Sesi III: Pengenalan waktu.
b. Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus
eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik
pasien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang,
harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif
memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan,
dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
Setelah menjalani TAK sosialisasi, diharapkan klien mampu :
1) Memperkenalkan diri.
2) Berkenalan dengan anggota kelompok.
3) Bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4) Menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan.
5) Menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
6) Bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7) Menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK sosialisasi
yang telah dilakukan.
TAK sosialisasi terdiri dari tujuh sesi meliputi:
1) Sesi I: Memperkenalkan diri.
2) Sesi II: Berkenalan dengan anggota kelompok.
3) Sesi III: Bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4) Sesi IV: Menyampaikan topik pembicaraan.
5) Sesi V: Menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan
orang lain.
6) Sesi VI: Bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7) Sesi VII: Menyampaikan pendapat tentang manfaat
c. Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu pasien yang mengalami kemunduran
orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan
afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan
kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual,
mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan
mengemukakan perasaannya. Karakteristik pasien : gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide
– ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal,
kooperatif dan mengikuti kegiatan.
TAK stimulasi persepsi mengontrol prilaku kekerasan
1) Sesi I: Mengenal prilaku kekerasan.
2) Sesi II: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegitan fisik.
3) Sesi III: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan interaksi
sosial asertif.
4) Sesi IV: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegitan patuh minum
obat.
5) Sesi V: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah.
TAK stimulasi mengontrol halusinasi
1) Sesi I: Mengenal halusinasi.
2) Sesi II: Mengontrol halusinasi: menghardik halusinasi.
3) Sesi III: Mengontrol halusinasi: melakukan kegiatan.
4) Sesi IV: Mengontrol halusinasi: bercakap-cakap.
5) Sesi V: Mengontrol halusinasi: minum obat teratur.
TAK stimulasi persepsi harga diri rendah
1) Sesi I: mengidentifikasi aspek positif.
2) Sesi II: Melatih Kemampuan dan aspek positif.
d. Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada pasien yang mengalami
kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan kemampuan sensori,
memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
Bentuk terapi aktivitas kelompok terdiri atas tiga macam yaitu stimulasi
suara, stimulasi gambar atau gabungan. Dalam terapi aktivitas kelompok di
masyarakatada tiga sesi yang dapat diterapkan meliputi :
1) Sesi I: Stimulasi sensori: musik.
2) Sesi II: Menggambar.
3) Sesi III: Menonton tv atau video.
Tujuan TAK stimulasi sensori meliputi:
1) Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar.
2) Klien berespon terhadap gambar yang dilihat.
3) Klien berespon terhadap gambar video yang dilihat.
4) Klien mengekspresikan perasaan melalui gambar.
e. Penyaluran energy
Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan
menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan
perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.

E. Indikasi
Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997)
adalah :
1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic,
delusi tak terkontrol, mudah bosan.
2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak
terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga
bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan
pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis
klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman
relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
4. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan kontak verbal dengan pasien
lainnya.
5. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus.

PEDOMAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


DI RUANG SAHADEWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
KAMIS, 15 MARET 2018

TAKS : SESI III


MAMPU BERCAKAP-CAKAP DENGAN ANGGOTA KELOMPOK
1. Pengertian
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan
masalah hubungan social
2. Tujuan
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
3. Indikasi
a. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
b. Menanyakan pertanyaan tentang kehidupan pribadi
4. Setting
Denah :

O
L Co
K
K
K
F F
F
K K

F F
K

Keterangan :
L K
Leader : Pasien :
Co Leader : Co Fasilitattor :
F
Observer :
O

Tape Recorder :

5. Alat
a. Tape recorder
b. Bola tenis
c. Buku catatan dan pulpen
d. Label nama
6. Metode
1. Diskusikan dan tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
7. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
Pada tahap ini terapis melakukan :
(1) Memberi salam terapeutik
(2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini
(2) Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain
c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan
(2) Menjelaskan aturan main berikut :
(a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
(b) Lama kegiatan 25 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan musik pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk brtanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Memanggil panggilan
3) Menanyakan kehidupan pribadi : orang terdekat/percayai/disegani,
pekerjaannama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi lawan bicara
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi no.1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
1. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut


1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan
harian klien
c. Kontrak yang Akan Datang
a) Menyepakati kegiatan berikut yaitu menyampaikan dan
membicarakan topik pembicaraan tertentu
b) Menyepakati waktu dan tempat

8. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 3, dievaluasi kemampuan verbal dalam
bertanya dan menjawab pada saat bercakap-cakap sera kemampuan non
verbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut

TAKS : SESI III


KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP

1. Kemampuan Verbal : Bertanya


No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Mengajukan pertanyaan yang jelas


2 Mengajukan pertanyaan yang ringkas
3 Mengajukan pertanyaan yang relevan
4 Mengajukan pertanyaan secara spontan
Jumlah

2. Kemampuan Verbal : Menjawab


No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menjawab dengan jelas


2 Menjawab dengan ringkas
3 Menjawab dengan relevan
4 Menjawab dengan spontan
Jumlah

3. Kemampuan Non Verbal


No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
1. Dibawah judul nama klien, nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberikan tanda (√) jika
ditemukan pada klien atau tanda (x) jika tidak ditemukan
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien
mampu ; jika niali < 2 klien dianggap belum mampu

b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilliki klien ketika TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, jika nilai kemampuan
verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan
nonverbal 2, maka catatan keperawatan adalah klien verbal dan non
verbal.Dianjurkan latihan diulang di ruangan(buat jadwal)

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SOSIALISASI SESI III
Sesi III : Klien mampu bercakap-caka dengan anggota kelompok
Oleh : Mahasiswa program studi DIV Keperawatan Poltekkes Denpasar

1. Nama Kelompok
a Putu Ayu Sandriani Leader
b Putu Nabila Eka Shanti D.P.P Co-Leader
c Ni Made Ristya Kusuma Dewi Fasilitator
d Ni Wayan Linsa Mirawati Galuh Fasilitator
e Putu Diah Gita Paramita Fasilitator
f Baiq Cici Kamaliani Observer

2. Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2018


3. Tempat : Ruang Rekreasi Sahadewa RSJ Provinsi Bali
4. Tujuan TAK Sesi III : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok
5. Keseluruhan waktu pada Sesi III yaitu 20 menit dengan jumlah pasien 4
orang
6. Nama pasien yang mengikuti TAKS Sesi IV yaitu :
a Pak Mundra
b Pak Selem
c Pak Ida Bagus
d Bu Suaka
e Bu Wage
f Bu Gusti
g Bu Sum
…………….; …………2018
Nama Pembimbing / CI: Nama Mahasiswa

……………………….. …………………………...
NIP NIM

Nama Pembimbing / CT

………………………….

Anda mungkin juga menyukai