Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK

OLEH:
PUTU NABILA EKA SHANTI DIAH PRAMESTI PUTRI
(P07120315078)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

A. Definisi
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan icterus (Suzanne C. Smeltzer, 2002). Hiperbilirubin adalah suatu
keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal
bilirubin serum. Untuk bayi yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar
bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas
aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin diketahui
melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan hiperbilirubin.

B. Etiologi
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), penyebab
terjadinya hiperbilirubin:
1. Penurunan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru lahir yang menyusui
ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
2. Pola makan tidak tetapkan dengan baik
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)

C. Tanda dan Gejala


Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), tanda dan
gejala hiperbilirubin yaitu sebagai berikut.
1. Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2 mg/dL, bilirubin
serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada normogram spesifik
waktu)
2. Membran mukosa kuning
3. Kulit kuning
4. Sklera kuning
D. Pathway

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport


bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan


albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah → pengeluaran


mekonium terlambat, obstruksi usus → tinja berwarna pucat

Ikterus pada sklera, leher, dan badan peningkatan Ikterik


bilirubin indirek > 12 mg/dl Neonatus

Indikasi fototerapi Risiko


Hipovolemia
Sinar dengan intensitas tinggi

Radiasi

Risiko Gangguan Hipertermia


Intregitas Kulit/Jaringan
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
1) Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,
anti-A, anti-B dalam darah ibu.
2) Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-
positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
1) Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis.
2) Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl
pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
d. Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
1) Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
2) Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
h. Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
Pada bayi prematur, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-
7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis
j. Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit
RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
k. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.

2. Pemeriksaan radiologi
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatik.
4. Biopsi hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatik dengan intra hepatik selain itu
juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, sirosis hati, hepatoma.

F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum meliputi :
1. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manajemen bayi dengan
hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode terapi pada hiperbilirubinemia meliputi: fototerapi, transfusi
pengganti, infus albumin, dan terapi obat.
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery
dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5
mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Profilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor:
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk:
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap
sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
3. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post-natal masih menjadi pertentangan
karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan
mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ istirahat: letargi, malas
2. Sirkulasi: mungkin pucat, menandakan anemia
3. Eliminasi: Bising usus hipoaktif, vasase meconium mungkin lambat, faeces
mungkin lunak atau coklat kehijauan selama pengeluaran billirubin. Urine
berwarna gelap.
4. Makanan cairan: Riwayat pelambatan/ makanan oral buruk.
5. Palpasi abdomen: dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar.
6. Neurosensori:
a. Chepalohaematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran.
b. Oedema umum, hepatosplenomegali atau hidrops fetalis, mungkin ada
dengan inkompathabilitas Rh.
c. Kehilangan refleks moro, mungkin terlihat.
d. Opistotonus, dengan kekakuan lengkung punggung, menangis lirih, aktifitas
kejang.
7. Pernafasan: krekels (oedema fleura)
8. Keamanan: Riwayat positif infeksi atau sepsis neonatus, akimosis berlebihan,
petekie, perdarahan intrakranial, dapat tampak ikterik pada awalnya pada
wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh.
9. Seksualitas: mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA), bayi
dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk usia
gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi
pria daripada bayi wanita.

H. Diagnosis Keperawatan
1. Ikterik neonatus berhubungan dengan pola makan tidak tetapkan dengan baik,
kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari.
2. Risiko hipovolemia dibuktikan dengan kegagalan mekanisme regulasi,
evaporasi, kekurangan intake cairan.
3. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas:
fototerapi, penggunaan incubator
4. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan dibuktikan dengan suhu lingkungan
yang ekstrem, terapi radiasi: fototerapi

I. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Ikterik neonatus Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
keperawatan Fototerapi Neonatus
Definisi …x… jam, maka diharapkan Observasi :
Kulit dan membran mukosa integritas kulit dan jaringan  Monitor ikterik pada sklera
neonatus menguning setelah meningkat dan adaptasi dan kulit bayi
24 jam kelahiran akibat neonatus membaik dengan  Identifikasi kebutuhan cairan
bilirubin tidak terkonjugasi kriteria hasil : sesuai usia dengan usia
masuk kedalam sirkulasi Luaran Utama genetasi dan berat badan
Integritas Kulit dan  Monitor suhu dan tanda vital
Penyebab Jaringan setiap 4 jam sekali
 Penurunan berat badan  Elastisitas meningkat  Monitor efek samping
abnormal (>7-8% pada  Hidrasi meningkat fototerapi (mis. Hipertermi,
bayi baru lahir yang  Perfusi jaringan diare, rush pada kulit,
menyusui ASI, >15% meningkat penurunan berat badan lebih
pada bayi cukup bulan)  Kerusakan jaringan dari 8-10%)
 Pola makan tidak menurun Terapiutik
tetapkan dengan baik  Kerusakan lapisan kulit  Siapkan lampu fototerapi
 Kesulitan transisi ke menurun dan inkubator atau kotak
kehidupan ekstra uterin  Nyeri menurun bayi
 Usia kurang dari 7 hari  Perdarahan menurun  Lepaskan pakaian bayi
 Keterlambatan  Kemerahan menurun kecuali popok
pengeluaran feses  Hematoma menurun  Berikan penutup mata (eye
(mekonium)  Pigmentasi abnormal protector/biliband) pada
menurun bayi
Gejala & Tanda Mayor  Jaringan parut menurun  Ukur jarak lampu dan
Subjektif (tidak tersedia)  Nekrosis menurun permukaan kulit bayi (30cm
Objektif atau tergantung spesifikasi
 Abrasi kornea menurun
 Profil darah abnormal lampu fototerapi)
 Suhu kulit membaik
(hemolisis, bilirubin  Biarkan tubuh bayi terpapar
 Sensasi membaik
serum total >2 mg/dL, sinar fototerapi secara
 Tekstur membaik
bilirubin serum total pada berkelanjutan
 Pertumbuhan rambut
rentang risiko tinggi  Ganti segera alas/popok bayi
membaik
menurut usia pada jika BAB/BAK
Adaptasi Neonatus
normogram spesifik  Gunakan linen berwarna
waktu)  Berat badan meningkat
putih agar memantulkan
 Membran mukosa kuning  Membran mukosa kuning
cahaya sebanyak mungkin
menurun
 Kulit kuning Edukasi
 Kulit kuning menurun
 Sklera kuning  Anjurkan ibu menyusui
 Sklera kuning menurun sekitar 20-30 menit
Gejala & Tanda Minor  Prematuritas menurun  Anjurkan ibu menyusui
Subjektif (tidak tersedia)  Keterlambatan sesering mungkin
Objektif (tidak tersedia) pengeluaran feses Kolaborasi
menurun  Kolaborasi pemeriksaan
Kondisi Klinis Terkait  Aktifitas ekstremitas darah vena bilirubin direk
a. Neonatus membaik dan indirek
b. Bayi prematur  Respon terhadap stimulus
sensorik membaik

Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


keperawatan …x… jam, Manajemen Hipovolemia
Definisi maka diharapkan status Observasi:
Berisiko mengalami cairan membaik dengan  Periksa tanda dan gejala
penurunan volume cairan kriteria hasil: hipovolemia (mis. frekuensi
intravaskuler, interstisial, Luaran Utama nadi meningkat, nadi teraba
dan atau intraseluler. Status Cairan lemah, tekanan darah
 Kekuatan nadi meningkat menurun, tekanan nadi
Faktor Risiko  Turgor kulit meningkat menyempit, turgor kulit
 Kehilangan cairan aktif output urine meningkat menurun, membran mukosa
 Gangguan absorpsi cairan  Pengisian vena meningkat kering, volume urin
 Usia lanjut  Ortopnea menurun menurun, hematokrit
 Dyspnea menurun meningkat, haus, lemah)
 Kelebihan berat badan
 Paroxysmal  Monitor intake dan output
 Status hipermetabolik nocturnal
dyspnea (PND) menurun cairan
 Kegagalan mekanisme Terapeutik:
regulasi  Edema anasarka menurun
 Edema perifer menurun  Hitung kebutuhan cairan
 Evaporasi  Berikan posisi modified
 Distensi vena jugularis
 Kekurangan intake cairan Trendelenburg
menurun
 Efek agen farmakologis  Berikan asupan cairan oral
 Tidak ada suara nafas
tambahan Edukasi:
Kondisi Klinis Terkait
 Kongesti paru menurun  Anjurkan memperbanyak
a. Penyakit Addison asupan cairan oral
 Perasaan lemah menurun
b. Trauma/perdarahan  Anjurkan menghindari
 Keluhan haus menurun
c. Luka bakar perubahan posisi mendadak
d. AIDS  Konsentrasi urine
Kolaborasi:
e. Penyakit Crohn menurun
 Kolaborasi pemberian
f. Diare  Frekuensi nadi membaik
cairan IV isotonis (mis.
g. Kolitis ulseratif  Tekanan darah membaik
NaCl, RL)
 Tekanan nadi membaik
 Kolaborasi pemberian
 Membran mukosa
cairan hipotonis (mis.
membaik
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Jugular venous pressure
 Kolaborasi pemberian
(JVP) membaik
cairan koloid (mis. albumin,
 Kadar Hb membaik
Plasmanate)
 Kadar Ht membaik
 Kolaborasi pemberian
 Cental venous Presurre produk darah
membaik
 Tidak terdapat refluks
hepatojugular
 Berat badan membaik
 Tidak ada hepatomegali
 Oliguria membaik
 Intake cairan membaik
 Status mental membaik
 Suhu tubuh membaik

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


keperawatan Manajemen Hipertermia
Definisi …x… jam, maka diharapkan Observasi
Suhu tubuh meningkat di termoregulasi membaik  Identifikasi penyebab
atas rentang normal tubuh. dengan kriteria hasil : hipertermia (misal:
Luaran Tambahan dehidrasi, terpapar
Penyebab Termoregulasi Neonatus lingkungan panas,
 Dehidrasi  Menggigil menurun penggunaan inkubator)
 Terpapar lingkungan  Akroslanosis menurun  Monitor suhu tubuh
panas  Piloereksi menurun  Monitor kadar elektrolit
 Proses penyakit (mis.  Dasar kuku sioanotik  Monitor luaran urine
infeksi, kanker) menurun  Monitor komplikasi akibat
 Ketidaksesuaian pakaian  Suhu tubuh menurun hipertermia
dengan suhu lingkungan  Suhu kulit menurun Terapiutik
 Peningkatan laju  Frekuensi nadi menurun  Sediakan lingkungan yang
metabolism  Kadar glukosa darah dingin
 Respon trauma menurun  Longgarkan dan lepaskan
 Aktivitas berlebihan  Pengisian kapiler pakaian
 Penggunaan inkubator menurun  Basahi dan kipasi permukaan
 Piloereksi menurun  Berikan cairan oral
Gejala & Tanda Mayor  Ventilasi menurun  Ganti linen setiap hari atau
Subjektif (tidak tersedia) lebih sering jika mengalami
Objektif hyperhidrosis (keringat
 Suhu tubuh diatas nilai berlebih)
normal (36,5⁰C – 37,5⁰c)  Lakukan pendinginan
eksternal (missal:selimut
Gejala & Tanda Minor hipotermia atau kompres
Subjektif (tidak tersedia) dingin pada dahi, leher,
Objektif dada, abdomen, aksila)
 Kulit merah  Hindari pemberian
 Kejang antipiretik atau aspirin
 Takikardi  Berikan oksigen jika perlu
 Takipnea Kolaborasi
 Kulit terasa hangat  Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit dan elektrolit
Kondisi Klinis Terkait intravena jika perlu
c. Proses infeksi
d. Hipertiroid
e. Stroke
f. Dehidrasi
g. Trauma
h. Prematuritas

Risiko Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama


Integritas Kulit keperawatan Perawatan Integritas Kulit
…x… jam, maka diharapkan Observasi
Definisi integritas kulit dan jaringan  Identifikasi gangguan
Berisiko mengalami meningkat dengan kriteria integritas kulit (mis.
kerusakan kulit (dermis hasil : Perubahan sirkulasim,
dan/atau epidermis) atau Luaran Utama perubahan status nutrisi,
jaringan (membran mukosa, Integritas Kulit dan penurunan kelembaban, suhu
kornea, fasia, otot, tendon, Jaringan lingkungan ekstrim,
tulang, kartilago kapsul  Elastisitas meningkat penurunan mobilitas)
sendi dan/atau ligamen).  Hidrasi meningkat Terapiutik
 Perfusi jaringan  Ubah posisi setiap 2 jam jika
Faktor Risiko meningkat tirah baring
 Perubahan sirkulasi  Kerusakan jaringa  Lakukan pemijatan pada area
 Perubahan status nutrisi menurun penonjolan tulang, jika perlu
(kelebihan/kekurangan)  Kerusakan lapisan kulit  Bersihkan perineal dengan
 Kekurangan/kelebihan menurun air hangat, terutama pada
volume cairan  Nyri menurun periode diare
 Penurunan mobilitas  Perdarahan menurun  Gunakan produk berbahan
 Bahan kimia iritatif  Kemerahan menurun petroleum atau minyak pada
kulit kering
 Suhu lingkungan yang  Hematoma menurun
 Pigmentasi abnormal  Gunakan produk berbahan
ekstrem
menurun ringan atau alami dan
 Faktor mekanis (mis.
 Jaringan parut menurun hipoalergik pada kulit
penekanan, gesekan) atau
sensitif
faktor elektris  Nekrosis menurun
 Hindari produk berdasar
(elektrodiatermi, energi  Abrasi kornea menurun
alkohol pada kulit kering
listri bertegangan tinggi)  Suhu kulit membaik
Edukasi
 Terapi radiasi  Sensasi membaik
 Anjurkan menggunakan
 Kelembaban  Tekstur membaik
pelembab (mis. Lotion,
 Proses penuaan  Pertumbuhan rambut
serum)
membaik
 Neuropati perifer  Anjurkan minum air yang
 Perubahan pigmentasi cukup
 Perubahan hormonal  Amjurkan meningkatkan
 Penekanan pada tonjolan asupan nutrisi
tulang  Anjurkan meningkatkan
 Kurang terpapar asupan sayur dan buah
informasi tentang upaya  Anjurkan menghindari
mempertahankan/me- terpaparya suhu ekstrim
lindungi integritas  Anjurkan menggunakan tabir
jaringan surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
Kondisi Klinis Terkait  Anjurkan mandi dan
h. Imobilisasi menggunakan sabun
i. Gagal jantung kongestif secukupnya
j. Gagal ginjal
k. Diabetes melitus
l. Imunodefisiensi (mis.
AIDS)
m. Kateterisasi jantung
J. Referensi
Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta :
Perpustakaan Nasional.
Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta :
Salemba Medika.
Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.
Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Smeltzer, Suzzane C, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol.2 alih bahasa H.Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR/POGI dan Yayasan Bina Pustaka.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
______. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
______. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Gianyar, Agustus 2019
Pembimbing Praktik Mahasiswa

……………………………………. Putu Nabila Eka Shanti Diah P.P.


NIP. NIM. P07120315078

Pembimbing Akademik/CT

NLP. Yunianti S.C., S.Kep., Ns., M.Pd.


NIP.196906211994032002

Anda mungkin juga menyukai