Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK N DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

HIPERTERMIA

Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan anak


Dosen pembimbing : Ns Meira Erawati, S.Kep, M.Si.Med

Disusun oleh :
Desta Widayat 220120210022

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,

ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel

abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih

dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari

Leukemia (Cooley’s Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada

tahun 2008 sudah mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk

Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009).

Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam atau keringat

malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, mudah berdarah atau memar.

misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat terbentur ringan, nyeri

pada tulang dan/atau sendi. Adanya perubahan gejala secara cepat pada penderita

leukemia anak mengakibatkan anak merasakan sakit yang hebat. Kondisi tersebut

mengharuskan anak dengan penyakit leukemia harus dilakukan dengan perawatan di

rumah sakit, dan sangat tidak memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert ,

2009).

Anak-anak dengan penyakit leukemia memiliki masalah-masalah seperti

berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya. Anak akan

mengalami kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan, menggambar garis yang

lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa sakit nyeri pada bagian tulang

(Hoffbrand, 2005).
Insiden leukemia di Indonesia adalah 2,5-4,0 per 100.000 anak dengan estimasi

200-320 kasus baru leukimia tiap tahunnya (Chandrayani, 2009). Penelitian yang

dilakukan di RSCM ditemukan bahwa leukemia merupakan jenis kanker yang paling

banyak terjadi pada anak (30-40 %). Penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah

didapatkan leukimia merupakan kasus hemato onkologi terbanyak yaitu sebesar 23,7 %

kasus (Mudita, 2007).

Kualitas hidup pasien leukimia memerlukan perhatian yang besar. Pemeriksaan

kualitas hidup pada pasien leukimia penting dilakukan, bertujuan agar pasien leukimia

dan orang tua pasien bisa mengantisipasi kejadian-kejadian yang terjadi selama terapi.

Pemeriksaan kualitas hidup juga dapat membantu orangtua dan petugas Kesehatan terkait

memilih strategi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita leukimia (National Cancer

Institute, 2010)

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Asuhan keperawatan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada

anak leukimia dengan masalah keperawatan hipertermia.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada anak leukemia dengan masalah

keperawatan hipertermia.

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak leukemia dengan masalah

keperawatan hipertermia.
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada anak leukemia dengan masalah

keperawatan hipertermia.

d. Mengobservasi evaluasi keperawatan pada pada anak leukemia dengan masalah

keperawatan hipertermia.
BAB II

TINJAUAN TEORI
LP LEUKIMIA
Pemeriksaan Penunjang

1) Hitung darah lengkap


2) Pemeriksaan sel darah tepi
3) Asam urat serum / urine : mungkin meningkat
4) Biopsi sumsum tulang Pengertian :
5) Biopsi nodus limfa Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-
elemen sumsum normal. (Baughman, 2000, hal : 336).

Penatalaksanaan
1. Transfusi darah Etiologi Dan Predisposisi :
2. Sitostatika
3. Imunoterapi Faktor Eksogen
4. Transplantasi sumsum tulang 1. Radiasi
5. Hitung darah lengkap Macam – Macam Leukemia :
2. Zat kimia,
6. Pemeriksaan sel darah tepi
7. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat 1. Leukemia Mielositik Akut (LMA) 3. Infeksi virus
8. Biopsi sumsum tulang 2. Leukemia Limfositik Akut (LLA) Faktor Endogen
9. Biopsi nodus limfa (Ngastiyah, 2005) 3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
4. Leukemia Mielositik Kronis 1. Bersifat herediter,
(LMK) 2. Kelainan genetic

Diagnosa Keperawatan :

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahanan


sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit
imatur, imunosupresi, penekanan sumsum tulang. Manifestasi klinik :
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan (muntah,
perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia), peningkatan 1. Pucat
kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam). 2. Malaise
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 3. Keletihan(letargi)
anoreksia, mual dan muntah. 4. Perdarahan gusi
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal (pembesaran nodul 5. Mudah memar
limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel leukemik ), agen kimia 6. Petekia dan ekimosis
(pengobatan anti leukemik ). 7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan cadangan 8. Berat badan turun
energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif, ketidak 9. Iritabilitas
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 10. Muntah
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya 11. Sakit kepala (pusing) (Hidayat, 2006 : 45)
kemampuan fisik.
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.
8. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah interpretasi informasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Ruang Perawatan Anak :


Anak N adalah seorang anak perempuan berusia 13 tahun dengan leukemia. Dia tinggal serumah
dengan orang tua dan adik-adiknya dan selama 3 bulan terakhir telah menerima kemoterapi. Dia
memiliki alat akses vena sentral (CVAD) yang dirawat oleh orang tua dan dirinya sendiri. Anak
N tidak lagi berangkat ke sekolah sebagai akibat dari perawatan di rumah sakit, kemoterapi, dan
efek dari program kemoterapi, meskipun dia telah memiliki seorang tutor di rumah untuk
mempertahankan studinya. Anak N mengalami alopecia dan telah dirawat inap karena infeksi
stomatitis dan esofagitis, dan perdarahan yang membutuhkan transfusi trombosit. Dia menolak
untuk bertemu dengan teman-temannya meskipun dia sering berbicara dengan mereka di telepon.
Dia mengatakan kepada mereka bahwa penolakannya didasarkan pada fakta bahwa dia rentan
terhadap infeksi dan tidak ingin mengambil risiko terpapar dan harus dirawat di rumah sakit lagi.
Anak N dirawat di unit pediatrik rumah sakit setempat dengan suhu 38,8 ° C (101,8 ° F).
Pemberian asetaminofen yang telah dia konsumsi setiap 4 jam sejak kemarin tidak memberikan
reaksi yang baik. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa suara paru-paru anak N jelas,
suara jantung kuat dan teratur, dia jelas terlihat baik dan tidak tertekan, menderita alopecia, dan
terdapat bercak putih di mulutnya. Nilai laboratoriumnya meliputi: Hematologi: Hemoglobin:
10,1 g / dL., Hematokrit: 25%., Trombosit: 50.000 / mm3., Jumlah sel darah putih: 2.000 / mm3.,
Diferensial: Neutrofil 20%.
Ibu Anak N menemani Anak N selama rawat inap dan mengungkapkan keprihatinan tentang
Anak N yang menolak untuk bertemu dengan teman-temannya dan bahwa Anak N tampak
tertekan sejak kemoterapi terakhirnya. Anak N memberi tahu perawat bahwa mulut dan
tenggorokannya sangat sakit sehingga dia tidak bisa minum atau makan apa pun..
Anak N mendapat terapi antibiotik intravena untuk mengobati infeksi pencernakannya. Dokter
meresepkan gentamisin sulfat 100 mg IVq8h, vankomisin hidroklorida 500 mg IV setiap 6 jam,
dan cefoxitin sodium 1 g IV setiap 6 jam. Anak N memiliki berat 40 kg (88 lb).

I. PENGKAJIAN
A. DATA DEMOGRAFI
1. Identitas Klien
Nama : Anak N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 13 tahun
Pekerjaan :-
Agama :-
Alamat :-
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Hubungan :-
Alamat :-
B. KELUHAN UTAMA
Anak N adalah seorang anak perempuan berusia 13 tahun dengan leukemia memiliki
alat akses vena sentral (CVAD), sedang program kemoterapi.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Anak N mengalami penyakit leukimia, mengalami alopecia dan telah dirawat inap
karena infeksi stomatitis dan esofagitis, dan perdarahan yang membutuhkan
transfusi trombosit. Hematologi: Hemoglobin: 10,1 g / dL., Hematokrit: 25%.,
Trombosit: 50.000 / mm3., Jumlah sel darah putih: 2.000 / mm3., Diferensial:
Neutrofil 20%.
2. Riwayat penyakit dahulu
memiliki alat akses vena sentral (CVAD), Anak N tidak lagi berangkat ke sekolah
sebagai akibat dari perawatan di rumah sakit, kemoterapi, dan efek dari program
kemoterapi,
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Dia menolak untuk bertemu dengan teman-temannya meskipun dia sering berbicara
dengan mereka di telepon. Dia mengatakan kepada mereka bahwa penolakannya
didasarkan pada fakta bahwa dia rentan terhadap infeksi dan tidak ingin mengambil
risiko terpapar dan harus dirawat di rumah sakit lagi.
E. RIWAYAT SPIRITUAL
Tidak terkaji

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Composmentis dengan E4M6V5
TB : 160 cm
BB : 61 kg
2. Tanda – tanda vital
TD : - mm / Hg
Nadi : -x/menit
RR : - x/menit
Suhu : 38,8o C

3. Pemeriksaan Head to toe


Pemeriksaan fisik menunjukkan status berikut: penampilan umum dengan
aktivitas yang baik, nada suara yang baik dan tangisan yang baik; kulit kering
tanpa lesi, ikterus; kepala dan leher tanpa jejas atau sefalohematoma dengan
anterior fontanel normotensif; mata tanpa kotoran; telinga dan hidung paten tanpa
keluarnya cairan; mulut tanpa celah bibir dan tidak ada celah langit-langit dan
tidak ada lidah yang terikat; ekspansi dada yang sama dengan suara napas yang
jernih; suara jantung tanpa murmur; perut lunak tanpa organomegali atau massa
yang teraba, bising usus ada; batang dan punggung lurus; paten anus; ekstremitas
simetris tanpa edema; Perfusi jaringan yang baik.

G. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Pemeliharaan kesehatan
Anak N tidak lagi berangkat ke sekolah sebagai akibat dari perawatan di rumah
sakit, kemoterapi, dan efek dari program kemoterapi,
2. Kognisi, sensori dan persepsi
Anak N tampak tertekan sejak kemoterapi terakhirnya. Anak N memberi tahu
perawat bahwa mulut dan tenggorokannya sangat sakit sehingga dia tidak bisa
minum atau makan apa pun..
3. Kebutuhan nutrisi
Anak N memberi tahu perawat bahwa mulut dan tenggorokannya sangat sakit
sehingga dia tidak bisa minum atau makan apa pun
4. Kebutuhan eliminasi
Tidak terkaji
5. Aktivitas dan latihan
Tidak terkaji.
6. Kebutuhan istirahat dan tidur
Tidak terkaji
7. Hygiene dan integritas kulit
Tidak terkaji.
8. Konsep diri
Anak N yang menolak untuk bertemu dengan teman-temannya dan bahwa Anak
N tampak tertekan sejak kemoterapi terakhirnya.
9. Mekanisme koping
Tidak terkaji
10. Komunikasi dan informasi
Tidak terkaji.
11. Kebutuhan spiritual
Tidak terkaji

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Hematologi: Hemoglobin: 10,1 g / dL., Hematokrit: 25%., Trombosit: 50.000 /
mm3., Jumlah sel darah putih: 2.000 / mm3., Diferensial: Neutrofil 20%.
b. Pemeriksaan fisik
Suara paru-paru anak N jelas, suara jantung kuat dan teratur, dia jelas terlihat baik
dan tidak tertekan, menderita alopecia, dan terdapat bercak putih di mulutnya.
II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Data fokus Masalah Etiologi


1. Do : Hipertermia Proses
- Suhu 38,8 ° C (101,8 ° F) (D.0130) penyakit ;
- Pemberian asetaminofen yang telah dia konsumsi setiap 4 leukimia
jam sejak kemarin tidak memberikan reaksi yang baik
- Memiliki alat akses vena sentral (CVAD)
Ds :
-
2. Do : Resiko defisit Luka organ
- Terdapat bercak putih di mulutnya. nutrisi pencernaan
- Dirawat inap karena infeksi stomatitis dan esofagitis (D.0032)
- Selama 3 bulan terakhir telah menerima kemoterapi
- Anak N mendapat terapi antibiotik intravena untuk
mengobati infeksi pencernaannya
Ds :
- Anak N memberi tahu perawat bahwa mulut dan
tenggorokannya sangat sakit sehingga dia tidak bisa minum
atau makan apa pun
3. Do : Gangguan Efek
- Anak N mengalami alopecia citra tubuh pengobatan
- Efek kemoterapi (D.0083) kemoterapi
Ds :
- Dia menolak untuk bertemu dengan teman-temannya
meskipun dia sering berbicara dengan mereka di telepon
- Anak N tidak lagi berangkat ke sekolah sebagai akibat dari
perawatan di rumah sakit, kemoterapi, dan efek dari
program kemoterapi
- Ibu Anak N menemani Anak N selama rawat inap dan
mengungkapkan keprihatinan tentang Anak N yang
menolak untuk bertemu dengan teman-temannya dan
bahwa Anak N tampak tertekan sejak kemoterapi
terakhirnya

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal


. Ditemukan Teratasi
Dx
1. Hipertermia b.d proses penyakit ; leukimia 17/10/2020

2. Resiko defisit nutrisi b.d luka organ pencernaan 17/10/2020

3. Gangguan citra tubuh b.d Efek pengobatan 17/10/2020


kemoterapi
IV. RENCANA TINDAKAN

Tgl No Diagnosis Outcome Intervensi


.
Dx
17 1. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
Okt proses keperawatan selama 3 x 24 (I.15506) :
202 penyakit ; jam hipertermia klien Observasi
0 leukimia dapat turun dengan kriteria - Identifkasi penyebab
hasil : hipertermi (mis. dehidrasi
Termoregulasi terpapar lingkungan panas
(L.14134) : penggunaan incubator)
- Suhu stabil 36,5- - Monitor suhu tubuh
37,50C - Monitor kadar elektrolit
- Tidak ada mengigil - Monitor haluaran urine
- Tidak ada sianosis Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
17 2. Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Okt nutrisi b.d luka keperawatan selama 3 x 24 Observasi
202 organ jam Resiko defisit nutrisi - Identifikasi status nutrisi
pencernaan
0 klien dapat membaik - Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
Status nutrisi (L.03030) - Identifikasi makanan yang
- Asupan makan minum disukai
membaik - Identifikasi kebutuhan kalori
- Nafsu makan dan jenis nutrient
membaik - Monitor asupan makanan
- BB dan IMT - Monitor berat badan
seimbang - Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
17 3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh ( I.09305)
Okt tubuh b.d Efek keperawatan selama 3 x 24 Observasi
202 pengobatan jam Gangguan citra - Identifikasi harapan citra tubuh
0 kemoterapi tubuh klien dapat berdasarkan tahap
membaik dengan kriteria perkembangan
hasil : - Identifikasi budaya, agama,
Citra tubuh (L.09067) : jenis kelami, dan umur terkait
- Verbalisasi citra tubuh
kekhawatiran - Identifikasi perubahan citra
penolakan orang lain tubuh yang mengakibatkan
menurun isolasi sosial
- Hubungan social - Monitor frekuensi pernyataan
membaik kritik tehadap diri sendiri
- Verbalisasi perasaan - Monitor apakah pasien bisa
negative tentang melihat bagian tubuh yang
perubahan tubuh berubah
hilang Terapiutik
- Diskusikan perubahn tubuh dan
fungsinya
- Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri
- Diskusikan akibat perubahan
pubertas, kehamilan dan
penuwaan
- Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh
(mis.luka, penyakit,
pembedahan)
- Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepad keluarga tentang
perawatan perubahan citra
tubuh
- Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
- Anjurkan menggunakan alat
bantu( mis. Pakaian , wig,
kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung( mis. Kelompok
sebaya).
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Latih peningkatan penampilan
diri (mis. berdandan)
- Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad orang
lain maupun kelompok

V. EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL/ NO. JAM EVALUASI SUMATIF/SOAP PARAF


JAM DX

17 Okt 20. 1 15.00 WIB Subjektif : D


13.00 WIB -
Objektif :
- Suhu 37,80C
Analisis :
Masalah belum teratasi.
Planning:
Intervensi
- Manajemen Hipertermia
17 Okt 20. 2 15.00 WIB Subjektif : D
13.00 WIB -
Objektif :
- Nafsu makan belum baik
- Sakit mulut dan tenggorokan belum baik
- Infeksi stomatitis dan esophagitis
Analisis :
Masalah belum teratasi.
Planning:
Intervensi
- manajemen nutrisi
- edukasi program diet yang sesuai
17 Okt 20. 3 15.00 WIB Subjektif : D
13.00 WIB - anak N melonak bertemu dengan teman -
temannya
Objektif :
- Anak N masih terlihat murung
Analisis :
Masalah belum teratasi.
Planning:
Intervensi
- Intervensi promosi citra tubuh
BAB IV
PEMBAHASAN
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,

ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel

abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih

dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari

Leukemia (Cooley’s Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada

tahun 2008 sudah mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk

Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009).

Perubahan gejala secara cepat pada penderita leukemia anak mengakibatkan anak

merasakan sakit yang hebat. Kondisi tersebut mengharuskan anak dengan penyakit

leukemia harus dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak

memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert ,2009).

Masalah keperawatan yang muncul :

a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahanan

sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit

imatur, imunosupresi, penekanan sumsum tulang.

b. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan (muntah,

perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia), peningkatan

kebutuhan cairan (status hipermetabolik, demam).

c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual dan muntah.


d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal (pembesaran nodul

limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan dengan sel leukemik ), agen kimia

(pengobatan anti leukemik ).

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan cadangan

energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya

kemampuan fisik.

g. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.

h. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah interpretasi informasi.

Diagnose masalah gangguan citra tubuh salah satu intervensinya adalah art

therapy. Art therapy adalah Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan

media seni, material seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi. Media seni

dapat berupa pensil, kapur berwarna, warna, cat, potonganpotongan keratas, dan tanah

liat. Kegiatan art therapy mencakup berbagai kegiatan seni seperti menggambar, melukis,

memahat, menari, gerakan-gerakan kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan menilai

karya seni orang lain (Adriani, S. N. & Satiadarma, 2011).

Salah satu langkah untuk meningkatkan self esteem anak dengan leukemia adalah

dengan mengikutsertakan dalam kegiatan bermain, menggambar, mewarnai dan story

telling, dengan adanya partisipasi aktif dari anak tersebut diharapkan dapat meningkatkan

self esteem anak karena dapat membunuh rasa ketidakpercayadirian mereka. Kegiatan art

therapy dinilai dapat membantu anak untuk bisa berinteraksi dengan sesama anak dengan
leukemia yang notabene merupakan komunitas yang memiliki karakteristik yang sama,

sehingga dapat meningkatkan self esteem mereka(Rahmawati, Hapsari, & Suryani,

2019).
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada anak N riwayat leukemia dengan diagnose keperawatan

Hipertermia b.d proses penyakit ; leukimia, Resiko defisit nutrisi b.d luka organ

pencernaan, Gangguan citra tubuh b.d Efek pengobatan kemoterapi harus dilakukan

dengan intervensi klinis serta pendampingan terhadap kondisi psikologis anak.

Penggunaan art therapy juga dinilai dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri

pada anak. Art therapy memberi dampak pada peningkatan self esteem yang

berdampak pada peningkatan rasa percaya diri.

B. SARAN

Dalam pembuatan asuhan keperawatan harus berdasarkan referensi yang jelas dan

cukup banyak, dengan harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan dapat bermutu

dari segi kualitas dan kuantitas.


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (n.d.). Nursing Intervention
Classification (NIC). Jakarta: Elsevier.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda-I Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (n.d.). Nursing Outcomes Classification
(NOC). Jakarta: Elsevier.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-
ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id
Adriani, S. N. & Satiadarma, M. P. (2011). Efektivitas Art Therapy dalam Mengurangi

Kecemasan pada Remaja Pasien Leukemia. Indonesian Journal of Cancer, 5(1), 31–47.

Rahmawati, I., Hapsari, H. I., & Suryani, E. (2019). Pengaruh Pemberian Art Therapy Terhadap

Self Esteem Pada Pasien Anak Dengan Leukemia Di Rsud Dr. 8(April), 8–14.

Anda mungkin juga menyukai