Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

RELAKSASI IMAJINASI (GUIDED IMAGERY) UNTUK MENURUNKAN


NYERI PADA LANSIA DI RUANG GERIATRI RSUP DR. KARIADI
SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing: Megah Andriany, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom.,Ph.D.
Pembimbing klinik: Ns. Tita Hidayati, S.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 1
Abul Hasan Al Asy’ari : 22020120210072
Ibni Asriati : 22020120210079
Srimpi Kumayaningrum : 22020120210081
Desta Widayat : 22020120210022
Rizqi Fitriyani : 22020120210021
Regina Aprilia Roberto : 22020120210002
Frieda Andini Wulan S. : 22020120210027
Nisa Dieni Utami : 22020120210001
Nur Chamidah : 22020120210024
Haura Labibah Salsabil S. : 22020120210016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
A. LATAR BELAKANG
Perubahan dalam tatanan demografi pada dua dekade terakhir ini,
menciptakan tantangan tersendiri. Hal ini sebagai dampak dari ledakan angka
kelahiran yang terjadi pada beberapa puluh tahun yang lalu. BPS pada tahun
2018 memproyeksikan pada kisaran tahun 2045, Indonesia mungkin saja
memiliki 63,31 juta penduduk yang lanjut usia (lansia) atau hampir sekitar 20
persen dari populasi. Bahkan, proyeksi PBB menyebutkan bahwa persentase
lansia Indonesia akan mencapai 25 persen pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta
lansia.
Proses menua merupakan proses yang universal dan alami dan pasti akan
terjadi dalam kehidupan manusia, dan saat seseorang menjadi tua maka akan
terjadi kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Sunaryo dkk,
2016). Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia >60 tahun baik
pria maupun wanita. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh. Rasa nyeri
adalah masalah yang umum terjadi pada lansia. Survey kesehatan nasional tahun
2001 menunjukkan bahwa pada usia lebih dari 55 tahun, terdapat 40% lansia
yang mengalami nyeri. Keluhan rasa nyeri yang dirasakan lansia biasanya
dipengaruhi beberapa faktor dan terkadang terdapat banyak hambatan dalam
penatalaksanaanya (Jones dkk, 2016). Akibat penatalaksanaan yang kurang baik
pada keluhan rasa nyeri yang dialami seseorang akan berdampak pada status
kesehatan dan kualitas hidup lansia tersebut.
International Association for the Study of Pain (IASP) menyebutkan
nyeri merupakan suatu sensori subjektif serta pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan bagi seseorang dan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana
terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2010). Nyeri dapat menimbulkan dampak
fisiologis seperti peningkatan respiratory rate, vasokontriksi perifer, pernyataan
verbal (menangis, meringis, menggigit bibir, gelisah) serta imobilisasi (Aisyah,
2017)
Manajemen nyeri sendiri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
manajemen farmakologis dan manajemen non farmakologis. Manajemen

1
farmakologis meliputi memberikan obat-obatan analgesik untuk mengurangi
nyeri sedangkan manajamen non farmakologis dapat berupa mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, massage, aromaterapi dan imajinasi terbimbing atau
guided imagery (Andarmoyo, 2013).
Guided imagery (imajinasi terbimbing) merupakan teknik untuk
membimbing dan mengarahkan orang kepada imajinasi menyenangkan
menggunakan audio visual kinestetik. Terapi ini merupakan metode relaksasi
untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi
yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki
keadaan atau pengalaman relaksasi. Tujuan dari guided imagery yaitu
menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi
imun. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), manfaat dari guided imagery yaitu
sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri.
Imajinasi terbimbing dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh terhadap
proses fisiologi seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal itu
karena teknik imajinasi terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis
(Novarenta, 2016).
Guided imagery adalah salah satu aktivitas kognitif yang dapat
digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri menjadi berkurang (Patricia dan
Kalsum, 2013). Imajinasi terbimbing efektif dalam mengurangi nyeri,
kecemasan, menurunan tekanan darah dan mempercepat penyembuhan serta
membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit dan dapat memberikan
relaksasi pada anak-anak, orang dewasa, ataupun lansia (Maharani, 2017).
Beberapa penelitian menemukan bahwa guided imagery memiliki banyak
manfaat mulai dari mengurangi rasa nyeri, mengatasi kecemasan, menurunkan
tekanan darah hingga meningkatkan kualitas tidur lansia (Ndruru, 2019; Shaddri,
Issrhali; Dharmayana, Wayan; Illawaty, 2018).
Asuhan keperawatan gerontik perlu diberikan kepada lansia untuk dapat
memenuhi kebutuhan lansia baik secara biologis, psiko dan sosial serta
memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan menekankan pada upaya promotif
dan preventif sehingga diharapkan status kesehatan yang optimal dapat dicapai

2
oleh lansia. Penerapan asuhan keperawatan gerontik ini dengan memberikan
asuhan keperawatan melalui proses keperawatan meliputi pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan keperawatan, melakukan implementasi serta melakukan
evaluasi.
Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat sebagai
tenaga kesehatan yang memfasilitasi klien di rumah sakit perlu menerapkan
intervensi terapi relaksasi imajinasi (guided imagery) ini dilakukan dengan
metode terapi aktivitas kelompok. Harapannya klien secara bersama-sama
dengan klien lain mampu mengatasi nyeri yang dialaminya, sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup klien.
B. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok dengan aktivitas kognitif berupa guided
imagery (terapi relaksasi imajinasi) untuk mengatasi keluhan nyeri pada
lansia.
C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan intervensi terapi relaksasi imajinasi selama 3x24
jam, diharapkan skala nyeri yang dirasakan lansia dapat berkurang dan
lansia dapat terfasilitasi untuk mengatasi nyeri secara mandiri.
2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan berupa terapi imajinasi
selama 1x45 menit, diharapkan:
1. Klien mampu memahami tujuan terapi relaksasi imajinasi dalam
mengurangi nyeri yang dirasakannya.
2. Klien mampu mempraktekkan terapi relaksasi imajinasi secara
mandiri.
3. Klien secara kontinu melakukan terapi relaksasi imajinasi dan
memasukkan ke dalam kegiatan sehari-hari.
4. Tingkat nyeri klien berkurang menjadi skala nyeri ringan atau tidak
ada.

3
D. Kriteria Peserta:
• Klien dirawat di ruang geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang
• Klien berusia 60 tahun atau lebih (masuk kategori lansia).
• Klien yang mengalami nyeri.
• Klien yang tidak memiliki gangguan pendengaran dan tidak mengalami
kerusakan kognitif secara signifikan.
• Klien yang tidak memiliki gejala psikotik atau gangguan kejiwaan
lainnya
• Klien tidak dalam serangan panik.
• Klien tidak dalam kondisi kegawatdaruratan.
E. Proses Seleksi Peserta
Peserta yang akan dipilih untuk diberikan terapi relaksasi imajinasi (guided
imagery) akan melalui proses seleksi sesuai dengan kriteria berikut:.
1. Klien dipilih secara acak dengan kategori usia termasuk lansia yang
mengalami keluhan nyeri
2. Klien yang telah dipilih secara acak kemudian diukur skala nyerinya
dengan menggunakan instrument nyeri
3. Klien yang telah diukur, dipilih untuk kategori skala nyeri ringan-sedang
4. Klien yang dipilih mengalami nyeri ringan-sedang dan dinyatakan
mampu secara fisik untuk melakukan terapi relaksasi imajinasi (hasil
observasi)
5. Klien diberikan penjelasan mengenai terapi terapi relaksasi imajinasi
secara tertulis dan lisan
6. Klien yang menyetujui informed consent kemudian akan ditindak lanjuti
sebagai peserta dalam pemberian terapi terapi relaksasi imajinasi.
F. Uraian Struktur Kegiatan
1. Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/tanggal : Kamis, 18 Maret 2021
Waktu : 10.00 WIB- 11.00 WIB.
Tempat : Ruang perawatan geriatri RSUP Dr. Kariadi.

4
2. Jumlah Peserta
Jumlah peserta terapi aktivitas kelompok terapi relaksasi imajinasi
adalah 10 lansia (menyesuaikan jumlah pasien yang memenuhi kriteria)
3. Setting tempat:

Keterangan:
: Leader
: Fasilitator
: Operator
: Notulen
: Observer
: Klien

4. Perilaku yang ditampilkan


Pada terapi aktivitas kelompok ini, terapi yang dilakukan adalah
terapi relaksasi imajinasi yang merupakan terapi relaksasi dengan
melibatkan pasien untuk membayangkan berkunjung ketempat yang
menyenangkan dan melakukan aktivitas yang disenangi bersama
dengan orang-orang yang dikasihi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
rasa nyaman, rileks, dan tenang.

5
G. Pembagian Tugas
Peran Tugas Nama
Leader - Membuka kegiatan TAK dan
memperkenalkan diri beserta tim
- Menyampaikan kontrak waktu, tujuan
dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
- Menjelaskan mekanisme kegiatan TAK
- Menjelaskan cara mengontrol nyeri
dengan terapi relaksasi imajinasi.
- Mengajak pasien mempraktikkan
mengontrol nyeri dengan terapi
relaksasi imajinasi.
- Memberikan reinforcement positif atau
pujian.
- Melakukan evaluasi kegiatan, baik
evaluasi subjektif maupun evaluasi
objektif.
- Menyimpulkan kegiatan.
- Menutup kegiatan.
Operator - Menyediakan peralatan yang akan
digunakan selama TAK terapi relaksasi
imajinasi.
- Mengoperasikan alat dan media selama
kegiatan TAK terapi relaksasi imajinasi.
Fasilitator - Menyediakan fasilitas bagi pasien
selama kegiatan berlangsung.
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memotivasi klien yang kurang aktif.
- Membantu leader memfasilitasi anggota
untuk berperan aktif dalam mengikuti
jalannya terapi.
Observer - Mengobservasi jalannya proses
kegiatan
- Mengamati serta mencatat perilaku
verbal dan Non-verbal klien selama
kegiatan berlangsung
- Mengawasi jalannya terapi aktivitas
kelompok relaksasi imajinasi dari mulai
persiapan proses hingga penutupan
Notulen - Mencatat selama pelaksanaan kegiatan
terapi relaksasi imajinasi berlangsung.
- Menyimpulkan hasil kegiatan terapi
relaksasi imajinasi.

6
H. Alat yang digunakan
1. Laptop atau HP (hanya untuk memutar musik klasik, atau musik terapi
yang menenangkan)
2. Mic dan soundsystem
3. Alat tulis
4. Meja
5. Kursi
6. Tempat cuci tangan/handsanitizer
7. Masker
8. Media intervensi (bookler/leaflet berisi manfaat terapi dan prosedur
dengan syarat ukuran font besar dan ramah lansia, lebih banyak berisi
gambar daripada tulisan).
I. Tahap Pelaksanaan
Waktu Tahap Kegiatan PJ
pelaksanaan
5 menit Persiapan - Mempersiapkan peserta TAK terapi Seluruh
relaksasi imajinasi. anggota
- Menyiapkan tempat dan media. kelompok
- Menyiapkan alat APD sesuai protokol
kesehatan.
- Koordinasi antar perawat
5 menit Fase orientasi - Pembukaan, meliputi: Leader
• Salam pembukaan.
• Memperkenalkan diri dan menjalin
hubungan saling percaya.
• Menjelaskan tujuan dari TAK terapi
relaksasi imajinasi.
• Kontrak waktu dan tempat (ruang
perawatan).
25 Fase kerja Tahap Kerja: Leader,
menit a. Penyajian hasil pengkajian masalah dan fasilitator
menyampaikan kondisi klien saat ini.
b. Menyampaikan definisi terapi relaksasi
imajinasi.
c. Menyampaikan tujuan dan manfaat
dilakukan terapi relaksasi imajinasi.

7
d. Menjelaskan dan mendemonstrasikan
cara melakukan terapi relaksasi
imajinasi.
e. Memutar musik klasik atau musik terapi
yang menenangkan.
f. Langkah-langkah terapi relaksasi
imajinasi :
Menurut Snyder (2006) langkah-
langkah dalam terapi relaksasi imajinasi
secara umum antara lain:
1. Membuat individu dalam keadaan
santai yaitu dengan cara:
a. Mengatur posisi yang nyaman
(duduk atau berbaring). Posisi
nyaman dapat meningkatkan
fokus subjek selama latihan
imajinasi,
b. Silangkan kaki, tutup mata atau
fokus pada suatu titik atau suatu
benda di dalam ruangan,
c. Fokus pada pernapasan otot
perut, menarik napas dalam dan
pelan, napas berikutnya biarkan
sedikit lebih dalam dan lama dan
tetap fokus pada pernapasan dan
tetapkan pikiran bahwa tubuh
semakin santai dan lebih santai,
d. Rasakan tubuh menjadi lebih
berat dan hangat dari ujung
kepala sampai ujung kaki,
e. Jika pikiran tidak fokus, ulangi
kembali pernapasan dalam dan
pelan.
2. Sugesti khusus untuk imajinasi
yaitu:
a. Pikirkan bahwa seolah-olah
pergi ke suatu tempat yang
menyenangkan dan merasa
senang ditempat tersebut

8
b. Sebutkan apa yang bisa dilihat,
dengar, cium, dan apa yang
dirasakan
c. Ambil napas panjang beberapa
kali dan nikmati berada ditempat
tersebut
d. Sekarang, bayangkan diri anda
seperti yang anda inginkan
(uraikan sesuai tujuan yang akan
dicapai/diinginkan
3. Beri kesimpulan dan perkuat hasil
praktek yaitu:
a. Mengingat bahwa anda dapat
kembali ke tempat ini, perasaan
ini, cara ini kapan saja anda
menginginkan
b. Anda bisa seperti ini lagi dengan
berfokus pada pernapasan anda,
santai, dan membayangkan diri
anda berada pada tempat yang
anda senangi
4. Kembali ke keadaan semula yaitu:
a. Ketika anda telah siap kembali
ke ruang dimana anda berada
b. Anda merasa segar dan siap
untuk melanjutkan kegiatan
anda
c. Sebelumnya anda dapat
menceritakan pengalaman anda
ketika anda telah siap
g. Melakukan evaluasi: Menanyakan
kembali tujuan dilakukan terapi
relaksasi imajinasi.
10 Fase - Mahasiswa mengevaluasi (subjektif) Leader,
menit terminasi dengan menanyakan perasaan peserta notulen
setelah mengikuti TAK terapi relaksasi
imajinasi;
- Peserta diminta untuk melakukan secara
mandiri intervensi yang telah di ajarkan

9
- Observasi respon verbal dan non verbal
setelah melakukan intervensi
- Menyampaikan rencana tindak lanjut dan
kontrak waktu untuk kegiatan berikutnya.
J. Evaluasi Hasil
a. Evalusai Struktur:
• Memilih klien dengan kriteria yang sama
• Perisiapan alat dan metode pelaksanaan TAK terapi relaksasi
imajinasi.
• Kontrak waktu, tempat dan jelaskan tujuan kegiatan terapi
relaksasi imajinasi pada klien
• Persiapan setting tempat pelaksanaan nyaman untuk kegiatan
TAK terapi relaksasi imajinasi.
b. Evaluasi Proses:
• Tepat waktu hadir baik klien maupun terapis
• Lingkungan yang kondusif selama terapis.
• Kepatuhan tata tertib klien dan terapis selama kegiatan TAK terapi
relaksasi imajinasi.
• Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dari mulai sampai selesai
kegiatan TAK terapi relaksasi imajinasi.
• Peserta kooperatif selama kegiatan terapi relaksasi imajinasi
berlangsung.
• Seluruh peserta bersedia untuk melakukan terapi relaksasi
imajinasi.
c. Evaluasi Hasil:
• 80% klien memahami dan menjelaskan cara mengontrol rasa nyeri
dengan terapi relaksasi imajinasi.
• 80% klien mampu memahami dan menyebutkan manfaat dari
terapi relaksasi imajinasi.
• 80% klien mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan
terapi relaksasi imajinasi.

10
• 80% klien mampu mempraktekan cara mengontrol rasa nyeri
dengan terapi relaksasi imajinasi secara runtut.
• 80% klien mampu memasukan kegiatan terapi relaksasi imajinasi
kedalam buku jadwal kegiatan sehari-hari klien.
• 80% klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah dilakukan
tindakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Manajemen nyeri pada lansia dengan pendekatan non


farmakologis. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Ar-


Ruzz.

Jones, M. R., Ehrhardt, K. P., Ripoll, J. G., Sharma, B., Padnos, I. W., Kaye, R. J.,
& Kaye, A. D. (2016). Pain in the Elderly. Current Pain and Headache
Reports. https://doi.org/10.1007/s11916-016-0551-2.
Maharani, Maria A Y. Terapi Imajinasi Terbimbing. Adjie Media Nusantara.
Nganjuk: 2017: 38.
Patricia dalam kalsum. (2013). Pengaruh tehnik relaksasi quided imagery terhadap
penurunan tingat kecemasan wanita dengn insomnia usia 20-25tahun. Jurnal
kesehatan FKUB, 2 (1).
Potter, P., & Perry, A. (2010). Fundamental of nursing: consep, proses and practice
(7 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.

Sunaryo dkk. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta; CV Andi Offset;


2016:12.

Ndruru, S. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Guided Imagery Terhadap Kualitas


Tidur Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lansia Binjai Tahun 2019.
STIKES Elisabeth Medan.

Novarenta, A. (2016). Guided Imagery untuk Mengurangi Nyeri saat Menstruasi.


Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 53(9), 1689–1699.
/citations?view_op=view_citation&continue=/scholar%3Fhl%3Dpt-
BR%26as_sdt%3D0,5%26scilib%3D1&citilm=1&citation_for_view=wS0xi
2wAAAAJ:2osOgNQ5qMEC&hl=pt-BR&oi=p

Shaddri, Issrhali; Dharmayana, Wayan; Illawaty, D. (2018). Penggunaan Teknik


Guided Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa Mengikuti Aktivitas
Konseling Kelompok. Onsilia, 1(3).

1
2

Anda mungkin juga menyukai