Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN NEFROLITIASIS

Disusun Oleh:
RAHMI FERDILLA RAFLI (2141312060)
KELOMPOK S

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
BAB I

KONSEP TEORITIS

A. LANDASAN TEORITS PENYAKIT


1. Defenisi
Menurut Hanley (2012) Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan suatu
keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks
dari ginjal. nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal,
dimana ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan
matriks organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran
kemih .
Nefrolitiasis suatu keadaan dimana terdapat 1 atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu-batu ini berdasarkan
komposisinya dibagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat,
batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Batu-batu ini
terbentuk akibat seperti adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan
pada pelvikalises, hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli
bulineurogenik (Fauzi, 2016).
2. Klasifikasi Batu Ginjal
Menurut Basuki (2015) terdapat beberapa jenis variasi dari batu ginjal
yaitu:
a. Batu Kalsium
Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campuran dari kedua unsur tersebut. Faktor-faktor terbentuknya batu
kalsium adalah:
 Hiperoksaluri
Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.
 Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24 jam.
 Hipomagnesuria
Dimna Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab tersering
hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi
 Hiperkalsiuri
Dapat bagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan
hiperkasiuri resorptif. Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena adanya
peningkatan absorbsi kalsium melalui usus, hiperkalsiuri renal terjadi
akibat adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalu
tubulus ginjal dan hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya
peningkatan resorpsi kalsium tulang.
 Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat sedikit.
b. Batu Asam Urat
Pada penderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang
banyak menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazon, thiazid, dan
salisilat..
c. Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
d. Batu Jenis Lain Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu
silikat sangat jarang dijumpai.

3. Etiologi
Menurut Wijayaningsih (2013) Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal yaitu diantaranya

a. Faktor intrinsik, seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50
tahun), dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor ekstrinsik seperti geografi, cuaca asupan air (bila jumlah air dan
kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), dan suhu, diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna
hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan
jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
c. Menurut Arif (2011) Berapa penyebab lain adalah :
 Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kencing.
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
 Idiopatik

Berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah komponen


penghambat pembentukan batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau
pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga turut
menentukan kecendrungan pembentukan batu (Basuki, 2015).
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena
adanya riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada
penyakit asam urat, kondisi medis local dan sistemik, predisposisi
genetik, dan komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan
pembentukan batu berdasarkan..
4. Patofisiologi

Menurut Muhammmad (2014) Pembentukan batu pada ginjal


umumnya membutuhkan keadaan supersaturasi. Namun pada urin normal,
ditemukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi
tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu.
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu
struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu
silikat. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises,
hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik diduga ikut
berperan dalam proses pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut
akan tetap berada pada posisi metastable (tetap terlarut)dalam urin jika tidak
ada keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal. Apabila kristal
mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan
mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan yang lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar. Kristal akan mengendap pada epitel saluran kemih
dan membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih
sehingga nantinya dapat menimbulkan gejala klinis.
Menurut Basuki (2015) Terdapat beberapa zat yang dikenal mampu
menghambat pembentukan batu. Diantaranya ion magnesium (Mg), sitrat,
pretein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid, dan glikosaminoglikan. Ion
magnesium ternyata dapat.menghambat batu karena jika berikatan dengan
oksalat, akan membentuk garam oksalat sehingga oksalat yang akan
berikatan dengan kalsium menurun. Demikian pula sitrat jika berikatan
dengan ion kalsium (Ca) untuk membentuk kalsium sitrat, sehingga jumlah
kalsium oksalat akan menurun.
Batu terbentukdi. traktus urinarius ketika konsertrasi substansi
tertentu seperti Ca oksalat ,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain
yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status
cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara
fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar
biasa dan tak nyaman
Batu yang terdapat di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang
luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya
batu diameter < 0, 5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang, membahas tentang proses pembentukan
batu yaitu:
 .Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urine menghambat
terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi
ini memungkinkan terjadinya kristalisasi. Pembentukan batu
membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari PH
urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.
 Teori inti (nucleus): Kristal dan benda asing merupakan tempat
pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
 Teori matriks: Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine
memberikan kemungkinan pengendapan kristal.

5. Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering ditemukan pada pasien batu ginjal adalah sebagai
berikut :
a) Polakisuria/fregnancy
b) Urgency
c) Hematuria
d) Piuria
e) Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada
daerah pinggang.
f) Anorexia, muntah dan perut kembung
g) Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
h) Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah,
selanjutnya ke arah penis atau vulva.

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Menurut Basuki (2015). terdapat beberapa hal yang harus dievaluasi untuk
menegakkan diagnosis . yaitu:
a. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan,
kimia darah, dan urin pada pasien.
b. Dilihat dari Pielografi Intra Vena yang bertujuan melihat keadaan
anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang
bersifat radiolusen.
c. Tampak Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya
kemungkinan batu radio-opak.
d. Pada Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
e. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat adanya
batu di traktus urinarius.

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Menurut Hasiana (20140 Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis
adalah mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah
terjadinya pembentukan batu yang berulang. Adapun penatalaksanaan pada
Nefrolitiasis meliputi:
a. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh
untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi
bagian-bagian yang kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih 11 ESWLdianggap sebagai pengobatan cukup berhasi luntuk batu
ginjal berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari
20- 30 mm pada pasien yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka
menerima perawatan berpotensi lebih.
b. Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan
ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal.
c. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Menurut Ahmed (2015) PCNL Merupakan salah satu tindakan
endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal
dengan cara memasukan alet endoskopi ke dalam kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman Urologi
tentang urolithiasis merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama
untuk batu ginjal berukuran >20mm, sementara ESWL lebih disukai
sebagai lini kedua pengobatan, karena ESWL sering membutuhkan
beberapa perawatan, dan memiliki risiko obstruksi ureter, serta
kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama untuk
merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk mengobati
pasien nefrolitiasis.
d. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga diberikan
pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif.
Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum dan pemberian
diuretik; pemberian nifedipin atau agen alfablocker, seperti tamsulosin;
manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan
dengan pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik;
pemantauan berkala setiap 1- 14 hari sekali selama 6 minggu untuk
menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
8. Komplikasi
Komplikasi pada nefrolitiasis bedakan menjadi komplikasi akut dan
komplikasi jangka panjang.
 Komplikasi Akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan
invensi sekunder yang tidak direncanakan.
 Komplikasi Jangka Panjang
hidronefrotis, berlanjut dangan atau tanpa pionefrosis, Striktura,
obstruksi, dan berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
9. WOC
Pathway Nefrolitiasis

Infeksi saluran kemih kronik. Gangguan metabolism (paratiroidisme,


Hiperuresemia, hiperkalsiuria). Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati.
Inflamasi usus. Masukan vitamin D yang berlebihan.

Pengendapan garam mineral. Infeksi.


Mengubah pH urin dari asam menjadi
alkalis.

Pembentukan batu di ginjal (Nefrolitiasis)

Obstruksi/Penyumbatan di ginjal

Inflamasi/Peradangan Peningkatan distensi abdomen Kurang pengetahuan

Resiko infeksi Anoreksi Cemas


a

Rangsangan terhadap Output berlebihan


mediator reseptor nyeri

Ketidak seimbangan nutrisi


Presepsi nyeri kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Intoleransi Aktivitas
BAB II
LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di
lakukan secara akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di
peroleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnesa
 Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan doagnosa medik.
 Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat
ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011) keluhan utama yang lazim
didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih
komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.

Tabel  Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST


Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,
Incident tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada
perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau
berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan
fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik
pain ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos system kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat
peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh
area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti
mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari reflex retrointestinal dan proksimitas anatomi
ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan
radiation, keluhan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
relief menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa ingin
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Keluhan ini disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal
dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada
pria mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4
(scale) of dan pasien akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.
pain 0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat sekali/tak tertahan
Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada
pada posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala


timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga.
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus
menerus atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan apa
yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul.
Lama timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut
pertama kali timbul dan usahakan menghitung
tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan kepada
pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa atau
tidak enak.

3) Riwayat kesehatan sekarang


Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di
bawa ke RS.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adanya batu dalam ginjal.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adanya batu dalam ginjal.
Menurut Kartika S. W. (2013) kaji adanya riwayat batu saluran kemih
pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat
penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium,
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin D.
6) Pengkajian Fungsional Gordon
 Pola persepsi
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien
perawatan dan tata laksana hidup sehat.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan
menurun karena adanya luka pada ginjal. 3. Pola aktivitas dan
latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena
kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
 Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien
batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau
bagu ginjal dalam perut, BAK normal. 5.
 Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan
istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.
 Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien
terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi.
 Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
 Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih
dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang
berhubungan dengan produksi sexual.
 Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.
 Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul.
 Pola nilai dan kepercayaaN
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di
derita ada obat dan dapat sembuh.

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan ang mungkin muncul pada pasien Nefrolitiasis,
adalah:
a. Nyeri Akut
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
c. AnsietasNyeri Akut
d. Resiko Infeksi
e. Intoleransi Aktivitas
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1 Nyeri akut a. Pain Level Pain Management
Indikator :  Lakukan pengkajian
Defenisi :  Melaporkan nyeri nyeri secara
Pengalaman sensori dan berkurang komprehensif
emosional tidak  Melaporkan lamanya termasuk lokasi,
menyenangkan yang nyeri dirasakan karakteristik, durasi,
muncul akibat  Tidak mengerang frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan  Ekspresi wajah releks dan faktor presipitasi
aktual atau potensial  Pasien tidak mondar-  Observasi reaksi
atau yang digambarkan mandir nonverbal dari
sebagai kerusakan;  Respiration rate dalam ketidaknyamanan
awitan yang tiba-tiba rentang normal  Gunakan teknik
atau lambat dari komunikasi
 Blood pressure dalam
intensitas ringan hingga terapeutik untuk
rentang normal
berat dengan akhir yang mengetahui
dapat diantisipasi atau pengalaman nyeri
b. Pain Control
di presiksi. pasien
Indikator :
 Mampu mengontrol  Kaji kultur yang
Batasan karakteristik: mempengaruhi
nyeri, (tahu penyebab
1) Perilaku ekspresif respon nyeri
nyeri, mampu
2) Ekspresi wajah  Kontrol lingkungan
menggunakan teknik
nyeri yang dapat
nonfarmakologis
3) sikap melindungi mempengaruhi nyeri
untukmengurangi
area seperti suhu ruangan,
nyeri, mancari
nyeri/perubahan pencahayaan dan
bantuan)
aktivitas kebisingan
4) keluhan tentang  Melaporkan bahwa
nyeri berkurang  Kurangi faktor
intensitas presipitasi nyeri
menggunakan skala dengan menggunakan
manajemen nyeri  Pilih dan lakukan
nyeri
 Mampu mengenali penangan nyeri
5) keluhan tentang
nyeri, (skala, (farmakologi, non
karakteristik nyeri
intensitas, frekuensi, farmakologi,
dengan
dan tanda nyeri) interpersonal)
menggunakan
 Menyatakan rasa  Ajarkan tentang
standar instrumen
nyamanstelah nyeri teknik non
nyeri
berkurang farmakologi
 Tanda-tanda vital  Berikan analgetik
faktor yang dalam batas normal untuk mengurangi
berhubungan: nyeri
1) agen cidera biologis  Evaluasi tingkat
2) agen cidera kimiawi c. Comfort Level keefektifan kontrol
3) agen cidera fisik Indikator : nyeri
 Nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Kecemasan berkurang  Monitor penerimaan
 Stres berkurang pasien tentang
 Ketakutan berkurang manajemen nyeri.

Analgesic
Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis
obat,dosis dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala

2 Ketidakseimbangan NOC: NIC:


Nutrisi Kurang Dari Nutritional status : food Nutrition Management
Kebutuhan Tubuh and fluid intake  Kaji adanya alergi
Defenisi : asupan makanan
nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil:  Kolaborasi dengan
untuk memenuhi  Adanya peningkatan ahli gizi untuk
kebutuhan metabolic berat badan sesuai menentukan jumlah
dengan tujuan kalori dan nutrisi
Batasan  Berat badan ideal yang dibutuhkan
Karakteristik: sesuai dengan tinggi pasien
1) Berat badan 20% badan  Anjurkan pasien
atau lebih dibawah  Mampu untuk meningkatkan
rentang berat badan mengidentifikasi intake fe
ideal kebutuhan nutrisi  Berikan informasi
2) Bising usus  Tidak ada tanda-tanda tentang kebutuhan
hiperaktif malnutrisi nutrisi
3) Kelemahan otot  Tidak terjadi
untuk mengunyah penurunan berat badan
4) Kelemahan otot Nutrition Monitoring
untuk menelan yang berarti  Monitor adanya
5) Kehilangan rambut penurunan berat
berlebihan badan
6) Membran mukosa  Monitor lingkungan
pucat selama makan
7) Ketidakmampuan  Monitor kulit kering
memakan makanan dan perubahan
8) Nyeri abdomen pigmentasi
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
Faktor yang
mudah patah
Berhubungan:
1) Faktor biologis  Monitor mual
2) Ketidakmampuan muntah
mencerna makanan  Monitor kadar
3) Kurang asupan albumin, total
makanan protein, Hb, Ht
 Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik, papilla
lidah dan cavitas oral

3 Ansietas NOC: NIC:


a) Anxiety self-control Anxiety Reduction
b) Anxiety level (penurunan kecemasan)
c) Coping  Gunakan pendekatan
yang menenangkan.
Kriteria hasil:  Nyatakan dengan
 Klien mampu jelas harapan
menide.ntifikasi dan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala pasien.
cemas.  Jelaskan semua
 Mengidentifikasi, prosedur dan apa
mengunNgkapkan dan yang dirasakan
menunjukan teknik selama prosedur.
untuk mengomtrol  Pahami perspektif
cemas. pasien terhadap
 Vital sign dalam batas situasi stress.
normal.  Temani pasien untuk
 Postur tubuh, ekspresi memberikan
wajah, bahasa tubuh keamanan dan
dan tingkat aktivitas mengurangi rasa
menunjukkan takut.
berkurangnya  Identifikasi tingkat
kecemasan. kecemasan.
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan.
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan .
 Instruksikan kepada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi.
 Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan.

4. Implementasi Keperawatan
tindakan keperawatan atau Implementasi dilakukan sesuai dengan
intervensi atau rencana yang telah disusun.

5. Evaluasi Keperawatan
Sednagkan Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Daftar Pustaka

Basuki B. (2015). Dasar-dasar urologi.Malang: Sagung seto; .hlm.93-100.

Depkes. (2013).Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Fauzi, Ahmad et al. (2016). Nerfroliatisis. Volume 5 Nomor 2.

Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. (2012). Prevalences of kidney
stone in the United States. Journal European Association of Urology.

Hasiana L, Chaidir A. (2014). Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L,


Sonia H, Eka A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat
jilid I.Jakarta: Media Aesculapius; .hlm. 277-280.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans


Info Medika

Mohammed H, ahmed R. El-Nahas, Nasr El-Tabey.(2015).Percutaneus


nephrolitothomi vs extracorporeal shockwave lithrotripsy for treating
a 20-20 mm single renal pelvic stone. Arab journal of
Urology[internet].

Mochammad S. (2014). Batu saluran kemih. Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus


A, Marcellus S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima
jilid II. Jakarta: Interna Publishing; hlm. 1025-1027.

Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai