KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Kelompok R1
Hidrosofalus
Hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat
memerlukan pelayanan medis yang khusus.
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal
dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang
subdural (Darsono, 2015). Bila masalah ini tidak segera
diatnggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat
menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara
tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah
menjadi kecil.
Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah
penderita Hidrosefalus di beberapa Negara adalah
sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%,
Malaysia pada anak 5-12 th : 15%, India pada anak 2-4 th
: 4%, di Indonesia terdapat 3%.
Manifestasi Klinis
Pada saat dilakukan pengkajian lingkar kepala anak 61 cm dan tampak Kranium terdistensi
dalam semua arah, terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tampak Vena-vena di sisi samping kepala
tampak melebar dan berkelok dengan jelas dikepala, anak tampak rewel sering menangis dengan
kencang dan tiba tiba dan susah tidur, pemeriksaan TTV di dapatkan Suhu 36,8 °C, Nadi 166x
menit dan pernafasan 36x menit. Saat ini anak masih mengalami kejang dengan durasi 1 menit,
Ibu mengatakan anaknya sering muntah ±3-4x sehari setelah minum susu, anak tampak lemah
dan lesu, mukosa bibir kering, turgor kulit jelek. Terlihat ada bekas luka post operasi
pemasangan VP shunting pada kepala sebelah kanan pada tanggal 5 november 2021. Pasien
saat ini terpasang infus D5 1/2 + KCL 21 cc/jam. Balance = +41
Hasil labor menunjukan nilai natrium, kalium, Hemoglobin, Eritrosit dan Hematokrit turun dari
rentang normaln dan Hasil CT Scan menunjukan pembesaran pada ventrikel
Analisa data
No Data Patofisiologi Masalah
1 DS : Kelainan kongenital Risiko Perfusi Serebral
ukuran badannya
Ibu mengatakan anak masih Peningkatan TIK
-
sering kejang dengan durasi 1
menit
- Ibu mengatakan anak susah
tidur
DO :
- Suhu : 36, 8 °C
DO : Peningkatan
- Frekuensi muntah ±3x-4x sehari (±50 TIK
cc)
- Frekuensi nadi : 166x/menit Mual muntah
DO :
Kolaborasi
• Kolaborasi prosedur debridement (mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika
perlu
• Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
PEMBAHASAN
Menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien dengan Hidrosepalus di
ruangan HCU Anak RSUP Dr. M Djamil Padang
Dari pengkajian pasien didapatkan An. H berusia 3 bulan dirawat di ruangan HCU
RSUP Dr Mdjamil Padang dengan keluhan utama kejang berulang pada seluruh
tubuh sejak 5 hari sebelum masuk RS, ibu S mengatakan kepala anak tampak
semakin membesar sejak lahir tidak sesuai dengan ukuran badannya. Saat ini anak
masih mengalami kejang dengan durasi 1 menit, Ibu mengatakan anaknya sering
muntah ±3-4x sehari setelah minum susu.
Dari hasil pengkajian, didapatkan gejala yang terjadi pada anak sesuai dengan teori
yang ada. Menurut Nannylia Dewi, Vivian (2010) pembesaran pada kepala anak
dengan hidrosefalus disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospnial yang
menyebabkan pembesaran ventrikel sehingga tulang tengkorak tampak membesar.
Keluhan lain yang sering muncul yaitu sutura melebar, terjadinya peningkatan
intrakranial, kejang, muntah, hiperfleksi, dan strabismus. Peningkatan tekanan
intrakranial mengakibatkan kerusakan pada nervus occulomotorius yaitu kerusakan
pengontrolan otot bola mata, gerak mata dan kelopak mata yang menyebabkan
mata anak eye sunset appearance.
Riwayat kesehatan dahulu, An.H lahir secara caesar dengan kehamilan 38 minggu
dengan masalah kehamilan kelainan kongenital hidrosefalus, An.H sudah melakukan
operasi Vp shunting sebanyak 1 kali pada tanggal 5 November 2021.
Dari riwayat kesehatan dahulu yang didapatkan sejalan dengan hasil penelitian
Apriyanto (2013) mengatakan sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah
mengalami hal ini sejak lahir atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya
terutama ada stenosis, akuaduktus sylvii, malformasi dandy walker,
holopresenchephaly, myelomeningokel, dan malformasi arnold chiari. Penyebab lain
dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik. Menurut Marmi
(2015) beberapa etilogi hidrosefalus adalah faktor keturunan, gangguan tumbuh
kembang janin, komplikasi lahir prematur dan infeksi yang disebabkan oleh virus.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada anak, anak tampak rewel sering
menangis dan susah tidur, pemeriksaan TTV di dapatkan Suhu 36,8 °C, Nadi 166x
menit dan pernafasan 34x menit. Saat ini BB anak 7 Kg dengan Panjang Badan 62
cm, lingkar kepala 61,5 cm. Pada anak ditemukan eyesunset appearance pada bola
pupil mata. , anak tampak lemah dan lesu, mukosa bibir kering, turgor kulit jelek.
Balance cairan anak +41
Menurut Dewi (2016) manifestasi klinis penyakit hidrosefalus adalah kepala membesar karena
adanya absorbsi cairan serebrospinal sehingga menyebabkan Sutura melebar, Fontanella
anterior makin menonjol, tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak dan mata ke
arah bawah (sunset phenomena), Perkusi kepala: “carcked pot sign” atau seperti semangka
masak, vena pada kulit kepala dilatasi dan terlihat jelas saat anak menangis. Mata melihat
kebawah ( tandasettingsun) akibat adanya tarikan pada kulit kepala, mudah terstimulasi, rewel
dan lemah, kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran akibat penekanan pada saraf
otak, Opisthotonus, spastik pada ekstremitas bawah. Hasil penelitian Khalilullah (2011)
mengatakan gejala klinis yang tampak pada anak dengan hidrosefalus berupa peningkatan
tekanan intrakranial yang meninggi, pembesaran abnormal yang progresif dan ukuran kepala
Menganalisis diagnosa keperawatan pada pasien Hidrosepalus di ruangan HCU Anak RSUP
Dr. M Djamil Padang
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien An.H didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d hidrosefalus, Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif dan Resiko infeksi
b.d efek prosedur invasif.
1. Hasil penelitian Dermawati (2017) gejala hidrosefalus berupa sakit kepala, kesadaran menurun, gelisah,
mual muntah, hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak , ketajaman penglihatan akan menurun dan
lebih lanjut akan mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II. Menurut Dewi (2016)manifestasi
klinis penyakit hidrosefalus diantaranya peningkatan tekanan intrakranial, seperti: Mual, muntah, oedema
papil saraf, gelisah, menangis dengan suara tinggi (pitched), peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningakatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi, stupor. Berdasarkan
pada data yang diperoleh saat pengkajian pada An.H ditegakkan diagnosa risiko perfusi serebral tidak
efektif berhubungan dengan hidrosefalus sudah sesuai dengan teori dengan batasan karakteristik, pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik An.H mengalami kejang berulang, mual muntah, anak terlihat rewel dan
gelisah yang merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan tingkat kesadaran anak normal
dengan GCS composmentis.
2. Faktor pendukung diagnosa kedua yaitu, Karna saat di lakukan pengkajian An.H mengalami muntah
setelah minum susu dengan frekuensi muntah 4-5 kali/hari, turgor kulit jelek, mukosa bibir juga tampak
kering. Hal ini sesuai dengan teori yang mana berdasarkan diagnosa keperawatan SDKI terdapat 5
penyebab hipovolemi pada pasien yaitu adanya kehilangan cairan aktif (muntah).
Operasi shunting pada anak hidrosefalus bertujuan untuk membuat saluran baru antara aliran
likuor dengan kafitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritonium. Biasanya cairan cerebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada
hidrosefalus komunikans ada yang di drain rongga subaraknoid lumbar. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi shunting,yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang di pasang, infeksi
pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian (Marmi,2015). Menurut penulis tegaknya diagnosa keperawatan risiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedure invasif sesuai dengan teori. Pemeliharaan luka kulit
terhadap kontaminasi bakteri agar anak tidak terinfeksi dan perlunya pemantauan kelancaran
pada fungsi alat shunt yang dipasang. Perubahan posisi pada slang shunt akan menyebabkan
kelancaran pada fungsi alat terganggu sehingga akan di lakukan operasi reposisi Vp shunting ,
ditambah lagi pada An.H baru pertamakali dilakukan prosedur vp shuning, sehingga diagnosa
resiko infeksi berhubungan dengan prosedure invasif bisa ditegakkan.
1. Menganalisis rencana intervensi keperawatan pada pasien Hidroseplus di ruangan HCU
Anak RSUP Dr. M Djamil Padang.
Implementasi keperawatan untuk diagnosa risiko gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tumor otak, neoplasma otak, cedera kepala adalah memantau adanya
parastase: mati rasa atau adanya rasa kesemutan, melakukan pemeriksaan pada pupil mata,
monitor kemampuan BAB, monitor adanya thromboplebitis, melakukan vital sign. kolaborasi
dalam permberian obat Diamox 3x100mg PO. Respon sistem saraf akibat penekanan pada
jaringan dan syaraf otak adalah terjadinya sakit kepala, kesadaran menurun, gelisah, mual
muntah, hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak, ketajaman penglihatan akan
menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi pada papila N.II.