Anda di halaman 1dari 86

KEPERAWATAN KRITIS

Wasijati, SKp., M.Si., M.Kep.


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STROKE HEMORAGIK PADA
TN. P DI RUANG STROKE UNIT RSPP
(Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Ajar Profesi Kritis)

Disusun oleh :

Delina Farachyanti
Devita Sari
Dian Ayu Nurjanah
Fithria Septiani
Kinanti Hasin K.
Oktora Fergitias S. L.
Putri Dwi Insani

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN – X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Stroke Hemoragik Pada Tn. P Di Ruang Stroke Unit RSPP”
dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar keperawatan
kritis program profesi ners STIKes PERTAMEDIKA.

Makalah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana


Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Hemoragik bagi pembacanya.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan di
banyak bagian, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik supaya penulis
dapat memperbaikinya.

Jakarta, November 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia
muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan
jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini
diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula
menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan,
kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).

Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang


disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa
jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal
otak yang terganggu World Health Organization(WHO, 2005).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.


Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang
di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini,
610.000 diantaranya merupakan serangan stroke pertama, sedangkan
185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di
Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-
30% di antaranya menderita cacat menetap Centers for Disease Control and
Prevention ( CFDCP, 2009).

Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan


modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke
cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif.
Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di
atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia,
makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan
stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).

Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena


stroke akan memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan
kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).

Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian


khusus. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di
hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari
tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1
diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).

Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti
usia, ras, gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke
sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk
factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas,
penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).

Berdasarkan dari penjelasan diatas penulis bermaksud membahas lebih


lanjut mengenai penyakit Stroke Hemoragik dalam makalah ini untuk
menemukan asuhan keperawatan yang tepat dilakukan oleh perawat, dengan
mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Dengan Stroke Hemoragik Pada
Tn. P Di Ruang Stroke Unit RSPP”.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar teori stroke hemoragik?


2. Bagaimana asuhan keperawatan dengan stroke hemoragik?
3. Bagaimana kasus asuhan keperawatan pada Tn.P dengan stroke hemoragik
di SU RSPP?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa


mengenai Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik dan untuk memenuhi
tugas Keperawatan Kritis.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian Stroke Hemoragik
b. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi Stroke Hemoragik
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi Stroke Hemoragik
d. Mahasiswa mampu memahami pathway Stroke Hemoragik
e. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Stroke Hemoragik
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Stroke Hemoragik
g. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang Stroke
Hemoragik
h. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Stroke Hemoragik
i. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Stroke
Hemoragik
j. Mahasiswa mampu memahami kasus asuhan keperawatan Stroke
Hemoragik pada Tn.P
D. Manfaat

1. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan stroke hemoragik.
2. Institusi Pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur atau referensi
untuk kelengkapan perkuliahan
3. Penulis
Sebagai prasyarat mendapat gelar Profesi Keperawatan, dan menjadi
acuan untuk menambah pengetahuan serta mendapatkan pengalaman
secara langsung dalam meberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien gagal ginjal kronis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stroke

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Sedangkan menurut Smuster (2009) stroke adalah kehilangan fungsi otak


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak, biasanya merupakan
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. Stroke merupakan
sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah otak, timbul mendadak dan
biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun, umumnya laki-laki sedikit lebih
sering terkena daripada perempuan (Rasyrid, 2008).

Stroke hemoragikadalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak


pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Artiani, 2009).

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
(Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi Otak

Anatomi fisiologi otak menurut Syaifudin (2006) yaitu :


a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
pengontrol semua alat tubuh yang terdiri atas: serebrum, cerebellum, dan
batang otak.

Gambar 1 : Anatomi otak


Sumber: Muttaqin (2008).

1) Serebrum
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Pada
otak besar ditemukan empat lobus: lobus frontal, parietal,
temporal, dan oksipital.

2) Cerebellum
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons
varoli dan diatas medulla oblongata.
3) Batang otak
a) Diensefalon, merupakan bagian batang otak paling atas
terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Fungsi
diensefalon adalah untuk mengecilkan pembuluh darah,
membantu proses persarafan, mengontrol kegiatan reflek,
dan membantu kerja jantung.
b) Mesensefalon, atap dari mensensefalon terdiri dari empat
bagian yang menonjol keatas. Pons varoli, merupakan
penghubung mesensefalon, pons varoli dan serebelum.
c) Medulla oblongata merupakan bagian otak paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.

Selain itu masih ada lagi beberapa bagian dalam menjalankan


fungsi otak antara lain :
1) Meningen
Adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum
tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang
membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebrospinalis), memperkecil benturan atau getaran yang
terdiri dari tiga lapisan.
a) Durameter: selaput keras pembungkus otak yang berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat.
b) Arakhroid: merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter membentuk sebuah kantong
atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh
susunan saraf sentral.
c) Piameter: merupakan selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak.
2) Sistem ventrikel
Terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang
berhubungan dengan satu sama lainnya ke dalam rongga
itu, menghasilkan cairan serebrospinal.
3) Cairan serebrospinal
Adalah hasil sekresi pleksus koroid. Cairan ini bersifat
alkali bening mirip plasma. Cairan ini salurkan oleh
pleksus koroid ke dalam ventrikel yang ada dalam otak,
kemudian cairan masuk ke dalam kanalis sumsum tulang
belakang dan ke dalam ruang subaraknoid melalui
ventrikularis.

b. Medula spinalis
Merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis
vertebralis besama ganglion radiks posterior yang terdapat pada
setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan.
Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari: servikal
8 pasang, torakal 12 pasang, lumbal 5 pasang, sakral 5 pasang dan
koksigial 1 pasang.

c. Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom. Saraf
somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Sedangkan
saraf otonom adalah saraf - saraf yang bekerjanya tidak dapat
disadari dan bekerja secara otomatis.

C. Klasifikasi Stroke

Gangguan peredaran darah otak atau stroke menurut Muttaqin (2008)


diklasifikasikan menjadi :
a. Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
area otak tertentu.Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa terjadi saat istirahat. Kesadaran klien
biasanya menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Perdarahan intracranial
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak
membentuk masa yang menekan jaringan otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai
di daerah putamen, talamus, pons, dan serebelum.

2) Pendarahan subaraknoid.
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah in berasal dari pembuluh arah
sirkulasi Willisi dan cabang - cabngnya yang terdapat diluar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub
struktur mengakibatkan nyeri, dan vasopasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemi sensorik, afasia, dan lain-lain). Pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.

Seringpula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan


selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan pendarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaraan. Pendarahan subaraknoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.

Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global


(sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain).
b. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristiahat, baru bngun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi pendarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.

D. Etiologi Stroke

Etiologi Stroke menurut Muttaqin (2008) adalah :


a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan odem dan kongesti di sekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam
setelah trombosis.

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:


1) Ateroklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
3) Arterisis ( radang pada arteri )
4) Emboli

b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia

d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah :
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren

E. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.


Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema
dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi
yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang
dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh
karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik
infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan


hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan
tekanan intracranial menyebabkan herniasi otak. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).
F. Pathway

Hipertensi

Peningkatan aliran darah

Menekan dinding pembuluh darah

Penurunan elastisitas pembuluh darah

Arteri berdilatasi (pembesaran)

Aneurisma intrakranial (pelebaran)

Tekanan pada daerah syaraf cranial

Aneurisma pecah

Rupture (terputusnya) arteri serebri

Ekstravasasi (bocornya) darah di otak

Vasospasme arteri (penyempitan pembuluh darah arteri otak)

Menyebar ke hemisfer otak

Perdarahan serebri TIK meningkat

gg. perfusi Perfusi serebral menurun penekanan pada batang otak


jaringan cerebral
Iskemia penurunan perfusi pernafasan

Infark Pola nafas inefektif


Defisit progresif sel otak

Lesi korteks lesi batang otak

Gangguan komunikasi Gangguan persepsi kerusakan di nervus


Verbal sensori Penurunan reflek batuk
Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

G. Manifestasi Klinis Stroke

Manifestasi klinis stroke menurut Mansjoer (2014) adalah :


a. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan).
Tidak menyadari orang atau obyek ditempat kehilangan, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kesulitan penglihatan perifer
Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak menyadari obyek atau
batas obyek.
3) Diplopia
Penglihatan ganda.

b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
a) Berjalan tidak mantap, tegak.
b) Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
3) Disartria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.

c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif.

d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, alasan abstrae buruk, perubahan penilaian.

e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi,
menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke menurut


Tarwoto (2007) adalah sebagai berikut:
a. Head CT Scan
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik, perdarahan
intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Pemeriksaan ini sudah harus
dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
b. Elektro Kardografi (EKG)
Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial fibrilasi, MCI
(myocard infark) cukup tinggi pada pasienpasien stroke.
c. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya stenosis atau
oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga dapat dimintakan
pemeriksaan ultrasound khususnya (echocardiac) misalnya:
transthoracic atau transoespagheal jika untuk mencari sumber thrombus
sebagai etiologi stroke.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
a) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
b) INR, APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
e) CRP dan LED
f) Fungsi hati dan fungsi ginjal
2) Pemeriksaan khusus atau indikasi:
a) Protein C, S, AT III
b) Cardioplin antibodies
c) Hemocystein
d) Vasculitis-screnning (ANA, Lupus AC)
e) CSF

I. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran,
kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium Rasyid
(2008).
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal
sebagai Glascow Coma Scale untuk mengamati pembukaan kelopak mata,
kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan).
Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan yang dikenal
sebagai Glascow Coma Skale (GCS) menurut Tarwoto (2007) yaitu sebagai
berikut:
a. Membuka Mata
Membuka spontan :4
Membuka dengan perintah :3
Membuka mata dengan rangsang nyeri :2
Tidak mampu membuka mata :1

b. Kemampuan Bicara
Orientasi dan pengertian baik :5
Pembicaraan yang kacau :4
Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar :3
Dapat bersuara, merintih :2
Tidak bersuara :1

c. Tanggapan Motorik
Menanggapi perintah :6
Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang :5
Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri :4
Tanggapan fleksi abnormal :3
Tanggapan ekstensi abnormal :2
Tidak ada gerakan :1

Sedangkan untuk pemeriksaan kekuatan otot adalah sebagai berikut:

0 : Tidak ada kontraksi otot


1 : Terjadi kontraksi otot tanpa gerakan nyata
2 : Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
3 : Mampu angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi
4 : Tidak mampu menahan tangan pemeriksa
5 : Kekuatan penuh

Fungsi saraf kranial menurut Smeltzer (2006) adalah sebagai berikut:


a. Saraf Olfaktorius ( N I ) : Sensasi terhadap bau-bauan
b. Saraf Optikus ( N II ) : Ketajaman penglihatan dan lapang pandang
c. Saraf Okulomotorius ( N III ) : Mengatur gerakan kelopak mata, kontriksi
otot pada pupil dan otot siliaris dengan mengontrol akomodasi pupil
d. Saraf Toklear ( N IV ) : Gerakan ocular menyebabkan ketidakmampuan
melihat ke bawah dan ke samping
e. Saraf Trigeminus ( N V ): Sensasi wajah
f. Saraf Abdusen ( N VI ) : Mengatur gerakan-gerakan mata
g. Saraf Fasial ( N VII ) : Gerakan otot wajah, ekspresi wajah, sekresi air
mata dan ludah
h. Saraf Vestibulokoklear ( N VIII ): Keseimbangan dan pendengaran
i. Saraf Glosofaringeus ( N IX ) : Reflek gangguan faringeal atau menelan
j. Saraf Vagus ( N X ) : Kontraksi faring, gerakan simetris dan pita suara,
gerakan simetris pallatum mole, gerakan dan sekresi visem torakal dan
abdominal
k. Saraf Aksesorius Spinal ( N XI ) : Gerakan otot stemokleidomastoid dan
trapezius
l. Saraf Hipoglosus ( N XII ): Gerakan lidah

J. Penatalaksanaan

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan


melakukan tindakan sebagai berikut (Muttaqin, 2008) :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan
g. Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid,
papaverin intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
h. Pengobatan Pembedahan yang bertujuan utama adalah
memperbaiki aliran darah serebral
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

K. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Setyanegara (2008) :

a. Komplikasi Dini ( 0- 48 jam pertama)


1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya akan menimbulkan kematian.
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium
awal.

b. Komplikasi Jangka Pendek (1-14 hari/7-14 hari pertama)


1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama.
2) Infark miokard.
3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat.

c. Komplikasi Jangka Panjang


Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: penyakit vaskuler
perifer.
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke, yaitu:
1) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi.
2) Penurunan darah serebral
3) Embolisme serebral
Komplikasi stroke menurut ( Tarwoto, 2007) adalah :
1) Hipertensi
2) Kejang
3) Peningkatan Tekanan Intrakranial (Tik)
4) Kontraktur
5) Tonus Otot Abnormal
6) Malnutrisi
7) Aspirasi

L. Prognosis

Prognosis stoke menurut Harsono (2006) di pengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu :
a. Tingkat kesadaran: sadar 16% meninggal, somnolen 39% meninggal, yang
stupor 71% meninggal, dan bila koma 100% meninggal.
b. Usia: pada usia 70 tahun atau lebih angka-angka kematian meningkat
tajam.
c. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak (16%) yang meninggal dari pada
perempuan (39%).
d. Tekanan darah: tekanan darah tinggi prognosis jelek.
e. Lain-lain: cepat dan tepatnya pertolongan.

M. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses Keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh


perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, manentukan diagnosa, merencanakan tindakan
yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhankeperawatan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien,
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan
saling berhubungan (Hidayat, 2007).

Proses Keperawatan terdiri atas:


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan mengumpulkan data atau perolehan data yang akurat dari pasien
guna mengetahui permasalahan yang ada (Reeder, 2011). Pengkajian pada
pasien stroke menurut Smelzer, ( 2006 ) meliputi:
a. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang
penglihatan). Tidak menyadari orang atau obyek ditempat
kehilangan, penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh,
kesulitan menilai jarak.
2) Kesulitan penglihatan perifer
Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak menyadari obyek
atau batas obyek.
3) Diplopia
4) Penglihatan ganda

b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis
wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki,
perlu dasar berdiri yang luas.
3) Disatria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.

c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif.

d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, perubahan penilaian.
e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan
isolasi.

2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien Stroke


Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat yang menggambarkan
kondisi pasien. Berisi tentang pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan, masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan,
atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya
(Wilkinson, 2012).

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Mutaqqin (2008) pada


pasien stroke, yaitu :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat.
b. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi ke otak.
d. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.
e. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskuler,
kelemahan, parestesia.
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan untuk menelan makanan.

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Mutaqqin (2008) yang sudah


disesuaikan dengan NANDA (2015)pada pasien stroke, yaitu :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri dan vena.
Domain 4 : aktivitas istirahat kelas 4 : respons
kardiovaskular/pulmonal (00204).
b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan faktor
mekanik (imobilitas fisik).
domain 11 : keamanan / perlindungan , kelas 2: cedera fisik (00047).
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak,sistem muskuloskeletal
lemah).
domain 5: presepsi/kognisi , kelas 5 : komunikasi (00051).
d. Defisit perawatan diri : hygiene, mandi atau toileting yang
berhubungan dengan kelemahan fisik.
Domain 4: aktivitas istirahat, kelas 5: perawatan diri.
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan faktor fisiologis
(disfungsi neuromuskular).
Domain 11 :kenyamanan/perlindungan , kelas 2 : cedera fisik (00031).
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
Domain 4: aktivitas istirahat, kelas: aktivitas olahraga (00085).
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmapuan makan.
Domain 2 : nutrisi , kelas 1 : makan (00002).

3. Perencanaan atau Intervensi


Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang
membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan seperti
pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan pasien, nilai dan
kepercayaan pasien, batasan praktik keperawatan, peran-peran dari tenaga
kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi
keperawatan dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan lain (Reeder,
2011). Rencana tindakan pada pasien stroke menurut Nursing Outcome
Classification (2015 ) dan Nursing Intervention Clasification (2015)
adalah :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran arteri dan vena.
NOC : perfusi jaringan (serebral)

No indicator 1 2 3 4 5
1. Tekanan intrakranial 1 2 3 4 5

2. Tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5

3. Tekanan darah diastolik 1 2 3 4 5

4. Sakit kepala 1 2 3 4 5

5. Penurunan tingkat kesadaran

Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

Intervensi : manajemen edema serebral


1) Observasi keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Dorong keluarga/orang penting untuk bicara kepada pasien
4) Berikan obat diuretik osmotic

b. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan faktor


mekanik (imobilitas fisik).
Tujuan :
NOC : intregitas jaringan: kulit& membrane mukosa

No indicator 1 2 3 4 5
1. Suhu kulit 1 2 3 4 5

2. Perfusi jaringan 1 2 3 4 5

3. Pertumbuhan rambut padakulit 1 2 3 4 5

4. Intregitas kulit 1 2 3 4 5

Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Intervensi : Manajemen tekanan


1) Berikanpakaian yang tidakketat.
2) Letakkanbantalanbusapolyurethane dengancara yang tepat
3) Monitor mobilitas dan aktivitas pasien
4) Gunakanalatpengkajianrisiko yang adauntukmemonitor factor
risikopasien (misalya, skalabraden).

c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan


fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak,sistem muskuloskeletal
lemah).
NOC : fungsi sensori

No Indikator 1 2 3 4 5
1 presepsi stimulasi kulit 1 2 3 4 5
2 ketajaman pendengaran 1 2 3 4 5
3 presepsi posisi kepala 1 2 3 4 5
4 presepsi posisi tubuh 1 2 3 4 5
5 perbedaan bau 1 2 3 4 5
6 perbedaan rasa 1 2 3 4 5
7 ketajaman penglihatan 1 2 3 4 5

Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Intervensi: peningkatan komunikasi: kurang bicara


1) Monitor kecepatan bicara, tekanan, kecepatan, kuantitas,
volume dan diksi.
2) Monitor proses kognitif dan fisiologi terkait dengan
kemampuan bicara.
3) Instrusikan pada pasien untuk bicara pelan.
4) Kolaborasi bersama keluarga dan ahli terapis bahas patologis
untuk mengembangkan rencana agar bisa berkomunikasi secara
efektif.
5) Ijinkan pasien untuk sering mendengar suara pembicaraan dengan
cara tepat.

d. Defisit perawatan diri : hygiene, mandi atau toileting yang


berhubungan dengan kelemahan fisik.
NOC : status perawatan diri

No indicator 1 2 3 4 5
1. mandi sendiri 1 2 3 4 5

2. berpakaian sendiri 1 2 3 4 5

3. menyiapkan makanan dan minuman untuk 1 2 3 4 5


makan
4. makan sendiri
1 2 3 4 5

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Intervensi : bantuan memodifikasi diri


1) Puji alasan klien untuk berubah
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi tujuan spesifik untuk
berubah
3) Bantu pasien dalam mengidentifikasi perilaku sasaran yang perlu
dirubah serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4) Jelaskan pada pasien mengenai fungsi dari tanda dan pemicu yang
menyebabkan terjadinya perilaku
5) Dorong pasien untuk memasangkan perilaku yang diinginkan
dengan stimuli/ penanda yang ada

e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan faktor fisiologis


(disfungsi neuromuskular)
NOC : Status Pernafasaan

Indikator :
1. Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5
2. Irama pernafasan 1 2 3 4 5
3. Kedalaman insprirasi 1 2 3 4 5
4. Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5
5. Kepatenan jalan nafas 1 2 3 4 5
6. Volume tidal 1 2 3 4 5
7. Pencapaian tingkat 1 2 3 4 5
insentif spirometri
8. Kapasitas vital 1 2 3 4 5
9. Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
10. Tes faal paru 1 2 3 4 5

Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal

Intervensi :Monitor Pernafasan


1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernafas.
2) Catat pergerakkan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu pernafasan, dan retraksi otot supraclavicular.
3) Monitor suara nafas tambahan.
4) Monitor pola nafas.
5) Monitor saturasi oksigen.
6) Monitor keluhan pasien tentang sesak nafas, termasuk
kegiatan yang meningkatkan keluhan.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan


otot.
NOC : Ambulasi
Indikator :
1. Menopang berat badan
2. Berjalan dengan langkah efektif
3. Berjalan dengan pelan
4. Berjalan dengan kecepatan sedang
5. Berjalan menaiki tangga
6. Berjalan menuruni tangga
7. Berjalan menanjak
8. Berjalan menurun
9. Berjalan mengelilingi kamar

NOC : Pergerakan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan 1 2 3 4 5
Koordinasi 1 2 3 4 5
Cara berjalan 1 2 3 4 5
Gerakan otot 1 2 3 4 5
Gerakan sendi 1 2 3 4 5
Kinerja pengaturan tubuh 1 2 3 4 5
Kinerja transfer 1 2 3 4 5
Berlari 1 2 3 4 5
Melompat 1 2 3 4 5
Merangkak 1 2 3 4 5
Berjalan 1 2 3 4 5
Bergerak dengan mudah 1 2 3 4 5

Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Intervensi :Pengaturan Posisi Neurologis


1) Berikan posisi yang terapeutik
2) Jangan berikan tekanan pada bagian tubuh yang
terganggu.
3) Topang leher dengan tepat.
4) Pertahankan posisi yang tepat saat mengatur posisi
pasien.
5) Berikan tempat tidur yang tepat(tidak terlalu keras dan
empuk).
6) Monitor kemampuan pasien saat terpasang penopang.
7) Monitor keutuhan kulit di bawah korset.
8) Lakukan latihan ROM pasif pada ekstremitas yang
terganggu.
9) Ajarkan anggota keluarga untuk mengatur posisi pasien
dan melakukan ROM dengan tepat.

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmapuan makan.
NOC : status nutrisi
Indikator :
1. Asupan Gizi 12345
2. Asupan makanan 12345
3. Asupan cairan 12345
4. Energy 12345
5. Resiko berat badan/tinggi badan 12345
6. Hidrasi 12345

Keterangan:
1) Sangat menyimpang dari rentang normal
2) Banyak menyimpang dari rentang normal
3) Cukup menyimpang dari rentang normal
4) Sedikit menimpang dari rentang normal
5) Tidak menyimpang dari rentang normal

Intervensi : Manajemen nutrisi


1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien)
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
2) Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien.
3) Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi
pasien. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (
yaitu: membahas pedoman diet dan piramida makanan).

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap
pelaksanaan adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi
reaksi karena adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-
lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya
diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan
(Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut Hidayat,
A.(2007) yaitu:

a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai
dengan kriteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan
sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.

6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti
bagi individu yang berwenang. Tujuan sistem dokumentasi adalah untuk
memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas, memastikan
dokumentasi kemajuan yang berkenaan dengan hasil yang berfokus pada
pasien, memfasilitasi konsistensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan
kemajuan pengobatan.(Potter& Perry, 2006)

Fungsi dokumentasi menurut Potter & Perry ( 2006) adalah:


a. Komunikasi
Dokumentasi adalah media komunikasi antar anggota tim yang
merawat pasien untuk menyampaikan kontribusi masing-masing
dalam perawatan pasien.

b. Tagihan Finansial
Dokumentasi berfungsi sebagai dokumen untuk menentukan tagihan
sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan perawat.
c. Edukasi
Dokumentasi mengandung berbagai informasi mengenai diagnosa
medis dan keperawatan yang dapat digunakan peserta didik
keperawatan untuk kepentingan pendidikan.
d. Pengkajian
Dokumentasi memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan pasien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
f. Dokumentasi legal
Dokumentasi berfungsi untuk pertanggungjawaban hukum jika
terjadi tuntutan hukum.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 November 2020
Tanggal masuk : 13 November 2020

Ruang/ Kelas : SU

No Register : 313905

Diagnosa Medis : SH Post Craniotomy

1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. P

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 81 Tahun

Status Perkawinan : Cerai Mati

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa/ Solo

Pendidikan : Sarjana

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia

Pekerjaan : Pensiunan Perusahaan

Alamat : Jl. Wijaya XXI No. 2A

Sumber Biaya : Perusahaan

Sumber Informasi : Rekam medik, Keluarga, perawat ICU, dokter

2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang.
1) Alasan masuk rumah sakit :
Keluarga mengatakan datang ke IGD dengan keluhan sulit BAB
dan mendadak menurun kesadaran, pasien riwayat pengencer
darah, pasien dengan 3 stent tahun 2011.

2) Keluhan utama :
Keluarga klien mengatakan penurunan kesadaran setelah
mengejan karena kesulitan BAB, klien mempunyai riwayat
hipertensi dan TD meningkat.

3) Kronogis Keluhan : Tiba – tiba penurunan kesadaran


- Faktor pencetus : Mengejan saat BAB
- Timbulnya keluhan : Mendadak
- Lamanya :
- Upaya mengatasinya : Perawatan di RS

b. Riwayat kesehatan masa lalu:


1) Riwayat Alergi (Obat, makanan, binatang, lingkungan):
Klien tidak ada riwayat alergi, obat, makanan, binatang dan
lingkungan.

2) Riwayat Kecelakaan:
Klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan.

3) Riwayat dirawat di Rumah sakit (Kapan, alasan dan berapa lama


dirawat):
OMNI, Stent jantung 3 Stent

4) Riwayat pemakaian obat:


Obat Hipertensi dan DM

c. Genogram (Riwayat kesehatan keluarga dan keterangan tiga generasi


dari klien) penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
menjadi faktor resik
Keterangan :

: Perempuan

: Laki – laki

: Klien

: Meninggal Dunia

: Tinggal serumah

d. Riwayat Psikososial dan Spritual.


1. Adakah orang terdekat dengan klien :
Ada, anak klien

2. Interaksi dalam keluarga :


- Pola komunikasi : Penurunan kesadaran
- Pembuatan keputusan : Anak
- Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak ada
3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga:
Tidak dapat berkumpul dirumah

4. Masalah yang mempengaruhi klien:


Tidak ada

5. Mekanisme koping terhadap stress:


Mekanisme dengan cari pertolongan

6. Persepsi klien terhadap penyakitnya.


- Hal yang sangat dipikirkan saat ini:
Ingin kembali kerumah

- Harapan setelah menjalani perawatan:


Ingin kembali kerumah

- Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:


Pasien penurunan kesadaran

7. Sistem nilai kepercayaan:


- Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan:
Tidak ada nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan.

- Aktivitas Agama/kepercayaan yang dilakukan:


Saat di rumah sebelum sakit klien selalu beribadah dan berdoa.

e. Kondisi Lingkungan rumah :


(lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehataan saat ini) :

Tidak ada
f. Pola kebiasaan:
Pola Kebiasaan
Hal yang dikaji
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit

1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi Makan: x/hari 3x/hari 6x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak
Baik Dibantu perawat dengan diit susu
Alasan:
cair
(mual, muntah, sariawan)
c. Porsi makanan yang dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai Makan habis 1porsi 250cc
Makanan 1 porsi habis
Tidak ada makanan yang tidak
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada makanan yang tidak disukai
disukai

Tidak ada makanan yang membuat


Tidak ada makanan yang membuat
alergi
f. Makanan Pantangan alergi

g. Makanan Diet
h. Penggunaan obat – obatan sebelum makan Tidak ada makanan pantangan
Tidak ada makanan pantangan
Tidak ada makanan diet
Tidak ada makanan diet
i. Penggunaan alat bantu (NGT)
Tidak ada pengunaan obat – obatan Tidak ada pengunaan obat –
sebelum makan obatan sebelum makan
2. Pola Eliminasi
a. B.a.k Tidak mengunaan alat bantu Menggunakan NGT

j. Frekuensi : x/hari
k. Warna :
l. Keluhan :
m. Penggunaan alat bantu (kateter, dll)
b. B.a.b
n. Frekuensi : 5 – 6 kali/hari 7350/ 24 jam
o. Waktu : (Pagi/siang/malam/tidak tentu)
Kuning Jernih Kuning pekat
p. Warna :
q. Konsistensi: Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

r. Keluhan : Tidak ada alat bantu Klien menggunakan kateter


s. Penggunaan Laxatif :
3. Pola Personal Hygiene
2x/hari 1x/hari
a. Mandi
t. Frekuensi: 2x/hari Pagi Dibantu perawat
u. Waktu: Pagi/sore/malam
b. Oral Hygiene
Kuning kecoklatan
v. Frekuensi : x/hari
w. Waktu: Pagi/ siang/ setelah makan Setengah padat
c. Cuci rambut: Klien sulit BAB
x. Frekuensi: x/minggu Tidak menggunakan laxatif

4. Pola Istirahat dan tidur


 Lama tidur siang: Jam/hari Klien di bantu perawatn

 Lama tidur malam: Jam/hari 2x/ hari 2x/hari


 Kebiasaan sebelum tidur:
Pagi dan sore Pagi dan sore

5. Pola aktivitas dan latihan


 Waktu bekerja: pagi / siang / malam 1x/hari

Pagi
 Olah raga: ( ) Ya ( ) Tidak
 Jenis olah raga
1x/minggu
 Frekuensi olahraga: x/minggu
 Keluhan dalam beraktivitas

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


2 – 3 jam/hari Penurunan kesadaran Somnolen
Merokok: Ya/tidak
6 – 8 jam/hari
 Frekuensi :
 Jumlah : Tidak ada
 Lama pemakaian
Minuman keras/ NAPZA: Ya/tidak
 Frekuensi :
 Jumlah :
Tidak ada Aktivitas klien hanya ditempat
 Lama pemakaian
tidur

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada

Tidak ada
3. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum :
1) Berat badan : 95 kg (sebelum sakit: 95 kg)
2) Tinggi badan : 170 cm
3) Tekanan darah : 170/89 mmHg
4) Nadi : 88 x/menit
5) Frekuensi nafas : 26 x/menit
6) Suhu tubuh : 38,20C
7) Keadaan umum : Berat
8) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

b. Sistem Penglihatan
1) Posisi mata : Simetris
2) Kelopak mata : Normal
3) Pergerakan bola mata : Normal
4) Kongjuntiva : Anemis
5) Kornea : Keruh
6) Sklera : Anikterik
7) Pupil : Anisokor 4/2
8) Otot – otot mata : Tidak ada kelainan
9) Fungsi penglihatan : Baik
10) Tanda – tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : Tidak ada
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : Normal Reflek +/+

c. Sistem Pendengaran
1) Daun telinga : Normal
2) Karekteristik serumen : Kekuningan
3) Kondisi telinga tengah : Normal
4) Cairan dari telinga : Tidak ada
5) Perasaan penuh ditelinga : Tidak ada
6) Tinitus : Tidak ada
7) Fungsi pendengaran : Normal
8) Gangguan keseimbangan : Tidak ada
9) Pemakaian alat bantu : Tidak ada

d. Sistem wicara : Penurunan kesadaran

e. Sistem Pernapasan:
1) Jalan nafas : Ada sumbatan, sekret
2) Pernafasan : Sesak,
tanggal 16-11-2020 RR:26x/menit,
tanggal 13-11-2020 RR:38x/menit
3) Menggunakan otot bantu pernapasan : Ya
4) Frekuensi : 26 x/menit
5) Irama : Teratur
6) Jenis pernapasan : Spontan
7) Kedalaman : Dangkal
8) Batuk : Tidak ada
9) Sputum : Ya, kuning kemerahan
10) Konsistensi : Kental
11) Terdapat darah : Ya
12) Palpasi dada : Tidak ada masa
13) Perkusi dada : Dullnes
14) Suara nafas : Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas : Ya, terpasang ventilator

f. Sistem Kardiovaskuler:
1) Sistem Perifer
- Nadi : 88 x/menit, teratur dan kuat
- Tekanan darah : 170/89 mmHg
- Distensi vena jugularis : tidak ada baik kiri maupun kanan
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Pucat
- Pengisian Kapiler : <2dtk
- Edema : Ya ekstremitas
2) Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apikal: 90 x/menit
- Irama : Teratur
- Sakit dada : Tidak
- Timbulnya : Tidak ada
- Karakteristik : Tidak ada
- Skala nyeri : Tidak ada

g. Sistem Hematologi
- Pucat : Ya
- Perdarahan : Ya, pada Intra Cerebral Hemoragik

h. Sistem Saraf Pusat:


- Keluhan sakit kepala : Tidak ada
- Tingkat kesadaran : Somnolent
- GCS : E:2 M:4 V: Trakeostomi
- Tanda peningkatan TIK : Ya
- Gangguan Sistem persyarafan :
- Pemeriksaan refleks
1) Refleks Fisiologis : Normal
2) Refleks Patologis : Tidak

i. Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut :
Tidak ada caries, tidak menggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah
kotor, salifa normal
2) Muntah : Tidak ada
3) Nyeri daerah perut : Tidak ada
4) Bising usus : 10 x/menit
5) Diare : Tidak ada
6) Warna faeces : Cokelat
7) Konsistensi faeces : Setengah padat
8) Konstipasi : Tidak ada
9) Hepar : Tidak teraba
10) Abdomen : Lembek

j. Sistem Endokrin
- Pembesaran kelenjar Tiroid : Tidak ada
- Nafas berbau keton : Tidak ada
- Luka ganngren : Tidak ada

k. Sistem urogenital
Balance cairan /24jam : Intake NGT 250ml dan obat/infus 4184 ml
Output Urine 7000ml, drain 250ml,
insensible loss 110ml
B.a.k
Warna : kuning kental
Distensi : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada

l. Sistem Integumen
- Turgor kulit : Baik
- Temperatur : tanggal 30-10-2017 S: 37,9 0C
tanggal 31-10-2017 S: 38,2 0C
- Warna kulit : pucat
- Keadaan kulit : Tidak ada lesi dan luka
- Kelainan kulit : Tidak ada
- Kondisi kulit daerah pemasangan infus :Tidak ada plebitis
- Keadaan rambut : Baik, bersih

m. Sistem Muskuloskeletal
- Kesulitan dalam pergerakan : Ya, lokasi klien hemiparise
sinistra, kondisi penurunan
kesadaran.
- Kelainan bentuk tulang dan sendi : Tidak ada kelainan
- Kelainan struktur tulang belakang : Tidak ada kelainan
- Keadaan tonus otot : Baik
- Kekuataan otot : Tidak terkaji,klien
penurunan kesadaran

Data Tambahan:
Keluarga klien mengetahui klien riwayat hipertensi, karena klien mengejan dan
menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi tekanan perdarahan diotak.

4. Data penunjang
Laboratorium Nilai Normal
Hitung sel darah
- Leukosit :15,82 rb/uL (H) 5.00 - 10.00
- Hemoglobin : 12,8 g/dL (L) 13.0 - 16.0
- Hematokrit : 37 % (L) 40 - 48
- Trombosit : 298 rb/uL 150 - 450

Analisa gas darah


- PH : 7,52 (H) 7,35 – 7,45
- PO2 : 118 mmHg (H) 85 - 95
- PCO2 : 37 mmHg 35 - 45
- HCO3 : 31 mEq/L (H) 21 - 25
- BE : 8,3 mEq/L (H) -2,5 - +2,5
- SaO2 : 98% (H) 85 - 95

Elektrolit
- Natrium : 137 mEq/L 135 - 153
- Kalium : 3,1 mEq/L (L) 3,5 – 5,1
- Klorida : 106 mEq/L 98 - 109
- Kalsium : 8.0 mg/L (L) 8,5 – 10,5
- Magnesium : 2,1 mg/L 15 – 2,5
- Glukosa : 93 mg/dL 70 - 200
- Kreatinin : 0,7 mg/dL 0,5 – 1,5
- Ureum : 42 mg/dL 10 - 50
- Albumin : 2,9 g/dL 3,5 – 5,2

Brain CT pre operasi craniotomy tanggal 13 November 2020


Tampak cerebral bledding luas di daerah temporal kiri yang meluas ke system
ventrikel menyebabkan hydrocephalus obstruktif basal ganglia kiri disertai diffuse
brain edema disertai komunikans darah ke ventrikel lateralis kanan-kiri, ventrikel 3
dan ventrikel 4

Brain CT post operasi craniotomy tanggal 14 November 2020


Tampak cerebral bleeding luas di daerah temporal kiri yang meluas ke system ventrikel
menyebabkan hydrocephalus obstruksi basal ganglia kiri disertai diffuse brain edema.
Tampak komunikasi darah ke ventrikel lateralis kanan-kiri, ventrikel 3 dan ventrikel 4
dan terpasang 2 buah VP shunt dengan tip berada di frontal horn ventrikel lateralis
kanan-kiri, hematoma sedikit menipis.

Brain CT ke dua post operasi tanggal 16 November 2020


1. Perdarahan di lobus temporal dan intraventrikuer III dan lateral bilateral terutama
kiri tampak menipis dengan luas mengecil dengan edema perifokal yang tampak
masih menetap
2. Dilatasi system ventrikel lateralis dan III tampak melebar dengan periventrikel IV
lusensi -> Hidrocephalus non communicant, sedangkan ventrike IV tampak normal.
3. Terpasang VP shunt dengan ujung di intraventrikuler kiri

Thorax 15 November 2020


1. Corakan di bronkovaskuler meningkat
Kardiomegali dengan elongasi dan plak klasifikasi arkus aorta

Thorax 16 November 2020


1. Jaringan pulmonal kanan tampak infiltrate konfluens yang mulaimemadat disertai
fibrotic tipis jantung dan aorta :stqa
2. Dibandingkan CXR sebelumnya : infiltrate kanan bertambah
5. Penatalaksanaan (Therapi/pengobatan termasuk diet)
Gastrofer 2x40mg
Granon 2x1mg
Vit K 2x1mg
Vit C 2x1mg
Bisoprolol 3x2,5mg
Impepsia 6x10ml
Damox 2x1mg
Alinamin 3x1mg
Farmadol 3x1g
Branolin 2x500mg
Hydonac 1x50ml
Pulmicort 2x1ml
Ronem 3x1gr
Flumocil 3ml/300mg
Cap campur Codein HCL 2x10mg
Mucopec tab 2x42 tab
Salbutamol 2x0,5mg

Aminofluid 50ml (7macro)


Nacl 0,9% + Amminophilin 480mg/24 jam
Nacl 0,9% + Perdipin 10mg
Hidonac 500mg + Nacl 0,9%
Ringer fundin 500ml (7macro)
Fusmicin 2gr + Nacl 0,9%
Diet susu cair (250 cc) 6x1/hari

6. Resume
Klien datang ke IGD dengan keluhan sulit BAB, klien mengejan terlalu keras, klien
riwayat hipertensi, riwayat 3 stent, klien masuk ICU dengan penurunan kesadaran,
klien di Brain CT ternyata adanya intra cerebral hemoragik. Klien operasi craniostomy
dan dibawa ke SU.
Klien penurunan kesadaran, suara nafas ronkhi, GCS E:2 M:4 V: ETT, klien
somnolent, pasien banyak sputum. Intake 4431ml danoutput 7350ml. dari data TTV:
tekanan darah 170/ 89 mmhg, nadi 88x/menit, RR 25x/menit.

Dari data tersebut gangguan perfusi jaringan cerebral, penurunan curah jantung,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan ventilasi spontan dan peningkatan suhu
tubuh.

Tindakan : Observasi pupil, observasi TTV tiap jam, observasi status neurologis,
auskultasi suara nafas, pantau intake dan output, lakukan suction untuk mengeluarkan
lendir, kolaborasi pemberian inhalasi dan obat.
Evaluasi : klien masalah belum teratasi dan dilakukan intervensi berulang.
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1. Keluarga klien mengatakan klien datang Pemeriksaan Fisik


ke IGD karena sulit BAB dan klien 1. Klien datang ke SU post craniotomy
mengejan terlalu keras 2. Pupil anisokor, ukuran 2/4mm dan
2. Keluarga klien mengatakan riwayat reflek +/+
hipertensi 3. Tekanan darah 170/89 mmHg
3. Keluarga klien mengatakan pemasangan 4. Nadi 88 x/menit
3 stent di RS OMNI tahun 2011 5. RR 38 x/menit
4. Keluarga klien mengatakan klien 6. Suhu 38,2°C
banyak dahak 7. BB sekarang 95 kg
5. Keluarga klien mengatakan klien nafas 8. TB 170 cm
cepat 9. Keadaan umum berat
6. Keluarga klien mengatakan operasi pada
craniotomy tanggal 21/10/2017
Circulation :
7. Keluarga klien mengatakan badan klien
hangat a. Tingkat kesadaran : Somnolent
b. GCS E:2 M:4 V:Trakeostomy
c. Pupil 2/4mm
d. Tekanan darah 170/89 mmHg
e. Nadi 88 x/menit (irama tidak teratur,
denyut kuat)
f. CRT 2 detik
g. Tidak ada distensi vena jugularis
h. Nilai CVP : 11cmH2o
i. Suhu 38,2°C setiap jam klien
mengalami peningkatan suhu tubuh
j. IWL : 45,75cc/24jam
k. Warna kulit pucat
l. Edema di tungkai atas dengan piting
edema derajat 2 dan edema tungkai
bawah dengan pitting edema derajat 2
serta edema di wajah dengan pitting
edema derajat 1
m. Palpasi : tidak ada lesi, masa, dan
benjolan disekitar dada bagian jantung
n. Inspreksi : tidak ada lesi, masa, dan
benjolan disekitar dada bagian jantung
o. Perkusi : dullnes
p. Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2
normal
q. Hasil laboratorium : HB 13,6 g/dl, HT
39 %, Trombosit 302 ribu/uL, Na 137
MEq/L, K 3.1 MEg/L, Cl 8.1 MEq/L,
Mg 1,6 mg/dL, kreatinin 0.7 mg/dL,
ureum 4 mg/dL
r. EKG (sinus rythme)
s. Draint Kanan : 250cc // Kiri : -
t. Brain CT pre operasi craniotomy
tanggal 20 Oktober 2017
Tampak cerebral bledding luas di
daerah temporal kiri yang meluas ke
system ventrikel menyebabkan
hydrocephalus obstruktif basal ganglia
kiri disertai diffuse brain edema disertai
komunikans darah ke ventrikel lateralis
kanan-kiri, ventrikel 3 dan ventrikel 4
t. Brain CT post operasi craniotomy
tanggal 23 Oktober 2017
Tampak cerebral bleeding luas di
daerah temporal kiri yang meluas ke
system ventrikel menyebabkan
hydrocephalus obstruksi basal ganglia
kiri disertai diffuse brain edema.
Tampak komunikasi darah ke ventrikel
lateralis kanan-kiri, ventrikel 3 dan
ventrikel 4 dan terpasang 2 buah VP
shunt dengan tip berada di frontal horn
ventrikel lateralis kanan-kiri, hematoma
sedikit menipis.

u.Brain CT ke dua post operasi tanggal 02


november 2017
1. Perdarahan di lobus temporal dan
intraventrikuer III dan lateral bilateral
terutama kiri tampak menipis dengan
luas mengecil dengan edema
perifokal yang tampak masih
menetap
2. Dilatasi system ventrikel lateralis dan
III tampak melebar dengan
periventrikel IV lusensi ->
Hidrocephalus non communicant,
sedangkan ventrike IV tampak
normal.
3. Terpasang VP shunt dengan ujung di
intraventrikuler kiri

v.Thorax 29 Oktober 2017


1.Corakan di bronkovaskuler meningkat
Kardiomegali dengan elongasi dan
plak klasifikasi arkus aorta

w. Thorax 6 Nov :
1.Jaringan pulmonal kanan tampak
infiltrate konfluens yang
mulaimemadat disertai fibrotic tipis
jantung dan aorta :stqa
2. Dibandingkan CXR sebelumnya :
infiltrate kanan bertambah

Airway :

a. Terpasang trakeostomy
b. Sputum kental dan warna kuning
bercampur darah
c. Suara napas ronkhi dan stridor
d. RR 38 x/menit (kedalaman dangkal dan
irama teratur).

Breathing :

a. Terpasang ventilator PSIMV


PSMIV -> Ppeak 16,8 ; PEEP 3.1 ; Fi02
0.33 ; MVE 12.30 ; VTE 1136ml ; RR
total 10
b. Saturasi Oksigen 98%
c. Pernapasan sesak
d. Frekuensi 38 x/menit
e. Irama teratur
f. Kedalaman dangkal
g. Batuk produktif
h. Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, masa
dan benjolan
i. Palpasi : simetris, tidak ada lesi, masa
dan benjolan
j. Perkusi : sonor
k. Auskultasi : suara ronkhi
l. Hasil laboratorium analisa gas darah :
PH 7,53, PO2 181 mmHg, PCO2 29
mmHg, HCO3 25 MEq/L, BE 9 MEq/L,
SaO2 98 %
Dissablitiy :

a. Kesadaran somnolent
b. GCS E:2 M:4 V:Trakeostomi

Eksposure :

a. Inspeksi : tidak ada lesi, masa, benjolan,


dada simetris, ada edema ditungkai dan
wajah, ekstremitas simetris
b. Palpasi : dada simetris, tidak ada lesi,
masa, benjolan, edema di tungkai atas
dengan piting edema derajat 2 dan
edema tungkai bawah dengan pitting
edema derajat 2 serta edema di wajah
dengan pitting edema derajat 1
c. Perkusi : lapang paru (sonor), Jantung
(dullness), lambung (timpani), Hati
(pekak)
d. Auskultasi : paru-paru (ronkhi), jantung
(bunyi jantung S1 dan S2 normal),
lambung (normal)

Status eliminasi :

a. Intake (4434)
b. Output (7350)
c. Balance (-2916)
d. Urine selama 24 jam 1010 cc
e. Terpasang kateter
f. Warna urin kuning
Status pencernaan :

a. Keadaan mulut bersih


b. Tidak ada mual dan muntah
c. Bising usus 10 x/menit
d. Diare 3x saat pagi (350 cc, konsistensi
cair, warna coklat)
e. Hepar tidak teraba
f. Perut lembek
g. Tidak ada nyeri abdomen.

Status integumen :

a. Turgor kulit baik


b. Warna kulit pucat
c. Tidak ada kelainan kulit
d. Keadaan kulit baik
e. Keadaan rambut bersih

Status penglihatan :

a. Simetris
b. Konjuntiva anemis
c. Sklera anikterik
d. Pupil anisokor
e. Pupil berespon terhadap cahaya
f. Tidak ada peradangan pada mata.

Status pendengaran :

a. Posisi telinga simetris


b. Tidak ada cairan telinga yang keluar
c. Tidak ada perasaan penuh ditelinga
d. Pendengaran baik
e. Tidak pemakaian alat bantu
pendengaran
f. Tidak ada gangguan keseimbangan.

Status endokrin :

a. Tidak ada pembesaran tiroid


b. Tidak ada luka ganggren
c. GDS 150 mg/dL
d. Tidak ada nafas bau keton.

Status muskuloskeletal :

a. ada kesulitan dalam pergerakan


b. klien hemiparese sinistra
c. Tidak ada nyeri sendi dan tulang
d. Tidak ada kelainan bentuk tulang
e. Keadaan tonus tidak terkaji karna
penurunan kesadaran
Analisa Data

NO Data Masalah Etilogi

1. DS: Gangguan perfusi Perdarahan intra


jaringan serebral cerebral
1.Keluarga klien mengatakan klien
datang ke IGD karena sulit BAB
dan klien mengejan terlalu keras
2. Keluarga klien mengatakan
riwayat hipertensi
3. Keluarga klien mengatakan
pemasangan 3 stent di RS
OMNI tahun 2011

DO:

1. Tingkat kesadaran : Somnolent


2. GCS E:2 M:4 V:Trakeostomy
3. Pupil 2/4mm
4. Tekanan darah 170/89 mmHg
5. Nadi 88 x/menit (irama tidak
teratur, denyut kuat)
6. Tidak ada distensi vena
jugularis
7. Nilai CVP : 11cmH2o
8. Warna kulit pucat
9. Palpasi : tidak ada lesi, masa,
dan benjolan disekitar dada
bagian jantung
10. Inspeksi : tidak ada lesi, masa,
dan benjolan disekitar dada
bagian jantung
11. Perkusi : dullnes
12. Auskultasi : bunyi jantung S1
dan S2 normal
13. Draint Kanan : 250cc // Kiri : -
14. Brain CT pre operasi
craniotomy tanggal 20 Oktober
2017

Tampak cerebral bledding luas


di daerah temporal kiri yang
meluas ke system ventrikel
menyebabkan hydrocephalus
obstruktif basal ganglia kiri
disertai diffuse brain edema
disertai komunikans darah ke
ventrikel lateralis kanan-kiri,
ventrikel 3 dan ventrikel 4

15. Brain CT post operasi


craniotomy tanggal 23
Oktober 2017
Tampak cerebral bleeding luas
di daerah temporal kiri yang
meluas ke system ventrikel
menyebabkan hydrocephalus
obstruksi basal ganglia kiri
disertai diffuse brain edema.
Tampak komunikasi darah ke
ventrikel lateralis kanan-kiri,
ventrikel 3 dan ventrikel 4 dan
terpasang 2 buah VP shunt
dengan tip berada di frontal
horn ventrikel lateralis kanan-
kiri, hematoma sedikit menipis.
16. Brain CT ke dua post operasi
tanggal 02 november 2017
- Perdarahan di lobus
temporal dan
intraventrikuer III dan
lateral bilateral terutama
kiri tampak menipis
dengan luas mengecil
dengan edema perifokal
yang tampak masih
menetap
- Dilatasi system ventrikel
lateralis dan III tampak
melebar dengan
periventrikel IV lusensi ->
Hidrocephalus non
communicant, sedangkan
ventrike IV tampak
normal.
- Terpasang VP shunt
dengan ujung di
intraventrikuler kiri

2. DS: Penurunan curah Perubahan


jantung kontraktilitas
1. Keluarga klien mengatakan
miokardium
sesak
2. Keluarga klien mengatakan
pemasangan 3 stent di RS
OMNI tahun 2011
DO:
1. Tingkat kesadaran : Somnolent
2. GCS E:2 M:4 V:Trakeostomy
3. Pupil 2/4mm
4. Tekanan darah 170/89 mmHg
5. Nadi 88 x/menit (irama tidak
teratur, denyut kuat)
6. CRT 2 detik
7. Tidak ada distensi vena
jugularis
8. Nilai CVP : 11cmH2o
9. Warna kulit pucat
10. Edema di tungkai atas dengan
piting edema derajat 2 dan
edema tungkai bawah dengan
pitting edema derajat 2 serta
edema di wajah dengan pitting
edema derajat 1
11. Palpasi : tidak ada lesi, masa,
dan benjolan disekitar dada
bagian jantung
12. Inspreksi : tidak ada lesi, masa,
dan benjolan disekitar dada
bagian jantung
13. Perkusi : dullnes
14. Auskultasi : bunyi jantung S1
dan S2 normal
15. EKG : Synus Rythme
16. Hasil laboratorium : Na 137
MEq/L, K 3.1 MEg/L, Cl 8.1
MEq/L, Mg 1,6 mg/dL,
kreatinin 0.7 mg/dL, ureum 4
mg/dL
17. EKG (sinus rythme)
18. Draint Kanan : 250cc // Kiri : -
19. Intake : 4434cc24jam
20. Output:7350cc/24jam
21. Balance cairan : -2906/24jam
22. Thorax 29 Oktober 2017
Kardiomegali dengan elongasi
dan plak klasifikasi arkus aorta

3. DS: Ketidakefektifan Penumpukan sputum


bersihan jalan nafas
1. Keluarga klien mengatakan klien
banyak dahak

DO:

1. Terpasang trakeostomy
2. Sputum kental dan warna kuning
bercampur darah
3. Suara napas ronkhi dan stridor
4. RR 38 x/menit (kedalaman
dangkal dan irama teratur).
5. Thorax 29 Oktober 2017
-Corakan di bronkovaskuler
meningkat
-Kardiomegali dengan elongasi
dan plak klasifikasi arkus aorta
6. Thorax 6 Nov :
-Jaringan pulmonal kanan
tampak infiltrate konfluens yang
mulaimemadat disertai fibrotic
tipis jantung dan aorta :stqa
-Dibandingkan CXR
sebelumnya : infiltrate kanan
bertambah
4. DS: Gangguan ventilasi Faktor metabolic
spontan
Keluarga klien mengatakan nafas
cepat
DO :

Breathing :

1. Kesadaran: Somnolent.
2. GCS: E:2, M:4, V:
Trakeostomy.
3. Terpasang ventilator PSIMV
PSMIV -> Ppeak 16,8 ; PEEP
3.1 ; Fi02 0.33 ; MVE 12.30 ;
VTE 1136ml ; RR total 10
4. Saturasi Oksigen 98%
5. Pernapasan sesak
6. Frekuensi 38 x/menit
7. Irama teratur
8. Kedalaman dangkal
9. Batuk produktif
10. Inspeksi : simetris, tidak ada
lesi, masa dan benjolan
11. Palpasi : simetris, tidak ada
lesi, masa dan benjolan
12. Perkusi : sonor
13. Auskultasi : suara ronkhi
14. Hasil laboratorium analisa gas
darah : PH 7,53, PO2 181
mmHg, PCO2 29 mmHg,
HCO3 25 MEq/L, BE 9
MEq/L, SaO2 98 %
15. Thorax 29 Oktober 2017
-Corakan di bronkovaskuler
meningkat
-Kardiomegali dengan elongasi
dan plak klasifikasi arkus aorta
16. Thorax 6 Nov :
-Jaringan pulmonal kanan
tampak infiltrate konfluens
yang mulaimemadat disertai
fibrotic tipis jantung dan aorta
:stqa
-Dibandingkan CXR
sebelumnya : infiltrate kanan
bertambah
5. DS : Peningkatan suhu proses infeksi dalam
tubuh tubuh
Keluarga klien mengatakan suhu
tubuh klien panas

DO :

1. Akral teraba hangat


2. S : 38,2
3. IWL : 45,75cc/24jam
4. Leukosit :15,82 rb/uL (H)
Hemoglobin : 12,8 g/dL (L)
Hematokrit : 37 % (L)
Trombosit : 298 rb/uL
5. Kulit Nampak pucat
Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Teratasi Paraf &


Ditemukan Nama Jelas

1. Gangguan Perfusi jaringan 16 November Kelompok


serebral berhubungan 2020
dengan perdarahan intra
cerebral

2. Penurunan curah jantung 16 November Kelompok


berhubungan dengan 2020
perubahan kontraktilitas
miokard

3. Ketidakefektifan bersihan 16 November Kelompok


jalan nafas berhubungan 2020
dengan penumpukan
sputum

4. Gangguan ventilasi spontan 16 November Kelompok


b.d factor metabolic 2020

5. Peningkatan suhu tubuh b.d 16 November Kelompok


proses infeksi dalam tubuh 2020
Rencana Keperawatan
Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Kriteria Hasil Nama
Jelas

16 1. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor status neurologis 1. Refelek membuka Kelompok
November cerebral berhubungan dengan tindakan dan GCS mata menentukan
2020 perdarahan intra cerebral keperawatan dalam 2. Monitor TTV pemulihan
DS: waktu 3x24 jam 3. Observasi reflek pupil kesadaran
diharapkan 4. Pertahankan tirah baring 2. Memantau
1. Keluarga klien
perdarahan 5. Pantau Draint post hiper/hipotensi
mengatakan klien datang
berkurang, dengan craniotomy 3. Menentukan reflek
ke IGD karena sulit BAB
kriteria hasil : 6. Kolaborasi pemberian batang otak
dan klien mengejan terlalu
1. Tidak ada branolin (citicoline) 4. Mencegah
keras
peningkatan perdarahan
2. Keluarga klien
tekanan intra 5. Pemantauan aliran
mengatakan riwayat
cranial darah yang keluar
hipertensi
2. TTV dalam post craniotomy
3. Keluarga klien
batas normal 6. Memperbaiki fungsi
mengatakan pemasangan 3
kerja cerebral
stent di RS OMNI tahun
2011
DO:

1. Tingkat kesadaran :
Somnolent
2. GCS E:2 M:4
V:Trakeostomy
3. Pupil 2/4mm
4. Tekanan darah 170/89
mmHg
5. Nadi 88 x/menit (irama
tidak teratur, denyut kuat)
6. Tidak ada distensi vena
jugularis
7. Nilai CVP : 11cmH2o
8. Warna kulit pucat
9. Palpasi : tidak ada lesi,
masa, dan benjolan
disekitar dada bagian
jantung
10. Inspeksi : tidak ada lesi,
masa, dan benjolan
disekitar dada bagian
jantung
11. Perkusi : dullnes
12. Auskultasi : bunyi jantung
S1 dan S2 normal
13. Draint Kanan : 250cc //
Kiri : -
17. Brain CT pre operasi
craniotomy tanggal 20
Oktober 2017

Tampak cerebral
bledding luas di daerah
temporal kiri yang
meluas ke system
ventrikel menyebabkan
hydrocephalus obstruktif
basal ganglia kiri disertai
diffuse brain edema
disertai komunikans
darah ke ventrikel
lateralis kanan-kiri,
ventrikel 3 dan ventrikel
4

18. Brain CT post operasi


craniotomy tanggal 23
Oktober 2017
Tampak cerebral bleeding
luas di daerah temporal
kiri yang meluas ke
system ventrikel
menyebabkan
hydrocephalus obstruksi
basal ganglia kiri disertai
diffuse brain edema.
Tampak komunikasi
darah ke ventrikel
lateralis kanan-kiri,
ventrikel 3 dan ventrikel 4
dan terpasang 2 buah VP
shunt dengan tip berada di
frontal horn ventrikel
lateralis kanan-kiri,
hematoma sedikit
menipis.

19. Brain CT ke dua post


operasi tanggal 02
november 2017
- Perdarahan di lobus
temporal dan
intraventrikuer III dan
lateral bilateral terutama
kiri tampak menipis
dengan luas mengecil
dengan edema perifokal
yang tampak masih
menetap
- Dilatasi system
ventrikel lateralis dan III
tampak melebar dengan
periventrikel IV lusensi -
> Hidrocephalus non
communicant,
sedangkan ventrike IV
tampak normal.
- Terpasang VP shunt
dengan ujung di
intravent-rikuler kiri

Tangga No Diagnosa Keperawatan (PES) Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
l Hasil Nama
Jelas

16 2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri Kelompok


Novem berhubungan dengan perubahan tindakan keperawatan
1. Monitor perubahan 1. Hipotensi
ber kontraktilitas miokard selama 3x24 jam,
tekanan darah setiap satu menandakan
2020 penurunan curah
jam penurunan curah
jantung teratasi
2. Monitor denyut dan irama jantung
DS: dengan kriteri hasil:
nadi setiap satu jam 2. Takikardi
1. Keluarga klien 1. Keadaan umum 3. Monitor intake output menandakan
mengatakan sesak baik 4. Monitor suhu dan akral penurunan curah
2. Keluarga klien setiap tiap jam jantung
mengatakan pemasangan 3
stent di RS OMNI tahun 2. Kesadaran 5. Kaji status mental 3. Melihat pengeluaran
2011 compos mentis 6. Kaji warna kulit urin
DO: 3. Tekanan darah 7. Auskultasi suara nafas dan 4. Akral dingin
1. Tingkat kesadaran : 120/80 mmHg, suara jantung menandakan
Somnolent nadi 60-100 penurunan curah
2. GCS E:2 M:4 x/menit (irama jantung
Kolaborasi :
V:Trakeostomy teratur dan denyut 5. Penurunan
3. Pupil 2/4mm kuat), RR 16-20 1. Beri obat sesuai indikasi kesadaran karena
4. Tekanan darah 170/89 x/menit (irama 2. Monitor hasil EKG, penurunan perfusi
mmHg teratur dan Rontgen dada dan serebral
5. Nadi 88 x/menit (irama kedalaman Laboratorium 6. Warna kulit pucat
tidak teratur, denyut kuat) dalam), suhu 36,5- menandakan
6. CRT 2 detik 37,5°C (akral penurunan curah
7. Tidak ada distensi vena hangat) jantung, anemia
jugularis 4. Warna kulit tidak 7. Suara ronkhi
8. Nilai CVP : 11cmH2o pucat menandakan adanya
9. Warna kulit pucat 5. Tidak ada edema cairan atau sekret di
10. Edema di tungkai atas ditungkai dan dalam paru, suara
dengan piting edema wajah tambahan jantung
derajat 2 dan edema 6. BB tidak naik menandakan adanya
tungkai bawah dengan drastis
pitting edema derajat 2 7. Suara napas perubahan struktur
serta edema di wajah vesikuler dan jantung
dengan pitting edema suara jantung BJ
derajat 1 S1 dan S2 normal
Kolaborasi
11. Palpasi : tidak ada lesi, 8. Klien tidak
masa, dan benjolan tampak lemah, 1. Menstabilkan

disekitar dada bagian sesak dan batuk tekanan darah dan

jantung 9. EKG normal meningkatan respon

12. Inspreksi : tidak ada lesi, 10. Rontgen dada : preload dan afterload

masa, dan benjolan tidak ada edema 2. EKG (melihat

disekitar dada bagian paru, efusi pleura adanya perubahan

jantung dan kardiomegali irama jantung),

13. Perkusi : dullnes 11. Tidak ada vena Rontgen dada

14. Auskultasi : bunyi jantung jugularis (melihat adanya

S1 dan S2 normal 12. Hasil bendungan dalam

15. EKG : Synus Rythme laboratorium paru-paru dan

16. Hasil laboratorium : Na normal jantung),

137 MEq/L, K 3.1 MEg/L, laboratorium

Cl 8.1 MEq/L, Mg 1,6 (melihat adanya

mg/dL, kreatinin 0.7 perubahan

mg/dL, ureum 4 mg/dL hematologi,


17. EKG (sinus rythme) elektrolit, kimia
18. Draint Kanan : 250cc // darah, AGD, kretinin
Kiri : - dan BUN, glukosa,
19. Intake : 4434cc24jam albumin, enzim
20. Output:7350cc/24jam jantung dan lain-
21. Balance cairan : - lain)
2906/24jam
22. Thorax 29 Oktober 2017
Kardiomegali dengan
elongasi dan plak
klasifikasi arkus aorta

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Hasil Nama
Jelas

16 3. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri : Kelompok


November jalan nafas berhubungan tindakan keperawatan
1. Monitor frekuensi, 1. Peningkatan laju
2020 dengan penumpukan sputum selama 3x24 jam,
kedalaman dan irama pernafasan
ketidakefektifan
pernafasan menandakan
DS: bersihan jalan nafas 2. Kaji adanya sputum gangguan
teratasi dengan kriteri 3. Kaji adanya batuk oksigenasi
1. Keluarga klien
hasil: 4. Beri posisi semifowler 2. Sputum
mengatakan klien banyak
5. Auskultasi suara napas menyebabkan jalan
dahak 1. Klien tampak
6. Lakukan suction tehnik nafas terhalang
tidak sesak
DO: steril 3. Batuk tidak
2. Tidak ada sputum
1. Terpasang trakeostomy Kolaborasi : produktif dapat sulit
3. RR 16-20 x/menit
2. Sputum kental dan warna untuk mengeluarkan
(irama teratur dan 1. Beri obat sesuai indikasi
kuning bercampur darah sputum
kedalaman dalam) 2. Lakukan fisioterapi dada
3. Suara napas ronkhi dan 4. Klien 4. Memperbaiki
tidak
stridor ekspansi dada
tampak batuk
4. RR 38 x/menit (kedalaman 5. Suara 5. Suara ronkhi
napas
dangkal dan irama teratur). menandakan adanya
vesikuler
sputum atau cairan
6. Rontgen dada :
dalam paru-paru
tidak ada edem
6. Mempermudah
paru, efusi pleura
mengeluarkan
7. Jalan nafas bersih
sputum
dan bebas

Kolaborasi
1. Menurunkan sputum
dan leukosit
2. Mempermudah
pengeluaran sputum

Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Hasil Nama
Jelas

16 4. Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan 1. Pastikan alarm ventilator


November berhubungan dengan factor tindakan aktif
2020 metabolik keperawatan dalam 2. Konsultasikan dengan
DS: - waktu 3x24 jam tenaga kesehatan lainnya
DO : diharapkan jalan dalam pemilihan jenis
nafas paten, dengan ventilator
Breathing :
kriteria hasil : 3. Pantau adanya penurunan
1. Kesadaran: Somnolent. 3. Respons alergi volume ekshalasi dan
2. GCS: E:2, M:4, V: sistemik : tingkat peningkatan tekanan
Trakeostomy. keparahan inspirasi pada pasien
respon 4. Pantau keefektifan
hipersensitivitas ventilasi mekanik pada
m. Terpasang ventilator imun sistemik kondisi fisiologis dan
Terpasang ventilator terhadap antigen psikologis pasien
PSIMV lingkungan 5. Pantau adanya efek yang
PSMIV -> Ppeak 16,8 ; 4. Pertukaran O2 merugikan dari ventilasi
PEEP 3.1 ; Fi02 0.33 ; dan CO2 di mekanik : infeksi,
MVE 12.30 ; VTE alveoli untuk barotraumas, dan
1136ml ; RR total 10 mempertahankan penurunan curah jantung
3. Saturasi Oksigen 98% konsentrasi gas 6. Pantau efek perubahan
4. Pernapasan sesak darah arteri ventilator terhadap
5. Frekuensi 38 x/menit dalam rentang oksigenasi : GDA, SaO2,
6. Irama teratur normal SvO2, CO2, akhir-tidal,
7. Kedalaman dangkal 5. Pergerakan udara Qsp/Qt serta respons
8. Batuk produktif paru adekuat subjektif pasien
9. Inspeksi : simetris, tidak 6. TTV dalam 7. Pantau derajat pirau,
ada lesi, masa dan rentang normal kapasitas vital, Vd, VT,
benjolan 7. Menerima nutrisi MVV, daya inspirasi,
10. Palpasi : simetris, tidak adekuat dalam FEV1, dan kesiapan untuk
ada lesi, masa dan fase penyapihan penyapihan dan ventilasi
benjolan ventilator. mekanik, sesuai protocol
11. Perkusi : sonor institusi
12. Auskultasi : suara ronkhi
Hasil laboratorium analisa gas 8. Auskultasi suara napas,
darah : PH 7,53, PO2 181 catat area penurunan atau
mmHg, PCO2 29 mmHg, ketiadaan ventilasi dan
HCO3 25 MEq/L, BE 9 adanya suara napas
MEq/L, SaO2 98 % tambahan
9. Tentukan kebutuhan
pengisapan dengan
mengauskultasi suara
ronki basah halus dan
ronki basah kasar di jalan
nafas
10. Lakukan higine mulut
secara rutin

Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung,
dan trakea sekresi, sesuai
2. Menjaga patensi jalan
napas
3. Mengatur peralatan
oksigen dan mengelola
melalui sistem,
dipanaskan dilembabkan
4. Memantau aliran liter
oksigen
5. Memantau posisi
perangkat pengiriman
oksigen
6. Secara berkala memeriksa
perangkat pengiriman
oksigen untuk
memastikan bahwa
konsentrasi yang
ditentukan sedang
disampaikan
7. Memantau efektivitas
terapi oksigen (misalnya,
nadi oksimetri, ABGs)

16 5 Peningkatan suhu tubuh Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mencegah


November berhubungan dengan proses tindakan 2. Monitor haluaran urin terjadinya
2020 keperawatan selama 3. Monitor kadar natrium peningkatan
infeksi dalam tubuh, ditandai 2x24 jam diharapkan 4. Beri baju yang menyerap tanda vital yang
dengan: tidak terjadi keringat dan ganti baju ekstrim
DS : peningkatan suhu bila basah 2. Penggantian
1. Keluarga klien tubuh dengan kriteria 5. Beri minum tiap 2 jam cairan yang
mengatakan klien hasil : sesuai kebutuhan cairan hilang akibat
panas. 1 Suhu tubuh normal 6. Kompres air hangat pada demam perlu
DO : 2 Akral hangat ketiak untuk mencegah
1. Akral teraba hangat 3 tanda-tanda vital 7. Kolaborasi pemberian dehidrasi dan
2. Suhu : 38,2 dalam batas normal antipiretik syok
3. IWL = 45,75 CC/jam hipovolemia
4. Leukosit = 15,82 ribu/ 3. Natrium dapat
uL (H) hilang bersama
Hemoglobin = 12,8 g/ keringat
dL (L) 4. Meningkatkan
Hematokrit = 37% (L) rasa nyaman
Trombosit = 298 rb/Ul 5. Mengganti
5. Kulit nampak pucat cairan yang
hilang bersama
keringat,
menguap dari
kulit
6. Membantu
berkeringat
7. Mengatasi
demam segera
mencegah
kejang
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien Tn.P dengan Stroke Hemoragik jika dibandingkan dengan
pengkajian pada tinjaun teoritis penulis mendapatkan hasil yang sama antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus klien Tn.P terdapat beberapa
perbedaan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.
3. Intervensi yang penulis rencanakan kepada Tn.P berdasarkan prioritas masalah
keperawatan, dimana masalah aktual yang lebih diprioritaskan.

B. Saran
Kurangnya pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan penyakit Stroke
Hemoragik dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi penyakit lain, oleh karena itu
pendidikan untuk pasien dan keluarga mengenai Stroke Hemoragik sangat diperlukan untuk
mendukung proses penyembuhan atau pengobatan Stroke Hemoragik dan pencegahan adanya
komplikasi penyakit lain sehingga meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar
pada pasien dengan Stroke Hemoragik, meningkatkan pengetahuan perawat dalam
pemberian layanan asuhan keperawatan dengan Stroke Hemoragik, dan memperluas kembali
pengetahuan demi perkembangan keperawatan terutama pada klien dengan gangguan pada
perkemihan.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, F & Purwaningsih, H. 2013. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus
Pada Pasien Stroke Yang mengalami Hemiparesis Di Ruang Yuditira Di RSUD
Semarang.

Anonim. Tanpa tahun. Stroke Hemorrhagic.


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-lusiratnan-6269-2-
babiish.pdf. Diakses pada tanggal 4 November 2014.

Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC; Jakarta

Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Herman Adi Cahyono (2016) Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tekanan intra
kranial pada klien post trepanasi di instalasi rawat intensif RSD dr. Soebandi jember.

Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Salemba Medika Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Saraf. Edisi ke-
3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pertiwi. 2010. Stroke Hemoragik dengan Faktor Resiko Hipertensi.


http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page. Diakses pada tanggal 4 November
2014.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, (Edisi 8), (Volume 3), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sylvia A. Price and Wilson Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Buku II, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai