Disusun oleh :
Delina Farachyanti
Devita Sari
Dian Ayu Nurjanah
Fithria Septiani
Kinanti Hasin K.
Oktora Fergitias S. L.
Putri Dwi Insani
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Dengan Stroke Hemoragik Pada Tn. P Di Ruang Stroke Unit RSPP”
dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar keperawatan
kritis program profesi ners STIKes PERTAMEDIKA.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia
muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan
jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini
diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula
menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan,
kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti
usia, ras, gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke
sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk
factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas,
penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian Stroke Hemoragik
b. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi Stroke Hemoragik
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi Stroke Hemoragik
d. Mahasiswa mampu memahami pathway Stroke Hemoragik
e. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Stroke Hemoragik
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Stroke Hemoragik
g. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang Stroke
Hemoragik
h. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Stroke Hemoragik
i. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Stroke
Hemoragik
j. Mahasiswa mampu memahami kasus asuhan keperawatan Stroke
Hemoragik pada Tn.P
D. Manfaat
1. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan stroke hemoragik.
2. Institusi Pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur atau referensi
untuk kelengkapan perkuliahan
3. Penulis
Sebagai prasyarat mendapat gelar Profesi Keperawatan, dan menjadi
acuan untuk menambah pengetahuan serta mendapatkan pengalaman
secara langsung dalam meberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien gagal ginjal kronis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
(Muttaqin, 2008).
1) Serebrum
Merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Pada
otak besar ditemukan empat lobus: lobus frontal, parietal,
temporal, dan oksipital.
2) Cerebellum
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons
varoli dan diatas medulla oblongata.
3) Batang otak
a) Diensefalon, merupakan bagian batang otak paling atas
terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Fungsi
diensefalon adalah untuk mengecilkan pembuluh darah,
membantu proses persarafan, mengontrol kegiatan reflek,
dan membantu kerja jantung.
b) Mesensefalon, atap dari mensensefalon terdiri dari empat
bagian yang menonjol keatas. Pons varoli, merupakan
penghubung mesensefalon, pons varoli dan serebelum.
c) Medulla oblongata merupakan bagian otak paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
b. Medula spinalis
Merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis
vertebralis besama ganglion radiks posterior yang terdapat pada
setiap foramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kanan.
Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari: servikal
8 pasang, torakal 12 pasang, lumbal 5 pasang, sakral 5 pasang dan
koksigial 1 pasang.
c. Saraf Perifer
Saraf perifer terdiri dari saraf somatik dan saraf otonom. Saraf
somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang. Sedangkan
saraf otonom adalah saraf - saraf yang bekerjanya tidak dapat
disadari dan bekerja secara otomatis.
C. Klasifikasi Stroke
2) Pendarahan subaraknoid.
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah in berasal dari pembuluh arah
sirkulasi Willisi dan cabang - cabngnya yang terdapat diluar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub
struktur mengakibatkan nyeri, dan vasopasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemi sensorik, afasia, dan lain-lain). Pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.
D. Etiologi Stroke
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.
c. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah:
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah :
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
E. Patofisiologi
Hipertensi
Aneurisma pecah
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
a) Berjalan tidak mantap, tegak.
b) Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
3) Disartria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif.
d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, alasan abstrae buruk, perubahan penilaian.
e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi,
menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke diperlukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran,
kekuatan otot, tonus otot, pemeriksaan radiologi, dan laboratorium Rasyid
(2008).
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal
sebagai Glascow Coma Scale untuk mengamati pembukaan kelopak mata,
kemampuan bicara, dan tanggap motorik (gerakan).
Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah dengan pemeriksaan yang dikenal
sebagai Glascow Coma Skale (GCS) menurut Tarwoto (2007) yaitu sebagai
berikut:
a. Membuka Mata
Membuka spontan :4
Membuka dengan perintah :3
Membuka mata dengan rangsang nyeri :2
Tidak mampu membuka mata :1
b. Kemampuan Bicara
Orientasi dan pengertian baik :5
Pembicaraan yang kacau :4
Pembicaraan yang tidak pantas dan kasar :3
Dapat bersuara, merintih :2
Tidak bersuara :1
c. Tanggapan Motorik
Menanggapi perintah :6
Reaksi gerakan lokal terhadap rangsang :5
Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri :4
Tanggapan fleksi abnormal :3
Tanggapan ekstensi abnormal :2
Tidak ada gerakan :1
J. Penatalaksanaan
K. Komplikasi
L. Prognosis
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis
wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak. Tidak mampu menyatukan kaki,
perlu dasar berdiri yang luas.
3) Disatria
Kesulitan membentuk dalam kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin
mampu bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif.
d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi, perubahan penilaian.
e. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan
isolasi.
No indicator 1 2 3 4 5
1. Tekanan intrakranial 1 2 3 4 5
4. Sakit kepala 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
No indicator 1 2 3 4 5
1. Suhu kulit 1 2 3 4 5
2. Perfusi jaringan 1 2 3 4 5
4. Intregitas kulit 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
No Indikator 1 2 3 4 5
1 presepsi stimulasi kulit 1 2 3 4 5
2 ketajaman pendengaran 1 2 3 4 5
3 presepsi posisi kepala 1 2 3 4 5
4 presepsi posisi tubuh 1 2 3 4 5
5 perbedaan bau 1 2 3 4 5
6 perbedaan rasa 1 2 3 4 5
7 ketajaman penglihatan 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
No indicator 1 2 3 4 5
1. mandi sendiri 1 2 3 4 5
2. berpakaian sendiri 1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Indikator :
1. Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5
2. Irama pernafasan 1 2 3 4 5
3. Kedalaman insprirasi 1 2 3 4 5
4. Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5
5. Kepatenan jalan nafas 1 2 3 4 5
6. Volume tidal 1 2 3 4 5
7. Pencapaian tingkat 1 2 3 4 5
insentif spirometri
8. Kapasitas vital 1 2 3 4 5
9. Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
10. Tes faal paru 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
NOC : Pergerakan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan 1 2 3 4 5
Koordinasi 1 2 3 4 5
Cara berjalan 1 2 3 4 5
Gerakan otot 1 2 3 4 5
Gerakan sendi 1 2 3 4 5
Kinerja pengaturan tubuh 1 2 3 4 5
Kinerja transfer 1 2 3 4 5
Berlari 1 2 3 4 5
Melompat 1 2 3 4 5
Merangkak 1 2 3 4 5
Berjalan 1 2 3 4 5
Bergerak dengan mudah 1 2 3 4 5
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Keterangan:
1) Sangat menyimpang dari rentang normal
2) Banyak menyimpang dari rentang normal
3) Cukup menyimpang dari rentang normal
4) Sedikit menimpang dari rentang normal
5) Tidak menyimpang dari rentang normal
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap
pelaksanaan adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi
reaksi karena adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-
lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya
diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan
(Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut Hidayat,
A.(2007) yaitu:
a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai
dengan kriteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan
sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti
bagi individu yang berwenang. Tujuan sistem dokumentasi adalah untuk
memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas, memastikan
dokumentasi kemajuan yang berkenaan dengan hasil yang berfokus pada
pasien, memfasilitasi konsistensi antar disiplin dan komunikasi tujuan dan
kemajuan pengobatan.(Potter& Perry, 2006)
b. Tagihan Finansial
Dokumentasi berfungsi sebagai dokumen untuk menentukan tagihan
sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan perawat.
c. Edukasi
Dokumentasi mengandung berbagai informasi mengenai diagnosa
medis dan keperawatan yang dapat digunakan peserta didik
keperawatan untuk kepentingan pendidikan.
d. Pengkajian
Dokumentasi memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan pasien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
f. Dokumentasi legal
Dokumentasi berfungsi untuk pertanggungjawaban hukum jika
terjadi tuntutan hukum.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 November 2020
Tanggal masuk : 13 November 2020
Ruang/ Kelas : SU
No Register : 313905
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. P
Umur : 81 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang.
1) Alasan masuk rumah sakit :
Keluarga mengatakan datang ke IGD dengan keluhan sulit BAB
dan mendadak menurun kesadaran, pasien riwayat pengencer
darah, pasien dengan 3 stent tahun 2011.
2) Keluhan utama :
Keluarga klien mengatakan penurunan kesadaran setelah
mengejan karena kesulitan BAB, klien mempunyai riwayat
hipertensi dan TD meningkat.
2) Riwayat Kecelakaan:
Klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan.
: Perempuan
: Laki – laki
: Klien
: Meninggal Dunia
: Tinggal serumah
Tidak ada
f. Pola kebiasaan:
Pola Kebiasaan
Hal yang dikaji
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi Makan: x/hari 3x/hari 6x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak
Baik Dibantu perawat dengan diit susu
Alasan:
cair
(mual, muntah, sariawan)
c. Porsi makanan yang dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai Makan habis 1porsi 250cc
Makanan 1 porsi habis
Tidak ada makanan yang tidak
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada makanan yang tidak disukai
disukai
g. Makanan Diet
h. Penggunaan obat – obatan sebelum makan Tidak ada makanan pantangan
Tidak ada makanan pantangan
Tidak ada makanan diet
Tidak ada makanan diet
i. Penggunaan alat bantu (NGT)
Tidak ada pengunaan obat – obatan Tidak ada pengunaan obat –
sebelum makan obatan sebelum makan
2. Pola Eliminasi
a. B.a.k Tidak mengunaan alat bantu Menggunakan NGT
j. Frekuensi : x/hari
k. Warna :
l. Keluhan :
m. Penggunaan alat bantu (kateter, dll)
b. B.a.b
n. Frekuensi : 5 – 6 kali/hari 7350/ 24 jam
o. Waktu : (Pagi/siang/malam/tidak tentu)
Kuning Jernih Kuning pekat
p. Warna :
q. Konsistensi: Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Pagi
Olah raga: ( ) Ya ( ) Tidak
Jenis olah raga
1x/minggu
Frekuensi olahraga: x/minggu
Keluhan dalam beraktivitas
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
3. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum :
1) Berat badan : 95 kg (sebelum sakit: 95 kg)
2) Tinggi badan : 170 cm
3) Tekanan darah : 170/89 mmHg
4) Nadi : 88 x/menit
5) Frekuensi nafas : 26 x/menit
6) Suhu tubuh : 38,20C
7) Keadaan umum : Berat
8) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
b. Sistem Penglihatan
1) Posisi mata : Simetris
2) Kelopak mata : Normal
3) Pergerakan bola mata : Normal
4) Kongjuntiva : Anemis
5) Kornea : Keruh
6) Sklera : Anikterik
7) Pupil : Anisokor 4/2
8) Otot – otot mata : Tidak ada kelainan
9) Fungsi penglihatan : Baik
10) Tanda – tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : Tidak ada
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : Normal Reflek +/+
c. Sistem Pendengaran
1) Daun telinga : Normal
2) Karekteristik serumen : Kekuningan
3) Kondisi telinga tengah : Normal
4) Cairan dari telinga : Tidak ada
5) Perasaan penuh ditelinga : Tidak ada
6) Tinitus : Tidak ada
7) Fungsi pendengaran : Normal
8) Gangguan keseimbangan : Tidak ada
9) Pemakaian alat bantu : Tidak ada
e. Sistem Pernapasan:
1) Jalan nafas : Ada sumbatan, sekret
2) Pernafasan : Sesak,
tanggal 16-11-2020 RR:26x/menit,
tanggal 13-11-2020 RR:38x/menit
3) Menggunakan otot bantu pernapasan : Ya
4) Frekuensi : 26 x/menit
5) Irama : Teratur
6) Jenis pernapasan : Spontan
7) Kedalaman : Dangkal
8) Batuk : Tidak ada
9) Sputum : Ya, kuning kemerahan
10) Konsistensi : Kental
11) Terdapat darah : Ya
12) Palpasi dada : Tidak ada masa
13) Perkusi dada : Dullnes
14) Suara nafas : Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas : Ya, terpasang ventilator
f. Sistem Kardiovaskuler:
1) Sistem Perifer
- Nadi : 88 x/menit, teratur dan kuat
- Tekanan darah : 170/89 mmHg
- Distensi vena jugularis : tidak ada baik kiri maupun kanan
- Temperatur kulit : Hangat
- Warna kulit : Pucat
- Pengisian Kapiler : <2dtk
- Edema : Ya ekstremitas
2) Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apikal: 90 x/menit
- Irama : Teratur
- Sakit dada : Tidak
- Timbulnya : Tidak ada
- Karakteristik : Tidak ada
- Skala nyeri : Tidak ada
g. Sistem Hematologi
- Pucat : Ya
- Perdarahan : Ya, pada Intra Cerebral Hemoragik
i. Sistem Pencernaan
1) Keadaan mulut :
Tidak ada caries, tidak menggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah
kotor, salifa normal
2) Muntah : Tidak ada
3) Nyeri daerah perut : Tidak ada
4) Bising usus : 10 x/menit
5) Diare : Tidak ada
6) Warna faeces : Cokelat
7) Konsistensi faeces : Setengah padat
8) Konstipasi : Tidak ada
9) Hepar : Tidak teraba
10) Abdomen : Lembek
j. Sistem Endokrin
- Pembesaran kelenjar Tiroid : Tidak ada
- Nafas berbau keton : Tidak ada
- Luka ganngren : Tidak ada
k. Sistem urogenital
Balance cairan /24jam : Intake NGT 250ml dan obat/infus 4184 ml
Output Urine 7000ml, drain 250ml,
insensible loss 110ml
B.a.k
Warna : kuning kental
Distensi : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
l. Sistem Integumen
- Turgor kulit : Baik
- Temperatur : tanggal 30-10-2017 S: 37,9 0C
tanggal 31-10-2017 S: 38,2 0C
- Warna kulit : pucat
- Keadaan kulit : Tidak ada lesi dan luka
- Kelainan kulit : Tidak ada
- Kondisi kulit daerah pemasangan infus :Tidak ada plebitis
- Keadaan rambut : Baik, bersih
m. Sistem Muskuloskeletal
- Kesulitan dalam pergerakan : Ya, lokasi klien hemiparise
sinistra, kondisi penurunan
kesadaran.
- Kelainan bentuk tulang dan sendi : Tidak ada kelainan
- Kelainan struktur tulang belakang : Tidak ada kelainan
- Keadaan tonus otot : Baik
- Kekuataan otot : Tidak terkaji,klien
penurunan kesadaran
Data Tambahan:
Keluarga klien mengetahui klien riwayat hipertensi, karena klien mengejan dan
menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi tekanan perdarahan diotak.
4. Data penunjang
Laboratorium Nilai Normal
Hitung sel darah
- Leukosit :15,82 rb/uL (H) 5.00 - 10.00
- Hemoglobin : 12,8 g/dL (L) 13.0 - 16.0
- Hematokrit : 37 % (L) 40 - 48
- Trombosit : 298 rb/uL 150 - 450
Elektrolit
- Natrium : 137 mEq/L 135 - 153
- Kalium : 3,1 mEq/L (L) 3,5 – 5,1
- Klorida : 106 mEq/L 98 - 109
- Kalsium : 8.0 mg/L (L) 8,5 – 10,5
- Magnesium : 2,1 mg/L 15 – 2,5
- Glukosa : 93 mg/dL 70 - 200
- Kreatinin : 0,7 mg/dL 0,5 – 1,5
- Ureum : 42 mg/dL 10 - 50
- Albumin : 2,9 g/dL 3,5 – 5,2
6. Resume
Klien datang ke IGD dengan keluhan sulit BAB, klien mengejan terlalu keras, klien
riwayat hipertensi, riwayat 3 stent, klien masuk ICU dengan penurunan kesadaran,
klien di Brain CT ternyata adanya intra cerebral hemoragik. Klien operasi craniostomy
dan dibawa ke SU.
Klien penurunan kesadaran, suara nafas ronkhi, GCS E:2 M:4 V: ETT, klien
somnolent, pasien banyak sputum. Intake 4431ml danoutput 7350ml. dari data TTV:
tekanan darah 170/ 89 mmhg, nadi 88x/menit, RR 25x/menit.
Dari data tersebut gangguan perfusi jaringan cerebral, penurunan curah jantung,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan ventilasi spontan dan peningkatan suhu
tubuh.
Tindakan : Observasi pupil, observasi TTV tiap jam, observasi status neurologis,
auskultasi suara nafas, pantau intake dan output, lakukan suction untuk mengeluarkan
lendir, kolaborasi pemberian inhalasi dan obat.
Evaluasi : klien masalah belum teratasi dan dilakukan intervensi berulang.
Data Fokus
w. Thorax 6 Nov :
1.Jaringan pulmonal kanan tampak
infiltrate konfluens yang
mulaimemadat disertai fibrotic tipis
jantung dan aorta :stqa
2. Dibandingkan CXR sebelumnya :
infiltrate kanan bertambah
Airway :
a. Terpasang trakeostomy
b. Sputum kental dan warna kuning
bercampur darah
c. Suara napas ronkhi dan stridor
d. RR 38 x/menit (kedalaman dangkal dan
irama teratur).
Breathing :
a. Kesadaran somnolent
b. GCS E:2 M:4 V:Trakeostomi
Eksposure :
Status eliminasi :
a. Intake (4434)
b. Output (7350)
c. Balance (-2916)
d. Urine selama 24 jam 1010 cc
e. Terpasang kateter
f. Warna urin kuning
Status pencernaan :
Status integumen :
Status penglihatan :
a. Simetris
b. Konjuntiva anemis
c. Sklera anikterik
d. Pupil anisokor
e. Pupil berespon terhadap cahaya
f. Tidak ada peradangan pada mata.
Status pendengaran :
Status endokrin :
Status muskuloskeletal :
DO:
DO:
1. Terpasang trakeostomy
2. Sputum kental dan warna kuning
bercampur darah
3. Suara napas ronkhi dan stridor
4. RR 38 x/menit (kedalaman
dangkal dan irama teratur).
5. Thorax 29 Oktober 2017
-Corakan di bronkovaskuler
meningkat
-Kardiomegali dengan elongasi
dan plak klasifikasi arkus aorta
6. Thorax 6 Nov :
-Jaringan pulmonal kanan
tampak infiltrate konfluens yang
mulaimemadat disertai fibrotic
tipis jantung dan aorta :stqa
-Dibandingkan CXR
sebelumnya : infiltrate kanan
bertambah
4. DS: Gangguan ventilasi Faktor metabolic
spontan
Keluarga klien mengatakan nafas
cepat
DO :
Breathing :
1. Kesadaran: Somnolent.
2. GCS: E:2, M:4, V:
Trakeostomy.
3. Terpasang ventilator PSIMV
PSMIV -> Ppeak 16,8 ; PEEP
3.1 ; Fi02 0.33 ; MVE 12.30 ;
VTE 1136ml ; RR total 10
4. Saturasi Oksigen 98%
5. Pernapasan sesak
6. Frekuensi 38 x/menit
7. Irama teratur
8. Kedalaman dangkal
9. Batuk produktif
10. Inspeksi : simetris, tidak ada
lesi, masa dan benjolan
11. Palpasi : simetris, tidak ada
lesi, masa dan benjolan
12. Perkusi : sonor
13. Auskultasi : suara ronkhi
14. Hasil laboratorium analisa gas
darah : PH 7,53, PO2 181
mmHg, PCO2 29 mmHg,
HCO3 25 MEq/L, BE 9
MEq/L, SaO2 98 %
15. Thorax 29 Oktober 2017
-Corakan di bronkovaskuler
meningkat
-Kardiomegali dengan elongasi
dan plak klasifikasi arkus aorta
16. Thorax 6 Nov :
-Jaringan pulmonal kanan
tampak infiltrate konfluens
yang mulaimemadat disertai
fibrotic tipis jantung dan aorta
:stqa
-Dibandingkan CXR
sebelumnya : infiltrate kanan
bertambah
5. DS : Peningkatan suhu proses infeksi dalam
tubuh tubuh
Keluarga klien mengatakan suhu
tubuh klien panas
DO :
16 1. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Monitor status neurologis 1. Refelek membuka Kelompok
November cerebral berhubungan dengan tindakan dan GCS mata menentukan
2020 perdarahan intra cerebral keperawatan dalam 2. Monitor TTV pemulihan
DS: waktu 3x24 jam 3. Observasi reflek pupil kesadaran
diharapkan 4. Pertahankan tirah baring 2. Memantau
1. Keluarga klien
perdarahan 5. Pantau Draint post hiper/hipotensi
mengatakan klien datang
berkurang, dengan craniotomy 3. Menentukan reflek
ke IGD karena sulit BAB
kriteria hasil : 6. Kolaborasi pemberian batang otak
dan klien mengejan terlalu
1. Tidak ada branolin (citicoline) 4. Mencegah
keras
peningkatan perdarahan
2. Keluarga klien
tekanan intra 5. Pemantauan aliran
mengatakan riwayat
cranial darah yang keluar
hipertensi
2. TTV dalam post craniotomy
3. Keluarga klien
batas normal 6. Memperbaiki fungsi
mengatakan pemasangan 3
kerja cerebral
stent di RS OMNI tahun
2011
DO:
1. Tingkat kesadaran :
Somnolent
2. GCS E:2 M:4
V:Trakeostomy
3. Pupil 2/4mm
4. Tekanan darah 170/89
mmHg
5. Nadi 88 x/menit (irama
tidak teratur, denyut kuat)
6. Tidak ada distensi vena
jugularis
7. Nilai CVP : 11cmH2o
8. Warna kulit pucat
9. Palpasi : tidak ada lesi,
masa, dan benjolan
disekitar dada bagian
jantung
10. Inspeksi : tidak ada lesi,
masa, dan benjolan
disekitar dada bagian
jantung
11. Perkusi : dullnes
12. Auskultasi : bunyi jantung
S1 dan S2 normal
13. Draint Kanan : 250cc //
Kiri : -
17. Brain CT pre operasi
craniotomy tanggal 20
Oktober 2017
Tampak cerebral
bledding luas di daerah
temporal kiri yang
meluas ke system
ventrikel menyebabkan
hydrocephalus obstruktif
basal ganglia kiri disertai
diffuse brain edema
disertai komunikans
darah ke ventrikel
lateralis kanan-kiri,
ventrikel 3 dan ventrikel
4
Tangga No Diagnosa Keperawatan (PES) Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
l Hasil Nama
Jelas
12. Inspreksi : tidak ada lesi, 10. Rontgen dada : preload dan afterload
Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Hasil Nama
Jelas
Kolaborasi
1. Menurunkan sputum
dan leukosit
2. Mempermudah
pengeluaran sputum
Tgl No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional Paraf &
(PES) Hasil Nama
Jelas
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung,
dan trakea sekresi, sesuai
2. Menjaga patensi jalan
napas
3. Mengatur peralatan
oksigen dan mengelola
melalui sistem,
dipanaskan dilembabkan
4. Memantau aliran liter
oksigen
5. Memantau posisi
perangkat pengiriman
oksigen
6. Secara berkala memeriksa
perangkat pengiriman
oksigen untuk
memastikan bahwa
konsentrasi yang
ditentukan sedang
disampaikan
7. Memantau efektivitas
terapi oksigen (misalnya,
nadi oksimetri, ABGs)
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien Tn.P dengan Stroke Hemoragik jika dibandingkan dengan
pengkajian pada tinjaun teoritis penulis mendapatkan hasil yang sama antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus klien Tn.P terdapat beberapa
perbedaan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.
3. Intervensi yang penulis rencanakan kepada Tn.P berdasarkan prioritas masalah
keperawatan, dimana masalah aktual yang lebih diprioritaskan.
B. Saran
Kurangnya pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan penyakit Stroke
Hemoragik dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi penyakit lain, oleh karena itu
pendidikan untuk pasien dan keluarga mengenai Stroke Hemoragik sangat diperlukan untuk
mendukung proses penyembuhan atau pengobatan Stroke Hemoragik dan pencegahan adanya
komplikasi penyakit lain sehingga meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar
pada pasien dengan Stroke Hemoragik, meningkatkan pengetahuan perawat dalam
pemberian layanan asuhan keperawatan dengan Stroke Hemoragik, dan memperluas kembali
pengetahuan demi perkembangan keperawatan terutama pada klien dengan gangguan pada
perkemihan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, F & Purwaningsih, H. 2013. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus
Pada Pasien Stroke Yang mengalami Hemiparesis Di Ruang Yuditira Di RSUD
Semarang.
Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Herman Adi Cahyono (2016) Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tekanan intra
kranial pada klien post trepanasi di instalasi rawat intensif RSD dr. Soebandi jember.
Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Salemba Medika Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Saraf. Edisi ke-
3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, (Edisi 8), (Volume 3), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sylvia A. Price and Wilson Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Buku II, Jakarta: EGC