Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HEMOROID

I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. DEFINISI Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (sub kutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) di atas atau dibawah linea dentate (NANDA NIC NOC 2013) Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002) Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal. ( Suzanne C. Smeltzer, 2006 ) Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).

(http://www.medicastore.com) Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Keperawatan delken kuswanto. 1999)

KLASIFIKASI 1. HEMOROID INTERNA Hemorid interna terbagi menjadi 4 derajat :

a. Derajat I Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi. b. Derajat II Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya. c. Derajat III Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong. d. Derajat IV Suatu saat ada timbul keadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di masukan lagi (permanen). Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi. 2. HEMOROID EKSTERNA. Varices pada vena pleksus hemoroid inferior (hemoroid terjadi didalam otot sfingter ani)

B. PENYEBAB 1. Mengedan pada buang air besar yang sulit 2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca) 3. Peningkatan tekanan intra abdomen kerena tumor (tumor usus, tumor abdomen) 4. Kehamilan (tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal) 5. Usia tua 6. Konstipasi kronik 7. Diare kronik 8. Diare akut yang berlebihan 9. Hubungan seks peranal 10. Kurang minum air 11. Kurang makan makanan berserat

12. Kurang olahraga/ imobilisasi 13. Keturunan/genetik

C. EPIDEMIOLOGI Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% pendudukan berusia lebih dari 25 tahun. Keadaan ini tidak mengancam jiwa tapi dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman. D. PATHOFISIOLOGI Hemoroid disebabkan akibat bendungan didalam vena pada plexus hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor penyebab dan pencetus seperti : kongesti vena pleksus hemoroidalis, tekanan abdomen yang berlebihan (konstipasi, sering mengedan, kehamilan) duduk terlalu lama, tumor rektur, obesitas, hubungan seksualitas melalui anus, tidak adanya katup secara struktural didalam vena-vena hemoroidalis. Sehingga drainage dari daerah anorektal terganggu akibat peningkatan tekanan intra abdomen juga akan meningkatkan tekanan pada vena hemoroidalis yang menimbulkan varices yang berisiko pecah dan menimbulkan perdarahan pasien akan mengeluh keluar darah dari anus, kadang-kadang disertai nyeri dan prolaps yang paling berat kadang-kadang mengeluh sangat nyeri karena sudah terjadi trombus dan strangulasi.

E. GEJALA KLINIS a. Perdarahan melalui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri. Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses. b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya Hemoroid yag membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.

c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema yang meradang. d. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. e. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur) Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 2. Anoskopy Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar. 4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy 5. Laboratorium : Eritrosit, Leukosit, Hb

G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Medis a. Farmakologis Untuk melunakkan feces/psilium yang dapat mengurangi sembelit diberikan obat golongan laksansia. Untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit pada daerah anus digunakan analgetik atau golongan suposituria untuk hemoroid interna. Untuk menghentikan perdarahan diberikan anti koagulan.

b. Non Farmakologis Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat yang dapat melunakkan feces. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan beralkohol. Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok menjadi duduk Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan merendam anus disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk/tidur lelah banyak berjalan. c. Tindakan Jika pengobatan farmakologi dan non farmokologi tidak berhasil, dilakukan tindakan : Skleroskopi hemoroid dengan menyuntikkan obat langsung pada benjolan/prolaps hemoroidnya. Irigasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid, prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Penyinaran sinar laser Disinari sinar infra merah Dialiri arus listrik Hemoroideolysis

PATHWAY

Kehamilan Konstipasi dan mengejan dalam jangka waktu yg lama Penurunan relative venous return di daerah perianal

Aliran vena balik terganggu Duduk terlalu lama Kondisi Penuaan Tekanan periver meningkat pelebaran vena anus (hemoroid) Peradangan pada pleksus hemoroidalis

Prolaps vena hemoroidalis

Membesar di spinchter Ruptur vena

Membersar di luar rectum Vena menegang

Perdarahan

Operasi (hemoroidektomi) Kontinuitas jaringan rusak

Ujung saraf rusak

Nyeri dipersepsikan

Pelepasan prostaglandin

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Gangguan defekasi

Konstipasi

II.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Data Fokus a. Data Subyektif Pasien mengeluh : - Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus - Adanya rasa gatal pada daerah anus - Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari anus) - Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus. - Adanya darah segar menetes dari anus - Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar - Pasien mengungkapkan pola sexual yang dialami - Pasien mengatakan bab yang keras ataupun mengatakan bab encer terus menerus dalam waktu lama - Pasien mengungkapkan pola dietnya (Makanan yang kurang berserat) dan kurang minum air. - Pasien mengungkapkan tentang aktifitas sehari-hari (apakah pekerjaannya mengharuskan pasien untuk banyak duduk atau berdiri lama) - Pasien mengungkapkan riwayat penyakit yang pernah dialami seperti pembesaran prostat bagi laki-laki dan riwayat persalinan pada wanita. - Pasien mengungkapkan ketidaktahuannya tentang penyakit yang sedang dialaminya. b. Data obyektif - Tampak adanya tonjolan/massa yang keluar pada daerah anus (prolaps) - Anus tampak kemerahan/iritasi dan tampak adanya pruritus - Adanya darah segar yang keluar menetes dari anus - Tampak adanya mukus/lendir bahkan pus yang keluar dari anus. - Adanya strangulasi pada daerah anus - Pasien tampak pucat, conjunctiva pucat

- Pasien tampak meringis dan sulit saat berjalan maupun duduk - Pasien tampak gelisah dan cemas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul : 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya hemoroid 2. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri 3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Diagnosa Keperawatan I Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya hemoroid Intervensi : a. Observasi KU dan TTV b. Kaji status nyeri catat lokasi, intensitas (skala 0-10) c. Berikan posisi yang nyaman (sims) d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi e. Berikan lingkungan yang tenang f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

2. Diagnosa Keperawatan II Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri Intervensi : a. Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari b. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi serat c. Anjurkan segera BAB jika ada keinginan untuk BAB d. Kolaborasi dalam pemberian laksatif

3. Diagnosa Keperawatan III Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis Intervensi : a. Observasi TTV b. Monitor banyaknya perdarahan klien c. Berikan cairan IV d. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan e. Kolaborasi dalam pemberian obat

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Med Action Publishing.

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing Diagnosis). Jakarta : EGC

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai