Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HEMOROID
DI RUANG KENANGA RS MARGONO SOEKARJO

Oleh :
HERI FIRMANSAH
I4B018061

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
HEMOROID

A. Latar Belakanng
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana
bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang
pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan
berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang
membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian
hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia
45 sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang
berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah
yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena
didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. tetapi
akan menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang
baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti
oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air
besar karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat
tekanan. Pada penderita hemoroid parah terkadang sulit diobati sehingga bisa
diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa memberi efek samping
yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani
dengan baik agar mudah diobati.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan ini yaitu
1. Mendeskripsikan tentang penyakit hemoroid
2. Mendeskripsikan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid
C. Pengertian Hemoroid
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang
berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah
yang mengalir. Namun secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena
didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. tetapi
akan menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang
baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti
oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah bagian
vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
D. Penyebab Hemoroid
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid,
antara lain sebagai berikut :
1. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan
tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan
BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia,
karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
2. Obstipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga
terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih
busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi BAB lebih dari
3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu
mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan
maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
3. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat
sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid.
4. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus
menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
5. Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang
termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi,
bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang
dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti mengangkat beban
berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali
seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan
maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
6. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
E. Manifestasi Klinis
1. Pembengkakan pada area anus
2. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
3. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
4. Keluar selaput lendir
5. Prolaps
6. Duduk berjam-jam di WC.
F. Klasifikasi Hemoroid
Secara garis besar hemoroid bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Hemoroid ekternal merupakan varies vena hemoroidalis inferior.
2. Hemoroid internal merupakan varies vena hemoroidalis superior dan media.
Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
a. Derajat I
Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan / prolaps saat
defekasi, walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat
diketahui melalui adanya perdarahan melalui sigmiodoskopi.
b. Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan
selama defekasi berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara
spontan.
c. Derajat III
Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali secara
spontan dan harus didorong (reposisi manual).
d. Derajat IV
Prolapsus tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus
dapat terjepit diluar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedema, dan
ulserasi, sehingga saat hal ini terjadi baru timbul rasa
G. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari
bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada
didalam kandungan, bantalan tersebut mengelilingi mengelilingi dan
mendukung anastomosis distal antara a. rectalis superiordenganv.rectalis
superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh
lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normalmenimbulkan tekanan
didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada saat
istirahat (tidak ada aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris
penting yang memungkinkan anus untuk dapat memberikan presepsi berbeda
antara zat padat, cair, dan gas.Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan
jaringan ikat subepitelial pada anus. Bantalan – bantalan tersebut merupakan
posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu: jam 3
(lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan). Sebenarnya
hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler,
namun hal ini jarang terjadi. Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka
berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam 6) menunjukan arah posterior /
belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah anterior / depan, angka 3 (jam
3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah kanan. Dengan
pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala
hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis,
atau bahkan prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus
menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini
mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi prolaps jaringan
rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna merah terang
karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis arterivenous.
H. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a. Pengelolaan dan modifikasi diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan
intake air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan
kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh
tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak.
Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi
besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan secara berlebihan.
b. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat
awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
1) Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi
kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine
ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk
diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat
menimbulkan efek samping sistematik.
3) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal
yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan
rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
4) Analgetik untuk mengatasi rasa nyeri, misalnya Acetaminophen
(Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti
nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap
aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan
bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial
anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu
dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini
mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh
lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a. Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak
nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi
dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas
hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis.
Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas
mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikankekuadran simptomatik
dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi :
infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang
disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk
derajat 1 dan 4.
b. Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation) Teknik ini
diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk
hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan
pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet.
Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas.
Pada bekasnya akanmengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu
kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi
selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat minggu.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada
ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi
perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah
ligasi.
c. Bedah Beku (Cryosurgery) Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2
atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang
dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar
untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma recti inoperabel.
d. IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga
terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu
sekali.
3. Terapi Operatif
a. Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan
operasi minta untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin
masuk militer, pasien meminta dokter untuk menjalankan operasi ini.
Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Gejala kronik derajat 3 atau 4.
2) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
3) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
Prinsip hemoroidektomi yaitu 1. Eksisi hanya pada jaringan yang benar-
benar berlebih. 2. Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema
dan kulit normal tidak terganggu Spinchter ani.
b. Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids/
PPH)
Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru
dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari PPH adalah
mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta mengembalikan
jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang
semua. Prosedur tidak bisa diterapi secara konservatif maupun terapi
nonoperatif.
I. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang
disertai karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi
thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara
menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak
nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis
pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT)
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat
sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya,
dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan

J. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka
darah dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan
syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia,
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah
yangkeluar. Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya
tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps
hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit
diluar ) kemudian diikuti infeksi sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik
dapat terjadi gangren dulu dengan bau yang menyengat.

K. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi asimptomatik.
Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik,
namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-
5%. Terapi nonoperatif seperti ligasi cincin karet (rubber band ligation)
menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun
kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat ditangani dengan
terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan
keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering
mengejan dan dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.
10. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi
Nyeri b.d adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
ii. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama defekasi.
iii. Cemas b.d rencana pembedahan dan rasa malu.
b. Post operasi
i. Nyeri b.d adanya luka operasi
ii. Resiko tinggi perdarahan b.d hemoroidectomi
iii. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di
daerah anorektal.

11. Intervensi keperawatan


1. Pre operasi

N Diagnosa NOC NIC


O keperawatan
1. Nyeri b.d Setelahdilakukantindakankeperawatan 1. Kaji skala nyeri
adanya 3x24jam dengan kriteria hasil: pasien.
pembengkaka Skala nyeri 0-1 2. Anjurkan untuk
n, trombus  Wajah pasien tampak rileks. menarik nafas dalam
pembuluh setiap kali timbul
darah pada nyeri.
anus 3. Berikan posisi yang
nyaman sesuain
keinginan pasien
4. Observasi tanda-
tanda vital
5. Berikan bantal/alas
pantat
6. Anjurkan tidak
mengejanyang
berlebihan saat
defekasi.
7. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
analgetik.

2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan perawatan


1. Kaji pola eliminasi
mengabaikan selama3x24Jam dengan kriteria hasil: dan konsistensi feces.
dorongan  Buang air besar 1 kali perhari. 2. berikan minum air

untuk defekasi Konsistensi faeces lembek, tidak ada putih 2-3 liter perhari
akibat nyeri darah dan pus (bila tidak ada
selama  Buang air besar tidak nyeri dan tidak kontraindikasi)
defekasi. perlu mengejan lama. 3. Berikan banyak
makan sayur dan
buah.
4. Anjurkan untuk
segera berespon bila
ada rangsangan buang
air besar
5. Anjurkan untuk
melakukan latihan
relaksasi sebelum
defekasi.

6. Anjurkan untuk
olahraga ringan
secara teratur.
7. kolaborasi untuk
pemberian terapi
laxantia dan analgetik
3. Cemas b.d Setelah dilakukuan perawatan selama 3x24
1. Kaji tingkat
rencana
jam dengan krteria hasil: kecemasan
pembedahan
 Pasien mengatakan 2.
kecemasan Kaji tingkat
berkurang. pengetahuan pasien
 Pasien berpartisipasi aktif dalam tentang pembedahan.
perawatan. 3. Berikan kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya
4. Dampingi dan
dengarkan pasien
5. Libatkan keluarga
atau pasien lain yang
menderita penyakit
yang sama untuk
memberikan
dukungan
6. Anjurkan pasien
untuk
mengungkapkan
kecemasannya
7. Kolaborasi dengan
dokter untuk
penjelasan prosedur
operasi.
8. Kolaborasi untuk
terapi anti ansietas
(bila perlu).

2. Post operasi
N Diagnosa NOC NIC
O keperawatan
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 1. Kaji skala nyeri
adanya luka jam dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan teknik
operasi.  Skala nyeri 0-1 nafas dalam dan
 Wajah pasien tampak rileks. pengalihan perhatian
3. Berikan posisi supine
4. Observasi tanda-
tanda vital
5. Berikan bantalan
flotasi di bawah
bokong saat duduk
6. Kolaborasi pelunak
feses dan laksatif.
Beri masukan oral
setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan,
makanan berserat
7. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
analgetik

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan perawatan selama


1. Monitor tanda-tanda
perdarahan b.d 3x24jam dengan kriteria hasil: vital setiap 4 jam
hemoroidectom balutan luka operasi tidak basah. selama 24 jam
i.  Tanda-tanda vital dalam batas normal pertama
2. Monitor tanda-tanda
hipovolemik.
3. Periksa daerah rectal
atau balutan setiap
dua jam selama 24
jam pertama.
4. Berikan kompres
dingin
5. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
astrigen.

3. Resiko tinggi Setelah dilakukan perawatan selama


b.d adanya luka
3x24jam dengan kriteria hasil: 1. Observasi tanda-
operasi di
daerah  Luka sembuh dengan baik. tanda vital
anorektal
 tanda-tanda vital dalam batas normal. 2. Kaji daerah operasi
terhadap
pembengkakn dan
pengeluaran pus
3. Ganti tampon setiap
kali setelah BAB
4. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
antibiotika

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing.


Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby Company
Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit)
Volume 1, Edisi 6”. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai