Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

C P3A0 POSTPARTUM
PERVAGINAM DI RUANG BOEGENVIL RSUD GOETENG
TARUNADIBRATA PURBALINGGA DAN ANALISIS JURNAL “The
Effect of Cold Application to the Perineum on Pain Relief After Vaginal
Birth”

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Maternitas

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Putri Pirda Erlina I4B018055
Heri Firmansah I4B018061
Frisca Rinandar I4B018073
Muslihudin I4B018069
Mahati Ulfah I4B018092

KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
Kata Pengantar

Assalamu alaikum wr.wb


Alhamdulillah Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT atas limpahan
RahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan dan
telaah jurnal ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini
untuk menggambarkan asuhan keperawatan nyeri post partum dan penerapan terapi
non farmakologi Gel dingin untuk mengurangi nyeri diperineum setelah
melahirkan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Nina sebagai pembimbing akademik dan Ibu Emi sebagai pembimbing lapangan di
ruang bougenvil RSUD Goeteng Tarunadibrata, yang telah memberikan bimbingan
dan masukan didalam penyusunan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Ny.. G..P..A.. Postpartum Pervaginam Di Ruang Boegenvil Rsud Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga dan Analisis Jurnal “The Effect of Cold Application to
the Perineum On Pain Relief After Vaginal Birth”
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna,
oleh karena itu apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalamnya dengan senang
hati kami menerima koreksi dan kritik yang membangun, serta akan kami perbaiki
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
dalam bidang kesehatan terutama keperawatan.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Purwokerto, Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kematian masa nifas 50% terjadi dalam 24 jam pertama secara nasional
menurut Prawirohardjo (2015), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai
2,7 % dan 0,7 % diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian
asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu dan bayinya. 70% wanita yang melahirkan pervaginam sedikit banyak
mengalami trauma perineal, kebanyakan morbiditas maternal setelah trauma
perineal tetap tidak dilaporkan ke profesional kesehatan (Chapman, 2016).
Setelah penjahitan, 37% wanita mengeluhkan masalah yang terjadi pada luka
perineum, termasuk nyeri perineum, jahitan yang tidak nyaman dan luka yang
terbuka.
Nyeri perineum merupakan nyeri yang diakibatkan oleh robekan yang
terjadi pada perineum, vagina, serviks, atau uterus dapat terjadi secara spontan
maupun akibat tindakan manipulatif pada pertolongan persalinan.
(Prawirohardjo, 2016). Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka bekas
penjahitan yang dirasakan pasien akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pervaginam baik itu
robekan yang disengaja dengan episiotomi maupun robekan secara spontan
akibat dari persalinan, robekan perineum ada yang perlu tindakan penjahitan ada
yang tidak perlu. Dari jahitan perineum tadi pasti menimbulkan rasa nyeri
(Chapman, 2016).
Komplikasi pada luka perineum dapat menimbulkan nyeri pada ibu ketika
masa nifas sehingga hal tersebut tentunya menimbulkan ketidaknyamanan yaitu
terjadinya perdarahan pada luka robekan jalan lahir dan infeksi pada luka
(Manuaba, 2013). Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kandung kemih atau pada jalan lahir. Penanganan komplikasi yang
lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu post partum mengingat
kondisinya masih sangat lemah (Suwiyoga, 2014). Selain itu nyeri luka
perineum pada ibu nifas juga dapat berakibat sub involusi uterus, pengeluaran
lochea yang tidak lancar, dan perdarahan pasca partum. kematian sepsis
puerperalis dapat menyebabkan masalah- masalah kesehatan menahun seperti
penyakit radang panggul kronis dan Infertilitas (Maryunani, 2012).
Mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi dan
non-farmakologi. Metode farmakologi yang yang sering digunakan untuk
meredakan nyeri luka perineum pada ibu nifas biasanya adalah analgesik.
Analgesik yang diberikan pada ibu nifas akan menyebabkan pengaruh pada
proses laktasi ibu selama masa nifas. Metode sederhana yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri yang secara alamiah yaitu dengan memberikan kompres
dingin pada luka, ini merupakan alternatif pilihan yang alamiah dan sederhana
yang dengan cepat mengurangi rasa nyeri selain dengan memakai obat-obatan.
(Derya,dkk, 2017).Oleh karena itu perlu adanya pengawasan khusus terhadap
nyeri perineum dalam pemberian asuhan keperawatan dan perlu adanya aplikasi
terapi non farmakologis dalam penurunan rasa nyeri perineum selain obat obatan
yang diberikan.
B. Tujuan
Laporan ini dibuat bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
ibu post partum pervaginam dengan luka jahitan perinemum serta mengetahui
efektifitas penggunaan kompres dingin untuk pengurangan rasa nyeri luka
perineum.
BAB II
RESUME JURNAL

A. Judul Jurnal
“ The Effect of Cold Aplication to the Perineum on Pain Relief After Vaginal
Birth “.
B. Penulis
Derya K. Senol, Ph.D.,RN (Department of nursing, school of health, Cankiri
Karatekein University, Cankiri Turkey) dan Ergul Aslan, RN (Department of
Women Health and Diasease Nursing, Florence Nigthingale Faculty of Nursing,
Instanbul University, Instanbul Turkey).
C. Tujuan
Nyeri perineum pada saat post partum akan mengganggu hubungan antara ibu
dengan keluarga dan bayinya. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui keefektifan penggunaan Gel dingin pada nyeri perineum dan
kenyamanan ibu setelah melahirkan secara normal.
D. Methodologi
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pengambilan sampel
secara acak simpel (simple random sampling) dan menggunakan kelompok
kontrol, di bagian perawatan post partum rumah sakit obstetri dan ginekologi
Mersin di turki. Kriteria inklusi penelitian ini meliputi, merupakan kelahiran
pertama, kedua atau ketiga, ibu berumur 18 tahun keatas, kelahiran pervaginam
dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih, tidak mempunyai komplikasi
(perdarahan, preeklamsi dll), melahirkan satu janin dan sehat dengan presentasi
kepala, telah melewati periode post partum 30 menit sampai 1 jam. Tidak
mendapat semua terapi analgetik oral sampai 4 jam setelah melahirkan.
Gel dingin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ThermoGel cold,
berukuran lebar 5 cm, panjang 23 cm dan ketebalan 1,5 cm. Gel ditempatkan
dalam freezer dengan suhu 10ºC selama 45-60 menit, setelah itu baru di
kompreskan kepada pasien.
Sekitar 200 orang ibu post partum menjadi responden dalam penelitian ini.
Kelompok eksperimen terdiri dari 50 orang ibu dengan primipara dan 50 orang
ibu multipara begitupun juga dengan kelompok kontrol. Pada kelompok
eksperimen Gel dingin di kompres di bagian perineum ibu selama 20 menit pada
2 jam pertama setelah melahirkan dan 4 jam berikutnya setelah intervensi
pertama. Penilaian nyeri dilakukan dengan visual analog scale (VAS) dan
menggunakan kuesioner kenyamanan ibu post partum / post partum comfort
questionare (PCQ) yang terdiri dari 34 pertanyaan yang mewakili 3 faktor
meliputi kondisi fisik, psikospiritual dan sosialkultural.
E. Hasil
1. Penilaian skala nyeri dengan VAS
 Pada kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skala nyeri setelah intervensi pertama dengan skala nyeri setelah
intervensi kedua (p >0,05).
 Pengalaman nyeri pada ibu primipara dan multipara kelompok eksperimen
ketika duduk, berjalan dan menyusui menurun setelah penggunaan Gel
dingin (p < 0,001).
 Rata-rata skala nyeri VAS pada kelompok eksperimen lebih rendah dari
kelompok kontrol ketika melakukan aktivitas duduk, berjalan dan
menyusui (p < 0,001)
2. Perbandingan postpartum comfort quesionaire (PCQ)
 Terdapat peningkatan rata-rata PCQ pada ibu primipara dan multipara
antara setelah intervensi pertama dengan intervensi kedua dan perbedaan
diantara keduanya secara statistik signifikan (p < 0.001).
 Perbandingan rata-rata PCQ antara kelompok kontrol dan intervensi tidak
mengalami perbedaan pada pengkajian awal (setelah intervensi pertama p
> 0.05), akan tetapi mengalami perbedaan secara statistik pada pengkajian
kedua (p < 0.05)
F. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Gel dingin dapat menurunkan
skala nyeri perineum pada ibu post partum setelah melahirkan secara normal.
Secara statistik terdapat penurunan nyeri perineum yang signifikan pada ibu
primipara dan multipara ketika mereka melakukan aktivitas seperti duduk,
berjalan, merawat bayi, menyusui, buang air kecil dll. Pada ibu primipara
dilaporkan bahwa mengalami penurunan tingkat nyeri yang lebih besar
dibandingkan ibu multipara.
BAB III
PEMBAHASAN

Post partum merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha 2013). Tahapan masa post
partum meliputi immediate post partum (setelah plasenta lahir sampai 24 jam),
early post partum (24 jam sampai 1 minggu), dan late post partum (1 minggu
sampai 6 minggu). Immediate post partum yaitu masa segera setelah plasenta lahir
sampai 24 jam, adapun masalah yang sering terjadi adalah perdarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokea, tekanan darah dan suhu. Pada tahap early post partum harus diperhatikan
involusi uterus normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui
dengan baik. Terakhir tahap late post partum yaitu tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling atau pendidikan kesehatan keluiarga
berencana (Wahyuningsih 2019).
Menurut wahyuningsih 2019 beberapa masalah keperawatan yang sering
timbul pada masa post partum meliputi, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik atau biologis, pembesaran jaringan, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan, kerusakan kulit, penurunan Hb, defisit pengetahuan, konstipasi,
perubahan eliminasi urine dan resiko kekurangan cairan.
Nyeri merupakan salah satu masalah keperawatan yang sering muncul pada
ibu post partum, baik yang melahirkan secara normal maupun dengan pembedahan.
Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan dengan mendapatkan luka
perineum akan merasakan nyeri yang dapat menimbulkan dampak yang tidak
menyenangkan yang sehingga mempengaruhi fisik, psikologis dan sosial ibu post
partum. Selain itu nyeri perineum setelah melahirkan juga dapat mempengaruhi
aktivitas ibu post partum seperti duduk, berjalan, menyusui, eliminasi, tidur dan
lain-lain. Untuk itu diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi nyeri.
Penatalaksanaan farmakologi biasanya dengan memberikan analgetik oral kepada
ibu post partum. Sedangkan untuk penatalaksanaan nonfarmakologi meliputi,
pemberian aromaterapi, akupresur, hipnosis, imaginasi terbimbing dan kompres
dingin (Rahmawati, 2013).
Kompres dingin merupakan salah satu cara yang mudah dilakukan, murah
dan aman untuk mengurangi nyeri. Sebuah pengkajian tinjauan sistematis
menyebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengurangi nyeri dengan
kompres dingin yaitu berkisar antara 15-30 menit. Tetapi sebuah tinjauan sistematis
lain menyatakan bahwa kompres dingin dengan suhu 10-15ºc yang dilakukan
selama 10 sampai 20 menit dapat mempunyai efek analgetik (mengurangi nyeri).
Kompres dingin mengurangi nyeri melalui dua mekanisme, yaitu mengurangi
edema, kejang otot yang berhubungan dengan radang atau trauma dan mengurangi
nyeri dengan menginduksi parasteshia jangka pendek saraf perifer serta mengurangi
respon inflamasi. Kompres dingin pada perineum menurunkan suhu kulit dan
jaringan di bawahnya, menyebabkan sistem saraf simpatik merangsang reseptor
alfa didalam darah menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga
menurunkan aliran darah ke daerah perineum dan akhirnya mengurangi sensasi
nyeri (Derya & Ergul, 2017).
Uji coba dilakukan pada pasien 4 jam postpartum Ny. C, dengan riwayat
P3A0. Pasien melahirkan secara spontan dan terdapat robekan luka perineum. Pasien
mengatakan nyeri pada luka perineum perih seperti disayat, nyeri bertambah saat
bergerak, skala 5 dan nyeri hilang timbul. Setelah mendapatkan izin dari pasien,
tindakan kompres dingin menggunakan ice cool gel dilakukan dengan beberapa
langkah berikut; pertama, posisikan pasien berbaring nyaman, kedua, posisikan
pasien dorsal recumbent, ketiga, membersihkan bagian luka perineum
menggunakan kapas DTT, keempat, pastikan luka perineum, kelima tempelkan ice
cool gel dengan suhu ±150C pada luka perineum selama 20 menit. Setelah
dilakukan uji coba, hasil menunjukan terjadi penurunan nyeri pada pasien Ny. C
dengan gambaran nyeri skala 4 dan pasien mengatakan lebih baik dari sebelumnya.
Saat itu pasien dapat duduk dan menyusui bayinya dengan nyaman. Kemudian, 4
jam berikutnya pasien mendapatkan terapi nyeri menggunakan ice cool gel pack
kembali dengan mengulang langkah sebelumnya. Penurunan nyeri didapatkan dari
skala 4 menjadi skala nyeri 3. Berdasarkan hasil uji coba pada pasien kelolaan
tersebut, aplikasi jurnal penggunaan ice cool gel pack dapat diterapkan pada pasien
2-4 jam postpartum dan terbukti menurunkan skala nyeri dan meningkatkan
kenyamanan luka perineum. Terapi ice cool gel pack menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang
mencapai otak lebih sedikit (Price, 2005).
Uji coba selanjutnya diterapkan pada pasien Ny M dan Ny. L yang mana
didapatkan hasil pasien tersebut mengalami penurunan nyeri dan peningkatan
kenyamanan setelah dua kali pemberian ice cool gel pack. Respon positif
ditunjukkan pasien dan mengharapkan terapi tersebut dapat dilakukan untuk
mengatasi nyeri perineum ketika mereka sudah berada di rumah. Berdasarkan hasil
di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan terapi ice cool gel pack merupakan
suatu metode alternative manajemen nyeri yang tepat dan dapat dilakukan secara
mandiri oleh perawat atau pasien untuk menciptakan kenyamanan pasien
postpartum dan mendukung psikososial/ hubungan ibu dengan bayi dan
keluarganya. Kompres dingin ini merupakan suatu prosedur menempatkan suatu
benda dingin (ice cool gel pack) pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya
adalah vasokontriksi pada pembuluh darah, mengurangi rasa nyeri, dan
menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot (Rahmawati, 2013).
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. Implikasi Keperawatan
Terapi kompres menggunakan gel dingin mampu menurunkan rasa nyeri
perineum pada pasien postpartum pervaginam (Derya & Ergul, 2017). Metode
ini dapat diterapkan di Indonesia untuk mengurangi penggunaan farmakologi
analgesik pada pasien postpartum spontan tanpa komplikasi. Sehingga pasien
mampu meningkatkan hubungannya dengan anak dan anggota keluarga tanpa
rasa nyeri yang dapat merubah keadaan perasaannya. Aplikasi dingin untuk
perineum menurunkan suhu kulit dan jaringan di bawahnya, menyebabkan
reseptor alfa dalam darah menjadi dirangsang oleh sistem saraf simpatik, dan
menurunkan sirkulasi darah ke daerah karena vasokonstriksi, yang semuanya
mengurangi rasa sakit
Terapi dapat diterapkan dengan cara menempelkan cool gel pack selama
20 menit pada bagian perineum. Aplikasi kompres dingin dapat diterapkan
secara mandiri oleh pasien, karena tekhnik yang mudah dan simple. Namun,
perawat perlu memotivasi, memberikan pengarahan dan mengawasi pelaksanaan
terapi. Berdasarkan observasi beberapa studi tidak ditemukan adanya efek
samping dari penggunakan cool gel pack untuk kompres perineum postpartum.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penggunaan kompres dingin menggunakan gel cool pack dapat
menurunkan skala nyeri perineum pada ibu post partum setelah melahirkan
secara normal. Secara statistik terdapat penurunan nyeri perineum yang
signifikan pada ibu primipara dan multipara ketika mereka melakukan aktivitas
seperti duduk, berjalan, merawat bayi, menyusui, buang air kecil dll. Pada ibu
primipara dilaporkan bahwa mengalami penurunan tingkat nyeri yang lebih
besar dibandingkan ibu multipara.
.
B. SARAN
Kompres dingin perineum menggunakan gel cool pack bisa menjadi
pilihan terapi modalitas keperawatan dalam manajemen nyeri. Disarankan pada
praktisi keperawatan klinik untuk menerapkan kompres dingin tersebut pada 1
jam postpartum. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efektivitas
kelanjutan kompres dingin ketika pasien sudah dipulangkan dan terlepas dari
farmakologi analgesik.

Anda mungkin juga menyukai