Anda di halaman 1dari 58

PERBEDAAN TEHNIK KOMPRES HANGAT DAN TEHNIK MASSAGE

EFFLUERAGE TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF


DIWILAYAH PUSKESMAS SAITI

Proposal

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu
Jurusan Kebidanan

Oleh

Siti Wulandari
NIM. PO7124323044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Sumiaty,

2011:92). Persalinan normal merupakan pengeluaran buah kehamilan yang

mencakup pengeluaran bayi, plasenta, dan selaput ketuban dengan

presentasi belakang kepala dari rahim ibu melalui jalan lahir dengan

tenaga ibu sendiri (Ilmiah, 2015:50) Kala I persalinan adalah kala

pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol sampai dengan

pembukaan lengkap yang dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur

dan meningkat hingga serviks membuka lengkap (Johariyah dan Ningrum,

2012:4). Pada proses persalinan ibu akan mengalami nyeri yang

disebabkan karena adanya his atau kontraksi. Dalam persalinan kala I

terbagi menjadi dua fase, yaitu fase laten yang berlangsung dalam 7-8 jam

diawali dari pembukaan 0-3 cm, sedangkan fase aktif yang berlangsung

selama 6 jam dari pembukaan 4-10 cm atau pembukaan lengkap (Jannah,

2015:5).

Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal. Pada

kala I nyeri sifatnya viseral, ditimbulkan karena kontraksi uterus, dilatasi

serviks dan peregangan segmen bawah lahir. Persepsi nyeri dalam

persalinan berbeda-beda setiap wanita (Maryuani, 2010:16). Rasa nyeri

2
yang dirasakan ibu selama persalinan dipengaruhi lima faktor yaitu, rasa

takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan

persalinan dan dukungan. (Judha dkk, 2012:75).

Association for the Study of Pain mendefinisikan bahwa nyeri

merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan

yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial (Judha

dkk, 2012:73). Nyeri merupakan suatu yang bersifat universal dan keluhan

yang bersifat umum pada sebagian besar manusia. Perasaan nyeri

merupakan suatu perasaan yang tidak dapat ditolak bagi seseorang dan

melibatkan diri seseorang yang meliputi aspek biopsikologi dan

emosional. Nyeri adalah sesuatu yang melelahkan dan menguras energi.

Nyeri dapat mengganggu hubungan seseorang dan mempengaruhi makna

hidup seseorang (Potter dan Perry, 2006 dalam Andarmoyo dan Suharti,

2013:15).

Peran bidan adalah membantu meredakan nyeri dan mengurangi

kesakitan ibu. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan nyeri

pada persalinan baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Metode

nonfarmakologi merupakan metode yang bersifat murah, simpel, efektif

dan tanpa efek yang merugikan. Teknik nonfarmakologi yang dapat

meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh

yang efektif terhadap pengalaman persalinan yaitu tenik relaksasi, teknik

pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi

panas/dingin, akupresur, aromaterapi (Manurung dkk, 2013:2).

3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuni dan Wahyuningsih

di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten pada tahun 2015 tentang

“Pengaruh Massage Effluerage terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase

Aktif Pada Ibu Bersalin”. Melakukan penelitian terhadap 28 ibu bersalin

sebagai responden menunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan nyeri yang

signifikan sebelum dan sesudah diberikan massage effleurage.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurasih dan Kholifah (2014)

di Ruang Bersalin RSUD Waled Kabupaten Cirebon tentang “Intensitas

Nyeri antara Pemberian Kompres Air Hangat dengan Massage Punggung

Bawah dalam Proses Persalinan Kala I” Hasil penelitian menunjukan rata–

rata responden yang diberikan perlakuan massage intensitas nyeri yang

dirasakan lebih kecil (2,20) dibandingkan dengan yang diberikan

perlakuan kompres hangat (5,20).

Data terakhir yang diperoleh dari Puskesmas Saiti pada bulan

November 2023 terdapat 89 ibu hamil. Berdasarkan survey awal pada

Oktober 2023 di wilayah kerja Puskesmas Saiti, mengamati 15 ibu

bersalin dan diperoleh hasil ibu mengalami nyeri yang membuat tidak

nyaman dan merasakan kesakitan. 4 ibu bersalin mengalami nyeri ringan,

pada nyeri ini ibu masih bisa diajak berkomunikasi dan beraktivitas. 5 ibu

bersalin mengalami nyeri sedang, pada nyeri ini ibu masih bisa

mendeskripsikan rasa nyeri dan menunjukan lokasi nyeri dengan

mengusap-usap bagian pinggang. Dan 6 ibu bersalin mengalami nyeri

berat, pada nyeri ini ibu tidak dapat mendeskripsikan nyeri tapi ibu masih

4
mampu menunjukan lokasi nyeri dengan cara mengusap-usap bagian

pinggang. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

metode kompres hangat dan metode teknik massage effluerage untuk

mengurangi rasa nyeri pada persalinan yang akan dituangkan dalam

bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Teknik Kompres Hangat dan

Teknik Massage Effluerage terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di

UPTD Puskesmas Saiti”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah

penelitian dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan teknik

kompres hangat dan teknik massage effluerage terhadap nyeri persalinan

kala I fase aktif di UPTD Puskesmas Saiti?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui perbedaan teknik kompres hangat dan Teknik

Massage Effluerage terhadap nyeri persalinan kala I Fase Aktif.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahui nyeri persalinan kala I fase aktif setelah diberikan

kompres hangat.

b) Diketahui nyeri persalinan kala I fase aktif setelah diberikan

massage effluerage.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Melalui penelitian ini akan diproleh gambaran teknik yang

lebih efektif untuk mengurangi nyeri ibu inpartu kala I dengan

memberikan teknik kompres hangat dan massage effluerage pada ibu

inpartu kala I fase aktif, sehingga dapat menjadi pertimbangan oleh

bidan dan tenaga kesehatan dalam menyusun program yang dapat

mengurangi rasa sakit ibu dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan

bayi.

2. Manfaat teoritis

a. Manfaat bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian yang

dilaksanakan dan sebagai tambahan referensi pada perpustakaan

Prodi Kebidanan Palu dan sebagai bahan bacaan dalam proses

belajar mahasiswa.

b. Manfaat bagi Bidan Praktek Mandiri

Sebagai acuan untuk bidan dalam mengurangi nyeri persalinan

untuk ibu bersalin kala I fase aktif.

c. Manfaat bagi peneliti

Melalui penelitian ini akan diperoleh pengetahuan tentang

perbedaan teknik kompres hangat dan teknik massage effluerage

untuk mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif agar dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi serta mengurangi rasa

6
sakit ibu, memberikan rasa nyaman terhadap ibu dalam proses

persalinan dan menjadi sebagai referensi bagi institusi pendidikan

khususnya bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selajutnya dengan variabel yang sama maupun berbeda

d. Manfaat bagi peneliti yang lain

Dapat menjadi suatu bahan bacaan dan perbandingan lain

dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Definisi persalinan

a. Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan

komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan

asfiksia bayi baru lahir. Fokus utamanya adalah mencegah

terjadinya komplikasi. Pencegahan komplikasi selama persalinan

dan setelah bayi lahir akan mengurangi angka kesakitan dan

kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting

dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir

(Prawirohardjo, 2016:334).

b. Persalinan normal yaitu pengeluaran buah kehamilan yang

mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan

presentasi belakang kepala, dari rahim ibu melalui jalan lahir

dengan tenaga ibu sendiri (Ilmiah, 2015:50)

c. Menurut World Health Organistation (WHO) adalah persalinan

yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan

dan selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan

dengan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37—42

minggu. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam kondisi sehat

(Marmi,2012:2).

8
d. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal

jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (APN, 2008

dalam Marmi, 2012:1).

e. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus kedunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologi

yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu

untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Jannah,

2015:1).

f. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni

dan Margareth, 2013:185).

g. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya

terjadi (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau

tanpa bantuan. (Johariyah dan Ningrum, 2012:1).

h. Proses fisiologi pengeluaran janin , plasenta, dan ketuban melalui

jalan lahir(Medforth dkk, 2011:161).

9
Dari delapan definisi di atas peneliti menyimpulkan definisi

persalinan adalah sebagai berikut, Persalinan merupakan proses

fisiologi yang dialami oleh seorang wanita untuk mengeluarkan

hasil konsepsi atau janin, plasenta dan ketuban melalui jalan lahir

tanpa disertai adanya penyulit maupun komplikasi, bayi dilahirkan

secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan 37 hingga 42 minggu dengan kondisi ibu dan bayi

dalam keadaan sehat.

2. Macam–macam persalinan.

Menurut Jannah (2015:1-2), ada 3 macam persalinan adalah antara

lain:

a. Persalinan normal atau disebut juga persalinan spontan.

Pada persalinan ini, proses kelahiran bayi pada letak belakang

kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri berlangsung tanpa bantuan

alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Persalinan buatan.

Persalinan buatan adalah Persalinan pervaginam dengan

menggunakan bantuan alat, seperti ekstrasi dengan vakum atau

forseps atau melalui dinding perut dengab oprasi sectio caesarea

atau SC.

10
c. Persalinan anjuran.

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru

berlangsung setelah dilakukan perangsangan, seperti dengan

pemecahan ketuban dan pemberian prostaglandin.

3. Etiologi persalinan

Menurut Johariyah dan Ningrum (2012:3-4) etiologi persalinan

antara lain:

a. Teori peregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Contohnya, pada hamil ganda sering

terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga

menimbulkan proses persalinan.

b. Teori penurunan progesteron

Proses plasenta menjadi tua mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron

mengalami penurunan, sehingga otot rahim menjadi lebih sensitif

terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah

tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

11
c. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahum, sehingga sering terjadi kontraksi

Braxton Hicks. Menurunnya kontraksi akibat tuanya kehamilan,

maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan

dapat dimulai.

d. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga

hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat

merupakan pemicu persalinan.

e. Teori hipothalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anencephalus

sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus. Malpar (1933) melakukan penelitian mengangkat otak

kelinci percobaan yang hasilnya kehamilan kelinci berlangsung

lebih lama. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara hipothalamus dengan mulainya

persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

12
4. Tanda persalinan

Menurut Marmi (2012:9-11) tanda – tanda persalinan antara lain:

a. Terjadinya his persalinan

Pengaruh his dapat menimbulkan desakan daerah uterus

(meningkat), terhadap janin (penurunan), terhadap korpus uteri

(dinding menjadi lebih tebal), terhadap itsmus uterus (teregang dan

menipis), terhadap kanalis servikalis (effacement dan pembukaan).

Adapun his persalinan memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1) Pinggangnya mersa sakit dan menjalar kedepan,

2) Sifat his teratur, interval semakin pendek dan kekuatan

semakin besar,

3) Terjadi perubahan pada serviks,

4) Jika pasien menambah aktifitasnya misalnya dengan berjalan,

kekuatan hisnya akan bertambah.

b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya

lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah

disebabkan karena robeknya pembuluh darah waktu serviks

membuka.

c. Kadang–kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak

13
tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu,

misalnya ekstrasi vakum atau sectio caesarea.

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikslis secarang

berangsur–angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah

pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula

panjang 1–2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga hanya ostium

yang tipis seperti kertas.

5. Faktor–faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Sumiaty (2011:97) faktor–faktor yang mempengaruhi

persalinan adalah sebagai berikut :

a. Power (kekuatan)

1) His (kontraksi otot rahim)

2) Kekuatan ibu mengedan

3) Kontraksi otot dinding perut

b. Passage (keadaan jalan lahir)

1) Jalan lahir lunak ( otot, sendi, ligamen)

2) Jalan lahir keras (tulang)

c. Passanger

1) Janin

2) Plasenta

14
6. Tahapan persalinan

a. Persalinan kala I

Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan

nol (0 cm) sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). Kala I

untuk primigraravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida

sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan

pembukaan primigravida 1cm/jam dan pembukan multigravida

2cm/jam. (Jannah, 2015:5-6)

1) Kala I (pembukaan) dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Fase laten

(1) Pembukaan serviks berlangsung lambat,

(2) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm,

(3) Berlangsung dalam 7–8 jam.

b) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi tiga sub fase:

(1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

(2) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap (Jannah,

2015:5-6)

15
2) Perubahan fisik pada ibu bersalin kala I

Menurut Ilmiah (2015:50-57) perubahan fisik pada ibu

bersalin kala I sebagai berikut:

a) Perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan

(1) Perubahan keadaan segmen atas dan bawah rahim pada

persalinan

(2) Perubahan pada bentuk rahim

Pada saat kontraksi sumbu panjang rahim

bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang

maupun muka belakang berkurang. Terjadi karena

ukuran melintang berkurang, artinya tulang punggung

menjadi lebih lurus dan dengan demikian kutup anak

tertekan pada fundus bawah tertekan kedalam pintu atas

panggul.

(3) Perubahan pada serviks

Untuk terjadinya pengeluaran bayi, perlu terjadi

pembukaan dari serviks. Pembukaan didahului oleh

pendataran dari serviks. Pendataran serviks merupakan

pendekatan dari kanalis servikalis berupa sebuah

saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang

dengan pinggir yang tipis. Pembukaan dari serviks

adalah pembesaran dari OUE yang tadinya berupa suatu

lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi

16
lubang yang dapat dilalui bayi kira-kira 10 cm

diameternya.

b) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Pada persalinan kala I ketuban ikut meregangkan

bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami

perubahan, sehingga dapat dilalui oleh bayi. Setelah

ketuban pecah, dasar panggul diregang menjadi saluran

dengan dinding yang tipis. Saat kepala sampai di vulva,

lubang vulva menghadap ke depan atas. Dari luar

peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang

menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi

terbuka.

c) Perubahan pada tekanan darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi. Rasa

sakit takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan

darah. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat

kontraksi, diarahkan kembali kepembuluh darah perifer.

Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan

frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama

persalinan kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik

dengan rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik

dengan rata-rata 5-10 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah

diantara kontraksi memberi data yang lebih akurat, akan

17
tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap

meningkat diantara kontraksi. Ibu bersalin memang

memiliki resiko hipertensi dan resikonya meningkat untuk

mengalami komplikasi.

d) Perubahan pada sistem metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob

meningkat secara berangsur ditandai dengan peningkatan

suhu, nadi, kardiak output, pernapasan dan cairan yang

hilang. Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan

meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan

dan aktifitas otot skeletal.

e) Perubahan suhu tubuh

Meningkat selama persalinan terutama selama dan

segera setelah persalinan karena terjadi peningkatan

metabolisme, maka suhu tubuh meningkat selama

persalinan.

f) Perubahan pada detak jantung

Detak jantung naik selama kontraksi. Pada setiap

kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk

kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan

curah jantung sekitar 10%-15% pada tahap pertama dan

sekitar 30%-50% pada tahap kedua persalinan.

18
g) Perubahan pada sistem pernapasan

Terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan

dianggap normal. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak

normal dan bisa menyebabkan alkalosis. Peningkatan

aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat

dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat

menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat),

hipoksia dan hipoapnea sehingga (karbohidrat menurun).

Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

h) Perubahan pada sistem renal (ginjal)

(1) Poliuria merupakan peningkatan filtrasi glomerulus dan

peningkatan aliran plasma ginja

(2) Proteinuria

Selama persalinan dapat mengalami kesulitan

untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan,

edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa

tidak nyaman, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat

dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons

rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama

persalinan.

19
i) Perubahan pada sistem Gastroinstestinal

(1) Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat

berkurang

(2) Getah lambung berkurang

(3) Pengosongan lambung menjadi lambat

(4) Mual muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir

kala I

j) Perubahan pada sistem Hemotologi

3) Perubahan psikologi pada persalinan kala I

Menurut Ilmiah (2015:57) perubahan psikologi pada ibu

bersalin selama kala I antara lain:

a) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang

menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi

perawatan atau kejadian persalinan secara negatif.

b) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada

terhadap sekelilingnya.

c) Memperlihatkan tingkah laku yang sangat membutuhkan

d) Memperlihatkan tingkah laku minder, malu atau tidak

berharga.

e) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau

terhadap pemeriksaan.

f) Menunjukkan ketegangan otot dalam derajat tinggi.

20
g) Tampak menuntut, tidak mempercayai, marah dan

menolak.

h) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol

tindakan pemberian perawatan.

i) Tampak lepas kontrol dalam persalinan.

j) Merasa diawasi.

k) Merasa diperlakukan tanpa rasa hormat.

l) Respons melawan dan menghindar yang dipicu oleh adanya

bahaya fisik, ketakutan, kecemasan, dan bentuk distres

lainnya.

4) Asuhan Persalinan pada kala I

Menurut Ilmiah (2015:74-75) asuhan yang diberikan

pada persalinan kala I adalah antara lain:

a) Pengkajian menggunakan partograph

Partograp adalah alat bantu yang digunakan selama fase

aktif persalinan yang digunakan untuk mencatat hasil

observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

Mendeteksi persalinan berjalan secara normal atau terjadi

persalinan macet.

b) Pemantauan kondis ibu dan bayi

(1) Denyut jantung janin

(2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus

21
(3) Nadi

(4) Tekanan darah

(5) Temperatur tubuh

(6) Pembukaan serviks

(7) Penurunan kepala

(8) Produksi urin, aseton dan protein.

b. Persalinan kala II

Persalinan kala II atau disebut juga kala pengeluaran, dimulai

dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir

dengan kelahiran bayi.

Kala II ditandai dengan :

1) His terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira–kira 2–3

menit sekali,

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot–otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengejan.

3) Tekanan pada rektum dan anus terbuka, serta vulva membuka

dengan perinium meregang. (Jannah, 2015:6)

c. Persalinan kala III

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Adapun tanda lahirnya plasenta adalah :

1) Uterus menjadi bundar

22
2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan

d. Persalinan kala IV

Kala IV disebut kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi

lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan post partum. Kala IV dimulai sejak ibu dinyatakan

aman dan nyaman sampai 2 jam.

Observasi yang dilakukan di kala IV adalah :

1) Tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanda–tanda vital

3) Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri

4) Terjadinya perdarahan (Johariyah & Ningrum, 2012:6)

B. Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi Nyeri

a. Nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami

tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya

(Judha dkk, 2012:73).

b. Nyeri merupakan mekanisme protektif bagi tubuh dan

menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsangan

nyeri tersebut (Guyton, 1995 dalam Judha dkk, 2012:73).

23
c. Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses

fisiologi dengan intensitas yang berbeda pada setiap individu

(Cunningham, 2004 dalam Judha dkk, 2012:74).

d. Nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. kontraksi ini menyebabkan sakit

pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini

menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan

adanya pembukaan serviks ini maka akan terjadi persalinan

(Perry & Bobak, 2004 dalam Andarmoyo & Suharti, 2013:49).

Dari empat definisi diatas peneliti menyimpulkan definisi

persalinan adalah sebagai berikut, nyeri persalinan merupakan

proses fisiologi yang dirasakan saat proses persalinan karna

manifestasi dari adanya kontraksi otot rahim yang menyebabkan

adanya pembukaan mulut rahim yang memberikan rasa nyeri pada

daerah pinggang hingga ke bagian paha dengan intesitas dan

sensasi yang berbeda pada masing-masing individu.

2. Klasifikasi Nyeri

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013:17-23) klasifikasi

nyeri sebagai berikut :

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat.

24
Intensitasnya bervariasi dan berlangsung dalam waktu singkat.

Nyeri akut berdurasi singkat yaitu kurang dari 6 bulan. Adapun

contoh dari nyeri akut seperti pada saat sakit kepala, sakit gigi,

terbakar, tertusuk duri, pasca persalinan, pasca pembedahan

dan lain sebagainya.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik

berlangsung lama, intensitas yang bervariasi dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan.

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan asalnya

1) Nyeri nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

aktivasi atau sesitisasi nosiseptor perifer yang merupakan

reseptor khusus yang menghantarkan stimulus noxious terjadi

karena adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi,

otot, jaringan ikat. Dilihat dari sifat nyerinya, nyeri nosiseptif

merupakan nyeri akut.

2) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang didapat pada struktur saraf perifer maupun

sentral. Nyeri neuropatik ini bertahan lebih lama dan

25
merupakan proses input saraf sensorik yang abnormal oleh

sistem saraf perifer.

Nyeri ini lebih sulit diobati. Pasien mengalami nyeri seperti

rasa terbakar, tingling, shooting, shock like, hypergesia atau

allodynia. Nyeri neuropatik dari sifat nyerinya merupakan

nyeri kronik.

c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasinya

1) Superficial atau kutaneus

Nyeri superficial adalah nyeri yang disebabkan stimulasi

kulit. Karakteristiknya, nyeri berlangsung sebentar dan

terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam.

Contohnya, tertusuk jarum suntik, luka potong kecil, atau

laserasi

2) Viseral dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi

organ-organ internal. Karateristiknya, nyeri bersifat difus dan

dapat menyebar kebeberapa arah. Durasi bervariasi, tetapi

biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri superficial.

Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau unik tergantung organ

yang terlibat. Contohnya, sensasi pukul (crushing) seperti

angina pectoris, sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung

dan nyeri persalinan.

26
3) Nyeri alih (referred)

Nyeri alih mempunyai karateristik dapat terasa di bagian

tubuh yang terpisah dari sumber nyeri. Contohnya infark

miokard yang menyebabkan nyeri alih kerahang dan lengam

kiri.

4) Nyeri radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari

tempat awal cedera kebagian tubuh yang lain. Karakteristiknya,

nyeri seakan menyebar kebagian bawah tubuh bawah atau

sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau

konstan. Contohnya, nyeri punggung bagian bawah akibat

diskus intravertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi

sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

d. Klasifikasi nyeri berdasarkan ringan beratnya

1) Nyeri ringan

Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas

yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara objektif

dapat berkomunikasi dengan baik

2) Nyeri sedang

Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas

yang sedang. Pada nyeri sedang secara objektif pasien

mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya dan dapat mengikuti perintah dengan baik.

27
3) Nyeri berat

Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas

yang berat. Pada nyeri berat secara objektif pasien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah, tetapi masih respons terhadap

tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi

dan nafas panjang.

3. Penyebab Nyeri Persalinan

Menurut Judha dkk (2012:78) penyebab nyeri persalinan sebagai

berikut :

a. Kontraksi otot rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan

serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium

karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang

ditimbulkan disebut nyeri visceral.

b. Regangan otot dasar panggul

Nyeri ini disebut nyeri somatik dan disebabkan peregangan

struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terendah

janin.

c. Kondisi psikologi

Nyeri dan rasa sakit menimbulkan rasa cemas, kondisi ini

memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stress.

Kondisi stress memicu kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

28
4. Tanda dan Gejala Nyeri

Menurut Judha dkk (2012:13) tanda dan gejala nyeri

bermacam-macam perilaku yang tercermin dari pasien, secara umum

yang mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologi sebagai

berikut:

a. Suara

1) Menangis

2) Merintih

3) Menarik/menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah

1) Meringis

2) Menggigit lidah, mengatupkan gigi dan mengerutkan dahi

3) Tertutup rapat/membuka mata atau mulut

4) Menggigit bibir

c. Pergerakan tubuh

1) Kegelisahan

2) Mondar–mandir

3) Gerakan menggosok atau berirama

4) Immobilisasi

5) Otot tegang

d. Interaksi sosial

1) Menghindari percakapan dan kontak sosial

2) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri

29
3) Disorientasi waktu.

5. Faktor–faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013:53-55) faktor–faktor

yang mempengaruhi nyeri sebagai berikut :

a. Faktor internal

1) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu

akan membantu mengatasi nyeri, ibu primipara dan multipara

kemungkinan akan merespon secara berbeda terhadap nyeri

walaupun menghadapi kondisi yang sama, yaitu persalinan. Hal

ini disebabkan ibu multipara telah memiliki pengalaman pada

persalinan sebelumnya.

2) Usia

Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologi

yang masih labil yang memicu terjadinya kecemasan sehingga

nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai

sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap

nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan

pemahaman terhadap nyeri.

3) Aktifitas fisik

Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan

mengurangi rasa sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak

melakukan latihan–latihan yang terlalu keras dan berat, serta

30
menimbulkan keletihan pada wanita karna hal tersebut akan

memicu nyeri yang lebih berat.

4) Kondisi Psikologi

Situasi dan kondisi psikologi yang labil memegang

pranan penting dalam memunculkan nyeri persalinan yang

lebih berat. Salah satu mekanisme pertahanan jiwa terhadap

stres adalah konversi, yaitu memunculkan gangguan secara

psikis menjadi gangguan fisik.

b. Faktor eksternal

1) Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme

pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan

dengan kondisi psikologi yang relatif stabil.

2) Lingkungan fisik

Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan

cuaca, panas, dingin, ramai, bising, memberikan stimulus

terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri.

3) Budaya

Budaya tertentu akan mempengaruhi respons seseorang

terhadap nyeri. Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri

secara bebas, tetapi ada pula yang menganggap nyeri adalah

sesuatu yang tidak perlu diekspresikan secara berlebihan.

31
4) Support system

Tersedianya sarana yang baik dan support system yang

baik dari lingkungan dalam mengatasi nyeri, dukungan dari

keluarga dan orang terdekat sangat membantu mengurangi

rangsangan nyeri yang dialami oleh seorang saat menghadapi

persalinan.

5) Sosial ekonomi

Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah,

informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang

memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui

bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi

berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering

menimbulkan kecemasan tersendiri dalam menghadapi

persalinan.

6) Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang

berkaitan dengan hal–hal seputar nyeri persalinan akan

memberikan dampak positif terhadap menejemen nyeri.

Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga

tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan jika mengalami

nyeri saat persalinan.

32
6. Mekanisme nyeri

Mekanisme nyeri persalinan menurut Muhiman (1996) dalam

Andarmoyo dan Suharti (2013:52-53) sebagai berikut :

a. Membukanya mulut rahim

Nyeri pada kala pembukaan terutama disebabkan oleh

membukanya mulut rahim, misalnya peregangan otot polos

merupakan rangsangan yang cukup menimbulkan nyeri. Terdapat

hubungan erat antara besar pembukaan mulut rahim dengan

intensitas nyeri.

b. Kontraksi dan peregangan rahim

Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf

sewaktu rahim berkontraksi dan teregangnya rahim bagian bawah.

c. Kontraksi mulut rahim

Teori ini kurang dapat diterima, oleh karena mulut rahim

hanya sedikit mengandung jaringan otor

d. Peregangan jalan lahir bagian bawah

Peregangan jalan lahir akibat kepala janin pada akhir kala

pembukaan dan selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri

paling hebat dalam proses perslinan.

33
7. Penatalaksaan nyeri persalinan

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013:77) penatalaksanaan

nyeri persalinan antara lain:

a. Metode farmakologi

Metode farmakologi adalah metode menggunakan obat –

obatan dalam praktik penangannya. Metode ini memerlukan

intruksi dari medis dan harus memperhatikan metode ini sehingga

dapat mengurangi nyeri tanpa membahayakan atau menimbulkan

efek samping bagi ibu dan janin, beberapa pendekatan

pengendalian nyeri dengan menggunakan metode farmakoligi

sebagai berikut :

1) Manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan analgesi

2) Manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan anastesi

a) Anastesi umum

b) Anastesi lokal atau regional

(1) Anastesi epidural

(2) Anastesi spinal

(3) Combined Spinal-Epidural (CSE)

(4) Intrathecal Labor Analgesi (ILA)

b. Metode non-farmakologi

Metode non-farmakologi adalah tindakan menurunkan nyeri

tanpa menggunakan agen farmakologi, manajemen nyeri non-

farmakologi merupakan tindakan independen dalam mengatasi

34
nyeri klien. Beberapa pendekatan pengendalian nyeri dengan

menggunakan metode non-farmakoligi adalah sebagai berikut :

1) Modulasi psikologi nyeri persalinan

a) Relaksasi

b) Hipnoterapi

c) Imaginasi

d) Umpan balik biologis

e) Psikoprofilaksis

2) Modulasi sensori nyeri persalinan

a) Terapi manual

(1) Massage

(2) Sentuhan terapeutik

(3) Kompres panas atau dingin

b) Terapi quasi manual

(1) Akupresur

(2) Akupuntur

c) Intervensi bukan manual

(1) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

(2) Distraksi dengan musik

(3) Hidroterapi

(4) Posisi, postur dan ambulsi

d) Intervensi dan strategi lain

(1) Berteriak

35
8. Penilaian respon terhadap nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat

subjektif dan individual. Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan

dengan menggunakan skala pengukuran nyeri. Menurut Andarmoyo

dan Suharti (2013:44) skala pengukuran nyeri sebagai berikut :

a. Skala deskriptif

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendekatan verbal (Verbal

Descriptor Scale, VDS). Merupakan sebuah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak

yang sama sepanjang garis. Pendeskripsian ini diranking dari

“tidak tersa nyeri” sampai “nyeri yang tak tertahankan”. Alat VDS

ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

Gambar 2.1 Skala Deskriptif

b. Skala numerik

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Klien

36
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi terapeutik.

Gambar 2.2 Skala Numerik

c. Skala analog visual

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu

garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsian verbal pada setiap

ujungnya. Klien akan menunjukan titik pada garis yang

menunjukan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri

menandakan “tidak nyeri” sedangkan ujung kanan biasanya “nyeri

yang amat berat”.

Gambar 2.3 Skala Analog Visual

d. Skala nyeri muka

Skala nyeri muka alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

menggambarkan raut wajah dari klien.

37
Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka

e. Skala nyeri dengan observasi perilaku

Katagori Skor

0 1 2

Muka Tidak ada Wajah Sering dahi


ekspresi atau menyeringai, tidak
senyuman, tidak dahi berkerut, konstan,
mencari perhatian menyendiri rahang
menegang,
dagu
gemetar
Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah Menendang
atau relaks dan memegang
Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk,
normal, mudah menaikkan kaku, atau
bergerak punggung dan menghentak
maju,
memegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis
( saat bangun merengek keras,
maupun tidur ) sering
mengeluh
Hiburan Isi , relaks Kadang-kadang Kesulitan
hati tentram untuk
dengan dihibur dan
sentuhan, tidak
memeluk, nyaman
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total skor 0-10

Tabel 2.1 Skala nyeri dengan observasi perilaku

38
C. Konsep Dasar Kompres Hangat

1. Definisi kompres hangat

Kompres hangat merupakan salah satu metode non-farmakologi

yang efektif menurunkan nyeri. Kompres hangat meningkatkan suhu

lokal, sirkulasi, dan metabolisme jaringan. Kompres hangat mengurangi

spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri. Kompres hangat juga

mengurangi respons melawan atau menghindar. Pemberian kompres

hangat akan menenangkan wanita dan meningkatkan respons

penerimaan nyeri (Andarmoyo dan Suharti, 2013:86).

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan

nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa

hangat (Uliyah & Hidayat, 2008 dalam Aini, 2016:153)

2. Mekanisme kerja kompres hangat

Presepsi nyeri dipengaruhi oleh variabel fisiologi dan psikologi.

Status gate atau pintu gerbang berada pada dorsal horn substansial

gelatinose yang akan menghasilkan impuls nyeri dalam arti lain bahwa

jika gerbang terbuka maka impuls dapat bergerak bebas menuju jalur

asending (ke atas) yang akan menghasilkan presepsi nyeri. Dengan

peberian kompres hangat gerbang akan tertutup karena adanya stimulasi

dari serabut saraf A delta. Ketika gerbang tertutup impuls nyeri akan

39
terhambat, dan presepsi nyeri berkurang. (Mander, 2004 dalam Sari,

2015:55)

3. Manfaat kompres hangat

Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit

lokal, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah,

mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri,

menghilangkan sensasi rasa nyeri, serta memberikan ketenangan dan

kenyamanan.

4. Jenis-jenis kompres hangat

Menurut Mahmud (2007) dalam Aini (2016:154) ada empat

jenis kompres hangat, sebagai berikut:

a. Kompres hangat kering

Kompres hangat dengan menggunakan pasir yang telah

dipanasi sinar matahari guna mengobati nyeri rematik pada

persendian.

b. Kompres hangat lembab

Kompres hangat dengan menggunakan sarana dengan nama

hidrokolator, yakni alat elektrik yang diisi air, digunakan untuk

memanaskan hingga mencapai suhu tertentu.

c. Kompres bahan wol hangat

Kompres hangat dengan memanaskan bahan wol di atas

uap yang diperas. Kompres ini memiliki kelebihan dengan dengan

40
kepanasannya yang tinggi dan tidak mencederai atau berbahaya

bagi kulit.

d. Kompres gelatin (jelly)

Kompres ini memiliki keistimewaan yang mampu menjaga

panas untuk beberapa lama. Kelebihan kompres ini terletak pada

fleksibilitas bentuknya yang dapat di cocokan dengan anggota

tubuh sehingga mampu menghasilkan suhu yang diharapkan dan

sanggup menggapai seluruh bagian tubuh.

4. Metode penggunaan kompres hangat

Penggunaan kompres hangat, mampu memberi efek

mengatasi atau menghilangkan sensasi nyeri, teknik ini juga

memberikan reaksi fisiologi seperti meningkatkan respon

inflamasi, meningkatkan aliran darah dalam jaringan,

meningkatkan pembentukan edema (Tamsuri, 2014:54).

Metode penggunaan kompres hangat menurut Tamsuri

(2014:55) sebagai berikut:

a. Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat dan

diletakkan pada bagian tubuh.

b. Menggunakan kantong atau bulu-buli panas

c. Mandi air panas

d. Berjemur di sinar matahari

e. Menggunakan selimut hangat dan bantal hangat

41
f. Menggunakan lampu penghangat, yaitu lampu 60 watt

dengan leher angsa yang diletakkan pada jarak 45-60 cm di

daerah yang akan diberikan aplikasi hangat.

5. Cara kompres hangat

Adapun cara pemberian kompres hangat untuk mengatasi

nyeri menurut Uliyah & Hidayat (2008) dalam Aini (2016:154)

sebagai berikut:

a. Persiapan alat dan bahan

1) Hot bag atau kantung hangat

2) Air hangat dengan suhu 46-51,5⁰C

3) Termometer

b. Tahap kerja :

1) Cuci tangan

2) Jelaskan pada responden mengenai prosedur yang akan

dilakukan

3) Ukur suhu air dengan menggunakan termometer

4) Isi hot bag dengan air hangat

5) Tempatkan hot bag yang berisi air hangat di daerah yang

akan dikompres

6) Angkat hot bag tersebut setelah 20 menit, dan lakukan

kompres ulang jika nyeri belum teratasi

7) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.

42
D. Konsep Dasar Massage

1. Definisi massage

Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan

atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan

relaksasi dan memperbaiki sirkulasi (Mander,2003:163)

Tindakan utama massage dianggap “menutup gerbang” untuk

menghambat perjalanan rangsangan nyeri pada pusat yang lebih tinggi

pada sistem saraf pusat. Rangsangan taktil dan perasaan penuh

perhatian dan empatik, bertindak memperkuat efek masase untuk

mengendalikam nyeri (Forrell-Torry dan Glick, 1993 dalam Mander,

2003 dalam Andarmoyo dan Suharti, 2013:84)

2. Definisi massage effluerage

Massage effluerage adalah gerakan mengusap tubuh dengan

lembut dan perlahan, pengurutan dapat berupa gerakan pendek dan

panjang dengan seluruh telapak tangan (Vita, 2007 dalam Aini,

2016:151). Effluerage diistilahkan untuk gerakan mengusap yang

ringan dan menenangkan saat memulai dan mengakhiri pijatan dengan

menggunakan telapak tangan dan jemari rapat, tangan harus mengikuti

kontur tubuh saat melakukan massage. Gerakan ini bertujuan untuk

meratakan minyak, menghangatkan otot agar lebih rileks, menenangkan

ujung-ujung saraf dan mengurangi nyeri. Rangsangan taktil dan

perasaan positif, yang berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan

43
yang penuh perhatian dan empatik, bertindak memperkuat efek

massage untuk mengendalikan nyeri (Aini, 2016:152).

3. Mekanisme kerja massage efflluerage

Mekanisme penghambatan nyeri persalinan dengan teknik

massage efflluerage berdasarkan pada konsep gate control theory.

Berdasarkan teori tersebut stimulasi serabut taktil kulit dapat

menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area lainnya.

Selama kontraksi, impuls nyeri berjalan terus dari uterus sepanjang

serabut C untuk ditransmisikan ke subtansia gelatinosa di spinal cord

untuk selanjutnya akan disampaikan ke cortex cerebri untuk

diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil dengan teknik massage

effluerage menghasilkan respon sebaliknya yang dikirim lewat serabut

saraf A delta. Serabut ini akan menutup gerbang sehingga cortex

cerebri tidak menerima pesan nyeri karena adanya stimulasi dengan

teknik massage effluerage sehingga presepsi nyeri berubah. (Mander,

2004:55)

4. Gerakan massage Eflluerage

Menurut Malkin (1994) dalam Andarmoyo dan Suharti

(2013:84) enam gerakan massage sebagai berikut :

a. Massage effleurrage adalah gerakan tangan mengurut

b. Massage petrissage adalah gerakan tangan mencubit

c. Massage tapotement adalah tangan melakukan perkusi

d. Massage hacking adalah gerakan tangan mencincang

44
e. Massage kneading adalah gerakan tangan meremas

f. Massage cupping adalah gerakan tangan yang membentuk seperti

mangkuk.

E. Kerangka Pikir

KOMPRES HANGAT
KELOMPOK I

NYERI PERSALINAN

KALA I

KELOMPOK 2 MASSAGE EFFLUERAGE

F. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha) : ada perbedaan teknik kompres hangat dan

teknik massage effluerage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di

Bidan Praktik Mandiri Anatapura.

2. Hipotesis nol (H0) : Tidak ada perbedaan teknik kompres hangat dan

teknik massage effluerage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di

Bidan Praktik Mandiri Anatapura.

45
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

metode penelitian Quasy-Eksperimen dengan rancangan Control Time

Series Design. Pada penelitian ini akan dilakukan perlakukan teknik

kompres hangat pada 15 responden, 15 responden untuk massage effleurage,

kemudian dilakukan observasi.

Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Kelompok Perlakuan Observasi

Kelompok X 0₁
Teknik kompres hangat
0₂
Kelompok X
Teknik masase effluerage
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Saiti

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada Januari- Maret 2023

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua ibu yang bersalin normal kala I di

UPTD Puskesmas Saiti pada bulan Januari sampai dengan Maret 2023

46
2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang akan

bersalin normal kala I di UPTD Puskesmas Saiti. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah Non

probability sampling dengan metode purposive sampling. Teknik ini

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan

kreteria insklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a. Kreteria Inklusi

1) Ibu bersalin normal Kala I fase aktif pembukaan 5-6 cm

2) Ibu dapat diajak berkomunikasi

3) Ibu multigravida

b. Kreteria Ekslusi

Ibu yang mengalami penyulit persalinan

Dalam penelitian ini besar sampel dapat diperoleh dengan

rumus berikut ini :

2 a
Z 1− p ( 1− p )
2
n= 2
d

Keterangan :

N : Besarnya sampel

47
2 a
Z 1− : Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya
2
95%=1,96)
P : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap
populasi, bila tidak diketahui proporsinya
ditetapkan 50% (0,5)
d : Derajat penyimpangan terhadap populasi
yang diinginkan 25% = 0,25 (variasi nilai
0,01—0,25)
Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang dibutuhkan

adalah sebagai berikut :

2 a
Z 1− p ( 1− p )
2
n= 2
d

2
1 , 96 .0 ,5 (1−0 , 5)
n= 2
0 , 25

n=15 ,36

n=15

Sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah 15 sampel

untuk masing-masing kelompok sehingga jumlah total sampel adalah 30

sampel yaitu 15 responden untuk kelompok teknik kompres hangat dan 15

responden untuk kelompok teknik massage effluerage.

D. Variable Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel

a. Variabel independen (variable bebas) dalam penelitian ini yaitu

teknik kompres hangat dan teknik massage effluerage.

48
b. Variabel dependen (variable terikat) dalam penelitian ini yaitu

nyeri persalinan.

2. Definisi oprasional

a. Kompres hangat

Kompres hangat adalah cara yang dapat menurunkan rasa nyeri,

memberikan ketenangan dan kenyamanan serta memperlancar

aliran darah. Teknik kompres hangat dilakukan pada ibu bersalin

kala I fase aktif dengan menggunakan Hot Bag (kantong hangat)

yang diisi dengan air hangat bersuhu 46-51,5 0C yang suhunya

diukur menggunakan termometer, lalu ditempelkan pada sakrum

ibu bersalin (punggung bawah) dengan posisi miring kiri/kanan

dan dilakukan hingga kontraksi berakhir.

b. Massage efflluerage

Teknik pemijatan berupa tekanan lembut dan ringan

menggunakan ujung jari yang rapat dan telapak tangan yang

dilakukan kepada ibu inpartu kala I fase aktif. Teknik ini dilakukan

dengan menggunakan minyak zaitun yang dibalur pada tangan

peneliti yang akan di usapkan pada punggung bawah ibu bersalin

dengan tekanan lembut dan usapan ringan untuk memberi

rangsangan taktil dan menghangatkan otot agar lebih rileks. Posisi

pada ibu bersalin, yakni posisi miring kiri/kanan dan teknik

massage effluerage dilakukan hingga kontraksi berakhir.

49
c. Nyeri persalinan

Proses fisiologi yang dialami oleh ibu inpartu saat proses

persalinan yang diakibatkan oleh kontraksi otos rahim yang

mengakibatkan terjadinya pembukaan serviks. Pengukuran nyeri

persalinan ini dilakukan kepada ibu bersalin kala I fase aktif.

Alat ukur : lembar observasi

Cara ukur : Pengisian lembar observasi dengan skala nyeri

numerik.

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 0 = tidak nyeri

1-3 = nyeri ringan

4-6 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat terkontrol

10 = nyeri berat tidak terkontrol

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat

dari lembar observasi yang berisi karakteristik responden dan skala

pengukuran nyeri.

50
b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak atau

instansi lain yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

Dinas Kesehatan Kota Palu dan Puskesmas kamonji.

2. Sumber data

a. Data primer

Data dikumpulkan melalui observasi yang dilakukan

peneliti dengan bantuan bidan yang bertugas. Responden yang

memenuhi kriteria peneliti akan diambil sebagai subjek penelitian.

Responden yang akan di observasi akan mengisi lembar kuisioner

yang berisi karateristik responden dan akan diberikan perlakuan

yaitu kompres hangat dan massage effluerage pada saat inpartu

kala satu.

Alat penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data

adalah lembar observasi yang berisi tabel observasi dalam skala

pengukuran nyeri numerik dan skala nyeri muka dan lembar

kuesioner yang berisi karakteristik responden; nama, umur,

alamat, nomor hp, paritas, taksiran persalinan, HPHT, Pendidikan

dan Pekerjaan.

b. Data sekunder

51
Data sekunder dikumpulkan melalui surat permohonan

pengambilan data awal yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kota Palu dan

Puskesmas Kamonji.

3. Rencana Penelitian

a. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan seorang

bidan.

b. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan pertemuan antara

peneliti dan pengumpul data untuk menyamakan presepsi dan

memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan.

c. Peneliti memilih responden yang bersalin di Bidan Praktek Mandiri

(BPM) Anatapura dengan memperhatikan kreteria sampel.

d. Peneliti menentukan intervensi yang akan diberikan pada ibu

dengan memperhatikan karakteristik dan memilih ibu dengan

karakteristik yang sama untuk setiap kelompok intervensi.

e. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian meliputi

tujuan dan manfaat penelitian bagi responden.

f. Peneliti memberikan informend consent untuk ditandatangi oleh

responden jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

g. Peneliti melakukan anamnesa terkait data identitas responden.

h. Peneliti menjelaskan cara melakukan teknik kompres hangat

kepada ibu dan keluarga kelompok kompres hangat dan teknik

52
massage effluerage pada kelompok teknik massage effluerage saat

pelsalinan kala I dengan frekuensi dan durasi yang belum adekuat.

i. Peneliti melakukan intervensi teknik kompres hangat pada

kelompok teknik kompres hangat dan teknik massage effluerage

pada kelompok teknik massage effluerage saat persalinan kala I

fase aktif.

j. Peneliti melakukan observasi untuk melihat pengurangan tingkat

intensitas nyeri pada kedua kelompok intervensi.

k. Data yang diperoleh didokumentasikan pada lembar observasi.

4. Jalannya Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan selama 2 bulan dari tanggal

15 Januari hingga 15 Maret dengan bantuan bidan. Sebelum melakukan

penelitian, dilakukan pertemuan antara peneliti dan pengumpul data untuk

menyamakan presepsi dan memberikan penjelasan tentang penelitian yang

dilakukan. Peneliti melakukan intervensi kepada 30 responden yang mana

diberikan intervensi kompres hangat terhadap 15 responden dan intervensi

massage effluerage terhadap 15 responden dengan karakteristik responden

yang dintentukan dari kriteria insklusi dan ekslusi untuk setiap kelompok

intervensi. Peneliti memperkenalkan diri dan memberikan informed

consent untuk ditanda tangani oleh responden jika responden bersedia

berpartisipasi dalam penelitian.

Penelitin melakukan anamnesa terkait data identitas responden dan

menjelaskan cara melakukan intervensi yang diberikan kepada ibu saat

53
persalinan kala I fase aktif. Intervensi kompres hangat dilakukan dengan

menggunakan Hot Bag (kantong hangat) yang ditempelkan pada sakrum

ibu bersalin dengan posisi miring kiri dan dilakukan hingga kontraksi

berakhir, sedangkan intervensi massage effluerage dilakukan pijatan

lembut dan ringan menggunakan ujung jari yang rapat dan telapak tangan

yang diisi minyak zaitun lalu diusapkan pada punggung bawah ibu

bersalin dengan tekanan lembut dan ringan pada persalinan kala I fase

aktif hingga kontraksi berakhir. Peneliti melakukan observasi untuk

melihat pengurangan tingkat intensitas nyeri pada kedua kelompok

intervensi. Data yang diperoleh di dokumentasikan pada lembar observasi.

5. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian

ini diantaranya:

1. Editing data

Melakukan pemeriksaan pada lembar 0bservasi untuk mengetahui

kelengkapan data penelitian seperti identitas responden, karakteristik

responden, dan intensitas nyeri.

2. Scoring

Yaitu menghitung skor penilaian nyeri dari masing-masing

variable yang telah diberikan intervensi kompres hangat dan massage

effluerage.

3. Coding data

54
Pemberian kode terhadap hasil observasi untuk setiap responden

pada masing-masing kelompok yang diberikan intervensi massage

effluerage dengan kode 1 dan intervensi kompres hangat dengan kode

2.

4. Tabulating

Mengelompokkan data sesuai dengan karakteristik serta

menghitung, mengelompokkan intensitas nyeri.

5. Entry data

Memasukkan data yang telah dikumpul ke komputer untuk selanjutnya

dilakukan analisis menggunakan komputerisasi.

6. Analisis Data

Melihat tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

perbedaan teknik kompres hangat dan teknik massage effluerage untuk

mengurangi nyeri persalinan kala I, maka analisa data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

proporsi masing-masing kategori dari variabel yang diteliti. Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu kompres hangat dan massage

effluerage dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah nyeri

persalnan kala I.

55
Analisa data dilakukan dengan cara melihat presentase data

yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

kemudian dicari jumlah presentase yang terbesar.

Pada umumnya analisa ini diperoleh hasil dalam bentuk

presentase. Dengan rumus sebagai sebagai berikut:

Rumus:

f
P= x 100 %
n

Keterangan:

P : Persentase

f : Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu

n : Jumlah atau keseluruhan responden

2. Analisis bivariat

Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan teknik

kompres hangat dan teknik massage effluerage untuk mengurangi rasa

nyeri persalinan kala I. Analisis dilakukan menggunakan program

komputerisasi. Untuk menentukan uji yang akan digunakan adalah Uji

Man-Whithney.

7. Penyajian Data

56
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

kemudian dijelaskan dalam bentuk narasi.

8. Karakteristik Penerimaan Hipotesis

1. Ha diterima apabila ρ-value < 0,05. Hasil uji statistik didapatkanρ-

value 0,277 > 0,05 maka Ha ditolak

2. Ho diterima apabila ρ-value > 0,05. Hasil uji statistik didapatkanρ-

value 0,277 > 0,05 maka Ho diterima

9. Etika Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian ada beberapa prinsip yang harus

dipegang teguh.

a. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut. Peneliti juga memberikan keterbatasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak berpartisipasi.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliti

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan keterbatasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

lain. Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

57
dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding

sebagai pengganti identitas responden.

c. Keadilan dan keterbukaan

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan

sebagainya.

d. Mempertimbangkan manfaat penelitian dan kerugian

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat secara umum, dan subjek penelitian secara

khusus. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus

dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres

maupun subjek penelitian.

58

Anda mungkin juga menyukai