Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (post partum) merupakan masa dimana infeksi sering terjadi

sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu nifas. Rawannya derajat

kesehatan ibu nifas memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan

ibu saja, akan tetapi juga berpengaruh secara langsung terhadap derajat

kesehatan janin/bayi pada minggu pertama kehidupannya (perinatal).

Dengan demikian, upaya peningkatan kesehatan perinatal tak dapat

dipisahkan dengan upaya peningkatan kesehatan ibu (BKKBN RI, 2003).

Menurut World Health Organization (WHO) diseluruh dunia setiap

menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan

kehamilan, persalinan dan nifas. Dengan kata lain 1.400 perempuan

meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap

tahun (WHO, 2008). Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2012 mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Jawa

Timur Capaian AKI bersumber Laporan Kematian Ibu (LKI)

Kabupaten/Kota cenderung meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu

berkisar antara 7-11 point. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur tahun 2010 menunjukkan AKI sebesar 108/100.000 KH, tahun

2011 sebesar 104/100.000 KH dan menurun pada tahun 2012 menjadi

97,4/100.000 KH. Indonesia menduduki peringkat teratas di negara

ASEAN sebagai negara dengan jumlah AKI tertinggi, salah satu

1
penyebabnya karena infeksi dan kasus infeksi ini 25-55% disebabkan oleh

infeksi jalan lahir.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang ibu nifas yang

mengalamii perpanjangan masa penyembuhan luka perineum di BPM

Arifin Surabaya diketahui bahwa 6 ibu (60%) disebabkan karena

kurangnya pergerakan (mobilisasi) yang dilakukan oleh ibu, 3 ibu (20%)

karena kurangnya upaya ibu untuk menjaga hygiene dan 1 ibu (10%)

disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada masa nifas. Hal ini

menunjukkan tingginya kejadian perpanjangan masa penyembuhan luka

perineum yang disebabkan oleh kurangnya mobilisasi dini.

Penyebablangsung kematian ibu adalah karena perdarahan (39%),

eklampsi (20%), infeksi(7%), lain-lain (33%) (Sulistyawati, 2010) .Salah

satu penyebab terjadinya penyulit kala nifas sampai dengan pada kematian

puerperium adalah terjadinya infeksi pada luka perineum akibat dari

perpanjangan fase penyembuhan luka.Infeksi dapat muncul dikarenakan

terlepasnya jahitan pada luka perineum karena kurangnya perawatan luka

yang memadai sehingga dapat menimbulkan pendarahan sekunder kala

nifas, dan dapat memicu munculnya infeksi pada luka yang bersifat lokal

maupun general (Manuaba, 2001).

Untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan perineum

maka sangat dibutuhkan peran aktif ibu dalam menjaga kebersihan dirinya

sendiri, mobilisasi dini dan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada masa nifas

(Sarwono, 2008). Dengan menjaga kebersihan diri ibu nifas berarti juga

menghalangi masuknya kuman kedalam tubuh melalui luka jahitan

2
perineum. Selain melalui menjaga kebersihan diri, mobilisasi dini dapat

meningkatkan proses peredaran darah sehingga mendukung proses

penyembuhan luka dan kebutuhan nutrisi yang terpenuhi akan

memberikan dampak pada percepatan proses penggantian sel yang rusak

akibat proses persalinan (Katno et. al., 2005).

Mobilisasi sangat penting dalam percepatan penyembuhan luka dan

mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan atau penegangan otot – otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah

dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun

berkemih yang berakibat pada peningkatan resiko terjadinya perpanjangan

masa penyembuhan luka (Carpenito, 2004). Dampak mikro dari

perpanjangan masa penyembuhan luka perineum adalah meningkatkan

resiko terjadi infeksi masa nifas. Secara makro kondisi ini akan

meningkatkan resiko kematian ibu nifas (Fahrer, 2002). Untuk mencegah

terjadinya perpanjangan masa penyembuhan luka perineum adalah dengan

melakukan mobilisasi dini.Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam

mempercepat pemulihan dandapat mencegah komplikasi pasca persalinan.

Banyak keuntungan yang bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan

berjalan pada periode dini pasca persalinan.Mobilisasi segera secara

bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah

terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan

mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka.Jadi mobilisasi dini

secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang

paling dianjurkan (Roper, 2003).

3
Menurut Boyle (2008) tindakan pemberian rasa nyaman dengan

mobilisasi bertahap dengan latihan dasar panggul tidak hanya dapat

mencegah atau mengobati inkontensia urine, namun juga dapat membantu

penyembuhan luka, karena dapat meningkatkan suplai darah, tidak

adakeraguan bahwa perineum adalah lingkunganideal penyembuhan luka

karena hangat dan lembap dengan suplai darah yang baik,

prosespenyembuhan luka berjalan dengan baik dan luka akan sembuh

dengan cepat.

Menurut Fitri (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada

hubungan antara mobilisasi dengan penyembuhan luka perineum.Hal ini

jugasesuai dengan hasil penelitian yang dilakukanoleh Yasmalizar (2013)

yang juga menyatakan bahwa mobilisasi berpengaruh terhadap

penyembuhan luka perineum.

Berdasarkan pengalaman peneliti banyak ibu yang tidak ingin

melakukan mobilisasi apabila tidak dianjurkan oleh petugas dan merasa

takut apabila jahitan akan terlepas hal tersebut dikarenakan kurangnya

pemberian informasi mengenai mobilisasi.

Berdasarkan fenomena diatas ,maka penulis ingin melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Antara Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka

Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun

2014”

4
1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan Antara Hubungan Antara Mobilisasi Dini

Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas

Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Antara Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan

Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri

Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Mobilisasi Dini pada Ibu Nifas Di Puskesmas Ngasem

Kabupaten Kediri Tahun 2014.

2. Mengidentifikasi penyembuhan luka perineum pada ibu nifas Di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

3. Menganalisis hubungan Antara Mobilisasi Dini dengan penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas Di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun

2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan asuhan

kebidanan pada ibu Nifas Di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun

2014.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi lahan/tempat penelitian

5
Sebagai input yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dan evaluasi

dalam rangka peningkatan pelayanan kepada ibu nifas.

2. Bagi profesi kebidanan

Untuk menambah wawasan petugas kesehatan supaya dapat meningkatkan

asuhan kebidanan, khususnya untuk ibu nifas.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai bahan

informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya yaitu hubungan antara

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

2.1.1 Pengertian

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa

nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.Puerpurium (nifas) berlangsung

selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati Dan

Wulandari,2010)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari ) setelah itu. (

Prawirohardjo,2010). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti

pra hamil (Rustam Mochtar, 2002).

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal

dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”

berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab

melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010)

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir

sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan

memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.

7
2.1.2 Tujuan asuhan masa nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya ,baik fisik maupun psikologik

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif ,mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri,nutrisi, keluarga berencana ,menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan keluarga berencana

2.1.3 Tahapan masa nifas

Anggraeni (2010) menyatakan bahwa tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Puerpurium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk

sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,tahunan.

2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut sulityawati (2010) kebijakan nasional masa nifas dibagi dalam

empat kunjungan yaitu

a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan :

8
a) Mencegah perdarahan karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dengan yang baru lahir

f) Menjaga ibu dan bayi sampai 2 jam pertama

b. Kunjungan II (6 Hari setelah persalinan)

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal ,uterus

berkontraksi,fundus dibawah umbilicus,tidak ada perdrahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali

pusat,menjaga bayi tetap hangatdan merawat bayi sehari-hari .

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan :

a) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungn 6 hari post partum.

9
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan :

a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama nifas

b. Memberikan konseling KB secara dini

2.1.5 Perubahan fisiologis masa nifas

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil dengan berat 60 gram.

b. Bekas luka implantasi plasenta dengan cepat mengecil, pada minggu

ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm

(Anggraeni, 2010).

c. Luka-luka pada jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit,

luka pada vagina dan serviks umumnya bila tidak disertai infeksi akan

sembuh per primam (Prawirohardjo, 2010).

d. Rasa sakit

Yang disebut after pain (meriang dan mules-mules) disebabkan

kontraksi rahim, biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan

(Anggraeni, 2010).

e. Lokhea

Menurut Anggraeni (2010), lokhea dibagi menjadi :

1) Lokhea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban ,sel-sel desidua ,

vornik kaseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.

Lokhea sanguinolenta

10
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari 3-7 hari

persalinan.

3) Lokhea serosa

Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari

pasca persalinan.

4)Lokhea alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lokhea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6) Lokheastasis

Lokhea yang tidak lancar keluarnya.

f. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong,

berwarna merah kehitaman, konsistennya lunak. Setelah bayi lahir

tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui

oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari

(Prawirohardjo, 2014).

g. Ligamen-ligamen

Ligamen, vasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

kehamilan dan persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi

kendur. (Prawirohardjo,2014).

11
2.1.6 Kebutuhan dasar nifas

Menurut Siti saleha (2009) kebutuhan dasar ibu nifas meliputi :

a. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan

sangat mempengaruhi susunan air susu.diet yang diberikan harus

bermutu,bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak

mengandung cairan.

b. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dam membimbingnya secepat

mungkin untuk berjalan.pada persalinan normal sebaiknya ambulasi

sdikerjakan setelah 2 jam( ibu boleh miring kekiri atau ke kanan untuk

mencegah adanya trombosit).ambulasi dini dilakukan secara berangsur-

angsur ,maksudnya bukan berarti ibu harus lansung bekerja

(mencuci,memasak,dan sebagainya) setelah bangun .

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :

1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3. Early ambulation memungkinkan kita untuk mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di Rumah Skit.

4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosil ekonomi)

c. Eliminasi

1. Miksi

12
Buang air kecil (BAK) setelah melahirkan,terutama bagi ibu yang

pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK .keadaan ini

kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat

persalinan sehingga penderita takut BAK.bila kandung kemih

penuh,maka harus diusahakan agar penderita dapat buang air kecil

sehingga tidak memerlukan penyadapan karena penyadapan

bagaimanapun kecilnya akan membawa bahaya infeksi.miksi disebut

normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.

2. Defekasi

Defekasi harus ada dalam 3 hari postpartum.bila obstipasi dan timbul

koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun

direktum,mungkin akan terjadi febris.

d. Kebersihan diri dan perineum

1. Personal hygiene

Putting susu harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah harus

segera diobati karena kerusakan putting susu merupakan port de entrée

dan dapat menimbulkan mastitis.air susu yang menjadi kering akan

menjadi kerak dan dapat meransang kulit sehingga timbul

enzhema.oleh karena itu,sebaiknya putting susu dibersihkan dengan air

yang telah dimasak tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi.

2. Perineum

Bila sudah buang air besar atau buang air kecil ,perineum harus

dibersihkan secara rutin.caranya dibersihkan dengan sabun yang

lembut minimal sehari sekali.mengajarkan ibu bagaimana

13
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan ia

mengerti untuk membersihkan daerah sekitar anus.nasihatkan pada ibu

untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar.jika

ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi ,sarankan kepada ibu

untuk menghindar menyentuh luka.

3. Istirahat

Hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu adalah beristrhat yang cukup

untuk mencegahkelelahan yang berlebihan .sarankan ibu untuk

kembali ke kegiatan –kegiatan yang tidak berat.kurang istirahat akan

mempengaruhi beberapa hal,antara lain:mengurangi jumlah asi yang

diproduksi,memperlambat proses involusi,menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

4. Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-

8 minggu,secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti,dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jari

kedalam vagina tanpa rasa nyeri.begitu darah merah berhenti keluar

dan ibu tidak merasa ktidaknyamanan, maka aman untuk memulai

melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap.

5. Keluarga berencana

Tujuan kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma tersebut.kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada

masa nifasantara lain: Metode Amenore Laktasi (MAL) ,pil

14
progestin,suntikan progestin,implant dan alat kontrasepsi dalam

Rahim.

2.1.7 Tanda Bahaya Masa Nifas

Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan

(memasuki masa nifas)

Karena itu sangat penting untuk mendidik para ibu dan kelurganya

mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga ibu dapat segera

mencari pertolongan medis jika terdapat tanda- tanda bahaya masa

nifas yang disebutkan dibawah ini :

a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa/tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dariperdarahan biasa) memerlukan penggantian

pembalut 2-3 kali x dalam setengah jam.

b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung

d. Sakit kepala yang terus-menerus ,nyeri epigastrik

e. Gangguan masalah penglihatan

f. Pembengkakan diwajah atau tangan

g. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak

badan

h. Payudara yang berubah menjadi merah,panas atau terasa sakit.

i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

j. Rasa sakit,merah,lunak,atau pembengkakan pada kaki.

k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mngasuh sendiri bayinya

l. Merasa sangat letih atau nafas terengah- engah.

15
2.2Luka Robekan Perineum

2.2.1 Pengertian Luka Perineum

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh

(Sjamsuhidayat,2012)ketika terjadi luka,akan menimbulkan beragam efek

yaitu kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ,respon stress

simpatis,hemoragi dan pembekuan darah,kontaminasi bakteri serta

kkematian sel (Rusjiyanto,2009).

Perineum merupakan daerah yang menutupi pintu bawah

panggul.perineum merupakan daerah antara kedua belah paha,yang pada

pria dibatasi oleh skrotum dan anus,sedangkan wanita oleh vulva dan anus.

Luka robekan perineum adalah luka pada daerah perineum yang

disebabkan oleh tindakan episiotomi .dapat juga terjadi secara alami

karena pada saat proses persalinan ,kurang adanya perlindungan terhadap

perineum,sehingga kepala bayi dan tekanan meneran ibu dapat merobek

jaringan perineumdan sekitarnya .(Prawirohardjo,2007)

Perineummerupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul

yang terletak antara vulva dan anus. Perineumterdiri dari otot dan fascia

urogenitalis serta diafragma pelvis(Wiknjosastro, 2012). Terletak antara

vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 2014).

2.2.2 etiologi luka perineum

Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan karena factor:

a. Ibu

16
1. Paritas

2. Partus presipitatus

3. Perineum kaku

4. Jaringan parut pada perineum

5. Arkus pubis yang sempit

b. Janin

1. Berat bayi lahir

2. Presentasi

c. Factor penolong

d. Cara meneran

Luka perineum dapat terjadi secara:

1. Rupture perineum spontan

Rupture perineum spontan adalah perlukaan jalan lahir atau

robekan perineum secara tidak sengaja karena persalinan dan

terjadi hamper pada semua masa persalinan pertama dan tidak

jarang juga pada persalinan brikutnya ( winjoksastro,2012)

Rupture perineum yaitu luka pada perineum yang terjadi karena

sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekn atau

disengaja.luka ini biasanya tidak teratur.

2. Rupture perineum yang disengaja (episiotomi)

Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan

atau perobekan pada perineum.episiotomi adalah torehan yang

dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina

(Prawirohardjo,2014).

17
2.2.3 Anatomi perineum

Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan

ialah perineum .umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana

muka janin menghadap.robekan perineum dapat mengakibatkan pula

robekan jaringan parektal,sehingga rectum terlepas dari jaringan

sekitarnya.pada tempat terjadi perlukaan akan timbul perdarahan yang

bersifat arterial atau yang merembes.(Winkjosastro,2012).

Perineum terletak antara vulva dan anus,panjangnya rata-rata 4

cm.jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis

dan diafragma urogenitalis.diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani

dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot

ini.diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis ,yaitu

didaerah segitiga antara tuber iskiadika dan simfisis pubis.diafragma

urogenitalis meliputi muskulus tranversus perinea profunda,otot kontriktor

uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya

(prawirohardjo,2007).

Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteria pudenda

interna dan cabang-cabangnya.oleh sebab itu,dalam menjahit robekan

perineum dapat dilakukan anastesi blok pudensus.otot levator ani kiri dan

kanan bertemu ditengah-tengah diantara anus dan vagina yang diperkuat

oleh tendon sentral perineum.ditempat ini bertemu otot-otot

bulbokavernosus,muskulus tranversus perinea supervisialis dan sfingter

ani eksternal.struktur ini membentuk perineal body Yng memberikan

18
dukungan bagi perineum.dalam persalinan sering mengalami

laserasi,kecuali dilakukan episiotomy yang adekuat (prawirohardjo,2014)

2.2.4 Derajat Luka Perineum

a. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan

atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

b. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai

selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis,

tapi tidak mengenai sfingter ani.

c. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai

mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa

kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan

derajat III atau IV.

d. Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum

tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam

klasifikasi diatas

2.2.5 Penanganan luka perineum

a. Pada dasarnya penanganan luka perineum menjadi 2 yaitu :

1. Tidak dijahit

2. Jahit

b. Prinsip dasar penjahitan

1. Robekan sembuh dalam 2 minggu

2. Jahit segera setelah persalinan

3. Jahit kuat tapi jangan terlalu kencang

4. Tutup ruang rugi dengan hemostatis baik

19
5. Kateter 24 jam

6. Periksa dan hitung alat

c. Bahan benang

1. Catgut,asam poliglikolat(dexon)

2. Poliglikotin 910 standar (vicryl)

3. Poliglikotin 910 standar baru(vicryl repidel) ( Budi,2008)

d. Penjahitan robekan perineum berdasarkan stadium

1. Stadium 1

a. Dijahit/dibiarkan

b. Biarkan Karena sangat nyeri

c. Jahit bila :

 Perdarahan berlebih

 Kontuinitas jaringan diragukan

 Laserasi bilateral (labia dapat menyatu)

2. Stadium II

Table 2.2 Penanganan Robekan Perineum Stadium II

Penjahitan Tehnik konvesional Tehnik jahitan Kontinu

Vagina Kontinu,locking Kontinu/non locking

Otot Interuptus/jelujur Kontinu,non locking


perineum kontinu
Kulit Interuptus transkutan Jahitan subkutan

Kontinu sukutan

3. Stadium III dan IV

Prinsip:

20
a. Aproksimal ujung keujung (end to end approximation)baik

dengan jahitan interuptus maupun jahitan angka 8(figure of

eight)

b. Apabila dengan inkontenensia alvi,tehnika jahitan adalah

tehnik overlap saat menjahit sfingter ani. (Budi,2008)

2.2.6 Kriteria Penilaian Luka

a. Baik jika luka kering ,perineum menutup dan tidak ada tanda-

tanda infeksi

b. Sedang jika luka basah,perineum menutup dan tidak ada

tanda-tanda infeksi.

c. Buruk jika luka basah,perineum menutup atau membuka da

nada tanda-tanda infeksi yaitu merah,bengkak,panas dan

fungsiolensa.(Rukiyah,2010)

1. Tanda jahitan jadi:

a. Luka tidak basah

b. Tidak nyeri

c. Tidak kemerahan

d. Tidak mengeluarkan pus (nanah)

2. Tanda infeksi

a. Rubor(kemerahan)

Sebuah sayatan yang mendapat merah atau memiliki garis merah

memancar dari ke kulit disekitarnya mungkin terinfeksi.kemerahan

beberapa normal ditempat sayatan ,tetapi harus menurun seiring

waktu,bukan menjadi merah sebagai menyembuhkan sayatan.

21
b. Kalor(panas)

Sebuah sayatan yang terinfeksi mungkin merasa panas untuk

disentuh.hal ini terjadi sebagai tubuh melawan infeksi

mengirimkan sel darah kelokasi infeksi.

c. Dolor (nyeri)

Nyeri harus perlahan dan terus berkurang sementara anda

sembuh.jika tingkat nyeri anda disitus meningkat operasi tanpa alas

an yang jelas,anda mungkin akan mengembangkan infeksi pada

luka.

d. Tumor (pembengkakan)

Sebuah sayatan terinfeksi mungkin mulai mengeras sebagai

jaringan bawah meradang.sayatan mungkin muncul bengkak.

e. Funsiolensa (perubahan fungsi).(heller,2009)

2.3 Penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan

fungsi jaringan yang rusak ( Boyle,2008).

Pada ibu yang baru melahirkan ,banyak komponen fisik normal

pada masa postnatalmembutuhkan penyembuhan dengan berbagai

tingkat.pada umumnya,masa nifas cenderung berkaitan dengan

pengembailian tubuh ibu kekondisi sebelum hamil dan banyak proses

diantaranya yang berkenan dengan proses involusi uterus ,disertai dengan

penyembuhan pada tempat plasenta(luka yang luas)termasuk ischemia dan

autolysis.keberhasilan resolusi tersebut sangat penting untuk kesehatan

ibu,tetapi selain dari pedoman nutrisi(yang idealnya seharusnya diberikan

22
selama periode antenatal )dan saran yang mendasar tentang hygiene dan

gaya hidup,hanya sedikit yang bias dilakukan bidan untuk mempengaruhi

proses tersebut.

2.3.1 Fase Penyembuhan Luka

Menurut Sjamsuhidajat (2004), bahwa penyembuhan luka dapat terjadi

dalam beberapa fase yaitu:

1. Fase Inflamasi/Peradangan (24 jam pertama–48 jam) Setelah terjadi

trauma, pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya, pengerutan

ujung pembuluh darah yang terputus (retraksi), reaksi hemostasis serta

terjadi reaksi inflamasi (peradangan). Respon peradangan adalah suatu

reaksi normal yang merupakan hal penting untuk memastikan

penyembuhan luka. Peradangan berfungsi mengisolasi jaringan yang

rusak dan mengurangi penyebaran infeksi.

2. Fase Proliferasi (3–5 hari)

Fase proliferasi adalah fase penyembuhan luka yang ditandai

oleh sintesis kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah

cidera dan akan mencapai puncaknya pada hari ke 5 sampai hari ke 7,

kemudian akan berkurang secara perlahan-lahan. Kolagen disekresi

oleh fibroblas sebagai tropokolagen imatur yang mengalami

hidroksilasi (tergantung vitamin C) untuk menghasilkan polimer yang

stabil. Proses fibroplasia yaitu penggantian parenkrim yang tidak dapat

beregenerasi dengan jaringan ikat. Pada fase proliferasi, serat-serat

dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan

23
tegangan pada luka yang cenderung mengerut, sehingga menyebabkan

tarikan pada tepi luka.Fibroblast dan sel endotel vaskular mulai

berproliferasi dengan waktu 3-5 hari terbentuk jaringan granulasi

yang merupakan tanda dari penyembuhan.Jaringan granulasi berwarna

kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus.Bentuk akhir dari

jaringan granulasi adalah suatu parut yang terdiri dari fibroblast

berbentuk spindel, kolagen yang tebal, fragmen jaringan elastik,

matriks ekstraseluler serta pembuluh darah yang relatif sedikit dan

tidak kelihatan aktif.

3. Fase Maturasi (5 hari sampai berbulan-bulan)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

penyerapan Kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan

gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru

terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah

hilang dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Tubuh berusaha

menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses

penyembuhan. Oedema dan sel radang diserap, sel muda menjadi

matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang

berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang

ada.

Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,

lemas dan mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan yang

maksimal pada luka.Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu

24
menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal

(Sjamsuhidajat, 2004).

Pada dasarnya, kekuatan luka terutama tergantung pada jahitan;

ketika jahitannya dilepas, kekuatan luka hanya sekitar 10% dari

keadaan normal. Kekuatan menghadapi regangan akhirnya mencapai

kestabilan pada 70% sampai 80% dari keadaan normal dalam wakktu 3

bulan. Keadaan ini disertai dengan peningkatan sintesis kolagen yang

melampaui penguraian kolagen dan kemudian diikuti oleh pengikatan

silang serta peningkatan ukuran serat kolagen (Mitchell dkk, 2005).

Menurut Johnson & Taylor (2005), bahwa status nutrisi,

merokok, usia, obesitas, diabetes mellitus, kortikosteroid, obat-obatan,

gangguan oksigenasi, infeksi, dan stress luka dapat memengaruhi

proses penyembuhan luka. Dari Boyle (2009), menyatakan bahwa

penyembuhan luka dipengaruhi oleh malnutrisi, merokok, kurang

tidur, stres, kondisi medis dan terapi, asuhan kurang optimal, infeksi,

dan apusan luka. terjadi peningkatan pertumbuhan daerah baru di

tepian luka.

25
2.3.2 Bentuk-bentuk penyembuhan luka perineum

Ada beberapa bentuk dari penyembuhan luka menurut Boyle (2009),

adalah :

1. Primary Intention (Proses Utama)

Luka dapat sembuh melalui proses utama yang terjadi ketika tepi luka

disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi

penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang

kosong.Oleh karena itu dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal

dan kontraksi sedikit berperan. Epitelium akan bermigrasi di sepanjang

garis jahitan, dan penyembuhan terjadi terutama oleh timbunan

jaringan penghubung.

2. Secondary Intention (Proses Sekunder)

Penyembuhan melalui proses skunder membutuhkan pembentukan

jaringan ganulasi dan kontraksi luka. Hal ini dapat terjadi dengan

meningkatnya jumlah densitas (perapatan), jaringan parut fibrosa, dan

penyembuhan ini membutuhkan waktu yang lebih lama.Luka jahitan

yang rusak tepian lukanya dibiarkan terbuka dan penyembuhan terjadi

dari bawah melalui jaringan granulasi dan kontraksi luka.Third

Intention (Proses Primer Terlambat) terjadi peningkatan pertumbuhan

daerah baru di tepian luka.Setelah beberapa hari, tampon dibuka dan

luka dijahit.

Adapun dalam Smeltzer (2002) menyebutkan bentuk-bentuk dari

penyembuhan luka ada tiga tahapan yaitu:

1. Intensi Primer (Penyatuan Pertama)

26
Luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan

penutupan dengan baik, seperti dengan suture (jahit), sembuh dengan

sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama.Ketika luka sembuh melalui

intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak, luka bersih, dalam garis

lurus, semua tepi luka merapat dengan baik.Biasanya penyembuhan cepat

dengan pembentukan jaringan parut minimal.

2. Intensi Sekunder (Granulasi)

Pada luka terjadi pembentukan nanah/pus (supurasi) atau terdapat tepi

luka tidak saling merapat, proses perbaikan kurang sederhana dan

membutuhkan waktu lebih lama.Luka jadi besar dengan kehilangan jaringan

yang banyak. Sel-sel sekitar kapiler mengubah bentuk bulat menjadi

panjang, tipis dan saling menindih satu sama lain untuk membentuk jaringan

parut atau sikatrik. Penyembuhan membutuhkan waktu lebih lama dan

mengakibatkan pembentukan jaringan parut lebih banyak.

3. IntensiTersier (Suture Sakunder)

Jika luka dalam, baik yang belum di jahit (suture) atau terlepas dan

kemudian dijahit kembali nantinya, dua permukaan gra nulasi yang

berlawanan .

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka Perineum

Penurut smeltzer (2002), factor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka perineum yaitu :

a. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu postpartum,baik ibu yang

mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan

27
mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu,jenis persalinan

atau tindakan persalinan.adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain

dapat mempercepat proses pengeluaran lochea dan membantu proses

penyembuhan luka.

b. Tradisi

Diindonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca

persalinan masih banyak digunakan,meskipun oleh kalangan masyarakat

modern.misalnya untuk perawatan kebersihan genital ,masyarakat

tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air

kemudiandipakai untuk membersih alat genetalia.

c. Pengethuan

Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan

lama penyembuhan luka perineum.apabila pengetahuan ibu kurang

terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan

berlansung lama.

d. Social Ekonomi

Pengaruh dari kondisi social ekonomi ibu dengan lama penyembuhan

perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas

sehari-hari pasca persalinan.jika ibu memiliki tingkat social ekonomi yang

rendah,bias jadi penyembuhan luka perineum berlansung lama karena

timbulnya rasa malas dalam merawat diri dan pendapatan yang rendah

untuk memenuhi kebutuhan.

e. Penanganan Petugas

28
Pada Saat persalinan,pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh

penangan petugas kesehatan,hal ini merupakan salah satu penyebab yang

dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.

f. Kondisi fisik

Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental ,dapat

menyebabkan lama penyembuhan luka.jika kondisi ibu sehat ,maka ibu

dapat merawat diri dengan baik.

g. Gizi

Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam

keadaan sehat dan segar.dan akan mempercepat masa penyembuhan luka

perineum.

h. Usia

Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda daripada

orangtua.orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolelir stress

seperti trauma jaringan atau infeksi.

i. Penangan jaringan

Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat

penyembuhan.

j. Pemberian antibiotic

Terapi obat digunakan untuk menangani kesakitan manusia,pemilihan obat

yang benar dan rencana terapi yang tepat yaitu untuk memantaui dan

mengukur hasil terapi,dan dalam pemberian terapi obat harus

memperhatikan dosis obat,dan rute pemberian .jangan sampai terjadi

kesalahan pemberian karena akan menyebabkan kegagalan.

29
k. Hipovolemia

Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi

(penyempitan pembuluh darah) dan penururnan oksigen dan nutrient yang

tersedia untuk penyembuhan luka.

l. Personal hygiene

Personal hygiene (kebersihan diri) dan memperlambat penyembuhan,hal

ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.

2.3.4 Komplikasi Penyembuhan Luka

Menurut (Ai yeyeh dan Lia yulianti,2010), komplikasi

penyembuhan luka meliputi :

a. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma,selama

pembedahan atau setelah pembedahan.gejala dari infeksi sering

muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan.gejalanya berupa infeksi

termasuk adanya purulent,peningkatan drainase , nyeri, kemerahan,

bengkak disekeliling luka,peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah

sel darah putih. (Eka dan Kurnia,2014)

b. Dehisen

Dehisen adalah terpisahnya lapisan luka secara parsial atau

total.dehisen sering terjadi pada luka pembedahan abdomen dan

terjadi setelah regangan mendadak ,misalnya batuk, muntah, atau

duduk tegak ditempat tidur.

c. Eviserasi

30
Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi

(keluarnya organ visceral melalui luka yang terbuka ).bila terjadii

eviserasi ,bidan meletakan handuk steril yang dibasahi dengan salin

normal steril diatas jaringan yang keluar untuk mencegah masuknya

bakteri dan kekeringan pada jaringan tersebut.

d. Fistul

Fistul adalah saluran abnormal yang berada diantara dua buah organ

atau diantara organ dan bagian luar tubuh.

2.4 Mobilisi Dini

2.4.1 Pengertian mobilisasi dini

Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempt tidurnya dan membimbingnya

secepat mungkin untuk berjalan mulai dari 2 jam post partum sampai 8

jam post partum(ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah

adanya trombosit)dan klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-48 jam post partum(Eny dan diah,2010)

Mobilisasi dini adalah aktifitas segera atau gerakan sederhana yang

sudah dapat dimulai 2 jam setelah persalinan normal dan 24 jam setelah

operasi Caesar bila menggunakan anastesi umum selama ibu masih berada

ditempat tidur .(hellen farrer,2012)

Menurut Hamilton (2008) ibu yang melahirkan secara normal bias

melakusskan mobilisasi 6-8 jam setelah melahirkan.ibu postpartum

diperbolehkan bangun dari tempat tidur nya 24-48 jam setelah melahirkan.

31
Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan kiri

,duduk kemudian berjalan.Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi

,membuat nafas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal

normal,dorong untuk menggerakan kaki tungkai kebawah (Nugroho,2014)

2.4.2 Ruang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak,yaitu:

a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakan otot orang lain secara pasif misalnya

perawat mengangkat dan menggerakan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien

menggerakan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang diperlukn. (Manuaba,1998)

2.4.3 Manfaat mobilisasi dini pada ibu nifas

Menurut (Manuaba,2007) mobilisasi dilakukan segera setelah

beristirahat beberapa jam dengan beranjak dari tempat ibu(pada persalinan

normal).mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lokia dalam

Rahim,meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin,mempercepat

involusi,mempercepat normalisasi alat kelamin dalam keadaan semula.

32
Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi

dini.dengan bergerak,otot-otot perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa

sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh

kekuatan,mempercepat kesembuhan .faal usus dan kandung kencing lebih

baik.dengan bergerak akan meransang peristaltik kembali normal.aktivitas

ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti

semula.

Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu

untuk merawat bayinya .perubahan yang terjadi pada ibu nifas akan cepat

pulih misalnya kontraksi uterus ,dengan demikian ibu akan cepat merasa

sehat dan bias merawat bayinya dengan cepat.

Mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli ,dengan

mobilisasi sirkulasi darah normal sehingga resiko terjadinya thrombosis

dan troemboli dapat terhindarkan.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut :

1. Melancarkan pengeluran lochea ,mengurangi infeksi puerperium.

2. Mempercepat involusi uterus

3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi

ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Mobilisasi dini dilakukan secara berangsur-angsur,maksudnya

bukan berarti ibu diharuskan lansung bekerja (mencuci ,memasak,dan

33
sebagainya)setelah bangun .Tetapi ibu boleh miring kiri atau kanan

(Anggraini,2010)

2.4.4 Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini

a) Peningkatan suhu

Karena adanya penurunan TFU yang tidak baik sehingga sisa

darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah

satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh

b) Perdarahan yang abnormal

Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus

uterus akan keras,maka resiko perdarahan yang abnormal dapat

dihindarkan,karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh

darah yang terbuka

c) Penurunan TFU yang tidak baik

Jika mobilisasi tidak dilakukan,maka akan menghambat

pengeluaran darah sisa plasenta sehingga menyebabkan

terganggunya kontraksi uterus ( Eny dan Diah,2010)

2.4.5 Tahap-tahap Mobilisasi

a. miring kekanan –kiri

memiringkan badan kekanan dan kekiri merupakan mobilisasi paling

ringan yang paling baik dilakukan pertama kali.disamping

mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat

kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal

b. Menggerakan kaki

34
Setelah membalikan badan ke kanan dan ke kiri ,mulai gerakan kedua

kaki.ada mitos yang mengatakan hal ini tidak boleh dilakukan karena

bias menyebabkan varises “itu tidak benar” ,justru bila kaki tidak

digerakan dan ibu berbaring terlalu lama,akan terjadi pembekuan

pembuluh darah baik yang bias menyebabkan varises maupun infeksi

c. Duduk

Setelah agak ringan,cobalah duduk ditempat tidur.bila merasa tidak

nyaman,jangan paksakan diri.lakukan pelan-pelan sampai terasa

nyaman.

d. Berdiri dan turun dari tempat tidur

Kalau duduk tidak menyebabkan rasa pusing teruskan dengan

mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri,jalan sedikit,bila terasa

sakit atau ada keluhan ,sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi begitu

skondisi tubuh sudah merasa lebih nyaman.

e. Ke kamar mandi

Bila sudah tidak ada keluhan ,bias dicoba untuk berjalan kekamar

mandi dan buang air kecil.inipun harus dilatih,karena biasanya banyak

ibu yang merasa takut.

Mobilisasi diatas mempunyai varisasi,bergantung pada

komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka-luka (Eny dan

Diah,2010)

2.4.6 Faktor- Factor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi Dini

a. Rendahnya pengetahuan

35
Tingkat pengetahuan merupakan factor yang berperan penting dalam

mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini pasca persalinan.jika tingkat

pengetahuan seseorang rendah terhadasp manfaat dari mobilisasi maka

hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat

pelaksanaannya.pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang manfaat

mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu postpartum tersebut akan

mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2003),bahwa ada kecenderungan apabila pengetahuan seseorang baik

terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan

mempunyai sikap positif terhadap masalah yang dihadapinya dan

sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu kurang terhadap masalah

yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap negatif.

Tingginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap

respond an tanggapan terhadap suatu obyek atau situasi baru

.tanggapan tersebut akan menimbulkan gambaran dari seseorang untuk

menerima atau menolak hal baru yang diterimanya.pengetahuan yang

dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini tentu saja akan

mempengaruhi sikap dalam pelaksanaan mobilisasi dini postpartum.

b. Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental

Persalinan merupakan proses yang melelahkan,saat persalinan ibu

mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati proses persalinan

yang panjang.tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering memilih

tidur daripada melakukan pergerakan secara bertahap (chapman,2006)

36
c. Depresi

Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami

depresi.biasanya dpresi berlansung sekitar satu sampai dua hari,hal ini

dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon .gejalanya

berupa mudah tersinggung,menangis tanpa sebab,gelisah,takut pada

hal yang sepele (chapman,2006)

d. Nyeri atau rasa tidak nyaman

Rasa nyeri setelah melahirkan membuat ibu enggan untuk mulai

belajar melakukan pergerakan,dimana seluruh alat reproduksi

mengalami perubahan ,rasa nyeri saat buang air kecil,buang air

besar.hal ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman,besar

kemungkinan ibu akan lebih memilih berbaring terus,diatas tempat

tidur,dan pelaksanaan mobilisasi tentu saja akan terhambat

(chapman,2006).

2.5 HubunganMobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka Perineum

Pada proses penyembuhan luka aliran darah sangat dibutuhkan

karena jika aliran darah terhambat ,dapat menyebabkan terjadinya

thrombosis vena dalam dan bias menyebabkan infeksi.Dengan melakukan

mobilisasi dini dapat memperlancar aliran darah kedaerah vagina sehingga

dapat mempercepat proses penyembuhan luka jika dilakukan dengan

tepat(Manuaba,2007).

Mobilisasi dini dapat mengurangai bendungan lochea dalam

Rahim.meningkatkan peredarahan darah sekitar alat kelamin,mempercepat

involusi,mempercepat normalisasi alat kelamin dalam keadaan semula

37
.penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini.dengan

bergerak,otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot

perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan

demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh

kekuatan,mempercepat kesembuhan.faal usus dan kandung kemih menjadi

lebih baik.Dengan bergerak akan meransang peristaltic usus kembali

normal .

38
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitan

1. Berdasarkan lingkup penelitian termasuk penelitian inferensial

2. Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan

3. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk jenis penelitian

crossectional

4. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk penelitian observatif

5. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk penelitian analitik korelatif

6. Berdasarkan jenis data termasuk penelitian jenis primer.

3.2 Populasi Sampel, Besar sampel Dan Tehnik pengambilan sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas bersalin

normal yang mempunyai luka perineum di Puskesmas Ngasem Kabupaten

Kediri Tahun 2014.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas bersalin

normal yang mempunyai luka perineum di Puskesmas Ngasem Kabupaten

Kediri Tahun 2014.

3.2.3 Besar Sampel

Untuk menentukan rumus besar sampel menggunakan rumus

infinite (belum diketahui).

39
keterangan :

n = Besar sampel

= Harga kurna normal yang tergantung dari harga alpha=1,96

q = 1-p(100%-p)

p = estimator proporsi populasi(jika tidak diketahui dianggap 50%)

d = toleransi kesalahan yang dipilih (d=0,05)

3.2.4 Tehnik Pengambilan Sampel

Pada penelitian analitik ini menggunakan “non probability

sampling” dan cara pengumpulan data secara observasional sehingga

untuk tehnik pengambilan sampel menggunakan “ accisidental “.yaitu

sampel peneliti diambil secara kebetulan.

3.3 Variabel penelitian dan Defenisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel independent dalam penelitin ini adalah mobilisasi dini,

Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah lama penyembuhan luka

perineum.

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional Penelitian

Varia Definisi Alat Ukur Skala Kriteria penelitian


bel Operasional Data
Mobil Gerakan- Lembar OSrdinal 1. Melakukan
isasi gerakan yang kuesioner mobilisasi dini
dini dilakukan ibu 2. .Kurang
pasca melakukan
persalinan mobilisasi dini
dalam 24-48
postpartum
Lama luka waktu Lembar Ordinal 1. Baik jika luka kering
penye yang observasi (tidak ada tanda-

40
mbuh dibutuhkan tanda infeksi)
an untuk 2. Sedang jika luka
penyembuha basah ,perineum
n luka menutup dan tidak
perineum ada tanda-tanda
setelah infeksi.
melahirkan 3. Buruk jika luka
basah(ada tanda-
tanda infeksi.
(Rukiyah ,2010)

3.4 Bahan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan bahan penelitian yaitu koesioner,

bolpoint dan lembar observasi dalam memperoleh penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini yaitu : menggunakan kuesioner untuk

mengetahui kegiatan (Mobilisasi dini) pasien dan data primer

menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kondisi perineum

pasien.

3.6 Lokasi Dan tempat Penelitian

Penelitan ini akan dilaksanakan pada bulan November-Desember

2014. Tempat penelitan yaitu Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri

Tahun 2014.

3.7 Prosedur pengumpulan dan pengolahan data

3.7.1 Prosedur pengumpulan data

Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu dikumpulkan dan

diolah dengan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut :

41
a. Menyebarkan kuesioner kepada responden karena dalam penelitian ini

menggunakan data primer dengan menyebarkan keusioner kepada

responden.

b. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan secara

editing,coding,entry,cleaning dan dianalisis dengan bantuan program

komputerisasi.

3.7.2 Pengolahan data

Pengolahan Data dilakukan melalui proses sebagai berikut :

a. Editing

Editing atau mengedit data ,yang dilakukan meliputi mengecek dan

meneliti kembali kelengkapan isi dari lembar observasi dan kuesioner

yang berhubungan dengan mobilisasi dini serta proses penyembuhan luka

pasien dimaksudkan untuk merapikan data agar bersih, rapid an teratur

untuk memperoleh langkah berikutnya.

b. Coding

1. Data umum

Umur : <20 tahun : diberi kode 1

20-35 : diberi kode 2

>35 tahun : diberi kode 3

Pendidikan : SD-SMP : diberi kode 1

SMA : diberi kode 2

Perguruan tinggi : diberi kode 3

Pekerjaan : Tidak bekerja (IRT) : diberi kode 1

Swasta : diberi kode 2

42
Wiraswasta : diberi kode 3

Pegawai negri : diberi kode 4

2. Data khusus

Coding data dilakukan dengan memberi kode pada setiap kategori

yang ada

a. Dalam variable mobilisasi dini yaitu ;

Melakukan mobilisasi dini : diberi kode 1

Tidak melakukan mobilisasi dini : diberi kode 2

b. Dalam variable lama penyembuhan luka perineum yaitu :

Kering diberi kode LP1

Basah diberi kode LP2

Buruk diberi kode LP3

c. Entry

Kegiatan memadukan data yang sudah dikumpulkan dan diberikan

kode kemudian dimasukan kedalam computer.

d. Cleaning

Apabila semua data selesai dimasukan perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode,ketidaklengkapan dan sebagainya yang kemudian dilakukan

pembetulan/koreksi.

3.8 Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisa dengan 2 metode yaitu

menggunakan analisa deskriptif atau univariat dan bivaariat.

43
3.8.1 analisa univariat

Analisa yang digunakan adalah analisis univariat ,kemudian data

yang telah dihimpun dianalisa dengan menggunakan deskriptif

presentase.analisis univariate dilakukan pada tiap variable dari hasil

penelitian,biasanya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentasi dari tiap variable.hasil tabulasi digambarkan dalam bentuk table

distribusi frekuensi dilakukan perhitungan presentasi ( Arikunto,2006)

dengan rumus :

N=SPx100%
SM

Keterangan :

N = Presentasi yang dicari

SP = Skor yang didapat dari responden

SM = Skor tertinggi yang diharapkan

Menurut Glaser dan Strauss (2008) ,hasil pengolahan data dalam bentuk

presentasi diinterpretasikan sebagai berikut :

100% : seluruhnya

79-99% : hamper seluruhnya

51-75% : sebagian besar

50% : setengahnya

26-49% : hamper setengahnya

1-25% : sebagian kecil

0% : tak satupun

3.8.2 Analisa bivariate

44
Dalam melakukan analisa bivariate ,khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis.setelah data diperoleh, diolah dan ditabulasi kemudian

dilakukan analisa data dengan menggunakan uji hipotesis.analisa bivariate

menggunakan uji korelasi Sperman Rank (Rho) dengan system komputerisasi.

interpretasi hasil uji hipotesis .

1. Nilai p

a. Jika p value < 0,05 Ho ditolak dan H1 diterima .artinya terdapat

hubungan antara mobilisasi dini dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

b. Jika p value > 0,05 ,maka Ho diterima dan H1 ditolak .Artinya

tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

2. Kekuatan korelasi

Table 4.4 kekuatan korelasi

No Nilai Interpretasi

1. 0,00-0,199 Sangat lemah

2. 0,20-0,399 Lemah

3. 0,40-0,599 Sedang

4. 0,60-0,799 Kuat

5. 0,80-1000 Sangat kuat

3. Arah korelasi

45
a. Positif (+) searah.Jika mobilisasi dini meningkat maka

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas meningkat.

b. Negatif (-) berlawanan arah.jika mobilisasi dini meningkat

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas menurun atau jika

mobilisasi dini menurun maka penyembuhan luka perineum pada

ibu nifas meningkat.

46
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik responden berdasarkan umur ibu nifas di Puskesmas

Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu nifas di


Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

No Umur Frekuensi Prosentase (%)


1 < 20 Tahun 3 10,7
2 20-35 Tahun 23 82,1
3 >35 Tahun 2 7,1
Jumlah 28 100
Sumber :Data primer (2014 )
Table 4.1 dapat diinterpretasikan hampir seluruhnya (82,1%)

berusia 20-35 tahun sebanyak 23 orang.

4.1.2 karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu nifas di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu nifas


di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)


1 Tidak bekerja 16 57,1
2 Swasta 5 17,9
3 Wiraswasta 1 3,6
4 Pegawai negri 6 21,4
Jumlah 28 100
Sumber :Data primer(2014 )

47
Tabel 4. 2 dapat diinterpretasikan bahwa hampir (57,1%) ibu

tidak bekerja sebanyak 16 orang.

4.1.3 karakteristik responden berdasarkan pendidikan


Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu nifas di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

Tabel 4.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu


nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)


1 SD-SMP 14 50,0
2 SMA 8 28,6
3 Perguruan tinggi 6 21,4
Jumlah 28 100
Sumber :data primer 2014
Tabel 4.3 dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengahnya

(50,0%) berpendidikan sekolah dasar yaitu 14 orang.

4.1.4 karakteristik responden berdasarkan mobilisasi dini

Karakteristik responden berdasarkan mobilisasi dini pada ibu

nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini pada ibu
nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

No Mobilisasi dini Frekuensi Prosentase


(%)
1 Melakukan mobilisasi dini 20 71,4
2 tidak melakukan mobilisasi dini 8 28,6
Jumlah 28 100
Sumber : data primer 2014

Tabel 4.4 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (71,4%)

ibu melakukan mobilisasi dini yaitu 20 orang .

4.1.5 karakteristik ibu berdasarkan kriteria penyembuhan luka perineum

48
Karakteristik responden berdasarkan penyembuhan luka di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun

Tabel 4.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan penyembuhan luka


perineum ibu nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun
2014

No Kriteria penyembuhan luka Frekuensi Prosentase (%)


1 Kering 20 71,4
2 Basah 8 28,6
3 Buruk 0 0
Jumlah 28 100
Sumber : data primer 2014

Tabel 4.5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (71,4%)

ibu nifas penyembuhan lukanya kering sebanyak 20 orang.

4.1.6 Tabulasi silang mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum

Untuk mengetahui hubungan antara mobilisasi dini dengan

penyembuhan luka perineum di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri

Tahun 2014menggunakan tabulasi silang.

Tabel 4.6 tabulasi silang mobilisasi dini dengan penyembuhan luka


perineum di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun
2014

Mobilisasi dini Kriteria penyembuhan luka

Kering Basah Total

Melakukan mobilisasi dini 17 3 20

85,0% 15,0% 100%


Tidak melakukan 3 5 8

37,5% 62,5% 100%

Total 20 8 28

49
71,4% 28,6% 100%
P : 0,011 r: 0,475

sumber : Data primer (2014 )

Hasil penelitian pada table 4.6 dapat diinterpretasikan bahwa

responden yang melakukan mobilisasi dini sebagian besar

(71,4%)penyembuhan luka kering sebanyak 20 orang sedangkan

responden yang tidak melakukan mobilisasi dini sebagian kecil (28,6%)

atau sebanyak 8 orang.

Nilai koefisien korelasi rank spearman yang dihasilkan adalah

0,475 dengan signifikansi (p) sebesar 0,011.

Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis :

a. Jika p value < 0,05 Ho ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat

hubungan antara mobilisasi dini dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

b. sJika p value > 0,05 ,maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada

hubungan antara mobilisasi dini dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

Oleh karena nilai p < 0,05 maka keputusan yang diambil adalah

H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara mobilisasi dini dengan

lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

Nilai Korelasi yang dihasilkan sebesar 0,475 bertanda

positif.Artinya hubungan antara mobilisasi dini dengan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas dalam kategori Sedang. Arah

50
korelasi Positif (searah), artinya jika mobilisasi dini meningkat maka

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas meningkat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri

Tahun 2014

Hasil penelitian diinterpretasikan bahwa mobilisasi dini Pada Ibu Nifas di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014 sebagian besar ibu yang

melakukan mobilisasi dini yaitu sebanyak 20 orang dengan presentase

71,4%.dan sebagian kecil tidak melakukan mobilisasi dini yaitu sebanyak 8

orang dengan presentase 28,6%.

Mobilsasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing

ibu untuk secepat mungkin untuk berjalan .pada ibu yang tidak melakukan

mobilisasi dini dapat disebabkan karena ibu yang malas atau takut bergerak

segera setelah melahirkan .ibu yang mengalami luka perineum malas

bergerak karena merasa sakit pada daerah luka.mobilsasi dini dapat

meningkatkan peredaran darah disekitar alat kelamin (luka

perineum),peningkatan peredaran darah akan mempercepat proses

penyembuhan luka (Eny dan Diah,2010).

Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lokia dalam

Rahim,meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin mempercepat

mobilisasi alat kelamin dalam keadaan semula.dengan bergerak otot-otot

51
perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi

kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa

sehat dan membantu memperoleh kekuatan ,mempercepat kesembuhan.

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini secara tidak lansung adalah

umur dan pendidikan .pendidikan ibu perlu dipertimbangkan dalam

perawatan masa nifas. Tabel 4.1.3 dapat diinterpretasikan bahwa hampir

setengahnya (50,0%) berpendidikan sekolah dasar yaitu 14 orang.tingkat

pengetahuan merupakan factor yang berperan penting dalam mewujudkan

pelaksanaan mobilisasi dini pasca persalinan.jika tingkat pengetahuan

seseorang rendah terhadap manfaat dari mobilisasi maka hal itu akan sangat

mempengaruhi pada tingkat pelaksanaanya.pengetahuan yang dimiliki ibu

nifas tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu

postpartum tersebut akan mengambil sikap dalam pelaksaan mobilisasi

dini.

Ibu postpartum sebagian kecil tidak melakukan mobilisasi dini dan

penyembuhn luka perineumnya lambat disebabkan karena ibu kurang

mengetahui manfaat dari mobilissi dini dan ibu juga merasa takut untuk

bergerak karena benang jahitan lukanya akan terlepas.oleh karena

itu,diperlukan upaya dari tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan dalam menolong persalinan dan penyuluhan pada ibu

tentang KIE.

4.2.2 Penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Ngasem

Kabupaten Kediri Tahun 2014

52
Hasil penelitian diinterpretasikan bahwa penyembuhan luka perineum di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014 sebagian besar

penyembuhan lukanya kering yaitu sebanyak 20 responden dengan

presentase 71,4 %.

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh

(Sjamsuhidayat,2005). Luka atau robekan perineum adalah luka pada

daerah perineum yang disebabkan oleh tindakan episiotomy.dapat juga

terjadi secara alami karena pada saat proses persalinan,kurang adanya

perlindungan terhadap perineum, sehingga kepala bayi dan tekanan

meneran ibu dapat merobek jaringan perineum dan sekitarnya

(Prawirohardjo,2010).

Peneliti berpendapat bahwa,penyembuhan luka perineum dapat

disebabkan dari factor pengetahuan dan pengalaman ibu serta gangguan

tromboemboli.karena itu diperlukan upaya dari tenaga kesehatan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu .

4.2.3 Hubungan antara Mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum di

Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014

Menunjukan bahwa ibu nifas yang melakukan mobilisasi dini sebagian

besar (71,4 %) dan penyembuhan luka kering 20 responden.sedangkan

responden yang tidak melakukan mobilisasi dini sebagian kecil (28,6%)

dan penyembuhan luka basah sebanyak 8 responden.

Hasil penghitungan uji statistic dengan menggunakan uji korelasi

Sperman Rank(Rho).Nilai koefisien korelasi rank spearman yang

dihasilkan adalah 0,475 dengan signifikansi (p) sebesar 0,011. Oleh

53
karena nilai p < 0,05 maka keputusan yang diambil adalah H1 diterima,

artinya terdapat hubungan antara mobilisasi dini dengan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Nilai Korelasi yang

dihasilkan sebesar 0,475 bertanda positif.Artinya hubungan antara

mobilisasi dini dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas

dalam kategori Sedang. Arah korelasi Positif (searah), artinya jika

mobilisasi dini meningkat maka penyembuhan luka perineum pada ibu

nifas meningkat.

Tinggginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap

respond an tanggapan terhadap suatu obyek atau situasi baru .tanggapan

tersebut akan menimbulkan gambaran dari seseorang untuk menerima

atau menolak hal baru yang diterimanya.pengetahuan yang dimilki ibu

tentang manfaat moblisasi dini tentu saja akan mempengaruhi sikap

dalam pelaksanaan mobilisasi dini post partum.

Responden yang tidak melakukan mobilisasi dini dan

penyembuhan lukanya basah sebanyak 8 orang (28,6%) .hal ini

disebabkan karena 2 jam setelah melahirkan ibu malas untuk bergerak

atau membatasi pergerakan seperti hanya duduk saja dan luka dikempit

,tidak berjalan-jalan sesuai dengan teori proses penyembuhan luka juga

dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan ibu.hal ini dikarenakan dengan

melakukan mobilisasi dini maka peredaran darah yang menuju perineum

akan lancer .(Manuaba,2010).

54
Responden yang melakukan mobilisasi dini dan penyembuhan

lukanya kering sebanyak 28 responden(71,4%).Hal ini dapat dikarenakan

factor perawatan luka yang dilakukan ibu .perawatan luka yang benar

akan mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya

infeksi seperti cuci tangan sebelum dan sesudah BAB/BAK,cebok yang

benar dari depan kebelakang dan mengeringkan area luka setelah cebok,

ganti pembalut setiap kali sudah penuh minimal 2 jam sekali.selain itu

kebutuhan istirahat yang tidak terpenuhi secara tidak lansung dapat

mempengaruhi penyembuhan luka perineum karena kurangnya istirahat

dapat memperlambat involusi uteri yang mengakibatkan perdarahan.

Perdarahan yang terus dialami ibu akan menghambat penyembuhan luka

karena tidak kunjung kering .luka pada jalan lahir umumnya bila tidak

disertai infeksi akan sembu (Prawirohardjo,2010).

Peneliti berpendapat ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini

karena sering kali ibu tidak mendengarkan asuahan atau arahan yang

diberikan oleh petugas mengenai mobilisasi dini pada ibu nifas karena

masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pelaksanaan

mobilisasi dini setelah persalinan.pengertian serta pemahaman ibu

terhadapan asuhan yang diberikan oleh bidan sangat diperlukan untuk

mengidentifikasi factor-faktor resiko pada ibu nifas.

55
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ibu setelah melahirkan diharapkan melakukan mobilisasi dini setelah

persalinan selaian mempercepat involusi manfaat yang didapatkan lain

adalah penyembuhan luka perineum.

5.2 Saran

Memberikan penyuluhan (health education) secara berkala kepda ibu nifas

segera setelah melahirkan dan selama melakukan konrtol ulang tentang

mobilisasi dini pada ibu nifas dan dampak yang terjadi bila tidak melakukan

mobilisasi dini.

56
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah & Lia yulianti.(2010) Asuhan Kebidanan IV.Jakarta , trans


info media.

Anggraini,Yeti .(2010) Asuhan Kebidanan Masa Nifas . Yogyakarta, Pustaka


Rihama.

Arikunto, Suharsimi. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta (2013) Prosedur Penelitian .Jakarta , Rineka Cipta.

Budi. (2008) Manajemen Rupturssse Perineum Terkini.Jakarta, FKUL.

Dinas Kesehatan Jawa Timur .(2014) Profil Kesehatan Jawa Timur


2015.http://www.
depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jatim%202015.pdf( 20 april)

Eny dan Dyah.(2010) Asuhan kebidanan Nifas.Yossgyakarta, Nuha Offiset.

Heller L. (2009) Gawat Darurat Obstetri dan Ginekologi. Jakarta,EGC

Hincliff, S.(2000) Kamus Keperawatan .Jakarta, EGC

Manuaba,Ida Bagus Gede . (2007) Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta,EGC.

Notoadmodjo, S .(2012) Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta ,PT. Asdi

Mahasatya.(2007) Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni .Jakarta,Rineka Cipta.

Nursalam. (2009) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Oxom,Harry. (2003) Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan .


Human Labor anda Birth. Yayasan Essentia Medica : Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. (2014) Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Puspitasari Eka dan Dwi Rimandini Kurnia, (2014) Asuhan Kebidanan Masa
Nifas (Postnatal Care). Jakata, TIM.

Rosita, R.,Soepardi, J.,Hasnawati, dkk (2009) Profil Kesehatan Indonesia Tahun


2008 .http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi /Profil %20
Kesehatan%Indonesia %202008.pdf

Rukiyah yeyeh dan Yulianti Lia.(2010) Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta,TIM.

57
Saifuddin A. B. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Soleha, S (2009) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta, Salemba Medika.

Smeltzer S.C. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta, EGC.

Suherni dan Hesty. (2009) Perawatan Masa Nifas .(cetakan ketiga).Yogyakarta


,Fitramaya.

Sulistyawati, Ari & Esti.(2010) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta.
Salemba Medika.

Wiknjosastro H. (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta,Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

WHO.(2012). Maternal Mortality.<http:// www.who.int/reproductive


health/publications/maternal mortality 2005/index/index html >

58

Anda mungkin juga menyukai