PENDAHULUAN
Masa nifas (post partum) merupakan masa dimana infeksi sering terjadi
kesehatan ibu nifas memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan
ibu saja, akan tetapi juga berpengaruh secara langsung terhadap derajat
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
berkisar antara 7-11 point. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
1
penyebabnya karena infeksi dan kasus infeksi ini 25-55% disebabkan oleh
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang ibu nifas yang
karena kurangnya upaya ibu untuk menjaga hygiene dan 1 ibu (10%)
disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada masa nifas. Hal ini
satu penyebab terjadinya penyulit kala nifas sampai dengan pada kematian
nifas, dan dapat memicu munculnya infeksi pada luka yang bersifat lokal
Untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan perineum
maka sangat dibutuhkan peran aktif ibu dalam menjaga kebersihan dirinya
sendiri, mobilisasi dini dan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada masa nifas
(Sarwono, 2008). Dengan menjaga kebersihan diri ibu nifas berarti juga
2
perineum. Selain melalui menjaga kebersihan diri, mobilisasi dini dapat
kekakuan atau penegangan otot – otot diseluruh tubuh dan sirkulasi darah
resiko terjadi infeksi masa nifas. Secara makro kondisi ini akan
Banyak keuntungan yang bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan
secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang
3
Menurut Boyle (2008) tindakan pemberian rasa nyaman dengan
dengan cepat.
2014”
4
1.2 Rumusan Masalah
Tahun 2014.
2014.
2014.
5
Sebagai input yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dan evaluasi
3. Peneliti selanjutnya
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Wulandari,2010)
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir
7
2.1.2 Tujuan asuhan masa nifas
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
Anggraeni (2010) menyatakan bahwa tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Puerpurium dini
b. Puerpurium intermedial
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
Tujuan :
8
a) Mencegah perdarahan karena atonia uteri
atonia uteri
Tujuan :
abnormal.
tanda-tanda penyulit.
Tujuan :
9
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan :
a. Uterus
(Anggraeni, 2010).
c. Luka-luka pada jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit,
luka pada vagina dan serviks umumnya bila tidak disertai infeksi akan
d. Rasa sakit
(Anggraeni, 2010).
e. Lokhea
1) Lokhea rubra
Lokhea sanguinolenta
10
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari 3-7 hari
persalinan.
3) Lokhea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari
pasca persalinan.
4)Lokhea alba
5) Lokhea purulenta
6) Lokheastasis
f. Serviks
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
(Prawirohardjo, 2014).
g. Ligamen-ligamen
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
kendur. (Prawirohardjo,2014).
11
2.1.6 Kebutuhan dasar nifas
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
mengandung cairan.
b. Ambulasi
sdikerjakan setelah 2 jam( ibu boleh miring kekiri atau ke kanan untuk
c. Eliminasi
1. Miksi
12
Buang air kecil (BAK) setelah melahirkan,terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK .keadaan ini
2. Defekasi
1. Personal hygiene
yang telah dimasak tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi.
2. Perineum
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil ,perineum harus
13
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.pastikan ia
3. Istirahat
Hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu adalah beristrhat yang cukup
4. Seksual
5. Keluarga berencana
14
progestin,suntikan progestin,implant dan alat kontrasepsi dalam
Rahim.
Karena itu sangat penting untuk mendidik para ibu dan kelurganya
g. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak
badan
15
2.2Luka Robekan Perineum
pria dibatasi oleh skrotum dan anus,sedangkan wanita oleh vulva dan anus.
yang terletak antara vulva dan anus. Perineumterdiri dari otot dan fascia
a. Ibu
16
1. Paritas
2. Partus presipitatus
3. Perineum kaku
b. Janin
2. Presentasi
c. Factor penolong
d. Cara meneran
(Prawirohardjo,2014).
17
2.2.3 Anatomi perineum
dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot
(prawirohardjo,2007).
perineum dapat dilakukan anastesi blok pudensus.otot levator ani kiri dan
18
dukungan bagi perineum.dalam persalinan sering mengalami
b. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai
tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam
klasifikasi diatas
1. Tidak dijahit
2. Jahit
19
5. Kateter 24 jam
c. Bahan benang
1. Catgut,asam poliglikolat(dexon)
1. Stadium 1
a. Dijahit/dibiarkan
c. Jahit bila :
Perdarahan berlebih
2. Stadium II
Kontinu sukutan
Prinsip:
20
a. Aproksimal ujung keujung (end to end approximation)baik
eight)
a. Baik jika luka kering ,perineum menutup dan tidak ada tanda-
tanda infeksi
tanda-tanda infeksi.
fungsiolensa.(Rukiyah,2010)
b. Tidak nyeri
c. Tidak kemerahan
2. Tanda infeksi
a. Rubor(kemerahan)
21
b. Kalor(panas)
c. Dolor (nyeri)
luka.
d. Tumor (pembengkakan)
22
selama periode antenatal )dan saran yang mendasar tentang hygiene dan
proses tersebut.
23
tegangan pada luka yang cenderung mengerut, sehingga menyebabkan
terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika semua tanda radang sudah
ada.
maksimal pada luka.Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu
24
menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal
(Sjamsuhidajat, 2004).
kestabilan pada 70% sampai 80% dari keadaan normal dalam wakktu 3
tidur, stres, kondisi medis dan terapi, asuhan kurang optimal, infeksi,
tepian luka.
25
2.3.2 Bentuk-bentuk penyembuhan luka perineum
adalah :
Luka dapat sembuh melalui proses utama yang terjadi ketika tepi luka
jaringan penghubung.
jaringan ganulasi dan kontraksi luka. Hal ini dapat terjadi dengan
luka dijahit.
26
Luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan
intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak, luka bersih, dalam garis
panjang, tipis dan saling menindih satu sama lain untuk membentuk jaringan
Jika luka dalam, baik yang belum di jahit (suture) atau terlepas dan
berlawanan .
a. Mobilisasi dini
27
mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu,jenis persalinan
penyembuhan luka.
b. Tradisi
c. Pengethuan
berlansung lama.
d. Social Ekonomi
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
timbulnya rasa malas dalam merawat diri dan pendapatan yang rendah
e. Penanganan Petugas
28
Pada Saat persalinan,pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh
f. Kondisi fisik
g. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam
perineum.
h. Usia
i. Penangan jaringan
penyembuhan.
j. Pemberian antibiotic
yang benar dan rencana terapi yang tepat yaitu untuk memantaui dan
29
k. Hipovolemia
l. Personal hygiene
ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.
a. Infeksi
b. Dehisen
c. Eviserasi
30
Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi
d. Fistul
Fistul adalah saluran abnormal yang berada diantara dua buah organ
secepat mungkin untuk berjalan mulai dari 2 jam post partum sampai 8
jam post partum(ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah
sudah dapat dimulai 2 jam setelah persalinan normal dan 24 jam setelah
operasi Caesar bila menggunakan anastesi umum selama ibu masih berada
diperbolehkan bangun dari tempat tidur nya 24-48 jam setelah melahirkan.
31
Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan kiri
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggerakan kakinya.
32
Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa
semula.
untuk merawat bayinya .perubahan yang terjadi pada ibu nifas akan cepat
pulih misalnya kontraksi uterus ,dengan demikian ibu akan cepat merasa
33
sebagainya)setelah bangun .Tetapi ibu boleh miring kiri atau kanan
(Anggraini,2010)
a) Peningkatan suhu
b. Menggerakan kaki
34
Setelah membalikan badan ke kanan dan ke kiri ,mulai gerakan kedua
kaki.ada mitos yang mengatakan hal ini tidak boleh dilakukan karena
bias menyebabkan varises “itu tidak benar” ,justru bila kaki tidak
c. Duduk
nyaman.
sakit atau ada keluhan ,sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi begitu
e. Ke kamar mandi
Bila sudah tidak ada keluhan ,bias dicoba untuk berjalan kekamar
Diah,2010)
a. Rendahnya pengetahuan
35
Tingkat pengetahuan merupakan factor yang berperan penting dalam
dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini tentu saja akan
36
c. Depresi
besar.hal ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman,besar
(chapman,2006).
tepat(Manuaba,2007).
37
.penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini.dengan
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
normal .
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
crossectional
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
39
keterangan :
n = Besar sampel
q = 1-p(100%-p)
perineum.
40
mbuh dibutuhkan tanda infeksi)
an untuk 2. Sedang jika luka
penyembuha basah ,perineum
n luka menutup dan tidak
perineum ada tanda-tanda
setelah infeksi.
melahirkan 3. Buruk jika luka
basah(ada tanda-
tanda infeksi.
(Rukiyah ,2010)
pasien.
Tahun 2014.
41
a. Menyebarkan kuesioner kepada responden karena dalam penelitian ini
responden.
komputerisasi.
a. Editing
b. Coding
1. Data umum
42
Wiraswasta : diberi kode 3
2. Data khusus
yang ada
c. Entry
d. Cleaning
pembetulan/koreksi.
43
3.8.1 analisa univariat
dengan rumus :
N=SPx100%
SM
Keterangan :
Menurut Glaser dan Strauss (2008) ,hasil pengolahan data dalam bentuk
100% : seluruhnya
50% : setengahnya
0% : tak satupun
44
Dalam melakukan analisa bivariate ,khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang
1. Nilai p
2. Kekuatan korelasi
No Nilai Interpretasi
2. 0,20-0,399 Lemah
3. 0,40-0,599 Sedang
4. 0,60-0,799 Kuat
3. Arah korelasi
45
a. Positif (+) searah.Jika mobilisasi dini meningkat maka
46
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47
Tabel 4. 2 dapat diinterpretasikan bahwa hampir (57,1%) ibu
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini pada ibu
nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014
48
Karakteristik responden berdasarkan penyembuhan luka di
Total 20 8 28
49
71,4% 28,6% 100%
P : 0,011 r: 0,475
b. sJika p value > 0,05 ,maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
Oleh karena nilai p < 0,05 maka keputusan yang diambil adalah
penyembuhan luka perineum pada ibu nifas dalam kategori Sedang. Arah
50
korelasi Positif (searah), artinya jika mobilisasi dini meningkat maka
4.2 Pembahasan
4.2.1 Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas di Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri
Tahun 2014
Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri Tahun 2014 sebagian besar ibu yang
ibu untuk secepat mungkin untuk berjalan .pada ibu yang tidak melakukan
mobilisasi dini dapat disebabkan karena ibu yang malas atau takut bergerak
51
perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa
seseorang rendah terhadap manfaat dari mobilisasi maka hal itu akan sangat
dini.
mengetahui manfaat dari mobilissi dini dan ibu juga merasa takut untuk
tentang KIE.
52
Hasil penelitian diinterpretasikan bahwa penyembuhan luka perineum di
presentase 71,4 %.
(Prawirohardjo,2010).
53
karena nilai p < 0,05 maka keputusan yang diambil adalah H1 diterima,
mobilisasi dini dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas
nifas meningkat.
atau membatasi pergerakan seperti hanya duduk saja dan luka dikempit
54
Responden yang melakukan mobilisasi dini dan penyembuhan
factor perawatan luka yang dilakukan ibu .perawatan luka yang benar
benar dari depan kebelakang dan mengeringkan area luka setelah cebok,
ganti pembalut setiap kali sudah penuh minimal 2 jam sekali.selain itu
karena tidak kunjung kering .luka pada jalan lahir umumnya bila tidak
karena sering kali ibu tidak mendengarkan asuahan atau arahan yang
diberikan oleh petugas mengenai mobilisasi dini pada ibu nifas karena
55
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
mobilisasi dini pada ibu nifas dan dampak yang terjadi bila tidak melakukan
mobilisasi dini.
56
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari Eka dan Dwi Rimandini Kurnia, (2014) Asuhan Kebidanan Masa
Nifas (Postnatal Care). Jakata, TIM.
57
Saifuddin A. B. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Smeltzer S.C. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta, EGC.
Sulistyawati, Ari & Esti.(2010) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta.
Salemba Medika.
58