Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu masih
cukup tinggi, setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan meninggal, salah
satunya akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu
di Negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup,
Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO 2014).
Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Hampir semua kematian ini terjadi
dipengaturan sumber daya rendah, dan sebagian besar dapat dicegah. Penyebab
utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak
langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya dan kehamilan. Dari 830 kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di sub-
Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-negara
maju. Resiko orang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab ibu
terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu merupakan indikator kesehatan
yang menunjukan kesenjangan yang sangat lebar antara daerah kaya dan miskin,
perkotaan dan pedesaan, baik antara negara dan dalam diri mereka
AKI di Indonesia berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan kelahiran hidup pada tahun
2013 menjadi 359 per 100.000, yang merupakan sasaran Millenium Development
Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 120 per 100.000 kelahiran
hidup. Tingginya AKI di Indonesia menempati urutan teratas di Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) (Kemenkes, 2014).
AKI di Jawa Barat termasuk Angka Kematian Ibu paling tinggi, pada tahun
2013 angka kematian ibu sebesar 747 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2014 angka kematian ibu bertambah 781 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes
Jabar, 2014).
Ibu post partum perlu membutuhkan perawatan masa nifas karena merupakan
masa kritis baik ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama (Sarwono, 2009).
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi pada masa nifas utamanya
dengan putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dilakukan dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain perawatan payudara
(Anggraini, 2010).
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempelancar
pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini
mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan
payudara, pengompresan payudara dan perawatan putting susu (Yayuk Norazizah
dan Luluk Hidayah, 2013).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40 hari, kandungan pada keadaan
yang normal. Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau
tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat adah (kebiasaan)
haid, maka itu darah haid atau menstruasi (Ambrawati dan Wulandari, 2009).
Menurut Jurnal Faizatul Ummah (2014) tentang pijat oksitosin untuk
mempercepat pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal, hasil penelitian ini
dilakukan pada ibu pasca salin normal pada bulan September 2013 sampai Maret
2014 di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik,
dengan besar sampel 28 ibu pasca salin normal, yang dibagi menjadi dua
kelompok secara random yaitu 14 ibu pasca salin normal yang berikan pijat
oksitosin (kelompok intervensi) dan 14 ibu pasca salin normal yang tidak
diberikan pijat oksitosin. Pijat oksitosin diberikan pada 2 jam pasca salin dan 6
jam pasca salin dengan durasi 3 menit.
Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi banyak
kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi
antara lain putting datar atau tenggelam, putting lecet, payudara bengkak, saluran
susu tersumbat, mastitis dan abses pada payudara (Yayuk Norazizah dan Luluk
Hidayah, 2013).
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan
cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang
disebabkan saluran susu lebih pendek kedalam, kurangnya perawatan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang perawatan payudara (Ambarwati, 2008).
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat
dicegah dilakukannya perawatan payudara sebelum dan sesudah melahirkan
(Anggraini, 2010).
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan pengeluaran ASI (Reni Yuli
Astutik, 2014).
Menurut jurnal Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah (2013) tentang
hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan
kejadian putting susu tenggelam, hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas
ibu pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (43,2%). Ini dikarenakan sebagian
besar responden kurang mendapatkan informasi mereka hanya mengetahui dari
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari budaya setempat. Meskipun
demikian masih terdapat responden yang berpengetahuan kurang yaitu 12
responden (32,4%). Untuk itu perlu diupayakan petugas kesehatan khususnya
bidan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara yang
benar agar masalah-masalah dalam menyusui seperti puting susu tenggelam
sehingga bisa menyusui dengan efektif.
Maka dari itu kenapa pentingnya ASI bagi bayi itu, karena Menurut penelitian
yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa
ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut
dan diare.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memahami tentang Puting Susu Tenggelam ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan informasi tentang Konsep Dasar Masa Nifas.
b. Untuk memberikan informasi tentang Puting Susu Tenggelam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masa Nifas
1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga
puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya
bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim
karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Eka dan Kurnia, 2014).
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari,
dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda
kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau
tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat adah (kebiasaan)
haid. Maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan
tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus tidak berhenti mengalir, maka
ibu harus segera memeriksakan diri ke bidan atau dokter (Eka dan Kurnia, 2014).
Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan para ahli antara
lain :
a. Menurut Varney (2007) menyebutkan puerperium atau periode pasca persalinan
(post partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang
menandai berakhirnya periode intrapartum sampai menuju kembalinya sistem
reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil.
b. Menurut Prawirohardjo (2008), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan
berakhir kira-kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali sebelum waktu 3 bulan.
c. Menurut Saleha (2009), masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6
minggu atau 40 hari menurut hitungan awam. Proses ini dimulai setelah
selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi
dan psikologi karena proses persalinan.
d. Menurut Anggraini (2010), puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan
selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu alat-alat reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut (Eka dan Kurnia, 2014)
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Tahapan Masa Nifas menurut (Saleha, 2009)
Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
a. Periode immediate post partum atau Puerperium Dini adalah masa segera
setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan
harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode Intermedial atau Early Post partum (24 jam-1 minggu). Di fase ini
bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
c. Peride late post partum (1-5 minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
4. Perubahan Fisik Masa Nifas
Selama masa nifas, alat genetalia interna dan eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini
dalam keseluruhannya disebut involusio (Saleha, 2009).
a. Involusi TFU Berat Uterus
Tabel 2.1. Proses involusi uterus (Seleha, 2009)
Tinggi Fundus
Involusi Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
Pertengahan
7 hari (1 minggu) 500 gram
pusat-symfisis
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram
40 hari (6 minggu) Tak teraba 50 gram
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram

b. Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke vakum uteri dengan
diameter 7,5 cm, minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan
akhirnya pulih.
c. Luka-luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
d. Pengeluaran lochea terdiri dari :
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa
nifas. Ada beberapa macam lochea :
1. Lochea Rubra adalah warna merah kehitaman dengan ciri-ciri terdiri dari sel
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah,
waktunya 1-3 hari.
2. Lochea Sanguilenta adalah warna putih bercampur merah ciri-cirinya sisa darah
bercampur lendir waktunya 3-7 hari.
3. Lochea Serosa warna kekuningan/kecoklatan, ciri-cirinya lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta,
waktunya 7-14 hari.
4. Lochea Alba warnanya putih, ciri-cirinya mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati, waktunya lebih dari 14 hari.
5. Lochea purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.
6. Lochiostasis adalah lochea tidak lancar keluarnya.
e. Setelah persalinan bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
f. Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali,
sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor.
5. Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas Di rumah
Kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan kunjungan
rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi
dan menangani komplikasi pada masa nifas
(Eka dan Kurnia, 2014).
Tabel 2.2. Jadwal Kunjungan Ibu nifas di rumah sebagai berikut
(Eka dan Kurnia, 2014)
kunjungan Waktu Tujuan

 Mencegah pendarahan masa nifas karena


atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga bagaimana cara pencegahan
perdarahan atonia uteri
6-8 jam
 Pemberian ASI awal
1 setelah
 Melakukan hubungan awal antara ibu dan
persalinan
bayinya
 Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah terjadinya hipotermi
 Jika petuga kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

 Memastikan involusi uterus bagian normal


: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal
6 hari
 Memastikan ibu mendapatkan cukup
2 setelah
makanan, cairan, dan istirahat
persalinan
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
2 minggu
3 setelah Sama seperti diatas
persalinan
6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
4 setelah penyulit yang ia atau bayi alami
persalinan  Memberikan konseling KB decara dini

6. Tanda Bahaya Masa Nifas Menurut (Dewi Maritalia, 2012)


Tanda bahaya masa nifas yaitu adanya tanda-tanda yang mengganggu sampai
membayangkan keadaan ibu yang terjadi pada masa nifas.
Tanda-tanda bahaya masa nifas :
a. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan penglihatan.
b. Pembengkakan pada muka dan tangan.
c. Demam, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk, perdarahan yang banyak
secara tiba- tiba.
d. Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung.
e. Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan putting pecah-
pecah/lecet.
f. Adanya kesulitan menyusui bayinya.
g. Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil.
h. Sulit untuk buang air besar, wasir.
i. Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat.
j. Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama.
k. Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah.
l. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri.
7. Penanganan Masa Nifas Menurut (Dian Sandawati dan Damayanti, 2011)
a) Mobilisasi : setelah persalinan ibu harus beristirahat, tidur terlentang, kemudian
boleh miring-miring ke kanan ke kiri mecegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan, dan
hari ke empat dan hari ke lima sudah diperbolehkan pulang.
b) Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c) Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena
adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d) Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemes,
tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
e) Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamae yaitu :
1) Proliferasi kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum berwarna
kuning-puting susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau proklatin yang akan merangsang
air susu air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio- epitel
kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
5) Program dan kebijakan teknis paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
Didalam masa nifas juga perlu dilakukannya perawatan payudara yang
bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, untuk menghindari penyulit saat
menyusui seperti putting susu tenggelam, untuk menonjolkan payudara puting
susu, menjaga bentuk buah dada tetap bagus, dan untuk memperbanyak produksi
ASI.
B. Putting Susu Tenggelam
1. Pengertian putting susu tenggelam
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan
cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang
disebabkan saluran susu lebih pendek kedalam (tied nipples), kurangnya
perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan payudara. Pada kasus
seperti ini biasanya bayi kesulitan dan mungkin tidak mau untuk menyusu
(Ambarwati, 2008).
Putting susu yang dimaksud diatas terbagi menjadi 2 yaitu (Ambarwati, 2008) :
1. Dimpled Putting
Yaitu yang terlihat menonjol sebagian namun masih dapat ditarik keluar meski
tidak dapat bertahan lama.
2. Unilateral
Yaitu hanya satu sisi payudara yang memiliki putting yang tertarik kedalam.
Puting yang tertarik kedalam dibagi menjadi 3 grade yaitu :
a) Grade 1
Putting tertarik kedalam tapi mudah untuk ditarik dan bertahan cukup baik
tanpa perlu tarikan. Sayangnya, tekanan lembut disekitar areola atau cubit lembut
pada kulit dapat menyebabkan puting mundur kembali.
b) Grade 2
Putting yang tertarik kedalam dan masih bisa ditarik keluar namun tidak
semudah grade 1. Setelah tarikan dilepas, putting akan mundur kembali.
c) Grade 3
Putting jenis ini posisinya sangat tertarik kedalam dan sulit untuk ditarik
keluar apalagi mempertahankan posisinya. Yang paling sering adalah akibat
pendeknya saluran ASI (duktus laktiferus).
Kelainan ini merupakan bawaan sejak lahir. Putting tertarik kedalam juga bisa
terjadi setelah menyusui. Penyebabnya bisa karena kulit payudara sekitar putting
menjadi longgar sehingga membuat putting terlihat masuk kedalam.
2. Penyebab putting susu tenggelam (Indah Fedri, 2013)
a. Adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu lebih pendek dari biasanya
sehingga menarik putting susu kedalam.
b. Kurangnya perawatan sejak dini pada payudara.
c. Penyusuan yang tertunda.
d. Penyusuan yang jarang dan dalam waktu singkat.
e. Pemberian minum selain ASI.
f. Ibu terlalu lelah dan tidak mau menyusui.
3. Cara penanganan putting susu tenggelam antara lain (Indah Fedri, 2013)
1) Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan biasakan diri menarik puting susu
dengan jari tangan sampai menonjol.
2) Adanya kemauan ibu untuk menyusui.
3) Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
4) Tarik putting susu dengan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas ketika akan
menyusui.
5) Gunakan bantuan dengan menggunakan pompa payudara untuk menarik
payudara yang tenggelam.
4. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang putting susu
keluar (Suparyanto, 2011) :
a. Nipplet
Pam ini khas perlu diletakan diatas bagian putting susu dan tarik pam
perlahan-lahan diikuti urutan untuk melembutkan putting. Keadaan ini perlu
dilakukan setian pagi sebelum menyusukan bayi.
b. Urutan
Mereka boleh merangsang kepada putting dengan memicit bagian areola
setiap kali ketika mandi. Buat selama satu sampai dua menit. Keadaan ini boleh
mengatasi masalah putting tenggelam secara perlahan-lahan dan wanita tidak
perlu lagi bergantung pada nipplet.
c. Tehnik Hoffman
Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara putting (saling berhadapan). Tekan
kedua jari tersebut sambil menarik putting keluar. Putarkan searah jam, lakukan
sebanyak lima kali sehari.
d. Trik Dengan Menggunakan Spuit
Sederhana sekali alatnya yang digunakan, mana bisa menggunakan alat spuit
yang dibalik. Caranya potong bagian alat suntik tempat dimana biasanya jarum
bisa dimasukan. Lakukan pindahkan alat penghisapnya kebagian yang dipotong
letakan ujung yang lain di puting, lakukan gerakan alat penghisapnya.
5. Perawatan Payudara (Sandawati dan Damaiyanti, 2011)
1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5
menit, kemudian putting susu dibersihkan.
2) Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam
pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi
kanan.
4) Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak
tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara,
ulangi gerakan 20-30 kali.
5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada
putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali
gerakan pada tiap payudara.
6) Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap
yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7) Selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air hangat dan dingin
bergantian selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian
gunakan BH yang bersih dan menopang (Sitti Saleha, 2009).
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh
langkah, agar diketahui oranng lain apa yang telah dilakukan pendokumentasian
dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan
keluarga melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney.
b. Objektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
c. Analisa Data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa/masalah,
antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2,3
dan 4 Varney
d. Penatalaksanaan
e. Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan assasment sebagai langkah
5,6,dan 7 Varney.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN RETRAKSI
PUTING
A. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Ny. N Nama : Tn. K
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Lampung Suku Bangsa : Lampung
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Pagar Alam Gg. Putra 1 No. 18 Kemiling
Bandar Lampung
b. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan komdisinya
c. Keluhan utama
Ibu mengatakan gelisah tidak bisa menyusui bayinya karena puting
susunya tenggelam
d. Riwayat kesehatan
1. Sekarang
Ibu sedang tidak mengalami penyakit apapun seperti penyakit
menular maupun penyakit keturunan
2. Yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit
menurun
3. Keluarga
Dalam keluarganya tidak ada/pernah menderita penyakit seperti
penyakit menular maupun keturunan
4. Riwayat obstetrik
1. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 7 hari
Volume : 3-4 kali ganti pembalut/hari
Warna : merah
Disminorhea : tidak ada
Bau : khas
Flours albus : tidak ada
2. Riwayat kehamilan sekarang
1. HPHT : 12 juli 2014
2. Taksiran persalinan : 19 april 2015
3. Tanggal bersalin : 7 April 2015/ pukul
09.00
4. Frekuensi ANC : 7 kali
5. Suntik TT : 2 kali
6. Penyuluhan yang sudah didapatkan : tanda bahaya
kehamilan tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan

3. Riwayat persalinan
1) Ibu
a. Tempat melahirkan : BPS Hasmiati
b. Penolong : Bidan Hasmiati
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan : 13 jam 15 menit
e. Catatan waktu
Kala I : 10 jam
Kala II : 1 jam
Kala III :15 menit
Kala IV : 2 jam
f. Ketuban pecah pukul 08.00 WIB
g. Placenta
Lahir secara : spontan
Diameter : 20cm
Berat : ±500 gram
Panjang tali pusat : 50cm
Perineum : terdapat luka jahitan masih
basah dan bersih
2) Bayi
Lahir tanggal pukul : 07 april 2015/pukul 09.00
WIB
Berat badan : 330 gram
Panjang badan : 50 cm
Nilai apgar : 8/9
Jenis kelamin : laki-laki
Cacat bawaan : tidak ada
Masa gestasi : 38 minggu 3 hari
4. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
5. Pola kebutuhan sehari-sehari
a. Nutrisi
Selama hamil : ibu makan dengan nasi, tempe, dan sayur
tumis kangkung porsi sedang 3x/hari
Selama nifas : ibu makan dengan nasi, dengan lauk pauk
ayam goreng, sayur daun katuk dengan porsi 1 piring dan
selama nifas ibu sudah makan sebanyak 3x dengan menu
yang berbeda
b. Pola eliminasi
Selama hamil : ibu BAK 7-8 kali/hari bau khas, warna
kuning jernih, BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak warna
kekuningan
Selama nifas : ibu BAK 4 kali bau khas warna kuning
jernih BAB 1 kali konsistensi lunak watna kekuningan
c. Pola istirahat
Selama hamil : ibu tidur malam 7-8 jam, siang jarang tidur
Selama nifas : ibu tidur malam 7-8 jam
d. Personal hygiene
Selama hamil : ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari
Selama nifas : ibu ganti pembalut 4 kali
e. Pola seksual
f. Selama hamil : ibu melakukannya 2 kali/minggu
g. Selama nifas : selama nifas belum pernah melakukan
hubungan seksual
6. Riwayat psikososial
a. Status perkawinan : syah, 1 kali
b. Status emosional : stabil
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos metis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5ºC
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut : hitam
Ketombe : tidak ada
Benjolan : tidak ada
b. Wajah
Hiperpigmentasi : tidak ada
Pucat : tidak ada
Edema : tidak ada
c. Mata
Simetris : kanan dan kiri
Kelopak mata : tidak ada oedema
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
d. Hidung
Simetris : kanan dan kiri
Polip : tidak ada
Kebersihan : cukup
e. Mulut
Warna bibir : merah muda
Pecah-pecah : tidak ada
Sariawan : tidak ada
Gigi berdarah : tidak ada
Gigi : tidak ada
f. Telinga
Simetris : kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : tidak ada
g. Leher
Simetris : ya
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
h. Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
i. Dada
Retraksi : tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : tidak
j. Payudara
Simetrsis : kanan dan kiri
Pembesaran : ada
Puting susu : tenggelam
Hiperpigmentasi aerola mamae : ada
Benjolan : tidak ada
Konsistensi : lunak
Pengeluaran : ada, kolostrum
k. Punggung dan pinggang
Simetris : ya
Nyeri ketuk : tidak ada
l. Abdomen
Pembesaran : tidak ada
Konsistensi : keras
Kansung kemih : kosong
Uterus
TFU : teraba 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
m. Anogenital
Vulva : tidak ada oedema dan varices
Perineum : ada luka jahitan basah dan bersih
Pengeluaran pervaginam : lokia rubra
n. Ekstermitas bawah
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varices : tidak ada
Refleks patela : + kanan dan kiri
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HB : tidak dilakukan
Protein urine : tidak dilakukan
Glukosa urine : tidak dilakukan
Golongan darah : tidak dilakukan
C. Assasment
Ibu P1A0 nifas 2 jam dengan puting susu tenggelam (Grade 1)
D. Planning
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ke dua puting susu ibu
tenggelam (grade 1)
Evaluasi : Ibu paham dengan penjelasan bidan
2. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang pemijatan oksitosin
dengan cara :
a. Posisikan tubuh senyaman mungkin, lebih baik jika ibu duduk
bersandar kedepan sambil memeluk bantal. Jika tidak ada, ibu juga
bisa bersandar pada meja.
b. Berikan pijatan pada kedua sisi tulang belakang dengan
menggunakan kepalan tangan. Tempatkan ibu jari menunjuk
kedepan.
c. Pijat kuat dengan gerakan melingkar.
d. Pijat kembalisisi tuylang belakang ke arah bawah sampai sebatas
dada, mulai dari leher sampai ke tulang belikat.
e. Lakukan pijatan ini berulang-ulang selama sekitar 3 menit atau
sampai ibu merasa benar-benar nyaman.
Evaluasi : ibu dapat melakukan pemijatan oksitosin.
3. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang perawatan payudara
dengan menggunakan teknik hoffman yaitu dengan cara letakkan
jempol dan telunjuk tangan anda di antara puting (saling berhadapan).
Tekan kedua jari tersebut sambil menarik puting keluar. Pindah posisi
kedua jari mengikuti putaran arah jam, lakukan hal yang sama. Ulangi
sebanyak lima kali sehari. Teknik ini boleh dilakukan semasa hamil
dan saat menyusui.
Evaluasi : ibu dapat melalukannya dengan benar.
4. Mengajarkan kepada ibu tentang teknik menyusui yang baik dan benar
yaitu dengan cara :
a. Dagu bayi menyentuh payudara ibu
b. Bibir bawah bayi terpuntir keluar
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Aerola bagian bawah lebih banyak yang masuk ke mulut bayi
dibanding bagian atas
e. Bayi yang menyusu dengan baik akan menghisap dengan pelan,
berirama, tidak tergesa-gesa dan tidak terdengar bunyi berdecak.
Pipi bayi akan menggembunng dan ibu tidak terasa sakit.
Evaluasi : ibu dapat melalukannya dengan benar.
5. Memberikan KIE kepada ibu mengenai ASI ekslusif, ibu harus
memberikan ASI penuh selama 6 bulan tanpa MPASI dan susui bayi
minimal 2 jam sekali atau saat bayi mau kapanpun.
Evaluasi : ibu paham dengan penjelasan bidan.
6. Memberikan KIE kepada ibu mengenai perawatan bayi baru lahir
seperti memandikan bayi baru lahir, sunat dan perawatan tali pusat,
menyusui sesuai kebutuhan bayi, menyendawakan bayi, tidur bayi.
Evaluasi : ibu paham dengan penjelasan bidan.
7. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir seperti, bayi tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak nafas,
merintih, pusar kemerahan, demam atau tubuh merasa dingin, mata
bernanah banyak, kulit terlihat kuning.
Evaluasi : ibu paham dengan penjelasan bidan.
8. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas
seperti, perdarahan berlebihan, infeksi rahim, sakit kepala tak
tertahankan, gangguan buang air kecil, sedih terus-terusan dan merasa
depresi, sesak nafas dan nyeri dada, nyeri dan bengkak pada betis.
Evaluasi : ibu paham dengan penjelasan bidan.
9. Mengajarkan dan melakukan kepada ibu senam nifas seperti latihan
dasar panggul guna untuk mengencangkan otot-otot di sekitar rahim,
vagina, kandung kemih, dan anus. Latihan perut ringan dan latihan
punggung.
Evaluasi : ibu paham dengan penjelasan bidan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Puting susu tenggelam adalah suatu keadaan dimana susu tidak
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar
dengan lancar dan akan memengaruhi proses pemenuhan kebutuhan ASI
pada bayi. Apabila bayi tidak mendapatkan cukup ASI akibat puting susu
tenggelam sangat diyakini akan mengalami beberapa masalah diantaranya
bayi bisa menjadi kuning, bayi tidak mendapatkan imun tubuh dengan
baik, dapat memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.
B. SARAN
a. Diharapkan dapat meningkatkan keefektifan dalam belajar,
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswi dalam
menerapkan atau mengaplikasikan studi yang telah didapat.
b. Hasil ini dapat digunakan sebagai pembanding yang tepat untuk
meningkatkan kwalitas pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada pasien terutama yang mengalami puting susu
tenggelam.
DAFTAR PUSTAKA
Maulani. S. (2016). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Puting Susu
Tenggelam (Grade 1) di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb Tasikmalaya.
(https://docplayer.info/39073542-Asuhan-kebidanan-pada-ibu-nifas-dengan-
putting-susu-tenggelam-grade-1-dan-asi-tidak-keluar-di-bpm-hj-wiwin-wintarsih-
am.html). Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Adrian. K. (2019). Inilah Manfaat dan Cara Melakukan Senam Nifas Usai
Melahirkan. (https://www.alodokter.com/inilah-manfaat-dan-cara-melakukan-
senam-nifas-usai-melahirkan). Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Annas. (2019). 7 Tanda Bahaya Masa Nifas yang Perlu Diwaspadai.


(https://www.popmama.com/pregnancy/birth/annas/tanda-bahaya-masa-nifas).
Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Busri. A. (2015). Kenali Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir (Neonaus).
(https://www.kompasiana.com/anakebusri/55110444a333119837ba93d2/kenali-
tanda-bahaya-pada-bayi-baru-neonatus). Diakses pada tanggal 21 November
2019.

Febrida. M. (2017). Informasi Penting tentang Perawatan Bayi Baru Lahir.


(https://www.haibunda.com/parenting/20171227121635-61-12001/informasi-
penting-tentang-perawatan-bayi-baru-lahir). Diakses pada tanggal 21 November
2019.

Setiaputri. K. (2019). Para Ibu Jangan Bingung, Begini cara Menyusui Bayi yang
Baik dan Benar. (https://hellosehat.com/parenting/menyusui/cara-menyusui-bayi-
yang-benar/). Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Eveline. (2015). Cegah Puting Melesak Saat Hamil.


(https://www.ayahbunda.co.id/kelahiran-tips/cegah-puting-melesak-saat-hamil).
Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Kinanti. A. (2019). Cara Melakukan Pijat Oksitosin dan Manfaat untuk Ibu
Menyusui. (https://www.popmama.com/pregnancy/birth/annas/pijat-oksitosin-
untuk-ibu-menyusui/full). Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Utami. M. (2015). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. N Umur 26 tahun
P1A0, 1 Hari Post Partum dengan Puting Susu Tenggelam di BPS Hasmiati
Kemiling Bandar Lampung. (https://www.slideshare.net/MitraTajung/kti-mitra-
tanjung-52595435). Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai