Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Kebidanan

Sabtu, 28 Januari 2017


Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Puting Susu Tenggelam dan ASI
Tidak Keluar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi,
setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan meninggal, salah satunya akibat
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu di Negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO 2014).
Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas. Hampir semua kematian ini terjadi dipengaturan sumber
daya rendah, dan sebagian besar dapat dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan,
hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Dari 830 kematian ibu setiap hari,
550 terjadi di sub-Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-
negara maju. Resiko orang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab ibu
terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
tinggal di negara maju. Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang menunjukan
kesenjangan yang sangat lebar antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, baik
antara negara dan dalam diri mereka   
    AKI di Indonesia berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi 359
per 100.000, yang merupakan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015 yaitu AKI sebesar 120 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI di Indonesia
menempati urutan teratas di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) (Kemenkes,
2014).
    AKI di Jawa Barat termasuk Angka Kematian Ibu paling tinggi, pada tahun 2013 angka
kematian ibu sebesar 747 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 angka kematian
ibu bertambah 781 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2014).
Ibu post partum perlu membutuhkan perawatan masa nifas karena merupakan masa kritis
baik ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2009).
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi pada masa nifas utamanya dengan
putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan antara lain perawatan payudara (Anggraini, 2010).
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi
pengurutan payudara, pengosongan payudara, pengompresan payudara dan perawatan putting
susu (Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah, 2013).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu atau 40 hari, kandungan pada keadaan yang normal. Jika sudah selesai masa 40 hari
akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya
disaat adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau menstruasi (Ambrawati dan
Wulandari, 2009).
Menurut Jurnal Faizatul Ummah (2014) tentang pijat oksitosin untuk mempercepat
pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal, hasil penelitian ini dilakukan pada ibu pasca
salin normal pada bulan September 2013 sampai Maret 2014 di Dusun Sono Desa Ketanen
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, dengan besar sampel 28 ibu pasca salin normal, yang
dibagi menjadi dua kelompok secara random yaitu 14 ibu pasca salin normal yang berikan
pijat oksitosin (kelompok intervensi) dan 14 ibu pasca salin normal yang tidak diberikan pijat
oksitosin. Pijat oksitosin diberikan pada 2 jam pasca salin dan 6 jam pasca salin dengan
durasi 3 menit.
Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi banyak kesulitan
yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain putting
datar atau tenggelam, putting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan
abses pada payudara (Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah, 2013).
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung
masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran
susu lebih pendek kedalam, kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara (Ambarwati, 2008).
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah
dilakukannya perawatan payudara sebelum dan sesudah melahirkan (Anggraini, 2010).
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
nifas (masa menyusui) untuk melancarkan pengeluaran ASI (Reni Yuli Astutik, 2014).
Menurut jurnal Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah (2013) tentang hubungan tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian putting susu tenggelam,
hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas ibu pengetahuan cukup sebanyak 16
responden (43,2%). Ini dikarenakan sebagian besar responden kurang mendapatkan informasi
mereka hanya mengetahui dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari budaya
setempat. Meskipun demikian masih terdapat responden yang berpengetahuan kurang yaitu
12 responden (32,4%). Untuk itu perlu diupayakan petugas kesehatan khususnya bidan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara yang benar agar masalah-
masalah dalam menyusui seperti puting susu tenggelam sehingga bisa menyusui dengan
efektif.
Maka dari itu kenapa pentingnya ASI bagi bayi itu, karena Menurut penelitian yang
dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat
menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.

B.     Rumusan Masalah


1.      Sejauh mana mahasiswi D IV Kebidanan memahami tentang Konsep Dasar Masa Nifas?
2.      Sejauh mana mahasiswi D IV Kebidanan memahami tentang Puting Susu Tenggelam?
3.      Sejauh mana mahasiswi D IV Kebidanan memahami tentang ASI Tidak Keluar?
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk memberikan informasi tentang Konsep Dasar Masa Nifas.
b.      Untuk memberikan informasi tentang Puting Susu Tenggelam.
c.       Untuk memberikan informasi tentang ASI tidak Keluar.
D.    Manfaat
1.      Penulis
a.       Mendapatkan informasi dari mahasiswa tentang Konsep Dasar Masa Nifas.
b.      Mendapatkan informasi dari mahasiswa tentang Puting Susu Tenggelam.
c.       Mendapatkan informasi dari mahasiswa tentang ASI tidak Keluar.
2.      Pembaca
a.       Mampu memahami tentang Konsep Dasar Masa Nifas.
b.      Mampu memahami tentang Puting Susu Tenggelam.
c.       Mampu memahami tentang ASI Tidak Keluar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep Dasar Masa Nifas
1.      Definisi Masa Nifas
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu atau 40 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa
nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
“puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar
dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Eka dan Kurnia, 2014).
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak
melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai
masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila
keluarnya disaat adah (kebiasaan) haid. Maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi,
jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus tidak berhenti
mengalir, maka ibu harus segera memeriksakan diri ke bidan atau dokter (Eka dan Kurnia,
2014).
Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan para ahli antara lain :
a.       Menurut Varney (2007) menyebutkan puerperium atau periode pasca persalinan (post
partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai
berakhirnya periode intrapartum sampai menuju kembalinya sistem reproduksi wanita
tersebut kekondisi tidak hamil.
b.      Menurut Prawirohardjo (2008), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-
kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum waktu 3
bulan.
c.       Menurut Saleha (2009), masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40
hari menurut hitungan awam. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat
dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
d.      Menurut Anggraini (2010), puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan
segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.

2.      Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut (Eka dan Kurnia, 2014)
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk :
a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b.      Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
d.      Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e.       Mendapatkan kesehatan emosi.

3.      Tahapan Masa Nifas menurut (Saleha, 2009)


Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
a.       Periode immediate post partum atau Puerperium Dini adalah masa segera setelah plasenta
lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
b.      Periode Intermedial atau Early Post partum (24 jam-1 minggu). Di fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lochea tidak berbau
busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui bayinya dengan baik.
c.       Peride late post partum (1-5 minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

4.      Perubahan Fisik Masa Nifas


Selama masa nifas, alat genetalia interna dan eksterna berangsur-angsur kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya
disebut involusio (Saleha, 2009).
a.       Involusi TFU Berat Uterus
Tabel 2.1. Proses involusi uterus (Seleha, 2009)
Tinggi Fundus
Involusi Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
Pertengahan
7 hari (1 minggu) 500 gram
pusat-symfisis
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram
40 hari (6 minggu) Tak teraba 50 gram
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram

b.      Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke vakum uteri dengan diameter 7,5
cm, minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c.       Luka-luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
d.      Pengeluaran lochea terdiri dari :
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Ada
beberapa macam lochea :
1.      Lochea Rubra adalah warna merah kehitaman dengan ciri-ciri terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah, waktunya 1-3 hari.
2.      Lochea Sanguilenta adalah warna putih bercampur merah ciri-cirinya sisa darah bercampur
lendir waktunya 3-7 hari.
3.      Lochea Serosa warna kekuningan/kecoklatan, ciri-cirinya lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta, waktunya 7-14 hari.
4.      Lochea Alba warnanya putih, ciri-cirinya mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati, waktunya lebih dari 14 hari.
5.      Lochea purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
6.      Lochiostasis adalah lochea tidak lancar keluarnya.
e.       Setelah persalinan bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil.
f.       Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

5.      Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas Di rumah


Kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani
komplikasi pada masa nifas
(Eka dan Kurnia, 2014).

Tabel 2.2. Jadwal Kunjungan Ibu nifas di rumah sebagai berikut


(Eka dan Kurnia, 2014)
kunjungan waktu Tujuan
 Mencegah pendarahan masa nifas karena
atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga bagaimana cara pencegahan
perdarahan atonia uteri
6-8 jam
 Pemberian ASI awal
1 setelah
 Melakukan hubungan awal antara ibu dan
persalinan
bayinya
 Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah terjadinya hipotermi
 Jika petuga kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
 Memastikan involusi uterus bagian
normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
6 hari infeksi, atau perdarahan abnormal
2 setelah  Memastikan ibu mendapatkan cukup
persalinan makanan, cairan, dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
2 minggu
3 setelah Sama seperti diatas
persalinan
6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
4 setelah penyulit yang ia atau bayi alami
persalinan  Memberikan konseling KB decara dini

6.      Tanda Bahaya Masa Nifas Menurut (Dewi Maritalia, 2012)


Tanda bahaya masa nifas yaitu adanya tanda-tanda yang mengganggu sampai
membayangkan keadaan ibu yang terjadi pada masa nifas.
Tanda-tanda bahaya masa nifas :
a.       Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan penglihatan.
b.      Pembengkakan pada muka dan tangan.
c.       Demam, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk, perdarahan yang banyak secara tiba-
tiba.
d.      Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung.
e.       Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan putting pecah-pecah/lecet.
f.       Adanya kesulitan menyusui bayinya.
g.      Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil.
h.      Sulit untuk buang air besar, wasir.
i.        Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat.
j.        Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama.
k.      Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah.
l.        Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri.

7.      Penanganan Masa Nifas Menurut (Dian Sandawati dan Damayanti, 2011)
a)      Mobilisasi : setelah persalinan ibu harus beristirahat, tidur terlentang, kemudian boleh
miring-miring ke kanan ke kiri mecegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke
dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan, dan hari ke empat dan hari ke lima sudah
diperbolehkan pulang.
b)      Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
c)      Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami
sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih
yang terjadi selama persalinan.
d)     Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemes, tidak keras,
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
e)      Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada
kelenjar mamae yaitu :
1)      Proliferasi kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2)      Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum berwarna kuning-puting
susu.
3)      Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi
sehingga tampak jelas.
4)      Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau proklatin yang akan merangsang air susu air susu. Di samping
itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio- epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
5)      Program dan kebijakan teknis paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi dalam masa nifas.
Didalam masa nifas juga perlu dilakukannya perawatan payudara yang bertujuan untuk
menjaga kebersihan payudara, untuk menghindari penyulit saat menyusui seperti putting susu
tenggelam, untuk menonjolkan payudara puting susu, menjaga bentuk buah dada tetap bagus,
dan untuk memperbanyak produksi ASI.

B.     Putting Susu Tenggelam


1.      Pengertian putting susu tenggelam
Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung
masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran
susu lebih pendek kedalam (tied nipples), kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu
tentang perawatan payudara. Pada kasus seperti ini biasanya bayi kesulitan dan mungkin
tidak mau untuk menyusu (Ambarwati, 2008).
Putting susu yang dimaksud diatas terbagi menjadi 2 yaitu (Ambarwati, 2008) :
1.      Dimpled Putting
Yaitu yang terlihat menonjol sebagian namun masih dapat ditarik keluar meski tidak
dapat bertahan lama.
2.      Unilateral
Yaitu hanya satu sisi payudara yang memiliki putting yang tertarik kedalam.
Puting yang tertarik kedalam dibagi menjadi 3 grade yaitu :
a)      Grade 1
Putting tertarik kedalam tapi mudah untuk ditarik dan bertahan cukup baik tanpa perlu
tarikan. Sayangnya, tekanan lembut disekitar areola atau cubit lembut pada kulit dapat
menyebabkan puting mundur kembali.
b)      Grade 2
Putting yang tertarik kedalam dan masih bisa ditarik keluar namun tidak semudah grade
1. Setelah tarikan dilepas, putting akan mundur kembali.
c)      Grade 3
Putting jenis ini posisinya sangat tertarik kedalam dan sulit untuk ditarik keluar apalagi
mempertahankan posisinya. Yang paling sering adalah akibat pendeknya saluran ASI (duktus
laktiferus).
Kelainan ini merupakan bawaan sejak lahir. Putting tertarik kedalam juga bisa terjadi
setelah menyusui. Penyebabnya bisa karena kulit payudara sekitar putting menjadi longgar
sehingga membuat putting terlihat masuk kedalam.
2.      Penyebab putting susu tenggelam (Indah Fedri, 2013)
a.       Adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu lebih pendek dari biasanya sehingga
menarik putting susu kedalam.
b.      Kurangnya perawatan sejak dini pada payudara.
c.       Penyusuan yang tertunda.
d.      Penyusuan yang jarang dan dalam waktu singkat.
e.       Pemberian minum selain ASI.
f.       Ibu terlalu lelah dan tidak mau menyusui.
3.      Cara penanganan putting susu tenggelam antara lain (Indah Fedri, 2013)
1)      Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan biasakan diri menarik puting susu dengan jari
tangan sampai menonjol.
2)      Adanya kemauan ibu untuk menyusui.
3)      Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
4)      Tarik putting susu dengan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas ketika akan menyusui.
5)      Gunakan bantuan dengan menggunakan pompa payudara untuk menarik payudara yang
tenggelam.
4.      Beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang putting susu keluar
(Suparyanto, 2011) :
a.       Nipplet
Pam ini khas perlu diletakan diatas bagian putting susu dan tarik pam perlahan-lahan
diikuti urutan untuk melembutkan putting. Keadaan ini perlu dilakukan setian pagi sebelum
menyusukan bayi.
b.      Urutan
Mereka boleh merangsang kepada putting dengan memicit bagian areola setiap kali ketika
mandi. Buat selama satu sampai dua menit. Keadaan ini boleh mengatasi masalah putting
tenggelam secara perlahan-lahan dan wanita tidak perlu lagi bergantung pada nipplet.
c.       Tehnik Hoffman
Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara putting (saling berhadapan). Tekan kedua jari
tersebut sambil menarik putting keluar. Putarkan searah jam, lakukan sebanyak lima kali
sehari.

d.      Trik Dengan Menggunakan Spuit


Sederhana sekali alatnya yang digunakan, mana bisa menggunakan alat spuit yang
dibalik. Caranya potong bagian alat suntik tempat dimana biasanya jarum bisa dimasukan.
Lakukan pindahkan alat penghisapnya kebagian yang dipotong letakan ujung yang lain di
puting, lakukan gerakan alat penghisapnya.
5.      Perawatan Payudara (Sandawati dan Damaiyanti, 2011)
1)      Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5 menit,
kemudian putting susu dibersihkan.
2)      Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
3)      Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi
tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan.
4)      Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak tangan
mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30
kali.
5)      Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada putting susu. Lakukan tahap yang
sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara.
6)      Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua
payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7)      Selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air hangat dan dingin bergantian selama ± 5
menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan
menopang (Sitti Saleha, 2009).

C.    ASI Tidak Keluar


Tidak keluarnya ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu
penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif (Faizatul Ummah, 2014).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan
cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada
bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara (Faridan Sori,
2015).
Terlambatnya pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin
yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin merupakan salah
satu cara yang efektif untuk merangsang sekresi oksitosin.
1.      Refleks Oksitosin Dalam Menyusui (Purwoastuti dan Walyani, 2015)
Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan hal berikut :
a.  Berikan kompres hangat atau mandi air hangat.
b. Pijat tengkuk dan punggung ibu agar relaks.
c.  Pijatan ringan pada payudara.
d. Merangsang kulit puting.
e.  Bantu ibu untuk relaks.

2.      Cara Pijat Refleks Oksitosin (Purwoastuti dan Walyani, 2015)


a.    Ibu duduk bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja, dan meletakan kepala di atas
lengannya.
b.   Payudara tergantung lepas tanpa pakaian
c.    Seseorang mimijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu, menggunakan ibu jari atau
kepalan tangan.
d.   Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jari, pijat mulai dari leher,
turun ke bawah kearah tulang belikat selama 2-3 menit.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu atau 40 hari, kandungan pada keadaan yang normal.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi
paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Tidak keluarnya ASI pada hari-hari pertama
setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif.
Terlambatnya pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin yang
sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin merupakan salah satu cara
yang efektif untuk merangsang sekresi oksitosin.
B.     Saran
Berbagai sumber telah dikumpul sebanyak-banyaknya demi terselesaikannya makalah
ini. Namun, sebagai manusia biasa yang membutuhkan bantuan orang lain, penulis
mengaharapkan dukungan baik dalam bentuk kritik dan saran, semoga dengan itu semua
dapat membuat makalah ini semakin baik dan berguna bagi semua orang.

DAPTAR PUSTAKA
Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika.
Ambarwati dan Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta selatan : Salemba Medika.
Damaiyanti., Sandawati, Dian. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan
Profesional. Bandung : PT Refika Aditama.
Dinkes Jabar. (2014). Profil Kesehatan Profinsi Jawa Barat [internet]. Tersedia dalam
http://www.dinkes.jabar.go.id. [diakses tanggal 20 April 2016]
Estiwidani, dkk.(2008). Langkah-Langkah Teori Manajemen. Jakarta : TIM.
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Putaka Pelajar.
Norazizah, Yayuk & Luluk Hidayah. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara Dengan Kejadian Puting Susu Tenggelam Di BPM. Ny Sri Handayani
Desa Welahan Jepara. 04 (2) September, pp. 11-14.
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Diposting oleh Shinta Nurul Maulani di 05.43


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Shinta Nurul Maulani


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼  2017 (1)
o ▼  Januari (1)
 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Puting Susu...

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai