Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan,

nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di

dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun

ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat melahirkan.

Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal

karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Bagus, 2011).

(www.bascommetro.com).

Dimana selama waktu tersebut pada seorang ibu hamil seringkali

terjadi masalah tanda bahaya pada kehamilan. Hal ini sangat penting

dan perlu untuk di ketahui oleh ibu hamil. Karena dengan di ketahuinya

tanda bahaya kehamilan, bila terjadi masalah tersebut akan di ketahui

atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi.

Pada wanita atau ibu hamil penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya

kehamilan sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu

atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang tanda-tanda

bahaya pada kehamilan. (www.indonesia-publichealth.com/2012)

Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap

1
tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu

perempuan meninggal. Sebuah kematian yang seharusnya tidak perlu

terjadi, sesungguhnya dapat dihindari.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menjelaskan bahwa Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki peringkat ke-6

dibandingkan dengan Negara-nagara ASEAN. (http://www.

hidayatullah. Com / indeks, diakses tanggal 27 Februari 2013 ).

AKI merupakan salah satu target yang masih sulit dicapai di

Indonesia, dimana target MDGs 2015 ialah menurunkan AKI menjadi

102/100.000 kelahiran hidup namun hingga 2011 AKI di Indonesia

masih 228/100.000 kelahiran hidup.

(www.indonesia-publichealth.com/2012)

Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil (JAAS) Sulawesi Tenggara

(Sultra) merilis Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 sebanyak

3 / 100.000 kelahiran hidup. Sempat turun menjadi 2 kasus tahun 2010,

tetapi kembali meningkat drastic menjadi 8 tahun 2011.

(www.infodokterku.com)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun

2012 “. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Kolaka sebanyak 15 orang

dari 6285 kelahiran hidup, dimana Pre-eklamsia dan Eklamsia 9 0rang

(60%), abortus 1 orang (6,7%) perdarahan post partum karena

Retensio plasenta 2 orang (13,3%), Perdarahan post partum karena


2
Atonia uteri 1 orang (6,7%), sepsis intra partum 1 orang (6,7%),

penyebab lain 1 orang (6,7%).

Berdasarkan hasil pencatatan buku register bidan, di Puskesmas

Wundulako pada Tahun 2013. Telah di dapatkan komplikasi masa Nifas

2 jam post partum sampai 7 hari post partum yaitu pusing yang

berlebihan sampai pingsan, demam, dan involusi uterus terlambat.

(Buku register pencatatn KIA Puskesmas Wundulako)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-tanda

Bahaya Pada Masa Nifas Di Puskesmas Wundulako Tahun 2013.

Masa nifas (puerperium) berlangsung selama 6 minggu, di mulai

setelah plasenta lahir dan berakhir dan ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan masa

kritis dalam kehidupan ibu dan bayi karena sekitar 60% kematian ibu

terjadi segera setelah kelahiran dimana 50% dari kematian tersebut

terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan.dua pertiga kematian

bayi terjadi dalam 4 minggu pertama setelah kelahirannya, dan lebih

dari 65% dari kematian tersebut terjadi dalam minggu pertama. Untuk

mencegah kematian tersebut, perlu di lakukan pemeriksaan, perawatan

pada ibu nifas serta penyuluhan kepada ibu dan keluarganya agar

komplikasi nifas tidak terjadi, serta ibu dan bayinya tetap sehat

sebagaimana mestinya. ( Pinem, S. 2009 : 149).

3
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari

150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5

kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4

jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil

pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah

yang terjadi jika di bandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan

nutrisi cukup. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong

persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik

dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi

perdarahan berat, transfuse darah adalah satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan kehidupan ibu. (Prawirohardjo, 2010 : 357).

Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi pada

tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan. Factor

predisposisi antara lain adalah anmia, yang berdasarkan prevalensi di

Negara berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna

kejadian perdarahan pascaprsalinan. Penyebab perdarahan paling

sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain

kadang-kadang adalah laserasi serviks dan vagina, rupture uteri, dan

inverse uteri. Manajemen aktif kala III adalah upaya pencgahan

perdarahan pascapersalinan yang didiskusikan sebagai komprehensif

oleh WHO. Beberapa jam pertama pascapersalinan menjadi masa kritis

untuk diagnosis dan pengelolaan perdarahan abnormal. (Prawirohardjo,

2010 ; 358).
4
Menurut Heryani, (2012 :112). Beberapa bakteri dapat

menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masi

merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan

komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara

dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala

umum infeksi dapat di lihat dari temperature atau suhu pembengkakan

takikardi dan malaise.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah.

Permasalahan dalam penelitian ini, dibatasi hanya sebatas

tahu tentang pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas Di Wilayah Puskesmas

Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian.

1. .Tujuan umum.

5
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Tanda-tanda Bahaya Pada Masa Nifas Di Puskesmas

Wundulako Tahun 2013.

2. Tujuan khusus.

a. Diketahuinya pengetahuan ibu Hamil.

b. Diketahuinya tanda-tanda bahaya masa nifas.

c. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan, umur, dan paritas.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara

spesifik mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas.

2. Secara Praktis.

Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya

tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.

3. Bagi Peneliti.

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan

ilmu pada bidang asuhan kebidanan nifas khususnya tentang tanda-

tanda bahaya masa nifas.

4. Bagi Tempat Peneltian.


6
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya yang

berhubungan dengan asuhan kebidanan pada masa nifas, terutama

mendedeksi dini tanda-tanda terjadinya komplikasi masa nifas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

7
1. Definisi

Kehamilan merupakan suatu proses mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan

ovum, konsepsi dan poertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang janin sampai

aterm, (Manuaba dkk, 2010: 75).

Menurut Feredasi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2009: 213)

Kehamilan adalah hasil pembuahan sel telur dari perempuan dan

spermatozoa dari laki-laki, menembus sel telur (konsepsi), proses

selanjutnya akan terjadi nidasi, jika nidasi ini terjadi, barulah disebut

adanya kehamilan. (Sunarti, 2013: 31 ).

Kehamilan yaitu dimulai dari terjadinya konsepsi sampai degan

lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu).

(Yeyeh, 2009: 34).

2. Proses Kehamilan

a. Pembuahan / Fertilisasi :

Fertilisasi dan pembuahan adalah penyatuan ovum (oosit

sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlansung di ampula


8
tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi

spermatozoa dan ovum diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya

satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi

mampu melakukan penetrasi membran sel ovum untuk mencapai

ovum. Spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di

luar ovum) dan zona pelussida (suatu bentuk gliko protein ektra

seluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum

mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul

komplemen khusus dipermukaan kepala spermatozoa kemudian

mengikat ZP3 glikoprotein di zona pellusida. Pengikatan ini memicu

akrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa

menembus zona pellusiada.

b. Pembelahan sel (Zigot)

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah

pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma

ovum mengandung banyak zat asam amino. Segera setelah

pembelahan sel ini terjadi, pembelahan - pembelahan selanjutnya

berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok

sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium

morula.

c. Nidasi / Implantasi

Nidasi ini terjadi pada hari keempat dimana hasil konsepsi

mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst), suatu


9
bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian

dalamnya disebut massa inner cell kemudian berkembang menjadi

janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.

d. Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis

plasenta. Setelah nidasi embrio kedalam endometrium plasentasi

dimulai. Pada manusia plasentasi berlansung sampai 12-18 minggu

setelah fertilisasi, (Prawirohardjo, 2009: 141-145).

3. Perubahan fisiologi selama hamil.

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram

kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan uterus akan

berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,

plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume

totalnya mencapai 51 bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram, (Prawirohardjo, 2009: 175).

b. Serviks

10
Satu bulan setelah konveksi serviks akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi

dan terjadi oedema pada seluruh serviks, bersamaan dengan

terjadinya hipertropi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga

janin dan uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan.

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut

dari konsentrasi kolagen. Kosentrasinya menurun secara nyata dari

keadaan yang relative dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) dan

menjadi serat, (Prawirohardjo, 2009: 177).

c. Vagina dan Perineum.

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot –otot di perineum dan vulva sehingga

pada vagina trerlihat berwarna keungu unguan hilangnya sejumlah

jaringan ikat dan hipertropfi dari sel-sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan

dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan

ikat dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan

panjang di dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertropi

dengan gambaran seperti paku sepatu, (Prawirohardjo, 2009: 178).

11
d. Ovarium.

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-

7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif nominal,

(Prawirohardjo, 2009: 178).

e. Payudara.

Pada awal kehamilan parempuan akan merasakan payudaranya

manjadi lunak. Setela bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting

payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan

pertama suatu cairan yang berwarna kekuningan disebut kolostrum

dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar sinus yang

mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat

diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibiting

hormone, (Prawirohardjo, 2009: 179).

f. Kulit.

Pada kulit terdapat deposit figmen dan hiper pigmentasi alat-alat

tertentu. Pigmentasi disebabkan oleh pengaruh melanophore

stimulating hormone (MSH). yang meningkat, (Prawirohardjo, 2009:

179).

g. Sirkulasi darah.

12
a. Volume darah: volume darah total dan volume plasma darah

naik pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan

bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncaknya pada

kehamilan 32 minggu diikuti pertambahan curah jantung (cardiac

output), yang meningkat sebanyak ± 30%. Akibat hemodilusi yang

mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita

penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi

kordiks. Kenaikan plasma dapat mencapai 40% saat mendekati

cukup bulan.

b. Protein darah: gambaran protein dalam serum berubah ;

jumlah protein, albumin, dan gamma globulin menurun dalam

triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir

kehamilan. Beta globulin dan fibrinogen terus meningkat.

c. Hitung jenis dan hemoglobin: hematokrit cenderung menurun

karena kenaikan relatif plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung

meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport O 2 yang sangat

diperlukan selama kehamilan . Konsentrasi Hb terlihat menurun,

walaupun sebenarnya lebih besar dibanding Hb pada orang yang

tidak hamil, leukosit meningkat sampai 10.000/cc begitu pula

produksi leukosit.

d. Nadi dan tekanan darah: tekanan darah arteri cenderung

menurun, terutama selama trimester kedua, kemudian akan naik

lagi seperti pada prehamil. Tekanan vena dalam batas-batas

13
normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah

akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84

per menit.

e. Jantung: Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah

kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu

terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala

memperlihatkan deviasi aksis ke kiri, (Mochtar, 2012: 30-31).

h. Sistem respirasi.

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sering sesak dan pendek

nafas. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah

diafragma akibat pembesaran rahim. Seorang wanita hamil selalu

bernapas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah pernapasan

dada (toracic breathing), (Mochtar, 2012: 31).

i. Parubahan pada sistem pencernaan.

Saliva meningkat dan pada trimester pertama timbul keluhan

mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah

sehingga mortilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam

saluran makanan. Reabsorpsi makanan baik, tetapi akan timbul

obstipasi. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi,

biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi, (Mochtar, 2012: 31).

j. Perubahan traktus urinarius.

Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh

uterus yang membesar sehingga menimbulkan sering kencing,

14
timbul dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala

janin mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering

kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan

kembali. Dalam kehamilan uterus kanan dan kiri membesar karna

pengaruh progestron. Akan tetapi uterus kanan lebih membasar

dari pada uterus kiri, kanan mengalami lebih bayak tekanan

dibanding uterus kiri. Hal ini di sebabkan oleh karna uterus lebih

sering memutar kearah kanan. Disamping sering kencing terdapat

pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan

sirkulasi darah ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi

glomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorbsi ditubulus

tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea,

asam urine glukosa, asam amino, asam folik pada kehamilan.

(Mochtar, 2012 :31)

B. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas.

Masa Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran

placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6


15
minggu, atau masa nifas yang di mulai dari beberapa jam setelah

lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. ( Rahayu dkk, 2012 : 2)

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium

adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,

yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan sebagainya

berkaitan saat melahirkan. ( Suherni dkk, 2009 : 1 )

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran

bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu. (Saleha, 2009 : 4)

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas.

Menurut Suherni dkk, (2009 : 1) tujuan asuhan masa nifas adalah :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

16
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan :

gizi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan

bayi sehat dan KB.

4. Memberikan pelayanan KB.

c. Tahapan Masa Nifas

Menurut Suhermi dkk, (2009 : 2), tahapan-tahapan masa nifas ( post

partum puerperium) adalah :

1. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari

organ-organ genital, kira-kira 6-8 minggu.

3. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

persalinan mempunyai komplikasi.

d. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Prawirohadjo, (2009 : 123) paling sedikit 4 kali

kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

1). 6 - 8 jam setelah persalinan.

17
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

rujuk bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

2). 6 hari setelah persalinan.

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

18
3). 2 minggu setelah persalinan.

Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan).

4). 6 minggu setelah persalinan.

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau

bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

e. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

Berikut ini merupakan tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu:.

1. Perdarahan Post Partum.

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah sebanyak

500 cc atau dari traktus genetalia setelah melahirkan. ( Suherni

dkk, 2009 : 128).

Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :

a. Hemorargi Post Partum Primer : adalah mencakup semua

kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebab

uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput

ketuban tertahan), trauma genital (meliputi penyebab spontan

dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya

kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk section

caesaria, episiotomy), koagulasi intravascular diseminata, dan

inverse uterus.
19
b. Hemoragi Post Partum Sekunder : adalah mencakup semua

kejadian Hemoragi Post Partum yang terjadi antara 24 jam

setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.

Penyebab : fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan,

pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi

diserviks, vagina, kandung kemih, dan rectum), dan terbukanya

luka pada uterus (setelah section caesaria, rupture uterus).

2. Infeksi masa nifas.

Menurut Heryani, (2012 :112). Beberapa bakteri dapat

menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masi

merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan

komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary,

payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI

tinggi. Gejala umum infeksi dapat di lihat dari temperature atau

suhu pembengkakan takikardi dan malaise.

a. Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen.

b. Factor predisposisi : Nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi,

persalinan lama, rupture membrane, episiotomy, SC.

c. Gejala klinis endometritis tampak pada hari ke-3 post

partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat

selsius dan takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat

uterus lembek.

20
Pencegahan Infeksi Nifas:

Menurut Rukiyah, (2010 : 121), pencegahan infeksi nifas

sebagai berikut:

a. Masa kehamilan

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi,

Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi

yang perlu,.koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau

dikurangi dan dilakukan hati- hati.

b. Selama persalinan.

Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama,

menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,

perlukaan jalan lahir dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas,

mencegah terjadinya perdarahan banyak, semua petugas dalam

kamar bersalin harus menutup hitung dan mulut dengan masker,

yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk ke

kamar bersalin, hindari pemeriksaan dalam yang berulang-ulang.

c. Masa nifas.

Luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, alat-

alat dan pakaian serta kain yang digunakan harus steril, penderita

dengan infeksi nifas sebaiknya tidak tercampur dengan ibu sehat,

21
pengunjung-pengunjung yang dari luar hendaknya pada hari-hari

pertama dibatasi sedapat mungkin.

3. Sub-Involusi Uterus.

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi

rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin,

menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. (Haryani, 2012 :106)

Pada beberapa keadaan proses involusi rahim tidak berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim

terhambat. Keadaan demikian disebut sub involusi uteri.

Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya

infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya,

terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus

teraba masi besar, fundus masi tinggi, lochea banyak, dapat

berbau dan terjadi perdarahan.

4. Sakit kepala, Nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur.

Menurut Haryani, (2012 : 112). Wanita yang baru melahirkan

sering mengeluh sakit kepala hebat, atau penglihatan kabur.

Penanganan :

a. Jika ibu sadar periksa Nadi, tekanan darah, dan pernapasan.

22
b. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan

masker dan balon, lakukan intubasi jika perlu dan jika

pernapasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan

beri oksigen 4-6 liter permenit.

c. Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan

pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

5. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa

sakit.

Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat

menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit,

akhirnya menjadi mastitis. Putting susu lecet akan memudahkan

masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. (Haryani, 2012

: 113)

Gejala :

a. Bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local.

b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.

c. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).

d. Panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksanaan :

23
a. menyusui teruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara

yang terkena selama dan sering mungkin, agar payudara

kosong, kemudian pada payudara yang normal.

b. Beri kompres panas, bilas menggunakan shower hangat atau

lap basa panas pada payudara yang terkena.

c. Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi

tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position).

d. Pakailah baju BH longgar.

e. Istrahat yang cukup, makanan yang bergizi.

f. Banyak minum sekitar 2 liter perhari.

g. Dengan cara-cara seperti diatas biasanya peradangan akan

menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses.

Tetapi bila dengan cara-cara seperti yang diatas tidak ada

perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-

10 hari dan analgesic.

6. Abses payudara.

Menurut Saleha, (2009 : 109). Harus dibedakan antara mastitis

dan abses. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari

mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam

payudara tersebut.

24
Gejala :

Gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah

sebagai berikut :

a. Ibu tampak lebih parah sakitnya

b. Payudara lebih merah dan mengkilap.

c. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi

untuk mengeluarkan nanah tersebut.

Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan pada klien dengan abses payudara adalah

sebagai berikut:

a. Tekhnik menyusui yang benar.

b. Kompres air hangat dan dingin.

c. Terus menyusui pada mastitis.

d. Susukan dari yang sehat.

e. Senam laktasi.

f. Rujuk.

g. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses

bertambah.

25
7. Putting susu lecet.

Menurut Saleha, (2009 :102). Sebanyak 57% ibu yang

menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.

Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai

areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada

putting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi

bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya

akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu.

2. Monaliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.

3. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya

untuk mencuci putting susu.

4. Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue), sehingga

menyebabkan bayi sulit mengisap sampai ke kalang payudara dan

isapan hanya pada putting susu saja.

5. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui

dengan kurang berhati-hati.

Penatalaksanaan :

1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada putting yang normal

yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada


26
putting, maka posisi menyusui harus sering diubah. Untuk putting

yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya

menyusui. Disamping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui

yang digunakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke

kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI

dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan

sendok, gelas, dan pipet.

2. Setiap kali menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi

diangin-anginkan sebentar agar melembutkan putting sekaligus

sebagai anti-infeksi.

3. Jangan menggunakan sabun, alkohl, atau zat iritan lainnya untuk

membersihkan payudara.

4. Pada putting susu bias dibubuhkan minyak lanolin atau minyak

kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.

5. Menyusui lebih sering (8-12 kali 24 jam), sehingga payudara tidak

sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak

menyusu terlalu rakus.

6. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat

menyebabkan lecet pada putting susu ibu. Jika ditemukan gejala

moniliasis dapat diberikan nistatin.

8. Bendungan air susu.

27
Menurut Suherni, (2009 :136). Selama 24 hingga 48 jam pertama

sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami

distensi menjadi keras dan berbenjl-benjol. Keadaan ini disebut

dengan bendungan air susu atau ‘’ caked breasf ‘’, sering

menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bias disertai dengan

kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena

normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam

payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi.

Keadaan ini bukan merupakan overdestensi system lacteal oleh air

susu.

Penatalaksanaan :

a. Keluarkan ASI secara manual / ASI tetap diberikan pada bayi.

b. Menyangga payudara dengan BH menyokong.

c. Kompres dengan kantong es ( kalau perlu ).

d. Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.

9. Mastitis.

Menurut Saleha, (2009 :109). Mastitis adalah radang pada

payudara.

Penyebab :

28
Penyebab mastitis adalah sebagai berikut :

1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya

terjadi mastitis.

2. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan

terjadinya payudara bengkak.

3. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement,

jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.

4. Ibu yang dietnya buruk, kurang istrahat, dan anemia akan muda

terkena infeksi.

Gejala :

Gejala-gejala yang dirasakan sebagai berikut ;

1. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara / nyeri local.

2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.

3. Payudara keras dan berbenjol-benjol.

4. Panas badan dan sakit umum.

Penatalaksanaan :

Bila payudara tegang/indurasi dan kemerahan, maka:

29
a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila

diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan

berkurang.

b. Sangga payudara.

c. Kompres dingin.

d. Bila diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4

jam.

e. Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.

f. Jika bersifat infeksius, berikan analgetik non narkotik, antipiretik

(ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri.

g. Pantau suhu tubuh akan adanya deman. Jika ibu demam tinggi

(>39 derajat C),periksa kultur susu terhadap kemungkinan

adanya adanya infeksi streptokokal.

h. Pertimbangkan pemberian antibiotic antistafilokokus kecuali jika

demam dan gejala berkurang.

i. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan.

a. Definisi Pengetahuan.

30
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperleh melalui mata dan telinga.

(Natoatmodjo, 2011 : 147 ).

b. Tingkat Pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2011 : 148). Pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

1. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterimah.

2. Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application).
31
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat

dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya.

32
6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2012 : 10), cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah, dapat di kelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Cara Tradisional atau Non-Ilmiah.

Cara kuno atau tadisional ini dpakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, antara lain meliputi :

a. Cara Coba-Salah ( Trial and Error ).

Cara memperoleh kebenaran non-ilmiah, yang pernah digunakan

oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui

cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and

error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu

33
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.

b. secara kebetulan.

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh dari

mulut ke mulut adalah ditemukannya kina sebagai obat

penyembuhan penyakit malaria. Konon, ditemukannya kina

sebagai obat malaria adalah secara kebetulan oleh seorang

penderita malaria yang sering mengembara.

c. cara kekuasaan atau otoritas.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun

temurun dari generasi kegenerasi berikutnya.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

34
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

e. Cara Akal sehat (Common sense).

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini

berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau

menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin

menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,

misalnya dijewer telinganya atau dicubit.

f. kebenaran melalui wahyu.

Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional

atau tidak. Sebab kebenaran ini diterimah oleh para Nabi adalah

sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia.

g. Kebenaran secara intuitif.

kebenaran secara intiutif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

35
diperoleh melalui intiutif sukar dipercaya karena kebenaran ini

tidak menggunakan cara-cara yang rasional yang sistematis.

h. Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik malalui induksi maupun deduksi.

i. Induksi.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi

adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataaan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat

umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan

kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indra.

j. Deduksi.

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus.

D. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti.


36
1. Pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang

tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu

informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat

pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan

sikap.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2012) berupa UU RI

No. 20 Tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan

dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi

SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.

2. Umur .

Orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih

kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal

sesuatu yang belum di ketahui di bandingkan dengan orang yang

lebih tua. Disamping, itu kemampuan untuk menyerap

pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih

muda karena otak berfungsi maksimal pada umur muda.

(Fitriani, 2011).

Usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 19 - 35 tahun

dan reproduksi tidak sehat umur < 19 tahun dan > 35 tahun. Ibu

yang mampu menerima dan mengerti informasi yang diberikan

37
dengan baik cenderung akan memberikan persepsi dan bersikap

positif sesuai dengan pemahamannya.

3. Paritas.

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam

hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan

umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang

berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat

asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu.

(Natoatmodjo, 2011 : 25).

E. Tinjauan Tentang Variabel Yang Tidak Diteliti.

1. Penghasilan.

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat

penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun

pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai

cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan

sebagainya. (Natoatmodjo, 2011 :24 ).

2. Jenis pekerjaan.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pla

kesakitan banyak dikerjakan di indnesia terutama pola penyakit

kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan

kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari

38
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula

memperhitungkan pengaruh variable umur dan kelamin.

(Natoatmdjo, 2011 : 23).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Dasar variable penelitian.

1. Pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang

tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu

informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat

pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan

sikap.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2012) berupa UU RI

No. 20 Tahun 2012 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan

39
dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi

SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi.

2. Umur .

Orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih

kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal

sesuatu yang belum di ketahui di bandingkan dengan orang yang

lebih tua. Disamping, itu kemampuan untuk menyerap

pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih

muda karena otak berfungsi maksimal pada umur muda.

(Fitriani, 2011).

Usia reproduksi dibagi dua reproduksi sehat umur 19 - 35 tahun

dan reproduksi tidak sehat umur < 19 tahun dan > 35 tahun. Ibu

yang mampu menerima dan mengerti informasi yang diberikan

dengan baik cenderung akan memberikan persepsi dan bersikap

positif sesuai dengan pemahamannya.

3. Paritas.

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam

hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan

umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang

berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat

asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu.

(Natoatmodjo, 2011 : 25).

40
B. Kerangka konsep penelitian

Pendidikan

Umur

Pengetahuan Ibu
Paritas Hamil Tentang
Tanda-tanda bahaya
pada masa nifas

Penghasilan

Jenis pekerjaan

Keterangan :

: Variabel independent

: Variabel Dependent
41
: Variable yang diteliti.

: Variabel yang tidak diteliti

C. Variabel penelitian.

1. Variable dependen ( terikat ) adalah variable yang di pengaruhi

oleh varibel independen. Variabel dependen pada penelitian ini

adalah Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-tanda Bahaya

Pada Masa Nifas.

2. Variable independen ( bebas ) adalah variable yang

mempengaruhi variable dependen. Variabel independen pada

penelitian ini adalah pendidikan, umur, paritas, penghasilan, dan

jenis pekerjaan..

D. Definisi Operasional Variabel Dan Kriteria Objektif.

a. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas adalah segala sesuatu

yang abnormal terjadi pada masa nifas 2 jam post partum

sampai uterus kembali normal atau sampai 42 hari, seperti :

perdarahan post partum, infeksi, demam, pusing yang

berlebihan, dan kelainan yang abnormal pada payudara yaitu

Bendungan ASI, mastitis, putting susu lecet, abses payudara,

dan putting susu tersumbat.

42
b. Sedangkan pengetahuan ibu hamil adalah segala sesuatu yang

diketahui oleh ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya pada masa

nifas yang dinyatakan berdasarkan jumlah:

kriteria objektif : skala pengukuran ordinal.

1. Baik : jika responden menjawab semua pertanyaan dengan

benar 76-100%.

2. Cukup : jika responden menjawab pertanyaan 56-75%.

3. Kurang : jika responden menjawab pertanyaan 40-55%.

43

Anda mungkin juga menyukai