ABORTUS INSIPIENS
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK TIGA KELAS B TEGAL
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya
adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Midfery I
dengan judul Abortus.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi
dimasa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberikesadaran tersendiri bagi generasi muda.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO), pada tahun 1999 telah mengeluarkan panduan
“Making Pregnancy Safer” sebagai prioritas setiap negara dan pada tahun 2000, para negara
anggota PBB mengadopsi Milenium Development Declaration yang memberi penekanan
pada kesehatan ibu serta kehamilan dan persalinan yang aman dalam perkembangan di setiap
negara. Sasarannya ialah mengurangi angka kematian ibu sebesar 75 % antara tahun 1990-
2015 (Manuaba, 2008).
Menurut WHO (2006), kejadian abortus di Indonesia paling tinggi diantara negara Asia
Tenggara lainnya yaitu sebesar 2 juta dari 4,2 juta orang. Penyebab utama kematian pada ibu
hamil dan melahirkan adalah perdarahan 38%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi puerpurium
8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain 11% (BKKBN, 2012). Tujuan penelitian untuk
menganalisis karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematiMenurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak
perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kematian ibu
yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu, tapi
dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun
disengaja dan dapat dialami oleh semua ibu hamil yang umur kehamilan usia muda
(Rosdiana, 2009).
Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi masih tinggi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Risdakes) diperoleh AKI tahun 2007 adalah sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2010 sebesar 214 per 100.000
kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun. Namun masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2010).
Menurut sekretaris jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan (2007)
menyebutkan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, toksemia gravidarum,
infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.komplikasi abortus itu sendiri meliputi
perdarahan yang merupakan penyebab pertama kematian ibu di indonesia infeksi perforasi ,
gagal ginjal akut dan syok, oleh karena itu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) (2005) melaporkan abortus sebagai penyebab kematian maternal ke-4
setelah perdarahan, keracunan kehamilan (eklamsi maupun pre eklamsi) dan infeksi (Yuni,
2010).
Departemen Kesehatan RI (2003) menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup
tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta
abortus per tahun. Affandi (2003) menambahkan bahwa dari 2,3 juta kasus yang terjadi di
Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan
0,7 diaborsi karena tidak digunakannya alat KB.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala
dan tanda ringan, sehingga pertolongan medic tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap
sebagai haid terlambat.Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% (Sarwono,
2005).
Departemen Kesehatan RI (2003) menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup
tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta
abortus per tahun. Affandi (2003) menambahkan bahwa dari 2,3 juta kasus yang terjadi di
Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan
0,7 diaborsi karena tidak digunakannya alat KB.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala
dan tanda ringan, sehingga pertolongan medic tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap
sebagai haid terlambat.Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% (Sarwono,
2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan sebelum janin
dapat hidup di dunia luar (viable) tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat badan
<500 gram atau umur kehamilan < 20 minggu (Fadlun, 2012).
Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari
1000 gram (Manuaba, 2008).
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum umur 20 minggu kehamilan lengkap,
istilah ini digunakan untuk janin hidup maupun lahir mati dengan berat <500 gram ( Ralp dan
Martin, 2009 ) .
a. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia dan malaria dapat menyebabkan abortus.
Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat masuk melalui plasenta sehingga
menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus.
2.3 Patofisiologi
Pada permulaan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan
dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili koriolis belum
menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 -14 minggu, telah masuk
agak dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan (Sarwono, 2007).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan abortus antara lain adalah; usia, paritas,
hipertensi, anemia, kemiskinan (tingkat pendapatan), status gizi, dan kondisi kesehatan
(Bobak, 2005).
Menurut Norwitz & Schorge (2008), faktor risiko abortus adalah usia ibu, graviditas yang
meningkat (paritas), keguguran sebelumnya. Menurut Cunningham (2006), risiko terjadinya
abortus meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah paritas, usia ibu, jarak persalinan
dengan kehamilan berikutnya, umur ayah.
Manifestasi Klinik Abortus
Menurut Manjoer (2005), manifestasi klinik pada abortus antara lain adalah sebagai berikut :
a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun.
c. Tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil. Suhu
tubuh normal atau meningkat.
d. Perdarahan pervaginam, mungkin diserta keluarnya jaringan hasil konsepsi. Rasa
mulas atau keram perut di daerah atas simfisis sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
A. KASUS I
1. PENGKAJIAN I
Pada perkembangan kasus ini penulis menguraikan apa yang telah dilakukan
saat pengkajian di poli kebidanan puskesmas kramat Tegal. Untuk melengkapi
data, penulis langsung mengadakan wawancara dengan klien, sebagai hasil dan
catatan yang ada pada status serta data ibu hamil, data disajikan pada pengkajian
sebagai berikut :
pada hari Kamis, 11 April 2021 pukul 09. 00 WIB, Ny. S datang ke
POLI KEBIDANAN PUSKESMAS KRAMAT Tegal untuk memeriksaakan
kehamilanya. Ibu mengatakan perutnya merasa nyeri perut bagian bawah, keluar
darah banyak dan tidak ada gumpalan dari jalan lahir sudah sejak jam 06.00 WIB.
4. INTERVENSI
Tanggal : 11-04-2021
Jam : 09.30 WIB
a. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG sesuai advice
c. Observasi perdarahan.
d. Lakukan informed consen pada keluarga untuk tindakan berikutnya
e. Beri support mental pada ibu
f. Anjurkan ibu makan-makanan bergizi.
5. IMPLEMENTASI
Tanggal : 11-04-2021
Jam : 10.15 WIB
a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kehamilan ibu
mengalami keguguran dan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan yaitu
curatase untuk pengeluaran janin.
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, advice : Memasang infus Ringer
Laktat
c. Mengobservasi perdarahan
d. Melakukan informed consent pada keluarga
e. Memberikan support mental yaitu dengan menjelaskan pada ibu agar tidak perlu
kwatir karna akan segera dirujuk ke Rumah sakit untuk mendapatkan tindakan
selanjutnya kuretase untuk mengeluarkan sisa keguguran.
f. Menganjurkan ibu makan-makanan yang bergizi sebagai penambah tenaga.
6. EVALUASI
Tanggal : 11-04-2021
Jam : 10.25 WIB
a. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG sesuai advice : pemberian cairan
infus RL 20 tetesan/menit lancar
c. Perdarahan masih keluar
d. Telah dilakukan informed consent pada keluarga.
e. Ibu sedikit lebih tenang dan menerima untuk dirujuk
f. Ibu bersedia untuk makan dan minum yang bergizi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus insipiens di
puskesmas kramat kabupaten Tegal, penulis akan membahas antara teori dan kasus Pada
makalah ini menggunakan konsep dasar asuhan kebidanan menurut teori Hellen Varney
alur pikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah yaitu pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi penanganan segera, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Adapun uraian pada kasus yang ditemukan pembahasan sebagai
berikut :
I. Pengkajian Data
Pada pengkajian data subyektif dan obyektif tidak di temukan kesulitan. Cara
memperoleh data juga dapat dilakukan dengan baik karena klien dan keluarga
bersikap kooperatif sehingga penggumpulan data dapat dilakukan antara lain dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian yang di dapat meliputi
identitas, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, pola kebutuhan sehari-hari, serta pemeriksaan penunjang.
A. Data Subjektif
Cara pengumpulan data subjektif pada kasus Ny. S dengan melakukan
amamnesa untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan pasien. Dalam buku
yang ditulis oleh Masjoer, 2001 salah satu teknik pemeriksaan pada ibu hamil
adalah anamnesa. Anamnesa dapat dilakukan terhadap ibu hamil itu sendiri
(autoanamnesa) dan bisa juga pada keluarganya (alloanamnesa). Hal yang
dinyatakan adalah biodata, data kebidanan, data keluarga, data medic, data
haid, dan data sosial. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek. Dari kasus yang diperoleh, pasien bernama Ny.S usia
37tahun Menurut WHO, usia reproduktif berkisar antara 20-35 tahun sehingga
jika seorang wanita hamil pada usia lebih dari 35 tahun akan mengalami resiko
pada kehamilannya seperti salah satu contoh terjadi abortus dikarenakan usia
wanita yang sudah tua dan penurunan kerja organ tubuh. Keluhan utama
merupakan hal yang sangat penting dikaji dalam membuat asuhan kebidanan.
Keluhan Ny. S, ibu mengatakan perutnya merasa nyeri, mules-mules, keluar
darah dari jalan lahir sejak jam 06.00 WIB.
Dalam buku yang ditulis yang ditulis oleh Prawirohardjo, 2008.
Pengertian abortus spontan adalah abortus atau keguguran yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi luar atau buatan untuk mengakhiri kehamilan.
Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Riwayat kehamilan
dari Ny. S, ini merupakan kehamilan yang kedua, pernah melahirkan normal satu
kali, dan belum pernah mengalami keguguran ,usia kehamilan Ny. S 18 minggu,
sedangkan dalam teori yang dikemukaan oleh Tiran, 2005. Abortus dapat diartikan
keguguran, ekspulsi produk pembuahan dari dalam uterus sebelum usia
kehamilan 24 minggu, dan janin belum lahir hidup. Dalam hal ini menujukan
kesesuaian antara usia kehamilan ibu dengan batasan usia kehamilan terjadinya
abortus sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan prektek.
B. Data Objektif
Pada pemeriksaan fisik Ny.S mengeluarkan darah banyak , merasakan
mules atau kram perut. Dalam teori abortus yang dikemukakan oleh
Wiknjosastro, 2005, diperlukan kriteria mengenai dugaan abortus adalah
adanya perdarahan pervaginam mungkin disertai keluarnya jaringan atau hasil
konsepsi, rasa mules atau kram perut di daerah simpisis, pada pemeriksaan
inspeksi vulva terdapat perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi,tercium bau busuk dari vulva. Hal ini menujukan adannya kesamaan
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Untuk mendukung data
dilakukan pemeriksaan penujang yaitu pemeriksaan dalam pada Ny. S untuk
mengtahui adanya pembukaan serviks.
VII. Evaluasi
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus
insipiens pada Ny.S dengan menggunakan metode 7 langkah varney maka penulis
membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Penulis mampu melakukan pengkajian melalui data subyektif dan data obyektif
pada kasus Ny.S dari hasil pengkajian data subyektif penulis menemukan bahwa
dari segi umur, pendidikan,pekerjaan, paritas, keluhan utama, umur kehamilan, dan
riwayat penggunaan alat kontrasepsi merupakan faktor resiko tinggi pada kasus
tersebut dan dari pengkajian data obyektif penulis melakukan pemeriksaan
obstetri yang menunjang diagnosa bahwa kasus tersebut merupakan kehamilan
dengan Abortus insipiens. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
2. Penulis mampu menginterpretasikan diagnosa, masalah dan kebutuhan yang
ditemukan. Diagnosa yang diperoleh pada kasus Ny. S umur 37 tahun GII PI A0
hamil 18 minggu dengan abortus insipiens. Masalah yang muncul pada kasus Ny.S
yaitu muncul perasaan takut dan cemas dengan keadaannya saat ini, sehingga
dibutuhkan dukungan berupa support mental supaya ibu tenang menghadapi
keluhan yang dirasakan karena akan segera akan ditangani dengan baik . Penulis
tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Penulis merumuskan diagnosa yang kemungkinan akan mencul sesuai hasil
pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.S hamil dengan Abortus insipiens, tidak
muncul diagnosa potensial sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
4. Pada rencana tindakan segera penulis menemukan data-data yang mengarah
ke diagnosa potensial sehingga penanganan segera pada Ny.S yaitu kolaborasi
dengan dokter SpoG untuk mengantisipasi diagnosa potensial sesuai kebutuhan
Ny.S pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
5. Pada rencana asuhan di buat berdasarkan diagnosa kebidanan, diagnosa masalah
dan diagnosa kebutuhan. Rencana asuhan yang akan diberikan seperti : beritahu
ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, kolaborasi dengan dokter SpoG,
menjelaskan pada ibu tindakan apa yang akan dilakukan yaitu pemasangan infuse
dan lakukan rujukan dengan informed consent, berikan support mental,
melakukan kolaborasi dengan petugas ambulan untuk menyiapkan kendaraan.
Pada langkah ini secara prinsip tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
6. Penulis dapat melaksanakan rencana asuhan menyeluruh yang sebelumnya telah
direncanakan untuk memberikan penanganan kasus ibu hamil pada Ny.S dengan
abortus insipiens. Pada kasus Ny.S Asuhan yang diberikan dilakukan sesuai
prosedur sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
7. Evaluasi yang diperoleh dari hasil pelaksanaan pada kasus Ny.S hamil dengan
abortus insipiens keadaan umum ibu baik
B. Saran
Beberapa saran yang akan disampaikan penulis untuk lebih mengoptimalkan dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus insipiens di masa
mendatang antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya berbagai macam kasus atau komplikasi yang menyertai
kehamilan salah satunya kasus kehamilan dengan Abortus insipiens, diharapkan
kepada institusi pendidikan untuk lebih memperbanyak buku materi
pembelajaran dalam bidang kesehatan atau lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran seperti meningkatkan keterampilan tentang beberapa cara
mengatasi ibu hamil dengan Abortus insipiens sehingga mencetak generasi
kesehatan yang profesional.
2. Bagi tenaga kesehatan atau puskesmas.
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan,untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar mampu mengenali secara tepat adanya
kelainan atau tanda bahaya dalam kehamilan, dengaan cara melakukan pemeriksaan
yang teliti dan menegakan diagnosa secara dini, sehingga dapat membantu
pengelolaan selanjutnya dalam memberikan asuhan sesuai dengan kewenangan.
3. Bagi mahasiswa.
Diharapkan dengan adanya pembuatan makalah ini mahasiswa termotivasi
meningkatkan belajar dan membaca sehubungan dengan kasus kehamilan dengan
Abortus insipiens agar mahasiswa lebih mengerti dan faham.
4. Bagi masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat terutama ibu hamil, untuk melakukan
pemeriksaaan selama kehamilan secara teratur dan segera memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan, bidan, maupun tempat pelayanan kesehatan.