Anda di halaman 1dari 19

MALARIA DALAM KEHAMILAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS PATOFISOLOGI


Dosen pengampu :
Istri Utami, S.ST.,M.Keb

Disusun oleh :
Ayu Wulandari (1810106011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

puji syukur saya panjatkan kehadirat allah swt, yang mana atas ridho dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah materi kuliah patofisiologi yang berjudul
“toxoplasma atau malaria dalam kebidanan” dengan tepat waktu.
saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan dosen yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan tulisan ini menambah pengetahuan
dan pemahaman kepada mahasiswa dan pembaca tentang Malaria dalam kebidanan.
saya menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Demikian makalah ini saya susun, bila ada kata-kata yang salah dalam penyusunan
makalah ini, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 18 Maret 2019

Ayu wulandari
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan 219 juta penduduk dunia terinfeksi
malaria dan sebanyak 660.000 diantaranya meninggal setiap tahun. Penyakit ini dapat
menyerang semua individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak
terkecuali wanita hamil. Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena
malaria sehubungan dengan penurunan imunitas di masa kehamilan. Malaria pada
kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan janin
yang dikandungnya. Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam,
anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan
kematian. Pada janin yang dikandung oleh ibu penderita malaria dapat terjadi abortus,
lahir mati, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Keadaan
patologi yang ditimbulkan ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah paritas
dan umur ibu hamil.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian malaria?
2. Keadaan yang mempengaruhi terjadinya malaria pada ibu hamil?
3. Sebab-sebab malaria yang bersifat phatologi?
4. Kadaan phatolog pada janin?
5. Perubahan patoligis plasenta?

C. TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui apa bahaya dari
malaria pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian malaria
Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan 219 juta penduduk dunia
terinfeksi malaria dan sebanyak 661.000 diantaranya mening-gal setiap
tahun.Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa mem-bedakan umur
dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil. Wanita hamil termasuk
golongan yang rentan untuki terkena malaria.
Malaria dapat disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
Plasmodium falciparum merupakan plasmodium yang terpenting karena
penyebarannya luas, dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas
dan mortalitas ibu dan janinnya.
Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan pato-logi pada ibu
hamil seperti demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal bahkan
dapat menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus, persalinan
prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Kelainan yang
ditimbulkan ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah paritas dan umur
ibu hamil.

B. Keadaan yang mempengaruhi terjadinya malaria pada ibu hamil


Kekebalan terhadap malaria lebih banyak ditentukan dari tingkat transmisi malaria
tempat wanita hamil tinggal/berasal, yang dibagi menjadi 2 yaitu
a. Stable transmission atau transmisi stabil
Orang-orang yang berada di daerah transmisi stabil akan terus-menerus
terpapar malaria karena sering menerima gigitan nyamuk infektif setiap
bulannya sehingga imunitas yang terbentuk cukup signifikan untuk
bertahan dari serangan parasit malaria
b. Unstable transmission atau transmisi tidak stabil
Orang yang berada di daerah Unstable transmission, epidemik atau non-
endemik jarang terpapar malaria dan hanya menerima rata-rata kurang dari
1 gigitan nyamuk infektif/tahun.
Wanita hamil yang berada di daerah tersebut akan mengalami peningkatan resiko
penyakit maternal berat, kematian janin, kelahiran prematur dan kematian
perinatal. Ibu hamil yang menderita malaria berat di daerah ini memiliki risiko
kemungkinan fatal lebih dari 10 kali dibandingkan ibu tidak hamil yang
menderita malaria berat di daerah yang sama.

C. Sebab-sebab malaria yang bersifat phatologi


1. Demam
Demam akibat malaria pada ibu hamil biasanya terjadi pada primigravida
yang belum mempunyai kekebalan terhadap malaria. Pada ibu hamil
multigravida dan berasal dari daerah
endemisitas tinggi jarang terjadi gejala demam walaupun mempunyai
derajat parasitemia yang tinggi. Klinis demam ini sangat berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya
sitokin dan atau toksin lainnya.
2. Anemia
Berdasarkan defenisi WHO, seorang wanita hamil dikatakan
anemia apabila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gram/dl. Anemia
yang terjadi pada trimester pertama kehamilan sangat berhubungan dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena
Pertumbuhan janin terjadi sangat pesat terjadi pada usia kehamilan
sebelum 20 minggu. Anemia akibat malaria terjadi karena pecahnya
eritrosit yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Pecahnya eritrosit yang
tidak terinfeksi terjadi akibat meningkatnya fragilitas osmotik sehingga
mengakibatkan autohemolisis. Pada malaria falciparum dapat terjadi
anemia yang berat karena semua umur
eritrosit dapat diserang.

3. Hipoglikemia
Komplikasi malaria berupa hipoglikemia lebih sering terjadi pada wanita
hamil dibandingkan dengan individu yang tidak hamil. Keadaan
hipoglikemia ini sering tidak terdeteksi karena gejala hipoglikemia itu
sendiri mirip dengan gejala malaria. Gangguan susunan saraf pusat akibat
hipoglikemi sering diragukan dengan malaria serebral. Hipoglikemia yang
tidak diatasi segera dapat jatuh ke keadaan asidosis laktat yang dapat
mengakibatkan fetal distres.
Hipoglikemia akibat malaria pada wanita hamil terjadi karena beberapa hal
antara lain:
adanya perubahan metabolisme karbohidrat terutama pada trimester akhir
kehamilan, kebutuhan glukosa dari eritrosit yang terinfeksi lebih tinggi
dibandingkan dengan eritrosit yang tidak terinfeksi, peningkatan fungsi sel
beta pankreas, peningkatan sekresi adrenalin dan disfunsi susunan saraf
pusat.

4. Edema paru akut


Edema paru akut sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga.
Kondisi ini terjadi karena beberapa sebab yaitu peningkatan
permeabilitasvaskuler sekunder terhadap emboli dan Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), disfungsi berat
mikrosirkulasi, proses alergi, terapi cairan yang berlebihan bersamaan
dengan gangguan fungsi kapiler alveoli, malaria serebral, tingkat
parasitemi yang tinggi, hipotensi, asidosis dan
uremia.

5. Malaria serebral
Keadaan malaria serebral antara lain disebabkan oleh obstruksi
mekanis pembuluh darah otak akibat berkurangnya deformabilitas eritrosit
yang terinfeksi parasit dan terjadinya
adhesi eritroit yang mengandung parasit di endotel vaskuler yang
menimbulkan peningkatan permeabilitas sehingga menimbulkan
perubahan sawar darah otak dan udem.

D. Kadaan phatolog pada janin


Ibu hamil yang menderita malaria dapat berakibat buruk pada janin yang
dikandungnya. Pengaruh pada janin yang paling sering terjadi adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dapat
disebabkan oleh kelahiran prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Kondisi ini
dapat terjadi akibat malaria di masa kehamilan karena adanya gangguan suplai
nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin yang dikandungnya. Gangguan sirkulasi
uteroplasenta terjadi akibat adanya sekuestrasi eritrosit terinfeksi yang terus
mengkonsumsi glukosa dan oksigen eritrosit, terjadinya penebalan
membran sitotropoblas dan kondisi anmia pada ibu hamil. Slain itu
.pross inflamasi proses inflamasi yang diperantarai oleh sitokin
Proses inflamasi yang diperantarai oleh sitokin Th1 akibat infeksi parasit malaria
ini juga mempengaruhi secara langsung proses tumbuh kembang janin. Apabila
infeksi yang terjadi cukup berat, malaria di masa kehamilan dapat mengakibatkan
abortus atau stillbirth.

E. Perubahan patoligis plasenta


Perubahan Patologis Plasenta Pada infeksi P.falciparum terjadi akumulasi eritrosit
terinfeksi yang lebih banyak di daerah intervillus plasenta dibandingkan dengan
sirkulasi perifer. Eritrosit yang mengandung parasit ini lebih banyak dijumpai
pada sisi maternal plasenta dibandingkan dengan sirkulasi fetal. Pada infeksi aktif,
plasenta terlihat hitam atau abu-abu dan sinusoid padat dengan eritrosit terinfeksi.
Secara histologis ditandai oleh sel eritrosit berparasit dan pigmen malaria dalam
ruang intervilli plasenta, monosit mengandung pigmen, infiltrasi mononuklear,
simpul sinsitial (syncitialpknotting), nekrosis fibrinoid, deposit hemozoin hasil
penghancuran eritrosit, kerusakan trofoblas, penebalan membrana basalis
trofoblas. Keadaan nekrosis sinsitiotrofoblas, kehilangan mikrovilli dan penebalan
membrana basalis trofoblas akan menyebabkan aliran darah ke janin berkurang
dan akan terjadi gangguan nutrisi pada janin.lasenta, monosit mengandung
pigmen, infiltrasi mononuklear, simpul sinsitial. Proses sekuetrasi pada plasenta
terjadi karena adanya molekul adhesi chondroitin sulphate A (CSA) dan
hyaluronic acid (HA). Chondroitin sulphate A dan hyaluroni acid ini
diekspresikan oleh sinstiotropoblas yang membatasi ruang intervilli
plasenta.Sekuestrasi terjadi karena adanya ikatan antigen spesifik yang
diekspresikan oleh eritrosit terinfeksi dengan molekul adhesi CSA dan HA.
Sekuestrasi dapat dicegah oleh antibodi yang dapat menghambat terjadinya ikatan
antara eritrosit terinfeksi dengan molekul adhesi tersebut (CSA- binding parasite).
Ibu primigravida yang terpapar dengan CSA- binding parasite untuk pertama
kalinya akan mengalami parasitemia yang tinggi pada plasenta dikarenakan belum
terbentuknya sistem imun yang efektif. Pada ibu hamil yang mengalami malaria
plasenta dengan derajat parasitemia yang tinggi bisa saja tidak mengandung
parasit di sirkulasi perifernya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu
hamil seperti demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal bahkan
dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa
membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil. Wanita hamil
termasuk golongan yang rentan untuki terkena malaria. Jadi mulai dari sekarang
biasakan hidup sehat makan-makanan yang sehat,olahraga, menjaga kebersihan diri
dan lingkugan dan mengosumsi vitamin dengan tubuh yang sehat sitem imunnya juga
kuat, karena lebih baik mencegah dari pada mengobati.

B. SARAN
Jangan lupa hidup sehat selalu menjaga kebersihan lingkungan karna dengan menjaga
kebersihan lingkungan kita bisa terhindar dari penyakit-penyakit yang membahayakan
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, 2010. Diunduh dari: http://www.who.int/features/2003/0 4b/en/


Cahaya I. Pengaruh malaria selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara. USU digital
library 2003.
Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam : Harijanto PN, ed. Malaria Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta : EGC, cetakan pertama, 2006; 151-
65. Menendezab C, Mayor A. Congenital malaria: The least known consequence of malaria
in pregnancy. Semin Fetal Neonatal Med June 2007;12(3):207-213Suparman E, Suryawan
A. Malaria pada Kehamilan. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2004; 4(1) :21-40.
Rogerson SJ, Pollina E, Getachew A, Tadesse E, Lema VM, Molyneux ME. Placental
monocyte infi ltrates in response to Plasmodium falciparum infection and their association
with adverse pregnancy outcomes. Am J Trop Med Hyg 2003; 68: 115–19.
Quinn TC. 1992. Parasitic Disease During Pregnancy. Sciarra JJ, Eschenbach DA, Depp R,
eds. In: Gynecology and Obstetrics. Volume 3. Philadephia : JB Lippincott Company,1-6.
MALARIA PADA MASA KEHAMILAN

Selfi Renita Rusjdi

Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas


Andalas email : selfirenitarusjdi@fk.umamd.ac.id

Abstrak
Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium dan disebarkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan 219 juta
penduduk dunia terinfeksi malaria dan sebanyak 660.000 diantaranya
meninggal setiap tahun. Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa
membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil.
Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena malaria
sehubungan dengan penurunan imunitas di masa kehamilan. Malaria pada
kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu hamil
dan janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan
timbulnya demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal
bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin yang dikandung oleh ibu
penderita malaria dapat terjadi abortus, lahir mati, persalinan prematur, berat
badan lahir rendah, dan kematian janin. Keadaan patologi yang ditimbulkan
ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah paritas dan umur ibu
hamil.
Kata Kunci :malaria, kehamilan, patologi, imunitas
Abstract
Malaria is one of topical diseases caused by parasite called
Plasmodium and transmitted by mosquito bite. In 2010 an estimated 219
million cases of malaria occurred worldwide and 660,000 people died every
year. Malaria can occur in most population and it is not depended on age and
sex even pregnant women would be suffer from this disease. Pregnant
women are particularly vulnerable to malaria as pregnancy reduces a
woman’s immunity to malaria. It can cause fever, maternal anaemia,
hypoglicemia, acute pulmonary udema and even death. For the unborn child,
maternal malaria increases the risk of spontaneous abortion, stillbirth,
premature delivery and low birth weight, a leading cause of child mortality.
The pathology is depended on imunity, number of pariety dan age of
pregnant women.
key word : malaria, pregnancy, pathology, immunity

173
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 174

PENDAHULUAN golongan besar yaitu Stable


Malaria merupakan penyakit tropis transmission / transmisi stabil,
yang disebabkan oleh parasit Plasmodium atau endemik dan Unstable
dan disebarkan melalui gigitan nyamuk. transmission / transmisi tidak
Diperkirakan 219 juta penduduk dunia stabil, epidemik atau non-
terinfeksi malaria dan sebanyak 661.000 endemik . Orang-orang yang
diantaranya mening- gal setiap tahun.(1) berada di daerah transmisi stabil
Penyakit ini dapat menyerang semua akan terus- menerus terpapar
individu tanpa mem- bedakan umur dan malaria karena sering menerima
jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita gigitan nyamuk infektif setiap
hamil. Wanita hamil termasuk golongan bulannya sehingga imunitas
yang rentan untuki terkena malaria. yang terbentuk cukup signifikan
Malaria dapat disebabkan oleh 4 spesies untuk bertahan dari serangan
plasmodium, yaitu Plasmodium parasit malaria. Orang yang
falciparum, Plasmodium vivax, berada di daerah Unstable
Plasmodium malariae, dan Plasmodium transmission, epidemik atau
ovale. Plasmodium falciparum merupakan non- endemik jarang terpapar
plasmodium yang terpenting karena malaria dan hanya menerima
penyebarannya luas, dan mempunyai rata-rata kurang dari 1 gigitan
dampak paling berat terhadap morbiditas nyamuk infektif/tahun. Wanita
dan mortalitas ibu dan janinnya.(2-4) hamil yang berada di daerah
Malaria pada kehamilan dapat tersebut akan mengalami
menimbulkan berbagai keadaan pato- logi peningkatan resiko penyakit
pada ibu hamil seperti demam, anemia, maternal berat, kematian janin,
hipoglikemia, udema paru akut, gagal kelahiran prematur dan
ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian perinatal. Ibu hamil
kematian. Pada janin menyebabkan yang menderita malaria berat di
abortus, persalinan prematur, berat badan daerah ini memiliki risiko
lahir rendah, dan kematian janin. Kelainan kemungkinan fatal lebih dari 10
yang ditimbulkan ini sangat tergantung kali dibandingkan ibu tidak
pada status imunitas, jumlah paritas dan hamil yang
umur ibu hamil. Di daerah endemisitas
menderita malaria berat di
tinggi, dimana penduduk- nya sudah
daerah yang sama.(2,5,7)
mempunyai imunitas ter- hadap malaria,
jarang terjadi malaria berat dan kematian. Wanita hamil lebih
Klinis yang ditim- bulkan dan derajat rentan ter- kena malaria
parasitemia juga akan lebih berat pada ibu dibandingkan dengan wanita
hamil pri- migravida dan berumur yang tidak hamil. Kerentanan
muda.(2,5,6) ini semakin tinggi pada
kehamilan pertama dan kedua.
Keadaan yang mempengaruhi kejadian Kerentanan terhadap malaria ini
malaria pada ibu hamil berhubungan erat dengan proses
Kekebalan terhadap malaria lebih imunologi dan perubahan
banyak ditentukan dari tingkat transmisi hormonal di masa
(8,9)
malaria tempat wanita hamil kehamilan. Kon- sentrasi
tinggal/berasal, yang dibagi menjadi 2 eritrosit yang terinfeksi parasit
banyak ditemukan di daerah
intervillus plasenta. Keadaan ini
berhubungan dengan supresi
sistim imun baik humoral
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 175

maupun seluler selama keha- milan Dari penelitian epidemiologi


sehubungan dengan keberadaan diketahui bahwa Infeksi malaria
fetus sebagai “benda asing” di dalam kronik berhubungan erat dengan
tubuh ibu. Supresi sistim imun gangguan pertumbuhan janin dan
selama kehamilan terjadi karena anemia pada ibu hamil sedangkan
perubahan hormonal terutama infeksi akut (dengan derajat
hormon progesteron dan kortisol. parasitemia yang tinggi)
Konsentrasi hormon progesteron berhubungan dengan kelahiran pre-
yang meningkat selama ke- hamilan
matur.(10,11)
berefek menghambat aktifasi
limfosit T terhadap stimulasi
Keadaan patologi pada ibu hamil
antigen.(5)
a. Demam
Demam akibat malaria pada
ibu hamil biasanya terjadi
pada primigravida yang belum
mem- punyai kekebalan
terhadap malaria. Pada ibu
hamil multi- gravida dan
berasal dari daerah
endemisitas tinggi jarang
terjadi gejala demam
walaupun mem- punyai
derajat parasitemia yang
tinggi. Klinis demam ini
sangat berhubungan dengan
proses ski- zogoni (pecahnya
merozoit/ skizon) dan
terbentuknya sitokin dan atau
toksin lainnya.(2,5)
b. Anemia
Berdasarkan defenisi WHO,
seorang wanita hamil
dikatakan anemia apabila
kadar hemo- globin (Hb)
kurang dari 11 gram/dl.
Anemia yang terjadi pada
trimester pertama keha- milan
sangat berhubungan dengan
kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Hal ini
disebabkan karena
Pertumbuhan janin terjadi
sangat pesat terjadi pada usia
kehamilan sebelum 20
minggu. Anemia akibat
malaria terjadi karena
pecahnya eritrosit yang
terinfeksi dan yang tidak
terinfeksi. Pecahnya eritrosit
yang tidak terinfeksi terjadi
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 176

akibat meningkatnya fragilitas yang berat karena semua


osmotik sehingga mengakibat- kan umur eritrosit dapat
autohemolisis. Pada malaria diserang.(2,5)
falciparum dapat terjadi anemia c. Hipoglikemia
Komplikasi malaria
berupa hipoglikemia
lebih sering terjadi pada
wanita hamil
dibandingkan dengan
individu yang tidak
hamil. Keadaan
hipoglikemia ini sering
tidak terdeteksi karena
gejala hipoglikemia itu
sendiri mirip dengan
gejala malaria.
Gangguan susunan saraf
pusat akibat hipoglikemi
sering dira- gukan
dengan malaria serebral.
Hipoglikemia yang tidak
diatasi segera dapat
jatuh ke keadaan
asidosis laktat yang
dapat mengakibatkan fetal distress.(2,11)
Hipoglikemia
akibat malaria pada
wanita hamil terjadi
karena beberapa hal
antara lain; adanya
perubahan metabolisme
karbohidrat teru- tama
pada trimester akhir
kehamilan, kebutuhan
glukosa dari eritrosit
yang terinfeksi lebih
tinggi dibandingkan
dengan eritrosit yang
tidak terinfeksi,
peningkatan fungsi sel
beta pankreas,
peningkatan sekresi
adrenalin dan disfunsi
susunan saraf pusat.(2,11)
d. Edema paru akut
Edema paru akut sering
terjadi pada trimester
kedua dan ketiga.
Kondisi ini terjadi
karena bebe- rapa sebab
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 177

yaitu peningkatan tinggi, hipotensi, asidosis dan


permeabilitasvaskuler uremia.(11)
sekunder terhadap emboli e. Malaria serebral
dan Dis- seminated Keadaan malaria serebral
Intravascular Coagu- lation antara lain disebabkan oleh
(DIC), disfungsi berat obstruksi mekanis pembuluh
mikrosirkulasi, proses alergi, darah otak akibat
terapi cairan yang berlebihan berkurangnya defor- mabilitas
bersamaan dengan gangguan eritrosit yang terin- feksi
fungsi kapiler alveoli, parasit dan terjadinya adhesi
malaria serebral, tingkat eritroit yang mengandung
parasitemi yang parasit di endotel vaskuler
yang menimbulkan
peningkatan per- meabilitas
sehingga menimbul- kan
perubahan sawar darah otak
dan udem.(2,5)

Keadaan patologi pada janin


Ibu hamil yang menderita
malaria dapat berakibat buruk pada
janin yang dikandungnya. Pengaruh
pada janin yang paling sering terjadi
adalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Bayi yang lahir dengan berat
badan rendah dapat disebabkan oleh
kelahiran prematur dan gangguan
pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat
terjadi akibat malaria di masa keha-
milan karena adanya gangguan suplai
nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin
yang dikandungnya. Gangguan
sirkulasi uteroplasenta terjadi akibat
adanya sekuestrasi eritrosit terinfeksi
yang terus mengkonsumsi glukosa
dan oksigen eritrosit, terjadinya
penebalan membran sitotropoblas dan
kondisi anemia pada ibu. Selain itu,
proses inflamasi yang diperantarai
oleh sitokin Th1 akibat infeksi parasit
malaria ini juga mempengaruhi secara
langsung proses tumbuh kembang
janin. Apabila infeksi yang terjadi
cukup berat, malaria di masa
kehamilan dapat mengakibat- kan
abortus atau stillbirth.(6,12)
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 178

knotting), nekrosis fibrinoid, deposit


hemozoin hasil penghancuran
eritrosit, kerusakan trofoblas,
penebalan membrana basalis
trofoblas. Keadaan nekrosis
sinsitiotrofoblas, kehilangan
mikrovilli dan penebalan membrana
basalis trofoblas akan menyebabkan
aliran darah ke janin berkurang dan
akan terjadi gangguan nutrisi pada
janin. Lesi bermakna yang ditemukan
adalah penebalan membrana basalis
trofoblas, pengecilan mikrovilli fokal
menahun. Bila villi plasenta dan sinus
venosum mengalami kongesti dan
terisi eritrosit terinfeksi dan
makrofag, maka aliran darah plasenta
akan berkurang dan ini dapat
menyebabkan abortus, lahir prematur,
lahir mati ataupun berat badan lahir
rendah. Berbeda dengan P.falciparum,
P.vivax tidak mengalami sekuestrasi
di plasenta. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa kejadian
Mekanisme terjadinya kelahiran berat badan lahir rendah yang
prematur dan gangguan diakibatkannya disebabkan oleh
pertumbuhan janin akibat malaria perubahan sistemik dan bukan oleh
pada kehamilan.(Rogerson, 2007) perubahan lokal pada plasenta.(5,6,13)
Proses sekuestrasi eritrosit
Perubahan Patologis Plasenta terinfeksi pada plasenta sangat
berbeda dengan proses sekuestrasi
Pada infeksi P.falciparum yang terjadi pada otak atau organ lain
terjadi akumulasi eritrosit terinfeksi yang diperantarai oleh reseptor CD36
yang lebih banyak di daerah and ICAM-1. Proses sekuetrasi pada
intervillus plasenta dibandingkan pla- senta terjadi karena adanya
dengan sirkulasi perifer. Eritrosit molekul adhesi chondroitin sulphate
yang mengandung parasit ini lebih A (CSA) dan hyaluronic acid (HA).
banyak dijumpai pada sisi maternal Chondroitin sulphate A dan
plasenta dibandingkan dengan hyaluronic acid ini diekspresikan oleh
sirkulasi fetal. Pada infeksi aktif, sinstiotropoblas yang membatasi
plasenta terlihat hitam atau abu-abu ruang intervilli plasenta.(6,14)
dan sinusoid padat dengan eritrosit Sekuestrasi terjadi karena ada-
terin- feksi. Secara histologis nya ikatan antigen spesifik yang
ditandai oleh sel eritrosit berparasit diekspresikan oleh eritrosit terinfeksi
dan pigmen malaria dalam ruang dengan molekul adhesi CSA dan HA.
intervilli plasenta, monosit Sekuestrasi dapat dicegah oleh
mengandung pigmen, infiltrasi antibodi yang dapat menghambat
mono- nuklear, simpul sinsitial terjadinya ikatan antara eritrosit
(syncitial terinfeksi dengan molekul adhesi
tersebut (CSA- binding parasite). Ibu
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 179

primigravida yang terpapar dengan CSA- binding


parasite untuk pertama kalinya
akan mengalami parasitemia
yang tinggi pada plasenta
dikarenakan belum
terbentuknya sistem imun yang
efektif. Pada ibu hamil yang
mengalami malaria plasenta
dengan derajat parasitemia yang
tinggi bisa saja tidak
mengandung parasit di sirkulasi
perifernya.(14)

Peranan Protein Parasit


terhadap Infeksi Plasenta
Eritrosit terinfeksi yang berada
di plasenta mengekspresikan
variant survace antigen (VSA)
yang unik, yang memegang
peranan dalam proses adhesi di
runag intervilli plasenta. Ligand
yang berperan penting dalam
proses adhesi dan variasi
antigen tersebut adalah P.
falciparum Erythrocyte
Membrane Protein-1 (PfEMP1).
Protein polimorfik ini dikode
oleh famili multi gen yang
disebut var. Setiap individu
parasit P.falciparum akan
mengekpresikan satu gen var
dalam satu waktu. Pada saat
antibodi terhadap suatu
PfEMP1 terbentuk, parasit telah
membentuk varian PfEMP1
yang lain, sehingga parasit
dapat bertahan dari serangan
antibodi tersebut.(12,14)
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 180
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 181

Ikatan eritrosit terinfeksi plasmodium dengan plasenta (Zhang, 2007)

KEPUSTAKAAN
1. World Health Organization, 2010. Diunduh dari:
http://www.who.int/features/2003/0 4b/en/

2. Cahaya I. Pengaruh malaria selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara. USU


digital library 2003.

3. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam : Harijanto PN, ed. Malaria
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta : EGC,
cetakan pertama, 2006; 151-65. Menendezab C, Mayor A. Congenital malaria: The
least known consequence of malaria in pregnancy. Semin Fetal Neonatal
Med June 2007;12(3):207-213Suparman E, Suryawan A.
Malaria pada Kehamilan. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2004; 4(1) :21-40.

4. Rogerson SJ, Pollina E, Getachew A, Tadesse E, Lema VM, Molyneux ME.


Placental monocyte infi ltrates in response to Plasmodium falciparum infection and
their association with adverse pregnancy outcomes. Am J Trop Med Hyg 2003; 68:
115–19.

5. Quinn TC. 1992. Parasitic Disease During Pregnancy. Sciarra JJ, Eschenbach DA,
Depp R, eds. In: Gynecology and Obstetrics. Volume 3. Philadephia : JB
Lippincott Company,1-6.
Selfi Renita Rusjdi, MALARIA PADA MASA KEHAMILAN 182

6. Raghupathy R. Th1-type immunity is incompatible with successful


pregnancy. Immunol Today 1997; 18: 478–82.

7. Pearson RD. Parasites, pregnancy, prolactin and pandemics? Trends


Parasitol 2005; 21: 555–6.

8. Shulman CE, Marshall T, Dorman EK, et al. Malaria in pregnancy: adverse


eff ects on haemoglobin levels and birthweight in primigravidae and
multigravidae. Trop Med Int Health 2001; 6: 770– 8.

9. Rogerson SJ, Pollina E, Getachew A, Tadesse E, Lema VM, Molyneux ME.


Placental monocyte infi ltrates in response to Plasmodium falciparum
infection and their association with adverse pregnancy outcomes. Am J Trop
Med Hyg 2003; 68: 115–19.

10. Guyatt LH, Snow WR. Impact of Malaria during Pregnancy on Low Birth
Weight in Sub-Saharan Africa. Clinical Microbiology Reviews 2004; 17(4):
760-9.

11. Beeson JG, Amin N, Kanjala M, Rogerson SJ. Selective accumulation


of mature asexual stages of Plasmodium falciparum- infected erythrocytes in
the placenta. Infect Immun 2002; 70: 5412–5.

12. Mens FP, Bojtor CE, Schallig HDF. Molecular interactions in the placenta
during malaria infection. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology 152 (2010) 126–32.

Anda mungkin juga menyukai