Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MALARIA DALAM KEHAMILAN

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Malaria, KIA & Imunisasi Terpadu
Dosen Pengampu : Deviarbi S. Tira, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Hendrika Octavia Nugraheni Kitu (1907010141)


2. Gracia Adelia Cahyani Putry Hany (1907010034)
3. Mida Andini Armilia Mau ( 1907010201)
4. Lucitania Floreca Mokos (1907010216)
5. Pascalita Nggalasnai Tanggu (1907010091)
6. Kristina Ledoh (1907010199)
7. Evaristus Marung (1907010064)
8. Febriani A. Kehi (1907010195)
9. Beci Natalia Timo (1907010048)
10. Marselina Keke Kalana (1807010216)
11. Choirun Nisya (1910021)
12. Sarah Tsabitah Ufairoh (1910098)
13. Yehezkiel Steinia Prihanda (1910111)

Semester : V
Peminatan : Epidemiologi & Biostatistika

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Malaria Dalam
Kehamilan” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Malaria, KIA & Imunisasi Terpadu pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit Anthraks bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu. Deviarbi S. Tira, S.KM., M.Kes selaku
dosen pangampu mata kuliah Malaria, KIA & Imunisasi Terpadu yang telah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu
dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Kami menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita sekalian tentang Malaria Dalam Kehamilan. Akhir kata sekian
dan terima kasih.

Kupang, 17 Oktober 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................5
1.4 Manfaat….................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dan Etiologi Malaria Dalam Kehamilan................................6
2.2 Keadaan Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria Pada Ibu Hamil..........6
2.3 Gejala Klinis Malaria Pada Ibu Hamil.....................................................7
2.4 Keadaan Patologi Pada Ibu hamil............................................................8
2.5 Keadaan Patologi Pada Janin...................................................................9
2.6 Perubahan Patologis Plasenta..................................................................10
2.7 Perananan Protein Parasit Terhadap Infeksi Plasenta.............................11
2.8 Diagnosis Malaria Pada Kehamilan........................................................11
2.9 Penanganan Malaria Pada Kehamilan.....................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan 219 juta penduduk dunia terinfeksi
malaria dan sebanyak 660.000 diantaranya meninggal setiap tahun. Penyakit ini dapat
menyerang semua individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak
terkecuali wanita hamil. Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena
malaria sehubungan dengan penurunan imunitas di masa kehamilan. Malaria pada
kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya.
Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam, anemia,
hipoglikemia, edema paru akut, malaria selebral bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pada janin yang dikandung oleh ibu penderita malaria dapat terjadi abortus, lahir mati,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Keadaan patologi
yang ditimbulkan ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah paritas dan umur
ibu hamil. Malaria pada kehamilan merupakan masalah kesehatan yang serius. Malaria
pada kehamilan perlu penanganan yang intensif mengingat dampak yang dapat terjadi
baik bagi ibu, janin yang dapat menjadi beban bukan hanya dari segi perawatan
kesehatan saja tetapi juga berkurangnya produktifitas dan partisipasi dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya medis yang
bersifat edukatif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan uraian diatas, untuk dapat memahami berbagai hal tentang penyakit
Malaria Dalam Kehamilan maka kami membuat makalah ini dengan judul “Malaria
Dalam Kehamilan” agar dapat menambah wawasan terkait penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan etiologi malaria dalam kehamilan ?
2. Bagaimana keadaan yang mempengaruhi kejadian malaria pada ibu hamil ?
3. Bagaimana gejala klinis malaria pada ibu hamil ?
4. Bagaimana keadaan patologi pada ibu hamil ?
5. Bagaimana keadaan patologi pada janin ?
6. Bagaimana perubahan patologis plasenta ?

4
7. Apa perananan protein parasit terhadap infeksi plasenta ?
8. Bagaimana diagnosis malaria pada kehamilan ?
9. Apa saja penanganan malaria pada kehamilan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan etiologi malaria dalam kehamilan.
2. Untuk mengetahui keadaan yang mempengaruhi kejadian malaria pada ibu hamil.
3. Untuk mengetahui gejala klinis malaria pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui keadaan patologi pada ibu hamil.
5. Untuk mengetahui keadaan patologi pada janin.
6. Untuk mengetahui perubahan patologis plasenta.
7. Untuk mengetahui perananan protein parasit terhadap infeksi plasenta.
8. Untuk mengetahui diagnosis malaria pada kehamilan.
9. Untuk mengetahui penanganan malaria pada kehamilan.

1.4 Manfaat
Manfaat pembahasan makalah ini yaitu agar dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan bagi para pembaca sekalian tentang penyakit Malaria Dalam Kehamilan,
baik dari pengertian, etiologi, keadaan yang mempengaruhi kejadian malaria pada ibu
hamil, gejala klinis malaria pada ibu hamil, keadaan patologi pada ibu hamil, keadaan
patologi pada janin, perubahan patologis plasenta, peranan protein parasit terhadap
infeksi plasenta, diagnosis malaria pada kehamilan dam penanganan malaria pada
kehamilan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Etiologi Malaria Dalam Kehamilan


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk anopheles betina (WHO
1981). Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa membedakan umur dan
jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil. Wanita hamil termasuk golongan
yang rentan untuk terkena malaria.
Empat spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah :
1. Plasmodium falciparum (P. falciparum)
2. Plasmodium vivax (P. vivax)
3. Plasmodium ovale (P. ovale)
4. Plasmodium malariae (P. malariae).
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan
P.vivax atau campuran keduanya, sedangkan P. malariae hanya ditemukan di Nusa
Tenggara Timur dan P. ovale ditemukan di Papua.
Plasmodium falciparum merupakan plasmodium yang terpenting karena
penyebarannya luas, dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas dan
mortalitas ibu dan janinnya.

2.2 Keadaan Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria Pada Ibu Hamil


Kekebalan terhadap malaria lebih banyak ditentukan dari tingkat transmisi malaria
tempat wanita hamil tinggal/berasal, yang dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu
Stable transmission / transmisi stabil, atau endemik dan Unstable transmission /
transmisi tidak stabil, epidemik atau non-endemik . Orang-orang yang berada di
daerah transmisi stabil akan terus-menerus terpapar malaria karena sering menerima
gigitan nyamuk infektif setiap bulannya sehingga imunitas yang terbentuk cukup
signifikan untuk bertahan dari serangan parasit malaria. Orang yang berada di daerah
Unstable transmission, epidemik atau nonendemik jarang terpapar malaria dan hanya
menerima rata-rata kurang dari 1 gigitan nyamuk infektif/tahun. Wanita hamil yang
berada di daerah tersebut akan mengalami peningkatan resiko penyakit maternal
berat, kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal. Ibu hamil yang
menderita malaria berat di daerah ini memiliki risiko kemungkinan fatal lebih dari 10

6
kali dibandingkan ibu tidak hamil yang menderita malaria berat di daerah yang sama
Wanita hamil lebih rentan terkena malaria dibandingkan dengan wanita yang tidak
hamil. Kerentanan ini semakin tinggi pada kehamilan pertama dan kedua.
Kerentanan terhadap malaria ini berhubungan erat dengan proses imunologi dan
perubahan hormonal di masa kehamilan Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi parasit
banyak ditemukan di daerah intervillus plasenta. Keadaan ini berhubungan dengan
supresi sistim imun baik humoral maupun seluler selama kehamilan sehubungan
dengan keberadaan fetus sebagai “benda asing” di dalam tubuh ibu. Supresi sistim
imun selama kehamilan terjadi karena perubahan hormonal terutama hormon
progesteron dan kortisol. Konsentrasi hormon progesteron yang meningkat selama
kehamilan berefek menghambat aktifasi limfosit T terhadap stimulasi antigen. Dari
penelitian epidemiologi diketahui bahwa Infeksi malaria kronik berhubungan erat
dengan gangguan pertumbuhan janin dan anemia pada ibu hamil sedangkan infeksi
akut (dengan derajat parasitemia yang tinggi) berhubungan dengan kelahiran
prematur.

2.3 Gejala Klinis Malaria Pada Ibu Hamil


Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit/ skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin
lainnya. Pada daerah hiperendemik sering ditemukan penderita dengan parasitemia
tanpa gejala demam. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik,
anemia dan splenomegali. Sering terdapat gejala prodromal seperti malaise, sakit
kepala, nyeri pada tulang/otot, anoreksia dan diare ringan. Namun sebenarnya efek
klinik malaria pada ibu hamil lebih tergantung pada tingkat kekebalan ibu hamil
terhadap penyakit itu, sedangkan kekebalan terhadap malaria lebih banyak ditentukan
dari tingkat transmisi malaria tempat wanita hamil tinggal/berasal, yang dibagi
menjadi 2 golongan besar :
A. Stable transmission / transmisi stabil, atau endemik (contoh : Sub-Sahara Afrika)
 Orang-orang di daerah ini terus-menerus terpapar malaria karena sering
menerima gigitan nyamuk infektif setiap bulannya
 Kekebalan terhadap malaria terbentuk secara signifikan.
B. Unstable transmission / transmisi tidak stabil, epidemik atau non-endemik
(contoh : Asia tenggara dan Amerika selatan)

7
Orang-orang di daerah ini jarang terpapar malaria dan hanya menerima rata-rata <
1 gigitan nyamuk infektif/tahun. Wanita hamil (semiimun) didaerah transmisi
stabil/endemik tinggi akan mengalami :
 Peningkatan parasite rate (pada primigravida di Afrika parasite rate pada
wanita hamil meningkat 30- 40% dibandingkan wanita tidak hamil)
 Peningkatan kepadatan (densitas) parasitemia perifer
 Menyebabkan efek klinik lebih sedikit, kecuali efek anemia maternal sebagai
komplikasi utama yang sering terjadi pada primigravida. Anemia tersebut
dapat memburuk sehingga menyebabkan akibat serius bagi ibu dan janin.
Sebaliknya di daerah tidak stabil/non-endemik/endemik rendah dimana sebagian
besar populasinya merupakan orangorang yang non-imun terhadap malaria,
kehamilan akan meningkatkan risiko penyakit maternal berat, kematian janin,
kelahiran prematur dan kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita malaria
berat di daerah ini memiliki risiko kemungkinan fatal lebih dari 10 kali
dibandingkan ibu tidak hamil yang menderita malaria berat di daerah yang sama
(Quinn TC, 1992).

2.4 Keadaan Patologi Pada Ibu Hamil


a. Demam
Demam akibat malaria pada ibu hamil biasanya terjadi pada primigravida yang
belum mempunyai kekebalan terhadap malaria. Pada ibu hamil multigravida dan
berasal dari daerah endemisitas tinggi jarang terjadi gejala demam walaupun
mempunyai derajat parasitemia yang tinggi. Klinis demam ini sangat
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/ skizon) dan
terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya.
b. Anemia
Berdasarkan defenisi WHO, seorang wanita hamil dikatakan anemia apabila
kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gram/dl. Anemia yang terjadi pada
trimester pertama kehamilan sangat berhubungan dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena Pertumbuhan janin terjadi
sangat pesat terjadi pada usia kehamilan sebelum 20 minggu. Anemia akibat
malaria terjadi karena pecahnya eritrosit yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi.
Pecahnya eritrosit yang tidak terinfeksi terjadi akibat meningkatnya fragilitas

8
osmotik sehingga mengakibatkan autohemolisis. Pada malaria falciparum dapat
terjadi anemia yang berat karena semua umur eritrosit dapat diserang.
c. Hipoglikemia
Komplikasi malaria berupa hipoglikemia lebih sering terjadi pada wanita hamil
dibandingkan dengan individu yang tidak hamil. Keadaan hipoglikemia ini sering
tidak terdeteksi karena gejala hipoglikemia itu sendiri mirip dengan gejala
malaria. Gangguan susunan saraf pusat akibat hipoglikemi sering diragukan
dengan malaria serebral. Hipoglikemia yang tidak diatasi segera dapat jatuh ke
keadaan asidosis laktat yang dapat mengakibatkan fetal distress. Hipoglikemia
akibat malaria pada wanita hamil terjadi karena beberapa hal antara lain; adanya
perubahan metabolisme karbohidrat terutama pada trimester akhir kehamilan,
kebutuhan glukosa dari eritrosit yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan
eritrosit yang tidak terinfeksi, peningkatan fungsi sel beta pankreas, peningkatan
sekresi adrenalin dan disfungsi susunan saraf pusat.
d. Edema paru akut
Edema paru akut sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Kondisi ini
terjadi karena beberapa sebab yaitu peningkatan permeabilitasvaskuler sekunder
terhadap emboli dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), disfungsi
berat mikrosirkulasi, proses alergi, terapi cairan yang berlebihan bersamaan
dengan gangguan fungsi kapiler alveoli, malaria serebral, tingkat parasitemi yang
tinggi, hipotensi, asidosis dan uremia.
e. Malaria serebral
Keadaan malaria serebral antara lain disebabkan oleh obstruksi mekanis
pembuluh darah otak akibat berkurangnya deformabilitas eritrosit yang terinfeksi
parasit dan terjadinya adhesi eritroit yang mengandung parasit di endotel vaskuler
yang menimbulkan peningkatan permeabilitas sehingga menimbulkan perubahan
sawar darah otak dan udem.

2.5 Keadaan Patologi Pada Janin


 Kematian janin dalam kandungan
 Abortus
 Kelahiran prematur
 Berat badan lahir rendah
 Malaria plasenta.

9
Malaria kongenital dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. True Congenital Malaria (Acquired during pregnancy)
Pada malaria kongenital ini sudah terjadi kerusakan plasenta sebelum bayi
dilahirkan. Parasit malaria ditemukan pada darah perifer bayi dalam 48 jam
setelah lahir dan gejalanya ditemukan pada saat lahir atau 1-2 hari setelah
lahir.
2. False Congenital Malaria (Acquired during labor)
Malaria kongenital paling banyak dilaporkan dan terjadi karena pelepasan
plasenta diikuti transmisi parasit malaria ke janin. Gejala-gejalanya muncul 3-
5 minggu setlah bayi lahir.

2.6 Perubahan Patologis Plasenta


Pada infeksi P.falciparum terjadi akumulasi eritrosit terinfeksi yang lebih banyak di
daerah intervillus plasenta dibandingkan dengan sirkulasi perifer. Eritrosit yang
mengandung parasit ini lebih banyak dijumpai pada sisi maternal plasenta
dibandingkan dengan sirkulasi fetal. Pada infeksi aktif, plasenta terlihat hitam atau
abu-abu dan sinusoid padat dengan eritrosit terinfeksi. Secara histologis ditandai oleh
sel eritrosit berparasit dan pigmen malaria dalam ruang intervilli plasenta, monosit
mengandung pigmen, infiltrasi mononuklear, simpul sinsitial (syncitial knotting),
nekrosis fibrinoid, deposit hemozoin hasil penghancuran eritrosit, kerusakan
trofoblas, penebalan membrana basalis trofoblas. Keadaan nekrosis sinsitiotrofoblas,
kehilangan mikrovilli dan penebalan membrana basalis trofoblas akan menyebabkan
aliran darah ke janin berkurang dan akan terjadi gangguan nutrisi pada janin. Lesi
bermakna yang ditemukan adalah penebalan membrana basalis trofoblas, pengecilan
mikrovilli fokal menahun. Bila villi plasenta dan sinus venosum mengalami kongesti
dan terisi eritrosit terinfeksi dan makrofag, maka aliran darah plasenta akan
berkurang dan ini dapat menyebabkan abortus, lahir prematur, lahir mati ataupun
berat badan lahir rendah. Berbeda dengan P.falciparum, P.vivax tidak mengalami
sekuestrasi di plasenta. Keadaan ini mengindikasikan bahwa kejadian berat badan
lahir rendah yang diakibatkannya disebabkan oleh perubahan sistemik dan bukan
oleh perubahan lokal pada plasenta.
Proses sekuestrasi eritrosit terinfeksi pada plasenta sangat berbeda dengan proses
sekuestrasi yang terjadi pada otak atau organ lain yang diperantarai oleh reseptor
CD36 and ICAM-1. Proses sekuetrasi pada plasenta terjadi karena adanya molekul

10
adhesi chondroitin sulphate A (CSA) dan hyaluronic acid (HA). Chondroitin sulphate
A dan hyaluronic acid ini diekspresikan oleh sinstiotropoblas yang membatasi ruang
intervilli plasenta.
Sekuestrasi terjadi karena adanya ikatan antigen spesifik yang diekspresikan oleh
eritrosit terinfeksi dengan molekul adhesi CSA dan HA. Sekuestrasi dapat dicegah
oleh antibodi yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara eritrosit terinfeksi
dengan molekul adhesi tersebut (CSA- binding parasite). Ibu primigravida yang
terpapar dengan CSA- binding parasite untuk pertama kalinya akan mengalami
parasitemia yang tinggi pada plasenta dikarenakan belum terbentuknya sistem imun
yang efektif. Pada ibu hamil yang mengalami malaria plasenta dengan derajat
parasitemia yang tinggi bisa saja tidak mengandung parasit di sirkulasi perifernya.

2.7 Perananan Protein Parasit Terhadap Infeksi Plasenta


Eritrosit terinfeksi yang berada di plasenta mengekspresikan variant survace antigen
(VSA) yang unik, yang memegang peranan dalam proses adhesi di runag intervilli
plasenta. Ligand yang berperan penting dalam proses adhesi dan variasi antigen
tersebut adalah P. falciparum Erythrocyte Membrane Protein-1 (PfEMP1). Protein
polimorfik ini dikode oleh famili multi gen yang disebut var. Setiap individu parasit
P.falciparum akan mengekpresikan satu gen var dalam satu waktu. Pada saat antibodi
terhadap suatu PfEMP1 terbentuk, parasit telah membentuk varian PfEMP1 yang
lain, sehingga parasit dapat bertahan dari serangan antibodi tersebut.

2.8 Diagnosis Malaria Pada Kehamilan


Malaria pada kehamilan dipastikan dengan ditemukannya parasit malaria di dalam :
 Darah maternal
 Darah plasenta / melalui biopsi.
Gambaran klinik malaria pada wanita non-imun (di daerah non-endemik) bervariasi
dari :
 Malaria ringan tanpa komplikasi (uncomplicated malaria) dengan demam tinggi,
sampai
 Malaria berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada ibu dan janin
(maternal mortality rate 20-50 % dan sering fatal bagi janin).
Sedangkan gambaran klinik malaria pada wanita di daerah endemik sering tidak
jelas, mereka biasanya memiliki kekebalan yang semi-imun, sehingga :

11
 Tidak menimbulkan gejala-gejala, misal : demam
 Tidak dapat didiagnosis klinik.
Pembagian Diagnosis Malaria pada Umumnya
1. Diagnosis Klinis
(tanpa pemeriksaan laboratorium) :
a. Malaria klinis ringan/tanpa komplikasi.
b. Malaria klinis berat/dengan komplikasi.
Malaria ringan / tanpa komplikasi
Pada anamnesis :
- Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari daerah endemis
malaria dengan demam akut dalam segala bentuk, dengan/tanpa gejala-gejala
lain.
- Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam 2 minggu
terakhir.
- Riwayat tinggal di daerah malaria.
- Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pada pemeriksaan fisik :
- Temperatur > 37,5°C.
- Dapat ditemukan pembesaran limpa.
- Dapat ditemukan anemia.
- Gejala klasik malaria yang khas terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu
menggigil (15 – 60 menit), demam (2-6 jam), berkeringat (2-4 jam).
Di daerah endemis malaria, di mana penderita telah mempunyai imunitas
terhadap malaria, gejala klasik di atas tidak timbul berurutan, bahkan tidak semua
gejala tersebut dapat ditemukan. Selain gejala klasik diatas, dapat juga disertai
gejala lain/gejala khas setempat, seperti lemas, sakit kepala, myalgia, sakit perut,
mual/muntah,dan diare.
Malaria berat
Malaria berat/severe malaria/complicated malaria adalah bentuk malaria
falsiparum yang serius dan berbahaya, yang memerlukan penanganan segera dan
intensif. Oleh karena itu pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala malaria berat
sangat penting diketahui bagi unit pelayanan kesehatan untuk menurunkan
mortalitas malaria. Beberapa penyakit penting yang mirip dengan malaria berat
adalah meningitis, ensefalitis, septikemia, demam typhoid, infeksi viral, dan lain-

12
lain. Hal ini menyebabkan pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan untuk
menambah kekuatan diagnosis.
WHO mendefinisikan malaria berat sebagai ditemukannya Plasmodium
falciparum bentuk aseksual dengan satu atau beberapa komplikasi/manifestasi
klinik berat, yaitu :
1. Gangguan kesadaran sampai koma (malaria serebral).
2. Anemia berat (Hb < 5 g%, Ht < 15 %).
3. Hipoglikemia (kadar gula darah < 40 mg%).
4. Udem paru / ARDS.
5. Kolaps sirkulasi, syok, hipotensi (tek. Sistolik < 70 mm Hg pada dewasa dan
< 50 mmHg pada anak-anak), algid malaria dan septikemia.
6. Gagal ginjal akut (ARF).
7. Ikterus (bilirubin > 3 mg%).
8. Kejang umum berulang ( > 3 x/24 jam).
9. Asidosis metabolik.
10. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit & asam-basa.
11. Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah.
12. Hemoglobinuria
13. Kelemahan yang sangat (severe prostration)
14. Hiperparasitemia
15. Hiperpireksia (Suhu > 40°C)
Seorang penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi (uncomplicated) dapat
menjadi berat (complicated) kalau tidak diobati secara dini dan semestinya.
2. Diagnosis Laboratorium (dengan pemeriksaan Sediaan Darah)
Pemeriksaan mikroskopik masih merupakan pemeriksaan terpenting pada
penyakit malaria karena interpretasi pemeriksaan ini selain dapat
mengidentifikasi jenis plasmodium secara tepat sekaligus juga dapat menghitung
jumlah parasit sehingga derajat parasitemia dapat diketahui. Macam pemeriksaan
laboratorium :
a. Pemeriksaan dengan mikroskop :
 Pewarnaan Giemsa pada sediaan hapusan darah untuk melihat parasit
 Pewarnaan Acridin Orange untuk melihat eritrosit yang terinfeksi
 Pemeriksaan Fluoresensi Quantitative Buffy Coat (QBC)

13
Sedangkan untuk pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/ rumah sakit digunakan untuk menentukan nilai ambang
parasit dan mengetahui kepadatan parasit (terutama penderita rawat inap)
pada sediaan darah.
Metode diagnostik yang lain adalah deteksi antigen HRP II dari parasit denga
metode Dipstick test, selain itu dapat pula dilakukan uji immunoserologis
yang lain, seperti :
 Tera radio immunologik (RIA)
 Tera immuno enzimatik (ELISA)
Adapun pemeriksaan genetika dan biomolekuler yang dapat dilakukan adalah
dengan mendeteksi DNA parasit, dalam hal yang spesifik, melalui
pemeriksaan Reaksi Rantai Polimerase (PCR).
Di daerah yang tidak mempunyai sarana laboratorium dan tenaga
mikroskopis, diagnosis malaria ditegakkan hanya berdasarkan pemeriksaan
klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) tanpa pemeriksaan laboratorium.

2.9 Penanganan Malaria Pada Kehamilan


1. Pengontrolan Malaria
Pengontrolan malaria dalam kehamilan tergantung derajat transmisi, pengawasan
berdasar-kan suatu gabungan hal-hal dibawah ini :
a. Diagnosis & pengobatan malaria ringan dan anemia ringan sampai moderat.
b. Kemoprofilaksis.
c. Penatalaksanaan komplikasikomplikasi severe malaria, termasuk anemia berat.
d. Pendidikan kesehatan dan kunjungan yang teratur untuk ante natal care
(ANC).
ANC yang teratur adalah dasar untuk keberhasilan penatalaksanaan malaria
dalam kehamilan, yang bertujuan untuk : Memberikan pendidikan kesehatan
termasuk penyuluhan tentang malaria dan dampaknya (malaria serebral,
anemia, hipoglikemi, edema paru, abortus, pertumbuhan janin terhambat,
prematuritas, kematian janin dalam rahim, dan lain-lain) pada kehamilan di
semua lini kesehatan (Posyandu, Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit).
- Memonitor kesehatan ibu dan janin, serta kemajuan kehamilan.
- Diagnosis dan pengobatan yang tepat (tepat waktu).
- Memberikan ibu suplai obat untuk kemoprofilaksis.

14
e. Perlindungan pribadi untuk mencegah kontak dengan vektor, misal :
pemakaian kelambu.
f. Pemeriksaan hemoglobin dan parasitologi malaria setiap bulan.
g. Pemberian tablet besi dan asam folat serta imunisasi TT harus lengkap.
h. Pada daerah non resisten klorokuin :
- Ibu hamil non-imun diberi Klorokuin 2 tablet/ minggu dari pertama datang
sampai masa nifas.
- Ibu hamil semi imun diberi SP pada trimester II dan III awal.
i. Pada daerah resisten klorokuin semua ibu hamil baik non imun maupun semi
imun diberi SP pada trimester II dan III awal ( Warouw NN, 2002).
2. Penanganan Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit
 Kriteria Rawat Jalan
- Gejala klinis malaria tanpa komplikasi.
- Bukan malaria berat.
- Parasitemia < 5%.
 Kriteria Rawat Tinggal
- Gejala klinis malaria dengan komplikasi.
- Malaria berat.
- Parasitemia > 5%.
 Kriteria Rujukan
Semua penderita yang memenuhi kriteria rawat tinggal (malaria berat) tetapi
fasilitas/kemampuan perawatan setempat tidak mencukupi, perlu dirujuk dari
Puskesmas ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan tenaga dokter
spesialis.
3. Pengobatan Malaria Dalam Kehamilan
Pada semua ibu hamil dengan malaria, maka pada kunjungan ANC yang pertama,
diberikan pengobatan dosis terapeutik anti malaria. Kebijakan pengobatan
malaria (P.Falciparum dan P.Vivax) di Indonesia hanya menganjurkan pemakaian
klorokuin untuk pengobatan dosis terapeutik dalam kehamilan, sedangkan kinin
untuk pengobatan malaria berat.
- Pada daerah dimana P. Falciparum sudah resisten terhadap klorokuin, maka
dapat diberikan pengobatan alternatif yaitu :
Pengobatan Dosis Terapeutik OAM dalam Kehamilan :

15
- Meflokuin dapat dipakai jika pengobatan dengan Kina atau SP sudah resisten,
namun penggunaannya pada kehamilan muda harus benarbenar
dipertimbangkan, karena data penggunaannya pada trimester I masih terbatas.
Jika terjadi resistensi ganda pilihan terapi adalah sebagai berikut :
- Garam Kina 10 mg/Kg BB per oral 3 kali selama 7 hari DITAMBAH
Klindamisin 300 mg 4 kali sehari selama 5 hari. (dapat dipakai di daerah
resisten kina).
- ATAU Artesunat 4 mg/Kg BB oral dlm beberapa dosis hari I, disambung 2
mg/Kg BB oral dosis tunggal selama 6 hari. (dapat dipakai pada trimester II &
III, dan jika tidak ada alternatif lain). Untuk daerah Minahasa/ Sulawesi Utara
klorokuin masih sangat efektif, demi-kian juga P. Vivax umumnya masih
sensitif terhadap klorokuin.
Pengobatan malaria berat memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam diagnosis
sedini mungkin. Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan/pengobatan
yang perlu dilakukan adalah :
- Tindakan umum / simptomatik.
- Pemberian obat anti malaria.
- Pengobatan komplikasi.
Penanganan persalinan penderita malaria yang positif pada pemeriksaan apusan
darah tebal/ DDR (+), perlu pengawasan yang lebih cermat, sebagai berikut :
Pada kala I :
- Wanita hamil dengan infeksi malaria berat harus dirawat di unit perawatan
intensif (bila memungkinkan).
- Pemantauan ketat kontraksi uterus dan denyut jantung janin (monitoring CTG)
sehingga dapat memantau adanya kegawatan pada janin lebih awal.
- Bila pada pemantauan ditemukan tanda kegawatan janin pada persalinan maka
merupakan indikasi untuk mengakhiri dengan seksio sesarea.
Perawatan umum pada kala I :

16
- Demam.
Bila suhu rektal > 39°C maka dikompres dan diberi antipiretik (parasetamol 3-
4x 500 mg/hari).
- Anemia.
Wanita hamil dengan anemia dapat diberikan transfusi PRC (packed red cell).
- Hipoglikemia.
Diberi glukosa 50% sebanyak 50 ml bolus intravena dan dilanjutkan dengan
infus glukosa 5% atau 10%.
- Edema paru
Penderita diletakkan pada posisi setengah duduk, oksigenasi konsentrasi tinggi
serta diberi furosemid 40 mg intravena. Bila perlu dilakukan ventilasi mekanik
dengan te kanan positif akhir respirasi (PEEP).
- Malaria serebral
Penderita harus dirawat dengan cermat, keseimbangan cairan dan tingkat
kesadaran diperhatikan. Dapat diberi suntikan natrium fenobarbital 10-15
mg/kgBB intramuskuler dosis tunggal dan bila timbul kejang dapat diberikan
diazepam 0,15 mg/kgBB intravena (maksimal 10 mg).
Pada kala II :
Bila tidak ada kontra indikasi persalinan dapat pervaginam, indikasi persalinan
dengan ekstraksi vakum/forseps tergantung keadaan indikasi obsterik saat itu.
4. Pencegahan Malaria Dalam Kehamilan
Setiap wanita yang tinggal di daerah endemis atau akan bepergian ke daerah
endemis sebaiknya diberikan kemoprofilaksis walaupun hal ini tidak memberikan
perlindungan absolut terhadap infeksi malaria, namun dapat menurunkan
parasitemia dan mencegah komplikasi malaria berat dan meningkatkan berat
badan bayi.
Klorokuin merupakan obat yang paling aman bagi wanita hamil dengan dosis 300
mg basa (2 tablet) diberikan setiap minggu. Bagi wanita hamil yang akan
bepergian ke daerah endemis malaria pemberian dimulai 1 minggu sebelum
berangkat, selama berada di daerah endemis, sampai 4 minggu setelah keluar dari
daerah tersebut.
Upaya lain untuk pencegahan infeksi malaria adalah dengan memutuskan rantai
penularan pada host, agen ataupun lingkungan dengan cara :
- Memakai kelambu yang telah dicelup dengan insektisida (misal : permethrin).

17
- Membunuh nyamuk dewasa
- Membunuh jentik nyamuk
- Pemakaian celana panjang dan kemeja lengan panjang.
- Pemakaian penolak nyamuk (repellent).
- Pemakaian obat nyamuk (baik semprot, bakar dan obat nyamuk listrik).
- Pemakaian kawat nyamuk pada pintu-pintu dan jendela-jendela.
Pencegahan terhadap anemia dimulai pada saat ini :
- Berikan suplemen besi : 300 mg sulfas ferrosus (60 mg elemen besi)/hari, dan
1 mg asam folat / hari.
- Untuk pengobatan anemia moderat (Hb 7-10 g/dl) maka diberikan dosis besi
2xlipat.
- Periksa Hb setiap kali kontrol.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina (WHO 1981). Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk
terkena malaria sehubungan dengan penurunan imunitas di masa kehamilan.
Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada
ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil, malaria dapat
mengakibatkan timbulnya demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut,
malaria selebral bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin yang
dikandung oleh ibu penderita malaria dapat terjadi abortus, lahir mati,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Keadaan
patologi yang ditimbulkan ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah
paritas dan umur ibu hamil.

3.2 Saran
Penyakit Malaria Dalam Kehamilan perlu lebih dipelajari sehingga tidak ada
lagi kejadian ibu hamil yang mengalami penyakit malaria dan bayinya juga
tidak mengalami dampak dari penyakit malaria ini dan pada akhirnya jika
malaria pada ibu hamil dapat ditekan maka akan menaikkan derajat
kesehatan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rusjdi, S. R. (2012) “Malaria Pada Masa Kehamilan,” Majalah Kedokteran Andalas, 36(2),
hal. 173. doi: 10.22338/mka.v36.i2.p173-178.2012.

Suparman, E. dan Suryawan, A. (2004) “Malaria pada Kehamilan,” Jkm, 4(1), hal. 21–39.
Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/148312-ID-malaria-pada-
kehamilan.pdf.

20

Anda mungkin juga menyukai