Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

M. K : EKOLOGI MANUSIA

Orientasi Umum
Sebelum memahami materi studi tentang ekologi manusia perlu dikemukakan konteks
ekologi manusia dalam konsep keilmuan dan bagaimana hubungannya dengan disiplin
sosiologi.
Bahasan ekologi manusia tidak terlepas dari kajian ekosistem. Dalam proses
ekosistem[11], manusia beradaptasi dengan semua bentuk lingkungan (LHA, LHB, dan LHS)
sesuai dengan kondisi dimana ia berada. Dalam beradaptasi ini manusia mendayagunakan
lingkungan untuk tetap survive.
Potensi sumber daya alam dieksploitasi dan dikonsumsi untuk memenuhi berbagai
kebutuhan pokok hidupnya dengan menggunakan akal. Karena akal inilah manusia menjadi
berbudaya. Dari kebudayaannya manusia berilmu pengetahuan, dan dengan ilmu
pengetahuannya membuahkan teknologi. Kesatuan ilmu pengetahuan dan teknologi dikenal
dengan istilah IPTEK.
Ekologi manusia merupakan bagian dari autekologi, suatu ilmu yang mempelajari satu
jenis organisme, atau disebut juga ekologi satu jenis makhluk hidup. Di dalamnya dipelajari
bagaimana manusia berinteraksi dengan komponen alam, baik secara timbal balik maupun
searah.
Tjitradjaja mendefinisikan ekologi manusia dengan studi tentang hubungan-hubungan
dinamika populasi, organisme sosial, dan kebudayaan populasi manusia dengan lingkungan
tempat mereka hidup. Dengan kata lain, studi tentang interaksi antara populasi manusia
dengan lingkungannya.

Perspektif Keilmuan
Secara Ontologi
Studi tentang proses, fungsi, unsur, parameter dan karakteristik interaksi manusia
dengan komponen lainnya dimana manusia sebagai thema central. Dalam hal ini manusia
adalah satu-satunya makhluk hidup yang diberi kelebihan akal, budaya dan agama
dibandingkan dengan komponen lain dalam ekosistemnya.
Secara Epistemologi
Ekologi manusia didasarkan atas bangunan autekologi (mempelajari satu jenis spesies)
manusia yang dikaji melalui metode berfikir logik, melalui metode riset, analisis, formulasi
dan konklusi tentang fenomena interaksi manusia dengan komponen lingkungan berdasarkan
ekosistemnya.

1
1

Secara Aksiologi
Secara teoritis ekologi manusia memberikan kontribusi tentang dasar-dasar pemikiran
ilmiah bagaimana idealnya manusia di satu sisi merupakan bagian dari ekosistem, dan di sisi
lain manusia menjadi thema central dalam ekosistemnya. Sedangkan secar aplikatif, sangat
berguna untuk dijadikan landasan berfikir dalam upaya memberikan komitmen dan integritas
terhadap stabilitas dan sustainabilitas keutuhan ekosistem dimana manusia itu sendiri ada di
dalamnya.
Studi ekologi manusia sama dengan mempelajari eksistensi manusia dalam
hubungannya dengan semua sektor kehidupannya baik sektor kehidupan yang bersifat sistemsistem sosial yang disebut sosiosistem maupun sistem-sistem biofisika yang disebut
ekosistem.
Konsep Kebudayaan
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi.
Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini.
Seniman seperti penari atau pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan dengan
istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini memang
sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar kemasyarakat luas bahwa
Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan. Seringnya
istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli
Antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut.
Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan definisi yang pernah dibuat
mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi,
tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli
Antropologi tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam
Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi
kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari:
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai
sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan.
Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep kebudayaan berhubungan dengan


beberapa aspek di luar sana yang hendak diteliti oleh seorang ilmuwan. Konsep-konsep
kebudayaan yang dibuat membantu peneliti dalam melakukan pekerjaannya sehingga ia tahu
apa yang harus dipelajari. Salah satu hal yang diperhatikan dalam penelitian Antropologi
adalah perbedaan dan persamaan mahluk manusia dengan makhluk bukan manusia seperti
simpanse atau orang-utan yang secara fisik banyak mempunyai kesamaan-kesamaan.
Bagaimana konsep kebudayaan membantu dalam membandingkan makhluk-makhluk ini? Isu
yang sangat penting disini adalah kemampuan belajar dari berbagai mahluk hidup. Lebah
melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk
yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya
secara kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja
terus sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam
gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di
sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen
nya. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel. Berbeda dengan manusia,
tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan yang luar biasa dari
manusia untuk belajar dari pengalamannya. Benar bahwa manusia tidak terlalu istimewa
dalam belajar karena mahluk lainnya pun ada yang mampu belajar, tetapi kemampuan belajar
dari manusia sangat luar-biasa dan hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuannya
untuk beradaptasi dengan apa yang telah dipelajari itu.
Kebudayaan Diperoleh dari Belajar
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak
diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis, hal ini perlu ditegaskan untuk
membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain
yang tingkahlakunya digerakan oleh insting.
Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut
digerakkan oleh insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk dalam kebudayaan,
tetapi mempengaruhi kebudayaan. Contohnya adalah kebutuhan akan makan. Makan adalah
kebutuhan dasar yang tidak termasuk dalam kebudayaan, tetapi bagaimana kebutuhan itu
dipenuhi; apa yang dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan.
Semua manusia perlu makan, tetapi kebudayaan yang berbeda dari kelompok-kelompoknya
menyebabkan manusia melakukan kegiatan dasar itu dengan cara yang berbeda. Contohnya
adalah cara makan yang berlaku sekarang. Pada masa dulu orang makan hanya dengan
3

menggunakan tangannya saja, langsung menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tetapi cara
tersebut perlahan lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat yang sederhana dari kayu
untuk menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang alat tersebut dibuat dari
banyak bahan. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan. Dulu manusia makan
disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-tempat khusus dimana makanan itu dimakan.
Hal ini semua terjadi karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan
oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam
hidupnya. Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak dipelajari. Semut semut
yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki kebudayaan, walaupun mereka
mempunyai tingkah-laku yang teratur. Mereka membagi pekerjaannya, membuat sarang dan
mempunyai pasukan penyerbu yang semuanya dilakukan tanpa pernah diajari atau tanpa
pernah meniru dari semut yang lain. Pola kelakuan seperti ini diwarisi secara genetis.
Kebudayaan Milik Bersama
Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan seorang
individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para ahli Antropologi
membatasi diri untuk berpendapat suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para
warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang sama
yang didapat melalui proses belajar.
Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai-nilai dan
cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari dan yang dimiliki bersama oleh para warga dari
suatu kelompok masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri dalam Antropologi adalah
sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa yang
biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya.
Kebudayaan sebagai Pola
Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-pola
budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasanpembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh
sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan
dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma,
Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat
seperti apa yang telah mereka patokkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila
para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada
4

masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan

pembatasan-pembatasan

kebudayaan. Sebagian dari pola-pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya berbeda dengan
perilaku sebenarnya karena pola-pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang
dibiasakan oleh masyarakat.
Pembatasan kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh para
pendukung suatu kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu
mengikuti cara-cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh kebudayaan itu.
Pembatasan-pembatasan kebudayaan baru terasa kekuatannya ketika dia ditentang atau
dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi kedalam 2 jenis yaitu pembatasan kebudayaan yang
langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak langsung. Pembatasan langsung terjadi
ketika kita mencoba melakukan suatu hal yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita
merupakan hal yang tidak lazim atau bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan
atau yang ada. Akan ada sindiran atau ejekan yang dialamatkan kepada sipelanggar kalau
hal yang dilakukannya masih dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada,
akan tetapi apabila hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata-tertib yang
berlaku dimasyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum dengan aturan-aturan yang
berlaku dalam masyarakatnya. Contoh dari pembatasan langsung misalnya ketika seseorang
melakukan kegiatan seperti berpakaian yang tidak pantas kedalam gereja. Ada sejumlah
aturan dalam setiap kebudayaan yang mengatur tentang hal ini. Kalau si individu tersebut
hanya tidak mengenakan baju saja ketika ke gereja, mungkin dia hanya akan disindir atau
ditegur dengan pelan. Akan tetapi bila si individu tadi adalah seorang wanita dan dia hanya
mengenakan pakaian dalam untuk ke gereja, dia mungkin akan di tangkap oleh pihak-pihak
tertentu karena dianggap mengganggu ketertiban umum. Dalam pembatasan-pembatasan
tidak langsung, aktifitas yang dilakukan oleh orang yang melanggar tidak dihalangi atau
dibatasi secara langsung akan tetapi kegiatan tersebut tidak akan mendapat respons atau
tanggapan dari anggota kebudayaan yang lain karena tindakan tersebut tidak dipahami atau
dimengerti oleh mereka. Contohnya: tidak akan ada orang yang melarang seseorang di pasar
Hamadi, Jayapura untuk berbelanja dengan menggunakan bahasa Polandia, akan tetapi dia
tidak akan dilayani karena tidak ada yang memahaminya.
Pembatasan-pembatasan kebudayaan ini tidak berarti menghilangkan kepribadian
seseorang dalam kebudayaannya. Memang kadang-kadang pembatasan kebudayaaan tersebut
menjadi tekanan-tekanan sosial yang mengatur tata-kehidupan yang berjalan dalam suatu
kebudayaan, tetapi bukan berarti tekanan-tekanan sosial tersebut menghalangi individu5

individu yang mempunyai pendirian bebas. Mereka yang mempunyai pendirian seperti ini
akan tetap mempertahankan pendapat-pendapat mereka, sekalipun mereka mendapat
tentangan dari pendapat yang mayoritas.
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan dapat bertahan dan berkembang menunjukkan
bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh masyarakat pendukungnya disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya. Ini terjadi sebagai suatu strategi
dari kebudayaan untuk dapat terus bertahan, karena kalau sifat-sifat budaya tidak disesuaikan
kepada beberapa keadaan tertentu, kemungkinan masyarakat untuk bertahan akan berkurang.
Setiap adat yang meningkatkan ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu
biasanya merupakan adat yang dapat disesuaikan, tetapi ini bukan berarti setiap ada mode
yang baru atau sistim yang baru langsung diadopsi dan adat menyesuaikan diri dengan
pembaruan itu. Karena dalam adat-istiadat itu ada konsep yang dikenal dengan sistim nilai
budaya yang merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar dari warga suatu kebudayaan tentang apa yang mereka anggap bernilai,
berharga, dan penting dalam hidup, sehingga ia memberi pedoman, arah serta orientasi
kepada kehidupan warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Bersifat Dinamis dan Adaptif
Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan
melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan fisiologis
dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik-geografis maupun
pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar dalam hubungan tertentu pada suatu
kelompok masyarakat memberi kesan janggal pada kelompok masyarakat yang lain, tetapi
jika dipandang dari hubungan masyarakat tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan
tersebut bisa dipahami. Misalnya, orang akan heran kenapa ada pantangan-pantangan
pergaulan seks pada masyarakat tertentu pada kaum ibu sesudah melahirkan anaknya sampai
anak tersebut mencapai usia tertentu. Bagi orang di luar kebudayaan tersebut, pantangan
tersebut susah dimengerti, tetapi bagi masrakat pendukung kebudayaan yang melakukan
pantangan-pantangan seperti itu, hal tersebut mungkin suatu cara menyesuaikan diri pada
lingkungan fisik dimana mereka berada. Mungkin daerah dimana mereka tinggal tidak terlalu
mudah memenuhi kebutuhan makan mereka, sehingga sebagai strategi memberikan gizi yang
cukup bagi anak bayi dibuatlah pantangan-pantangan tersebut.

Hal ini nampaknya merupakan hal yang sepele tetapi sebenarnya merupakan suatu
pencapaian luar biasa dari kelompok masyarakat tersebut untuk memahami lingkungannya
dan berinteraksi dengan cara melakukan pantangan-pantangan tersebut. Pemahaman akan
lingkungan seperti ini dan penyesuaian yang dilakukan oleh kebudayaan tersebut
membutuhkan suatu pengamatan yang seksama dan dilakukan oleh beberapa generasi untuk
sampai pada suatu kebijakan yaitu melakukan pantangan tadi. Begitu juga dengan
penyesuaian kepada lingkungan sosial suatu masyarakat; bagi orang awam mungkin akan
merasa adalah suatu hal yang tidak perlu untuk membangun kampung jauh diatas bukit atau
kampung di atas air dan sebagainya, karena akan banyak sekali kesulitan-kesulitan praktis
dalam memilih tempat-tempat seperti itu. Tetapi bila kita melihat mungkin pada hubunganhubungan sosial yang terjadi di daerah itu, akan didapat sejumlah alasan mengapa pilihan
tersebut harus dilakukan. Mungkin mereka mendapat tekanan-tekanan sosial dari kelompokkelompok masyarakat disekitarnya dalam bentuk yang ekstrim sehingga mereka harus
mempertahankan diri dan salah satu cara terbaik dalam pilihan mereka adalah membangun
kampung di puncak bukit.
Kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat tertentu merupakan cara
penyesuaian masyarakat itu terhadap lingkungannya, akan tetapi cara penyesuaian tidak akan
selalu sama. Kelompok masyarakat yang berlainan mungkin saja akan memilih cara-cara
yang berbeda terhadap keadaan yang sama. Alasan mengapa masyarakat tersebut
mengembangkan suatu jawaban terhadap suatu masalah dan bukan jawaban yang lain yang
dapat dipilih tentu mempunyai sejumlah alasan dan argumen. Alasanalasan ini sangat
banyak dan bervariasi dan ini memerlukan suatu penelitian untuk menjelaskannya. Tetapi
harus diingat juga bahwa masyarakat itu tidak harus selalu menyesuaikan diri pada suatu
keadaan yang khusus. Sebab walaupun pada umumnya orang akan mengubah tingkah-laku
mereka sebagai jawaban atau penyesuaian atas suatu keadaan yang baru sejalan dengan
perkiraan hal itu akan berguna bagi mereka, hal itu tidak selalu terjadi. Malahan ada
masyarakat yang dengan mengembangkan nilai budaya tertentu untuk menyesuaikan diri
mereka malah mengurangi ketahanan masyarakatnya sendiri. Banyak kebudayaan yang
punah karena hal-hal seperti ini. Mereka memakai kebiasaan-kebiasaan baru sebagai bentuk
penyesuaian terhadap keadaan-keadaan baru yang masuk kedalam atau dihadapi
kebudayaannya tetapi mereka tidak sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan yang baru yang dibuat
sebagai penyesuaian terhadap unsur-unsur baru yang masuk dari luar kebudayaannya malah
merugikan mereka sendiri. Disinilah pentingnya filter atau penyaring budaya dalam suatu
7

kelompok masyarakat. Karena sekian banyak aturan, norma atau adat istiadat yang ada dan
berlaku pada suatu kebudayaan bukanlah suatu hal yang baru saja dibuat atau dibuat dalam
satu dua hari saja. Kebudayaan dengan sejumlah normanya itu merupakan suatu akumulasi
dari hasil pengamatan, hasil belajar dari pendukung kebudayaan tersebut terhadap
lingkungannya selama beratus-ratus tahun dan dijalankan hingga sekarang karena terbukti
telah dapat mempertahankan kehidupan masyarakat tersebut. Siapa saja dalam masyakarat
yang melakukan filterasi atau penyaringan ini tergantung dari masyarakat itu sendiri.
Kesadaran akan melakukan penyaringan ini juga tidak selalu sama pada setiap masyarakat
dan hasilnya juga berbeda pada setiap masyarakat. Akan terjadi pro-kontra antara berbagai
elemen dalam masyarakat, perbedaan persepsi antara generasi tua dan muda, terpelajar dan
yang kolot dan banyak lagi lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ekologi
Secara etimologi, ekologi berasa dari bahasa Latin yaitu oikos dan logos. Oikos artinya
rumah atau tempat hidup, sedangkan logos artinya ilmu. Soemarwoto mengatakan bahwa
8

oikos berasal dari bahasa Yunani yang artinya rumah dan logos berarti ilmu. Karena itu secara
harfiah ekologi diartikan ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang
rumah tangga makhluk hidup.
Soerjani menegaskan lagi bahwa ekologi dalam tinjauan bahasa diartikan sebagai ilmu
tentang rumah tangga makhluk hidup, maksudnya ialah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati disekitarnya.
Istilah ekologi dikenalkan pertama kali oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama
Ernest Haeckel pada tahun 1969. Dia memulai perhatiannya dalam setiap bidang sosiologi.
Dia mengemukakan adanya hubungan antara makhluk hidup di suatu tempat dengan
lingkungannya.
Sebenarnya ekonomi juga berasal dari kata dasar yang sama yaitu oikos, tapi
tekanannya pada mempelajari rumah tangga manusia saja yang sebenarnya manusia itu
merupakan bagian dari makhluk hidup yang kehidupannya tergantung dengan makhluk hidup
lainnya.
Soemarwoto menjelaskan, ekologi dan ekonomi memiliki banyak persamaan. Hanya
saja transaksi yang dipakai dalam ekologi bukanlah mata uang rupiah atau dolar, akan tetapi
materi, energi, dan informasi. Dalam ekologi, ketiganya berputar dalam suatu komunitas atau
antara beberapa komunitas seperti halnya arus mata uang yang beredar dalam ekonomi. Oleh
karena itu dalam ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam yang melakukan transaksi
dalam bentuk materi, energi dan informasi. Namun demikian manusia juga tidak dapat
terlepas dari kebutuhan materi, energi dan informasi yang terus beredar selain dari mata uang.
Pengertian dan Pendekatan Para ahli
Jhon W. Bennet
Dalam tulisannya Human Ecology as Human Behavior, a Normative Anthropolgy of
Resourceuse and abuse proses adaptasi dibagi dalam dua level yaitu individu dan kelompok.
Pada level individu, istilah adaptasi lebih kepada kapasitas seseorang untuk mengatasi
(coping) hambatan lingkungan alam. Coping berkaitan dengan keadaan dengan tujuan untuk
mendapatkan sumberdaya sebagai pemuas kebutuhan. Sedangkan pada level kelompok,
adaptasi diartikan sebagai kapasitas kelompok untuk bertahan hidup (surviving).
Bennet membagi tiga kunci mengenai adaptasi:
-

Adaptive behavior merupakan suatu pilihan tindakan dengan mempertimbangkan


biaya yang harus dikembangkan dan hasil yang akan dicapai.
Adaptive strategis merupakan pola umum yang terbentuk melalui banyak penyesuaian
pemikiran masyarakat secara terpisah.
Adaptive process adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan melalui proses yang
panjan dengan cara menyesuaikan strategi yang dipilihnya.
9

Tingkatan Makhluk Hidup


Tingkatan makhluk hidup atau organisme memiliki struktur dari yang paling sederhana
kepada yang paling kompleks.
1. Protoplasma, yaitu zat hidup dalam sel yang terdiri atas senyawa organik yang kompleks
2.

seperti lemak, protein.


Sel, satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung

dalam membran.
3. Jaringan, kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot.
4. Organ, atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang memiliki fungsi
5.

tertentu, misalnya kaki, tangan, atau daun pada tumbuhan.


Sistem organ, yaitu kerja sama antara struktur dan fungsional secara harmonis, misalnya

antara mata dengan telinga, mata dengan tangan.


6. Organisme, yaitu benda hidup, jasad hidup atau makhluk hidup.
7. Populasi, kelompok organisme sejenis yang hidup dan berkembangbiak pada suatu daerah
tertentu, misalnya populasi manusia di bandung.
8. Komunitas, yaitu semua populasi dan berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu
dan di tempat tersebut antara satu jenis populasi dengan populasi lainnya saling berinteraksi.
9. Ekosistem, tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan yang amat kompleks antara
organisme dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik yang secara bersama-sama
membentuk sistem ekologi, sehingga disebut ekosistem.
10. Biosfer, merupakan organisasi hayati yang paling kompleks, yaitu kawasan lapisan bumi
tempat ekosistem beroperasi.
Cabang-Cabang Ekologi
Ekologi terbagi kepada dua bagian yaitu:
1. Autekologi, mempelajari individu dari suatu jenis organisme atau ekologi dari satu jenis
makhluk hidup (termasuk ekologi manusia), tentang bagaimana cara hidup dan beradaptasi
2.

diri dengan lingkungannya.


Sinekologi, mempelajari suatu komunitas organisme yang hidup sebagai suatu kesatuan.
Misalnya penelitian tentang pengaruh iklim atau tanah terhadap produksi hutan.

Pengertian Ekosistem
Ekosistem ialah suatu sistem dimana terdapat keseimbangan ekologis. Dalam UURI
Nomor 32 (1997, pasal: 1 ayat 4) disebutkan bahwa ekosistem ialah tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi
dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Kaidah-Kaidah Ekosistem
Riyadi menjelaskan beberapa kaidah-kaidah ekosistem, diantaranya yaitu:
10

1. Ekosistem dikendalikan secara alamiah.


2. Mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang.
3. Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu interaksi, saling
mempengaruhi yang bersifat timbal balik.
4. Interaksi dilakukan antar unsur-unsur (komponen-komponen) lingkungan yang dapat terjadi
a.
b.
c.
5.
6.
7.
8.

antara:
Komponen biotis dengan komponen abiotis,
Antar komponen biotis sendiri,
Atau sesama komponen abiotis.
Interaksi itu senantiasa terkendali.
Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas di samping yang fundamental (umum).
Ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu dan tempat.
Antara satu dengan lain, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih
interaksi pula secara tertentu.

Tipe-Tipe Ekosistem
Adapun lingkungan alam di permukaan bumi ditinjau dari aspek habitat, dapat
dipisahkan kepada empat tipe, yaitu:
1. Ekosistem daratan,
2. Ekosistem lautan,
3. Ekosistem air tawar,
4. Ekosistem estaurin (tubuh perairan setengah tertutup di pinggiran daratan, sehingga
terpengaruh pasang surut air laut yang rasanya payau karena campur air laut dengan air dari
daratan) biasanya terbentuk rawa pasang surut atau teluk.
Unsur-Unsur dalam Ekosistem
Unsur-unsur dalam ekosistem terbagi menjadi tiga bagian, yaitu materi, energi, dan
Informasi.
Materi
Materi ialah sesuatu yang ada di suatu tempat pada suatu waktu, baik berupa benda
mati (nonhayati) seperti tanah, air, udara, batu, mapun benda hidup (hayati) seperti hewan
laut, hewan darat, dan hewan terbang di udara, tumbuhan di laut dan tumbuhan di darat.
Menurut pemahaman kuno, materi itu terdiri atas empat macam, yaitu air, tanah, api dan
udara. Dikatakan bahwa empat unsur tersebut tidak dapat dipecah lagi menjadi komponenkomponen yang lebih kecil. Unsur tersebut diciptakan secara filfasat, bukan atas pendekatan
konklusi pertimbangan ilmiah secara kimiawi atau fisika.
Energi
Power atau energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja, atau daya, kekuatan yang
dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Pada manusia atau makhluk bio

11

lainnya, energi diperoleh melalui proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh atau batang (tumbuhan) berupa makanan.
Manusia dan energi tidak dapat dipisahkan dalam ekosistemnya karena energi
merupakan bagian dari komponen utama dalam ekosistem. Energi untuk melaksanakan
berbagai macam kerja. Kerja merupakan bagian dari ikhtiar manusia untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup.
Informasi
Informasi merupakan bagian dari konsep ekosistem. Dalam ekosistem terjadi
keteraturan karena adanya arus materi dan energi yang dikendalikan oleh informasi antara
komponen dalam ekosistem itu. Informasi itu bisa berupa fisik atau benda, sifat, warna,
kelakuan, suhu, keadaan, bentuk, isyarat. Menerima informasi berarti seseorang itu mendapat
pengetahuan baru yang intensitasnya tergantung dari besar kecilnya bobot informasi yang
diterima seseorang.
Dalam konteks ekologi manusia, informasi itu datang dari sesama manusia dalam
bentuk-bentuk yang kompleks. Di antaranya dalam bentuk ilmu, budaya, politik, ekonomi,
sosial, dan kepentingan kehidupan lain. Peristiwa musibah tsunami di Aceh telah menebarkan
informasi ke segenap penjuru dunia bahwa di Aceh ada musibah dan banyak menelan korban
jiwa, materi dan trauma masyarakat. Kemudian masyarakat dunia merespon dengan rasa
empati dan simpati berupa ucapan, bantuan materi, infrastruktur, pengobatan, psikoterapi, dan
sebagainya. Hubungan timbal balik antar manusia seperti ini bisa terjadi dengan baik karena
adanya informasi melalui berbagai media secara langsung dan tidak langsung.
Ekologi Manusia
Dari pengertian ekologi manusia seperti yang telah dikemukakan sebelumnya di atas
yang patut kita perhatikan adalah ketika manusia dipengaruhi oleh ekosistem diperlukan
adanya kemampuan beradaptasi, sebaliknya ketika manusia harus mempengaruhi
ekosistemnya diperlukan mengembangkan program sebagai media kontrol ekosistem itu
sehingga apa yang akan dilakukan tidak terjadi distorsi dan destruksi. Oleh karena itu dalam
sistem pengelolaan lingkungan, ekologi yang dibutuhkan ialah ekologi manusia, yaitu ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Adapun keterlibatan manusia dalam ekosistemnya ialah:
Pertama, manusia terlibat langsung sebagai bagian dari unsur-unsur dalam sebuah
bentuk ekosistem secara imanen dengan komponen lainnya. Misalnya manusia, tumbuhan,
hewan dan benda mati, yang saling berinteraksi dalam sebuah sistem atau ekosistem melalui
proses rantai makanan.

12

Kedua, manusia secara transendental tidak terlibat langsung sebagai bagian dari unsurunsur dalam sebuah proses ekosistem bersama komponen lainnya. Misalnya ekosistem dari
sebuah kawasan seperti ekosistem rawa, ekosistem hutan, dan ekosistem biota laut.
Ketiga, namun demikian baik manusia terlibat langsung ataupun tidak terlibat langsung
dalam proses ekosistem itu, ia tetap dituntut untuk berperan memberikan komitmen dan
integritasnya terhadap ekosistem itu. Pola komitmen itu harus berdasarkan moral agama,
moral manusia, etika lingkungan dan norma-norma lainnya, agar ekosistem-ekosistem yang
berlangsung di planet bumi ini tetap dalam tatanan keseimbangan ekologis.
Fungsi Manusia
Sebagaimana kita maklumi bahwa manusia dalam pengertian ekologi manusia
merupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam konteks lingkungan
hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara fisik merupakan makhluk yang
lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat tergantung kepada komponen lain.
Artinya keberhasilan manusia dalam mengelola rumah tangganya dengan baik, ditentukan
oleh berhasilnya manusia dalam mengelola makhluk hidup lainnya secara keseluruhan
dengan baik pula.
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam pikiran
(noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan budayanya (yang
disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan mengalahkan makhluk yang lebih
besar dan menaklukan alam yang dahsyat.
Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung jawab
terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka sejahteralah manusia
dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, dengan noosfer (extra somatic tool) yang
dikembangkan manusia dalam mempermudah hidup dan memenuhi kebutuhan pokok
(primery biological needs) manusia dapat bersifat tamat, egois, serakah mengeksploitasi
sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa pertimbangan dampak yang akan terjadi
kelak. Bahkan merasa dirinyalah yang paling memerlukan, dengan memanfaatkan sumber
daya alam itu yang pada gilirannya mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini
dan generasi mendatang.
Ilmu Lingkungan
Ilmu yang mengkaji tentang tempat dan peranan manusia di antara makhluk hidup dan
komponen kehidupan lainnya, dapat juga disebut ekologi terapan. Atau mempelajari
bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau dalam lingkungan
hidupnya.
13

Ilmu lingkungan diartikan pula sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara jasad
hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu
yang ikut menyusun sintesa terhadap ilmu lingkungan seperti sosiologi, fisika, kimia,
geografi, meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan, kesehatan, masyarakat, dan lainlain.
Menurut Riyadi, ilmu lingkungan ialah ilmu yang mampu menerapkan berbagai
disiplin (fragmen berbagai ilmu dasar) melalui berbagai pendekatan ekologis terhadap
masalah lingkungan hidup yang diakibatkan karena aktivitas manusia sendiri. Ilmu
lingkungan lebih kepada penerapannya.
Model Ekologi Manusia

Legenda:
M

= Manusia

Akl

= Akal Manusia

Ag

= Agama

Bd

= Budaya

IPTEK

= Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

SDA

= Sumber Daya Alam

M. F. H

= Manusia, Fisik, dan Hayati

INF

= Infrastruktur

Prod.

= Produksi

Kon.

= Konsumsi

Positif

= Dampak Positif

Negatif

= Dampak Negatif

HYT

= Dampak Hayati

Fisik

= Dampak Fisik

Sosial

= Dampak Sosial

PENGELOLAAN

Manusia Seutuhnya
Sosok manusia menjadi tema sentral dalam pemikiran ekologi manusia karena dialah
sebagai makhluk yang terdominan dalam konteks memanfaatkan komponen alam
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan cenderung merusak lingkungan dan
ekosistem alam ketika manusia tidak menyadari atau tidak mengerti tentang siapa dirinya dan
kontribusi alam terhadap dirinya.

14

Mempertanyakan siapakah sebenarnya sosok manusia itu, sama halnya dengan


mempertanyakan siapakah sebenarnya hakikat diri kita sendiri. Terlepas dari apakah
seseorang itu menganut suatu agama atau tidak, ia dapat memahami pengertian yang sangat
umum, bahwa manusia terdiri atas unsur jasmaniah dan rohaniah (disana ada kekuatan
spiritualnya), dan dilengkapi dengan panca indra. Terbukti, selama unsur-unsur itu masih
menyatu, maka ia dikatakan hidup, atau sebaliknya apabila antara kedua unsur itu telah
berpisah, maka ia disebut mati.
Ulama syariat berpendapat bahwa tubuh manusia terdiri atas roh dan jasad kasat. Jasad
sebagai tempat roh selama ia masih hidup, jasad bertugas mengabdi kepada roh serta
menerima segala perintah roh. Secara anatomi, fisik manusia tersusun dari materi, yaitu
terdiri atas kulit, daging, tulang, darah putih, darah merah, otot saraf, air, bulu atau rambut,
organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian dalam yang kesemuanya merupakan
kumpulan dari miliaran sel tubuh. Kemudian menjadi satu kesatuan entiti dengan roh yang
didukung oleh akal, sehingga manusia dapat hidup, berpikir, merasa, berbuat tumbuh, dan
berkembang biak.
Akal
Akal atau noosfer, salah satu organ manusia yang teristimewa dan sekaligus
membedakan antara dirinya dengan makhluk hidup lainnya ialah manusia dianugerahi akal.
Kelebihan lainnya, manusia dianugerahi pancaindra yang berfungsi lebih sempurna. Kelima
indra tersebut ialah alat untuk merasa atau mencicip dengan lidah, alat untuk melihat, alat
untuk mendengar suara, alat untuk meraba, dan alat untuk mencium bau yaitu hidung.
Potensi akal yang dimiliki oleh manusia memiliki kemampuan beripikir,
mengembangkan ilmu dan teknologi sehingga ia mampu mengolah alam semesta beserta
isinya untuk kepentingan hidup.
Budaya
Budaya adalah produk dari akal manusia dan merupakan anugerah Tuhan. Dengan
budaya manusia mampu mengembangkan aktifitas dan kreativitasnya hingga pada tingkat
yang luar biasa.
Ada pemikiran bahwa korelasi antara akal dengan agama merupakan satu kesatuan
yang tak dapat dipisahkan. Karena akallah, maka agama diturunkan. Dengan akalnya manusia
dapat bermanipulasi, berpura-pura, munafik, berbohong, menipu dan seterusnya sehingga
dapat merusak tata kehidupan manusia itu sendiri dan ekosistemnya. Oleh karena itu perlunya
diturunkan agama merupakan alat kontrol bagi kelakuan manusia yang diperbuat berdasarkan
budayanya.
Agama
Agama inilah yang menjembatani antara akal dengan pancaindra plus intuitifnya. Tanpa
spiritual maka hubungan antara akal dengan pancaindra itu akan terputus. Dalam konteks
15

manusia memerlukan aturan dan norma untuk membatasi mana tugas, mana kewajiban, mana
tanggung jawab, mana hak-hak seseorang terhadap diri, terhadap orang lain, terhadap alam
dan terhadap Tuhannya yang menciptakan seluruh alam termasuk dirinya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Teknologi atau ilmu teknik yaitu kemampuan teknik yang berdasarkan pengetahuan
ilmu eksakta dan berdasarkan pula pada proses teknis. Teknologi ini juga diartikan sebagai
pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam usaha meningkatkan
kesejahteraannya.
Jadi teknologi itu merupakan wujud dari rekayasa akal manusia sehingga antara
teknologi dengan akal merupakan kesatuan fungsional yang tidak dapat dipisahkan.
Ekologi Manusia dalam Perspektif Sektor Kehidupan
Pendidikan
Pendidikan itu proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Atau sosialisasi nilainilai dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Studi ekologi manusia dalam konteks pendidikan tidak terlepas dari peranan manusia
dalam ekosistemnya yang melibatkan unsur, subjek, audien, materi, proses, media, tujuan,
dan efek. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang terbesar dan teristimewa di antara
makhluk lainnya, sehingga ia mampu mewujudkan perbuatan yang paling tinggi pula.
Kesempatan Kerja
Manusia dan pekerjaannya merupakan kesatuan sistem yang terus berproses untuk
menghasilkan keuntungan atau hasil kerjanya. Bekerja dalam Islam merupakan ikhtiar yang
wajib dilakukan oleh setiap insan yang mempunyai kemampuan dan kesempatan.
Papan
Setiap orang mengidamkan permukiman yang akrab lingkungan dan kekotaan yaitu
sifat kekotaan yang makin kaya, bermutu dan masyarakat yang madani.
Kebutuhan akan rumah semakin banyak jumlahnya sesuai dengan bertambahnya
penduduk. Untuk mendapatkan rumah jika bukan dalam bentuk warisan dari orang tua sangat
sulit karena harus memiliki lahan untuk mendirikan bangunan.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu dari sekian problem kependudukan. Kesehatan itu
amat mahal karena bagian dari anugerah dan kenikmatan Allah yang tidak ternilai harganya.
Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor keturunan, faktor
lingkungan alam, faktor sosial budaya atau kultur, dan faktor prilaku.
Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok biologis, artinya manusia tanpa makan
akan mati. Kekuatan menahan makan dapat diukur dengan hari, kemampuan menahan minum

16

hanya dapat bertahan dalam beberapa jam, dan kekuatan menahan nafas atau oksigen hanya
hitungan menit.
Jadi makan, minum, dan oksigen merupakan kebutuhan pokok biologis makhluk hidup,
termasuk manusia. Apa artinya seseorang memiliki rumah mewah dan kendaraan mewah jika
bahan makanan dikehendaki oleh Allah tidak tersedia sama sekali. Apapun nafkah dicari,
makan merupakan kebutuhan instan yang wajib dipenuhi setiap saat. Minimal manusia harus
makan dua kali dalam sehari.
Hukum
Manusia mengadakan kontak-kontak sosial di bidang peradilan, pembuatan undangundang, pembuatan peraturan, pembuatan instruksi dan keputusan, tata tertib, hak asasi
manusia. Masih banyak lagi sektor kehidupan sosial lainnya yang termasuk dalam konteks
manusia dalam tinjauan hukum.
Tiga Dimensi Lingkungan Hidup
Manusia di tengah tiga dimensi lingkungan hidup, yaitu lingkungan hidup alami (LHA)
yang belum dijamah dan/atau sengaja dilindungi kesatuan dan keutuhan ekosistemnya.
Lingkungan hidup buatan (LHB) yang sengaja di sentuh oleh tangan manusia. Sedangkah
lingkungan hidup sosial (LHS), suatu lingkungan yang sarat dengan komunitas dan aktivitas
manusia.
Lingkungan Hidup Alami (LHA)
Lingkungan hidup alami merupakan wilayah atau lingkungan yang tidak didominasi
oleh manusia atau ekosistem manusia. Di dalamnya masih berlaku hukum tatanan kesatuan
secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup seperti udara, tanah, air,
mikro-organisme, ikan, hama, ternak, rumput liar atau perumputan, tanaman, kayu-kayuan,
dan lain-lain.
Sebagian ilmuwan ada yang mengatakan bahwa pada lingkungan hidup alami
kondisinya masih benar-benar belum disentuh oleh tangan manusia, sedangkan sebagian lain
mengatakan sudah dijamah oleh tangan manusia meskipun sedikit dengan mengemukakan
contoh seperti pembangunan waduk, lingkungan wisata alami, wisata bahari atau taman laut.
Lingkungan Hidup Buatan (LHB)
Suatu wilayah dimana manusia mengembangkan teknologi, seperti pertambangan,
pertanian, industri, perhubungan, perkebunan, dan berbagai bentuk sarana-prasarana. Dalam
lingkungan hidup buatan, pada hakikatnya merupakan sebuah lingkungan hidup artifisial
dengan ciri ekosistemnya sudah lebih dominan ekosistem buatan manusia meskipun di
dalamnya masih ada ekosistem secara alami pada beberapa bagian yang kecil dan terbatas.
Lingkungan Hidup Sosial (LHS)
Suatu wilayah yang di dalamnya berlangsung hubungan manusia dengan sesamanya
dengan ciri dan sistem dimana berkembang hubungan struktural dan fungsional antara
17

mereka atau disebut sosiosistem. Jadi yang menjadi konsentrasi pada lingkungan hidup sosial
adalah manusia yang berada dalam wilayah kajian itu. Misalnya wilayah permukiman, baik di
perkotaan maupun pedesaan atau daerah transmigrasi, suatu wilayah yang telah dihuni oleh
manusia dan berlangsung secara struktural dan fungsional dalam kehidupannya.
Lebih jelas lagi seperti yang dikemukakan oleh Andrey Armour. Lingkungan hidup
sosial meliputi:
1. Bagaimana manusia hidup, bekerja, bermain, dan berkativitas keseharian.
2. Sikap mental masyarakat.
3. Bagaimana kelakuan tindak-tanduk masyarakat.
4. Gaya hidup masyarakat.
5. Bagaimana kesehatan masyarakat.
6. Bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
7. Bagaimana pendidikan masyarakat.
8. Ritual dan kehidupan beragama masyarakat.
9. Sistem nilai, norma, prilaku, sanksi, budaya, adat-istiadat, kebiasaan masyarakat, keyakinan.
10. Community, dilihat dari aspek-aspek struktur penduduk, kohesi (hubungan erat atau
kebersamaan), stabilitas sosial, estetika, dan infrastruktur yang digunakan atau diakui sebagai
fasilitas umat.
11. Kepindahan penduduk misalnya transmigrasi, pindah biasa dari satu tempat ke tempat lainnya
atau misah rumah dari orang tua atau mertua ke kontrakan atau menempati rumah baru dan
sebagainya.
Manusia sebagai Tema Sentral
Manusia sebagai tema sentral dalam ekologi manusia. Dalam konteks ekologi, posisi
manusia adalah imanen (menyatu dengan alam), dimana manusia masih merupakan bagian
dari alam dalam proses ekosistemnya. Dalam konteks ini manusia berperan secara fungsional
1.

menjadi eksklusif dengan alam karena beberapa alasan:


Dengan akal pikirannya, manusia menjadi berbudaya. Dengan budayanya manusia bisa

merubah tatanan alam dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.


2. Dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya, manusia sangat
dominan di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya.
3. Dalam konteks hubungan transendental, manusia sudah membuat nilai-nilai baik dan buruk,
merasakan adanya dampak negatif dan positif, dan membuat etika boleh dan tidak boleh.
4. Manusia bukan hanya dominan dalam memanfaatkan sumber daya alam, akan tetapi juga
dominan dalam merusak sumber daya alam.
5. Manusia membuat aturan dalam berbagai macam bentuk norma seperti undang-undang, tata
6.

tertib, peraturan, baik bersifat internasional, nasional, regional, daerah, maupun bersifat lokal.
Manusia juga paling dominan membuat pencemaran di darat, laut, dan udara sehingga
menimbulkan berbagai macam dampak hayati, dampak fisik dan dampak sosial yang

merugikan banyak komponen alam termasuk dirinya.


7. Manusia mempunyai ilmu pengetahuan sebagai media untuk meneliti, mempelajari,
memanfaatkan, dan mengolah sumber daya alam.
18

8.

Manusia menciptakan teknologi sebagai alat perpanjangan tangan ilmu pengetahuan dan
sebagai alat untuk mengeksploitasi sumber daya alam.
Tiga Perangkat Moral Penyelamat Lingkungan
Secara etika lingkungan, manusia terhadap lingkungan mempunyai kewajiban moral
dan tanggung jawab yang terbesar di antara makhluk hidup lainnya. Untuk itu manusia dapat
bersikap transendental terhadap lingkungan hidupnya. Hakikat masalah lingkungan hidup
adalah memelihara hubungan serasi antara manusia dengan lingkungannya. Untuk keserasian
salah satu acuannya digunakan etika lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Nugroho,

yaitu:
1. Egoisme, yang bedasarkan keakuan, tetapi selama ia sadat akan ketergantungannya kepada
pengada lain, maka sifat egoismenya dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan;
2. Humanisme, solidaritas kepada sesama manusia;
3. Vitalisme, kesetiakawanan terhadap sesama makhluk hidup, baik berperasaan, seperti hewan
(sentimentisme) maupun kepada yang tidak berperasaan seperti tumbuhan.
Altruisme, tingkatan terakhir yakni solidaritas kepada sesama pengada ciptaan Tuhan
Maha Pencipta di bumi ini karena ketergantungannya (manusia) kepada sesama yang ada,
baik yang hidup maupun yang mati.

Ekologi Manusia dalam Perspektif Ajaran Islam


Begitu indah dan lengkap serangkaian ayat-ayat al-Quran yang mengungkapkan tematema ekologi manusia, ekosistem, unsur-unsur lingkungan hidup, aneka sumber daya alam,
peranan manusia, energi, flora dan fauna, lingkungna fisik, dan lain-lain seperti yang diFirmankan oleh Allah SWT di dalam QS. Al-Anam ayat 95-99:
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.
(yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa kamu masih berpaling?
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui.
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya
petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, Maka (bagimu) ada tempat
tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami
kepada orang-orang yang mengetahui.

19

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
perhatikanlah

buahnya

di

waktu

pohonnya

berbuah

dan

(perhatikan

pulalah)

kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi orang-orang yang beriman.
Ekologi manusia diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana ekosistem
mempengaruhi dan dipengaruhi kehidupan manusia. Atau ilmu yang mengkaji interaksi
manusia dengan lingkungannya. Batasan ini masih objektif dan bersifat netral, sedangkan
yang bersifat subjektif dan bertujuan ialah ilmu yang mempelajari tempat dan peranan
manusia dalam ekosistemnya, atau yang lebih bertujuan lagi ialah ilmu yang mempelajari
hakikat dan pengaturan tingkah laku manusia dalam lingkungan hidupnya.
Dari aspek ini Allah telah menganugerahi akal kepada manusia. Maka dengan akal
itulah Allah menurunkan agama. Logikanya, apabila manusia diberikan akal pasti budayanya
akan berkembang seperti yang kita rasakan selama ini, maka manusia akan terseret jauh
kepada penyimpangan dan kebebasan serta kebablasan. Agama merupakan dasar untuk
penuntun dan petunjuk juga merupakan dasar untuk mengatur bagaimana berhubungan
dengan Sang Pencipta, dan hubungan dengan sesama manusia atau berhubungan dengan alam
semesta sebagai tempat tinggal dan ruang rumah tangga manusia.
Dalam aplikasinya, Islam memitigasi asas madharat dengan menjaga agar lingkungan
tidak terjadi kerusakan. Rusaknya ekosistem alam dilihat sebagai penyebab terancamnya
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Islam telah mengajarkan
kebersihan secara komprehensif.
Dasar pemikiran Islam tentang kebersihan, ketertiban, keindahan, keteraturan, berasa
dari al-Quran diantaranya di dalam surat al-Qashash ayat 77 Allah SWT berfirman: Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Merusak sumber daya alam dan mencemari lingkungan merupakan salah satu perbuatan
yang tercela di dalam Islam. Sebaliknya dengan menjaga kelestarian daya dukung

20

lingkungan, memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan merupakan hal yang sangat
terpuji.
Sebagai contoh, Islam memerangi sampah karena sampah dapat menimbulkan berbagai
macam dampak negatif jika tidak dikelola secara benar dan baik. Sampah dapat menjadi
media berbagai macam penyakit, merusak keindahan pemandangan, jika dilihat dari aspek
negatifnya.
Namun Islam juga menghargai sampah ketika sampah itu dikelola dengan baik dan
mendatangkan manfaat kepada manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan fisik.
Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos, dan sampah anorganik bisa
didaur ulang menjadi barang baru seperti plastik, dan besi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia seharusnya menyadari kedudukan dan tanggung jawab dirinya, serta
bagaimana idealnya beretika dengan ekosistemnya, dimana di dalam ekosistem berlaku
hukum timbal balik yang saling menguntungkan. Suatu ekosistem akan berlangsung dalam
batas-batas hukum alam antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain dalam
ekosistem itu sehingga secara moral alam manusia dituntunt untuk bertanggung jawab kepada
keutuhan, kelangsungan, keseimbangan, dan kelestarian alam yang menghidupi dirinya
sebagai wujud dari komitmen dan integritasnya terhadap ekosistem.
Oleh karena itu manusia harus menjadikan alam sebagai tema sentral dalam hal:
1. Memanfaatkan sumber-sumber daya alam tetap dalam batas-batas toleransi tidak melampaui
2.
a.
b.
c.
d.
e.

daya dukung lingkungan.


Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam arti melestarikan fungsi sumber daya alam melalui:
Kebijaksanaan penataan lingkungan hidup.
Pemanfaatan sumber daya alam.
Pengembangan sumber daya alam.
Pemeliharaan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
Pemulihan keutuhan sumber daya alam dalam ekosistemnya terutama sumber daya alam

yang tidak dapat diperbaharui.


f. Pengawasan berbagai bentuk aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya.
g. Pengendalian terhadap dampak lingkungan hidup.
h. Menciptakan, menerapkan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.
21

3.

Pembangunan berkelanjutan. Setiap pembangunan harus distandarisasikan kepada


pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Bukan saja layak teknis dengan menerapkan

4.

teknologi canggihnya dan layak ekonomis, akan tetapi juga harus layak lingkungan hidup.
Membangun keserasian dan keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan sumber daya alam

harus tetap dalam pertimbangan masa depan.


5. Melestarikan fungsi lingkungan hidup dimana daya dukung dan daya tampung lingkungan
masih dalam batas toleransi.
6. Menjaga baku mutu lingkungan, dimana setiap kegiatan harus diukur dengan standar baku
mutu lingkungan untuk mendukung kelestarian fungsi-fungsi komponen ekosistem.
7. Konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan, perlindungan, pemeliharaan fungsi-fungsi
lingkungan

tetap

dalam

keserasian,

keseimbangan,

ketersediaan,

dan

dalam

berkesinambungan.

22

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Anwar, Sofyan Mufid. 2010. Ekologi Manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hutagalung. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta
Nyoman Wijana. 2014. Ilmu Lingkungan, Edisi 2. Graha Ilmu
Internet :
http://ekosistem-ekologi.blogspot.co.id/2013/02/memahami-ekologi-manusia.html
http://musholeh.blogspot.co.id/2011/04/pendekatan-konseptual-ekologi-manusia.html

23

Anda mungkin juga menyukai