Anda di halaman 1dari 46

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL

D
alam kehidupan setiap masyarakat, baik yang ada di daerah perkotaan maupun daerah
pedesaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat moderen, akan membentuk
suatu sistem sosial yang merupakan rangkaian dari berbagai sub-sub sistem yang
ada di dalam masyarakat tersebut yang selanjutnya secara bersamaan juga membentuk
struktur sosial .

Hal ini di sebabkan karena, suatu masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu
penjumlahan dari beberapa individu, melainkan masyarakat merupakan suatu sistem
yang terbentuk dari berbagai bentuk hubungan yang terjadi antar mereka sehingga
menampilkan suatu realita tertentu yang memberikan ciri tersendiri di bandingkan dengan
kelompok atau masyarakat yang lain.

Pada dasarnya, masyarakat itu adalah :

sekelompok manusia yang merupakan satu kesatuan daerah fungsional dan


kebudayaan.

Dalam pengelompokan manusia seperti pengertian di atas harus ada hubungan bathin dan
saling pengaruh mempengaruhi melalui proses interaksi, dan menurut beberapa pandangan
yang populer dewasa ini, masyarakat di lihat sebagai suatu kekuatan impersonal yang
artinya suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi, mengekang dan bahkan juga yang dapat
menentukan tingkah laku dari anggota-anggota masyarakatnya.

Setiap perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat akan mengakibatkan


terjadinya berbagai perubahan lainnya karena pengaruh perubahan yang terjadi di dalam
struk tur sosial dan peri kelakuan dari suatu masyarakat dalam jaringan suatu
sistem sosial, oleh sebab itu, perubahan sosial mempunyai banyak dimensi
dan berbagai akibat ikutan lainnya.

Semua kejadian tersebut di sebabkan karena masyarakat bersifat suatu sistem


dalam berinteraksi , maka transformasi struktur dalam suatu bagian dari
sistem itu akan menimbulkan ketegangan dan pertentangan yang mengakibatkan pula
terjadinya proses-proses penyesuaian dengan sektor-sektor yang lainnya.

Dalam proses transformasi tersebut, tingkah laku sosial berupaya untuk melepaskan diri
dari ikatan kebiasaan kultural, sehingga terjadilah modifikasi yang berkaitan dengan adat,
kebiasaan dan lain sebagainya, dan proses transformasi ini dapat terjadi di akibatkan oleh
adanya berbagai inovasi baru.
2

A. Sistem Sosial Dan Struktur Sosial.


Setiap sistem sosial akan selalu berusaha mempertahankan batas-batas yang
memisahkan serta membedakannya dengan lingkungannya, di samping itu,
sistem sosial dalam suatu masyarakat akan selalu mempertahankan
keseimbangannya ( equilibrium ) dari kegiatan-kegiatan yang memungkinkannya
untuk senantiasa dapat terus bertahan dan beroperasi.

Harus pula dipahami bahwa, suatu sistem sosial selalu mempengaruhi


perilaku manusia, sehingga dari pengertian ini juga berarti bahwa di dalam suatu
sistem sosial terdapat :

serangkaian atau seperangkat kegiatan bersama, di mana antara


satu kegiatan dengan kegiatan lainnya terdapat suatu hubungan
yang tidak dapat di pisahkan, dan hubungannya bersifat konstan.

Gambaran mengenai seperangkat kegiatan di atas yang memperlihatkan adanya


hubungan timbal balik di namakan struktur , sehingga dapat kita katakan bahwa :

di dalam suatu sistem sosial terkandung struk tur sosial


dan sebaliknya di dalam struktur sosial akan kita temukan
sistem sosial .

Kedua konsep mengenai struktur dan sistem di atas saling berkaitan dan tidak
dapat di pisahkan satu dengan lainnya.

Struk tur sosial adalah :

suatu jaringan sosial yang sifatnya abstrak dan berfungsi untuk


mengatur hubungan antara individu dengan individu lainnya di
dalam masyarakat yang berada dalam suatu sistem sosial .

Di samping itu, kita dapat memahami pula bahwa, struktur sosial juga
merupakan suatu jalinan dari berbagai unsur-unsur sosial yang pokok seperti kaidah-
kaidah, norma-norma, kelompok-kelompok, lembaga-lembaga sosial serta lapisan-
lapisan sosial, sehingga dengan demikian dapat kita lihat bahwa, unsur-unsur pokok
dari struktur sosial suatu masyarakat terdiri dari :

▪ Kelompok-kelompok sosial.
▪ Lembaga-lembaga sosial atau institusi sosial.
▪ Kaidah-kaidah atau norma-norma sosial.
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
3

▪ Lapisan-lapisan sosial atau stratafikasi sosial.

Selain itu juga terdapat berbagai pandangan lain menyangkut unsur-unsur dari
struktur sosial ini, seperti pendapat Raymond Firth yang menyatakan bahwa
struktur sosial :

merupakan suatu pergaulan hidup manusia yang meliputi berbagai


tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula
lembaga-lembaga di dalam mana orang banyak tersebut
mengambil bagian.

Untuk lebih memperjelas uraian tentang pengertian perubahan sosial dalam


kaitannya dengan sistem sosial dan struktur sosial , di bawah ini di
gambarkan suatu bagan berupa hubungan antara titik-titik A, B, C, dan D yang
menunjukkan suatu bagian atau suatu posisi yang membentuk suatu keseluruhan
dan keseluruhan ini dapat kita lihat karena di antara bagian atau posisi tersebut
terdapat suatu hubungan yang tetap ( yang di tandai dengan garis-
garis penghubung ).

A B

C D

Hubungan yang tetap ini akan berjalan menurut suatu sistem yang
memberikan si fat pada struktur tersebut secara keseluruhan, dan dari bentuk bagan
di atas kita dapat melihat adanya hubungan timbal balik yang konstan yang
menunjukkan bahwa di satu pihak hal tersebut mempunyai struktur .

B . Struktur Sosial Dan F ungsi Sosial.

Dalam menganalisis masyarakat lebih sistematik, sosiologi membedakan dua aspek


masyarakat, yaitu struktur sosial dan fungsi sosial , dan ke dua istilah teknis
itu di sebut susunan masyarakat dan tugas ( fungsi ) masyarakat , di
mana dalam suatu struktur sosial hendak di gambarkan keadaan aspek statis
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
4

dari suatu masyarakat, sedangkan fungsi sosial hendak di gambarkan aspek


dinamikanya.

August Comte sendiri membuat pembedaan demikian dengan maksud agar tubuh
masyarakat sebagai keseluruhan dapat dipelajari lebih cermat dan dapat menghasilkan
kesimpulan atau keterangan yang lebih terinci dan lebih tepat, karena pengertian
tentang struktur sosial dan fungsi sosial merupakan dua pengertian yang
korelatif artinya yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain, atau jelasnya, struk tur
sosial mengandaikan adanya fungsi sosial , dan fungsi sosial juga
mengandaikan adanya struktur sosial .

1. Struktur Sosial.

● Arti Etimologis.

Kata struktur berasal dari kata Latin structum yang berarti


menyusun, membangun, atau mendirikan, dan dari kata structum
diturunkan kata structura yang berarti susunan atau bangunan.

Untuk bangunan sebuah gedung lebih umum dipakai istilah konstruksi yang
berarti sebuah kerangka yang merupakan hasil perpaduan bahanbahan dari
kayu atau besi menurut seni teknologi tertentu.

Kerangka itu harus dibuat sedemikian kuat sehingga sanggup menopang


bangunan lengkapnya, namun kata konstruksi ini memang tidak lazim
dipakai untuk bangunan yang disebut masyarakat, karena istilah yang lazim
untuk masyarakat, bahkan sebagai istilah teknis ilmiah, ialah struktur
sosial ( social structure ) , jadi menurut arti etimologis kata
struktur sosial berarti susunan masyarakat.

● Arti Definitif.

Struktur sosial ialah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan


organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi
berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi
kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu yang relatif lama.

● Penjelasan Umum.

Untuk lebih jelas maka perlu ada suatu skema yang jelas, komprehensif dan
koekstensif, dan dalam skema itu harus tercakup jenis-jenis nilai

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


5

sosio-budaya dan jenis komponen-komponen sosial yang ada dalam


masyarakat yang sedang dipelajari.

Semuanya itu harus dirangkum dalam kesatuan yang terpadu dan benar-benar
mencerminkan kerangka pikiran masyarakat yang bersangkutan, atau dengan
kata lain, skema itu bukanlah suatu ciptaan subjektif seorang pengamat
sosial, melainkan merupakan hasil objektif penelitian ilmiah.

Skema dibuat agar dari skema itu setiap orang, baik orang yang berasal dari
dalam maupun orang luar ( asing ), dapat mengenal posisi-posisi, yang
diberikan masyarakat kepada nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ atau
komponen-komponen sosial yang menj adi milik masyarakat tersebut, seperti
misalnya, di mana tempat agama dan nilai-nilai spiritual dalam struktur itu,
apakah di tempat yang paling atas, paling bawah, ataukah tidak ada tempat
sama sekali baginya ?

Dari skema itu dapat diketahui bahwa masyarakat sebagai organisme


sosial yang tertinggi mempunyai fungsi yang paling umum, dan fungsi
umum itu hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika komponen-komponen
serta sub organ-sub organ yang ada di dalamnya bekerja dengan baik pula.

Setiap satuan nilai budaya mempunyai peranan sendiri, demikian juga


kelompok-kelompok atau komponen-komponen sosial yang beraneka ragam
coraknya mengemban tugas yang sesuai dengan bakat dan keahlian
masing-masing.

Oleh sebab itu dalam skema tersebut harus kelihatan tempat masing-masing
nilai dan kelompok menurut hi erarki ni l ai yang ada pada masyarakat
itu, dan penting pula untuk diketahui dari susunan skema itu, bahwa
sesungguhnya komponen-komponen itu tidak hanya bekerja sendiri-sendiri
tetapi juga bekerja sama, saling mengisi dan melengkapi, dan semua kegiatan
itu akhirnya disatupadukan oleh organisasi besar yang disebut
masyarakat .

Penempatan posisi-posisi yang aktual di dalam skema tersebut tidak


diberlakukan secara absolut untuk selama-lamanya, atau dengan kata lain,
skema itu dibuat sekedar hanya untuk mencerminkan pandangan hidup
masyarakat pada waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan strategis -
organisatoris waktu itu.

Jikalau zaman berganti, kebutuhan berubah, dan pandangan masyarakat


tentang tata nilai mengalami perubahan pula, struktur sosial yang lama tidak
perlu dipertahankan, karena betapapun suatu struktur masyarakat dianggap
sebagai yang paling baik dan paling sesuai untuk waktu tertentu, tidak dapat
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
6

dikatakan bahwa struktur-struktur itu akan tetap paling cocok untuk zaman
yang sudah berubah.

Struktur yang lama tidak dapat memberi jaminan yang pasti bahwa ia
sanggap memenuhi kebutuhan masyarakat yang telah berubah, maka,
satu-satunya jalan yang baik ialah menyesuaikan struktur, sosial yang lama
dengan situasi yang baru.

Dari pengalaman terbukti bahwa suatu struktur sosial dari suatu


masyarakat dapat bertahan lama, hal demikian membawa keuntungan, yakni
stabilitas masyarakat tidak terganggu dan perencanaan yang telah dibuat oleh
pemerintah bersama rakyat dapat dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu
yang bebas dari gangguan perubahan, jadi pada prinsipnya dapat dikatakan
bahwa struktur sosial dapat berubah, bahkan pada situasi dan kondisi
tertentu harus diubah.

● Penjelasan Khusus.

Yang dimaksud dengan nilai - nilai sosio - budaya ialah ajaran


agama, ideologi dan kaidah-kaidab moral serta peraturan sopan santun yang
dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan semuanya mendapatkan tempat
sendiri di dalam masyarakat.

Yang dimaksud dengan organ - organ masyarakat ialah


semua komponen yang bersama-sama mewujudkan masyarakat, dan
komponen - komponen itu berupa kelompok-kelompok sosial, lembaga -
lembaga atau institusi-institusi sosial.

Tempat yang diberikan masyarakat kepada mereka tergantung pada tinggi


rendahnya wujud nilai sosial yang mereka usahakan, jadi organ-organ
tersebut tidak lain adalah wadah-wadah kegiatan warga masyarakat yang
mengusahakan nilai-nilai tertentu menjadi wujud yang nyata dan dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan.

Di dalam organ masyarakat itu juga tertampung nilai - nilai


kekuasaan dan kepemimpinan masyarakat, dan dalam kenegaraan organ -
organ demikian disebut organ - organ pemerintahan , seperti badan
legislatif, badan eksekutif, badan yudikatif, dewan pertimbangan agung dan
sebagainya.

Seluruh organ pemerintahan merupakan sebuah struktur tersendiri


yang disebut juga dengan struktur pemerintahan , dan dari sudut
pandangan sosiologi suatu struktur pemerintahan hanya merupakan
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
7

bagian dari struktur masyarakat , atau dengan kata lain, struktur


pemeri ntahan ialah sebuah struktur dalam struktur.

Tidak boleh dilupakan bahwa dalam suatu struktur masyarakat


( besar ) akan kita temukan bukan saja struktur pemerin tahan , tetapi
juga banyak struktur non pemeri ntahan , misalnya struktur
religius, struktur organisasi pendidikan, perekonomian dan
sebagainya, namun, di antara struktur-struktur bagian itu struktur
pemerintahan politik dipandang sebagai struktur bagian yang terpenting,
terutama dalam masyarakat modern, karena pemerintahan modem diberi hak
dan wewenang untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang bersifat umurn
menurut aturan permainan yang telah disepakati oleh masyarakat.

● Lokasi.

Struktur sosial ada di dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat,


khususnya golongan inteligensia, dan mereka pada umumnya mempunyai
suatu skema atau gambaran yang kurang lebih sama mengenai tempat
nilai-nilai sosial, serta organ-organ yang ditemukan di dalam buku-buku yang
mempelajari ilmu manusia pada umumnya, khususnya buku-buku ilmu
kebudayaan, politik, hukum, sosiologi.

Namun tidak satu pun buku-buku tersebut memuat daftar nilai-nilai


sosio-budaya suatu masyarakat secara lengkap, biasanya dalam mukadimah
undang-undang dasar negara, dalam anggaran dasar yayasan dan lembaga
kemanusiaan, dapat ditemukan skema penempatan nilai-nilai menurut
hierarki yang dianggap sesuai dengan masyarakat atau lingkungan yang
bersangkutan, sebagai contoh, kita dapat memperhatikan P ancasila ,
dasar negara Republik Indonesia, di sini dapat kita temukan suatu struktur
nilai sosio-budaya masyarakat Indonesia, meski tidak lengkap, di mana pada
tempat yang tertinggi dicantumkan nilai ketuhanan kemudian nilai
kemanusiaan, disusul dengan nilai kesatuan bangsa, nilai kerakyatan atau
demokrasi dan nilai keadilan sosial.

Jenjang hierarki tersebut di atas disusun menurut sudut pandangan politik,


jadi yang ditampilkan hanya nilai-nilai yang penting, dan dengan melihat tata
urut itu dapat kita ketahui tempat organ-organ masyarakat yang menjabarkan
nilai-nilai yang masih abstrak tersebut menjadi kenyataan yang konkret, yang
dapat dinikmati seluruh bangsa.

Sebagai perbandingan baiklah kiranya kita membayangkan nilai nilai sosial


di atas serta organ-organ yang mewadahinya, hal ini merupakan suatu
pertanyaan karena bagaimana masyarakat Amerika Serikat dan masyarakat
Rusia misalnya, de fakto menyusun nilai-nilai yang sama ( ketuhanan,
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
8

kemanusiaan, dan lain-lain ) serta organ-organ masyarakat itu di dalam


struktur sosial masing-masing.

Tanpa penelitian yang mendalam pun kita dapat menampilkan dua pola
struktur sosial yang jauh berbeda antara Amerika Serikat dan Rusia, karena di
Amerika Serikat tidak memberikan tempat tertinggi kepada nilai ketuhanan
di dalam alam pikiran mereka.

Namun hal ini tidak berarti bahwa orang Amerika tidak percaya kepada
Tuhan, mereka percaya sungguh-sungguh namun dalam kerangka pikiran
mereka tempat tertinggi mereka berikan kepada nilai ekonomi dan tidak
kepada nilai ketuhanan.

Sedangkan sebaliknya di Rusia, nilai ketuhanan tidak hanya dihapus dari


alam pikiran manusia, tetapi bahkan dikeluarkan dari skema penyusunan
kekuatan-kekuatan kerja dan dilepas dari jalinannya dengan nilai-nilai sosial
lain.

Dari contoh di atas jelas bahwa struktur sosial masyarakat yang satu berbeda
dengan masyarakat yang lain, namun juga terlihat bahwa unsur-unsur sosial
yang sama temyata dapat disusun dalam skema yang berbeda-beda.

Unsur tertentu yang dianggap penting oleh masyarakat A misalnya, dapat


dinilai tidak berarti sama sekali oleh masyarakat B, sehingga akibatnya,
struktur sosial masyarakat A tidak sama dengan struktur sosial masyarakat B,
dan hal ini menimbulkan akibat lebih lanjut yang jauh berbeda pada
masyarakat A dan masyarakat B sebab setiap nilai sosial ikut menentukan
jalannya masyarakat.

Bila otak manusia dibius dengan obat pembius maka manusia seutuhnya
menjadi tidak sadar dan jikalau dua mata kita di keluarkan dan ditempatkan
pada telapak kaki, maka aktivitas seluruh tubuh akan mengalami gangguan
berat, bahkan mungkin berhenti sama sekali, demikian pula dengan
masyarakat dapat dipandang sebagai organisme sosial , atau sebagai
suatu tubuh sosial.

Dengan menggunakan gambaran analogi seperti di atas, jelas bahwa


konfigurasi dari organ-organ bagian dari masyarakat harus didasarkan pada
prinsip inter-dependensi, atau asas ketergantungan, karena semua organ
bagian tubuh masyarakat tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling
berhubungan.

Bahkan agar dapat berfungsi, saling tergantung satu dengan yang lain, karena
setiap unsur masyarakat juga senantiasa memberi pengaruh yang

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


9

menentukan, dan sebaliknya juga mendapat pengaruh yang menentukan dari


unsur-unsur lain.

● Jenis-jenis Struktur Sosial.

Struktur sosial sebagai sasaran sosiologi yang baru kita bicarakan di atas
termasuk struktur dari masyarakat makro , dan secara nominatif
jumlah masyarakat makro hampir tidak terhitung.

Telah disinggung pula bahwa di dalam masyarakat makro terdapat


organ-organ masing-masing yang juga mempunyai struktur sendiri, dan
masalah yang hendak kita bicarakan di sini ialah bagaimana tentang jumlah
suatu struktur sosial , baik yang makro maupun mikro , dapat
disederhanakan dalam beberapa kelas atau jenis.

Para ahli telah mencoba mengklasifikasikan struktur sosial ini dalam


beberapa golongan, yakni:

a. Struktur Kaku dan Struktur Luwes.

Suatu bentuk struktur sosi al akan disebut sebagai struktur kaku


( ri gi d ) jikalau :

struktur tersebut sama sekali tidak dapat diubah, atau


sekurang-kurangnya orang menghadapi kesulitan besar
untuk menyesuaikan struktur itu dengan situasi baru.

Jika struktur itu diubah, akibat yang muncul serba negatif dan fungsi
struktur tersebut akan berhenti sama sekali atau berjalan tersendat-sendat
sehingga hasilnya tidak memuaskan lagi, seperti misalnya, permainan sepak
bola berjalan memuaskan apabila setiap tempat dari setiap pemain terisi
oleh pemain yang bersangkutan, namun jika dalam pertandingan resmi
seorang pemain jatuh sakit dan penggantinya yang kompeten tidak hadir,
pertandingan akan dihentikan karena jikalau permainan diteruskan, mutu
permainan tidak akan memuaskan.

Dalam struktur hierarki yang digunakan agama atau negara,


mekanisme proseduryang dijalankan sudah ditentukan oleh pendahulunya,
dan jika pimpinan agama atau negara menghadapi situasi baru yang jauh
berbeda dengan situasi jaman dahulu, dan pimpinan itu harus menjawab
tantangan baru, ia akan mengalami banyak kesukaran.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


10

Untuk mengubah struktur, diperlukan syarat tertentu yang tidak mudah


dipenuhi dalam waktu singkat, juga akan ditemui unsur-unsur kekuasaan
yang tidak dapat diubah karena orang mempercayai unsur itu berasal dari
Tuhan.

Oleh sebab itu berbagai masalah baru yang kemudian muncul terpaksa
ditampung dan diatasi dengan menggunakan kerangka prosedur yang lama,
demikian pula dalam pemerintahan di negara kita banyak terdapat struktur
yang kaku, seperti misalnya, untuk mendapatkan izin membangun sebuah
rumah, sekian instansi harus dilewati, hal ini menyulitkan dan tidak seirama
dengan zaman modern, tetapi kekakuan ini sulit diubah.

Struktur luwes ( elastic ) adalah kebalikan dari struktur kaku, dan


suatu struktur disebut luwes apabila :

struktur itu membiarkan perubahan - perubahan terjadi


dalam pola susunannya, dan walaupun komposisi
berubah, fungsi tidak terganggu dan mutu dari hasil yang
ditargetkan tidak mengalami kemunduran.

Petugas-petugas dalam situasi yang baru dengan mudah dapat


menyesuaikan diri, seperti misalnya, struktur dalam permainan kasti,
apabila jumlah pemain lebih dari yang ditentukan, permainan masih
berjalan baik, mutu tidak berkurang, demikian pula dalam sebuah acara
yang disusun oleh panitia penyelenggara resepsi perkawinan yang
menampilkan nomor-nomor hiburan, untuk menunjukkan bahwa acara itu
luwes dalam surat undangan ditulis jika perlu acara dapat diubah.

b. Struktur Formal dan Struktur Informal.

Suatu struktur disebut struktur formal atau struktur resmi jika


struktur itu diakui pihak yang berwenang dengan ketetapan hukum,
sedangkan struktur informal atau tak resmi ialah struktur yang
nyata ada dan berfungsi, tetapi tidak diakui oleh pihak yang berwenang,
atau tidak berketetapan hukum.

Bagi yang berwenang struktur itu secara resmi dianggap tidak ada, dan
struktur informal ini sering muncul apabila struktur resmi tidak
mampu memenuhi keinginan anggota-anggotanya karena tidak sanggup
menyesuaikan diri dengan keadaan yang sudah berubah.

Munculnya struktur tak resmi mengandung maksud agar struktur


resmi mau menyesuaikan diri dengan struktur informal , dan
tercapainya maksud itu merupakan hal yang menggembirakan, terutama
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
11

bagi pendukung struktur informal atau struktur tandingan, dan sebaliknya


jika struktur resmi tidak mau mengakui struktur informal, bentrokan terjadi,
terutama dalam organisasi keagamaan dan kepartaian.

Kehidupan struktur resmi dapat pula terancam oleh munculnya


struktur tak resmi jika tujuan kedua struktur itu jauh berbeda, dan
dalam hal ini, jalan yang dapat ditempuh untuk mengatasi perpecahan
antara lain:

▪ mengurai kembali tujuan struktur baru dengan menunjukkan kesesuaian


dan perbedaannya dengan tujuan struktur lama;
▪ membentuk struktur organisasi baru yang merupakan hasil kompromi
unsur-unsur kedua struktur;
▪ mengeluarkan unsur-unsur yang mempunyai tujuan lain dari struktur
resmi.

c. Struktur Homogen dan Struktur Heterogen.

Sebuah struktur disebut struktur homogen ( homogeneous


structure ) bilamana semua unsur di dalamnya mempunyai pengaruh
yang sama terhadap dunia luar, sebagai contoh yang sederhana kita ambil
lagi kesebelasan sepak bola.

Dalam struktur tersebut setiap anggota diberi kesempatan yang sama dan
oleh karenanya juga mempunyai pengaruh yang sama untuk menyukseskan
pertandingan kelompoknya, dan nama baik kesebelasan itu bukan monopoli
seorang anggota tertentu, tetapi milik bersama.

Sebuah struktur disebut struktur heterogen ( heterogeneous


structure ) jika unsur-unsur yang ada di dalamnya tidak mempunyai
kedudukan yang sama dalam memberi pengaruh ke dalam dan ke luar.

Dalam kebanyakan struktur sosial yang ada dalam organisasi besar,


seperti organisasi kenegaraan, kepegawaian, ekonomi, pendidikan,
dijumpai jenis struktur heterogen .

Di sini terdapat unsur struktur yang mempunyai pengaruh paling besar


sampai paling kecil, jadi hierarki pusat tidak mempunyai pengaruh sejajar
dengan hierarki kekuasaan yang ada dalam struktur itu, seperti contoh
dapat kita lihat dalam organisasi serikat buruh, misalnya, terdapat beberapa
pemimpin yang berpengaruh sangat besar, sedangkan sebagian besar
anggota hampir tidak mempunyai pengaruh terhadap jalannya organisasi.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


12

Mereka harus menerima keadaan demikian dengan rasa senang atau tidak
senang, karena kemungkinan untuk mengubah nasib dapat terjadi kalau ada
perubahan pucuk pimpinan, sebab biasanya pimpinan baru bekerja menurut
rencana baru yang dituangkan ke dalam struktur pemerintahan.

Tetapi, kalau harapan tidak menjadi kenyataan, para anggota dapat


menempuh jalan lain yang selaras dengan peraturan hukum, dan apabila
jalan lunak juga gagal, maka orang akan mengambil jalan kekerasan.

d. Struktur Mekanis dan Struktur Statistik.

Struktur mekanis ( mechanical structure ) ialah suatu :

struktur yang menuntut posisi yang tetap sama dari para


anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dengan
baik, di mana perubahan posisi satu unsur mana pun juga
akan menimbulkan perubahan pada seluruh struktur.

Perubahan itu mengakibatkan perubahan cara kerja semula, bahkan dapat


terjadi struktur yang telah berubah itu tidak bekerja sebagai mana mestinya,
seperti contoh sederhana adalah struktur keluarga, kedudukan dari
tiap-tiap anggota keluarga yaitu bapak, ibu, anak, sampai pada pembantu
merupakan suatu mekanisme yang tidak dapat ditukar balikkan tanpa
menimbulkan dampak yang merugikan, seperti misalnya, kalau bapak
rumah tanggajatuh sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit sedangkan
anak-anaknya masih kecil, maka kehidupan keluarga akan terganggu.

Gangguan berat dialami pula oleh suatu keluarga, bila sang ibu diceraikan
oleh sang ayah dan anak yang mengikuti ibu di bawah asuhan ayah yang
lain, atau demikian pula anak yang tinggal bersama ayah di bawah asuhan
ibu yang lain, akan mengalami gangguan pribadi yang dalam karena tugas
bapak dan tugas ibu tidak dapat diganti oleh bapak dan ibu, dan
mekanisme struktur alamiah itu tidak dapat diubah oleh manusia
tanpa membawa kerugian.

Struktur statistik ( statistical structure ) adalah :

struktur yang dapat berfungsi dengan baik jika


persyaratan jumlah anggota tertentu dipenuhi, dan
perubahan di dalam satu atau dua unsur tidak akan
menimbulkan gangguan yang berarti bagi seluruh struktur.

Struktur tidak perlu diubah selama jumlah unsur yang berubah tidak
melampaui batas tertentu, dan struktur stati sti k ini biasanya
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
13

dikenakan pada satuan kategorial yang berjumlah anggota besar, dan


anggota-anggota struktur ini dapat dikenal dari daftar statistik setempat,
sebagai contoh dapat diambil satu angkatan polisi di dalam satu wilayah
tertentu.

Suatu Kabupaten atau Kotamadya misalnya mempunyai


penduduk 2.000.000 jiwa, dan untuk pembinaan tata tertib dan keamanan
yang wajar dibutuhkan satu angkatan polisi berjurnlah 2000 orang, hal itu
berarti 1 orang polisi untuk 1000 penduduk.

Jika ternyata jumlah polisi hanya 1000 orang, kekurangan tenaga polisi
sebesar 1000 orang akan membuat struktur yang dibuat semula tidak efisien
lagi karena dalam figurasi yang kedua itu terkandung sebuah konsekuensi
yang tak terelakkan, yakni 1 orang polisi harus melayani 2000 penduduk,
maka, demi efektivitas yang memadai struktur penempatan tenaga polisi
perlu ditinjau kembali.

e. Struktur Kewibawaan dan Struktur Kerja Sama.

Dua ungkapan tentang jenis struktur di atas ini kemungkinan akan dapat
menimbulkan kesalahfahaman, yang di maksudkan dengan ungkapan
struktur kewibawaan adalah struktur atas dasar kewibawaan,
sedangkan struktur kerja sama adalah struktur atas dasar kerja
sama.

Struktur atas dasar kewibawaan dibuat oleh anggota-anggota


dengan berpegang pada prinsip yang mereka setujui bersama :
kepemimpinan yang tegas, dan sebaliknya dituntut pula ketaatan yang tegas
dari setiap anggota.

Dalam struktur ini para anggota tidak mendapat kesempatan untuk


mengemukakan pendapat, juga tidak ikut mengambil keputusan, karena
wewenang untuk masalah itu diserahkan kepada unsur pimpinan, dan orang
memilih struktur ini karena berharap dengan struktur ini akan tercapai suatu
prestasi dengan kepastian moral yang lebih tinggi.

Struktur atas dasar kerja sama adalah kebalikan dari struktur


atas dasar kewibawaan, karena prinsip yang dipegang bukan kewibawaan,
melainkan musyawarah, dan tiap-tiap anggota diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan apa
dan bagaimana usaha bersama itu akan dilaksanakan.

Gagasan utama yang melandasi cara kerja demikian ialah bahwa semua
pihak mempunyai keyakinan yang sama yaitu bahwa setiap anggota lebih
menyadari liku liku persoalan yang dihadapinya dalam situasi konkret dan
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
14

diandaikan dia lebih tahu mengambil jalan yang tepat untuk mengatasinya,
sehingga dengan demikian dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam menentukan kebijakan seperti jika keputusan itu diambil
oleh unsur pimpinan.

Kalau dilihat secara keseluruhan struktur kerja sama ini juga mempunyai
kelemahan, karena tidak adanya unsur kewibawaan meniadakan satu hal
penting dalam keorganisasian, yakni unsur pengawasan, dan dalam struktur
seperti ini sulit dijamin apakah setiap anggota akan benar-benar bekerja
dengan dedikasi tinggi dan bersih dari pamrih pribadi.

f. Struktur Atas dan Struktur Bawah.

Istilah struktur atas dan struktur bawah , yang diciptakan


Karl Marx satu abad yang lalu, dan kini telah menjadi istilah teknis yang
umum di kalangan para ahli sosial, namun hal ini tidak berarti bahwa
istilah-istilah itu selalu dipakai dalam arti yang sama.

Arti yang diberikan oleh pencipta istilah itu dan oleh kaum Marxis agak
berbeda, karena menurut pandangan kaum Marxis tidak banyak lapisan
dalam masyarakat, hal ini di sebabkan karena kaum Marxis hanya
membagi lapisan masyarakat menjadi dua, yaitu struktur atas yang
senang disebut supra - struktur atau top dan struktur bawah
yang juga disebut infra - struktur atau basis .

Struktur atas ( supra - struktur ) diduduki oleh segolongan orang


yang memegang kekuasaan atas bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan
mereka menjadikan bidang-bidang itu sebagai landasan untuk menegakkan
dan mengukuhkan kedudukan ( status ) mereka di masyarakat, dan
dengan demikian menentukan jalannya kehidupan masyarakat.

Dengan landasan politiknya, golongan atas ini menguasai alat penekan


yang bersifat memaksa seperti militer dan polisi, selain itu pula, dengan
landasan ekonomi mereka menguasai berbagai peralatan produksi, yakni
tenaga kerja ( budak, buruh ), tanah, dan modal ( menguasai dalam konteks
ini berarti memiliki ).

Kemudian dengan landasan kebudayaan mereka menguasai dan


memonopoli segala jenis teknologi dan ilmu pengetahuan, dan merekalah
yang akan menentukan jenis-jenis ilmu pengetahuan mana yang harus
dikembangkan, menurut arti dan maksud yang telah mereka tentukan
sendiri.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


15

Merekalah yang membuat hukum alam semesta dan hukum


kemasyarakatan, dan mereka berusaha menciptakan kekuasaan tunggal agar
dapat menjamin berdiri tegaknya golongan teokrasi, golongan politisi,
kaum hierarki klerikal, kaum teknokrasi atau birokrasi.

Karl Marx menamakan golongan atas dengan istilah khas kaum borjuis
( bourgeosi e ) , dan yang dimasukkan ke dalam kelas borjuis
bukan hanya para pegawai negeri tingkat menengah dan tinggi, tetapi juga
tuan-tuan tanah, kaum hartawan dan industriawan, kaum pedagang, kaum
bangsawan feodal dan modern, bahkan juga para pemimpin agama, seluruh
kelas borjuis dipertentangkan dengan kelas kaum proletar .

S truktur baw ah ( i nfra - struktur ) adalah tempat bagi kaum


prol eta r , yaitu suatu golongan atau kelas yang terdiri dari bagian
populasi yang sama sekali tidak mempunyai hak milik ( eigendom ), tidak
mempunyai kekuasaan, dan tidak mempunyai pengetahuan.

Pengertian tidak punya menurut Marx harus dibaca dibuat tidak


punya,oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kekuasaan dalam semua
bidang serta kekuatan lain untuk melakukan penekanan demi kepentingan
mereka.

Di bidang ekonomi, para kaum proletar sesungguhnya mempunyai


kekuatan yang nyata, karena mereka dengan jerih payahnya benar-benar
mendatangkan kekayaan, tetapi mereka tidak boleh ikut menentukan arah
organisasi dan distribusi hasil produksi mereka, kemudian di dalam bidang
politik mereka ditelanjangi dari kekuasaan yang seharusnya mereka miliki,
bahkan mereka sama sekali tidak diikut sertakan dalam menentukan seluk
beluk pemerintahan, selain itu mereka yang hidup dalam negara demokrasi
pun hanya diperbolehkan memberikan suara melalui badan-badan
perwakilan rakyat, dan di sektor kebudayaan masyarakat basis hanya
tunduk dan harus tunduk kepada ideologi kelas yang berkuasa, kelas inilah
yang mensahkan peraturan tata tertib masyarakat dan negara.

Masyarakat dan negara memang menyediakan sistem pendidikan untuk


umum, namun persaingan biaya sekolah dengan kelas kaya mengakibatkan
bagian terbesar dari keuntungan pendidikan dinikmati oleh kelas
borj ui s .

Dalam kerangka pemikiran kaum Marxis, bagian terpenting dari


masyarakat bukan golongan borjuis dari supra - struktur ,
melainkan justru kaum proletar dari masyarakat basis atau
infra - struktur .

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


16

Menurut keyakinan mereka kaum proletar berada di tempat di mana


bertumbuh hidup baru yang berkembang menuju hari depan yang cerah
cemerlang, yakni dunia baru atau surga baru yang akan menjadi milik
mereka.

Kaum proletar memang telah ditentukan oleh sejarah untuk menjadi


unsur pembebasan umat manusia yang tertindas, dan justru berkat
keterasingan mereka yang penuh penderitaan itu, mereka memperoleh
kesadaran akan panggilannya yang mulia itu.

Melalui dialektika perjuangan kelas, kelas proletar lawan


kelas borjuis , kemenangan terakhir akan jatuh di tangan kaum
proletar , dan mereka akan menggantikan kelas kaum borjuis dan
akan menghantar umat manusia masuk ke dalam masyarakat sosialis,
masyarakat tanpa kelas-kelas, yang merupakan sintesis tertinggi dari
sejarah umat manusia, dan dari situlah akan terwujud dunia baru yang
penuh kebahagiaan.

Banyak ahli ilmu pengetahuan telah melancarkan kritik negatif terhadap


konsepsi Marxis yang tidak didasarkan atas data-data penelitian ilmiah,
tetapi lebih bertolak dari spekulasi dan emosi yang penuh kebencian
terhadap situasi masyarakat yang tidak memuaskan dalam zaman Marx
abad yang lalu, dan saat ini bukan saatnya untuk berdiskusi tentang benar
dan tidaknya ajaran dialektika sejarah yang berhenti dalam masyarakat
utopia itu, namun, ternyata kalau kita menengok ke Rusia, kaum buruh di
sana tidak mendapat surga baru yang mereka rindukan, melainkan partai
dan kampus-kampus konsentrasi.

2. Korelasi Fungsi Sosial dengan Struktur Sosial.

Orang membuat struktur tertentu bukan tanpa tujuan yang jelas, namun apapun
tujuannya walaupun itu dengan secara khusus kita membuat struktur yang
berbeda-beda, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa setiap struktur dibuat
agar ia dapat menjalankan fungsi yang telah ditentukan, atau dengan kata lain,
struktur tertentu di buat untuk fungsi tertentu .

Fungsi tertentu hanya dapat berjalan baik dalam struktur tertentu, jadi ada
hubungan yang tak dapat dipisahkan antara struktur sosial dan fungsi
sosial , atau dengan kata lain, pengertian struktur sosial dan fungsi
sosial merupakan dua pengertian yang korelatif artinya yang satu tidak dapat
dipisahkan dari yang lain.

Struktur mengandaikan fungsi, fungsi mengandaikan struktur, dan pernyataan


tersebut di atas dapat dikembalikan ke suatu teori pokok yang disebut teori
fungsionalisme struktur , dalam hal itu tekanan ditempatkan pada fungsi,
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
17

dan jika tekanan dijatuhkan pada struktur, teori itu disebut teori struk -
turalisme fungsional .

Teori fungsionalisme struktural yang diciptakan oleh Talcott Parsons


telah banyak dikritik oleh ahli sosiologi, namun begitu, teori itu tidak roboh,
sebaliknya menjadi kokoh dan bahkan terus dikembangkan lebih lanjut oleh para
pendukung-pendukungnya.

Gagasan pokok yang dijadikan pegangan teori ini ialah bahwa setiap ciptaan
diciptakan untuk suatu fungsi tertentu, demikian pula, masyarakat manusia ( serta
organ-organ di dalamnya ) diciptakan oleh manusia dan diberi fungsi tertentu
olehnya, dan agar lebih jelas sebagai misal kita ambil contoh beberapa barang
( alat ) yang dibuat manusia seperti: meja, kursi, mesin ketik, jam tangan, radio,
televisi, gedung dan lain-lain.

Setiap benda tersebut diberi fungsi, dan agar dapat memenuhi fungsi itu
masing-masing dibuat dari bahan yang sesuai dan diberi bentuk serta struktur
yang sesuai pula ( kita membayangkan fungsi mesin ketik dan bagaimana
susunan mesin itu ), dan contoh lain yang lebih mirip dengan masyarakat ialah
organisme biologis, misalnya tubuh manusia.

Tubuh manusia merupakan suatu organisme dan setiap organ, dari yang besar
sampai yang terkecil pun, mempunyai peranan sendiri, terletak pada tempatnya
sendiri, namun semuanya tersusun sedemikian efisien sehingga seluruh tubuh
sebagai satu komposisi dapat bekerja atau berfungsi sebagaimana mestinya,
menurut struktur atau sistem organik yang telah ditentukan oleh alam, dan di
dalam tubuh masyarakat kita menemukan suatu organisme sosial yang lebih
tinggi mutunya daripada organi sme bi ol ogi s .

Di samping persamaan, di antara keduanya terdapat perbedaan kuantitatif dan


kualitatif, karena tubuh masyarakat tidak bekerja menurut hukum mekanis
organik, tetapi menurut hukum sosiologi, yang di dalamnya unsur kebebasan
manusia memainkan peranan penting.

Perbedaan lain yaitu bahwa struktur tubuh biologis atau sistem organisme
biologis harus di pertahankan dan dilestarikan sebagai mana adanya agar
berfungsi baik, sedangkan struktur tubuh masyarakat atau sistem sosial dari
masyarakat tidak harus dipertahankan, bahkan sebaliknya harus diubah agar
berfungsi baik kalau irama zaman menghendakinya, atau dengan kata lain
struktur sosial yang lama harus disesuaikan dengan tuntutan situasi baru.

Jadi dalam teori fungsionalisme tidak ada prinsip yang seakan-akan


hendak membela struktur lama, yang sudah mapan, dan menentang perubahan ke
arah pembaharuan, dan teori fungsionalisme menyadari bahwa struktur
masyarakat bukanlah struktur mekanis bio logis yang statis ,
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
18

melainkan suatu struktur sosial yang dinamis , yang dari masa ke masa
perlu disesuaikan dengan keadaan baru.

Dengan kata lain, keseimbangan masyarakat gaya lama, jika perlu harus
dikorbankan untuk kepentingan struktur baru dan ekuilibirium baru pula.

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa hal berikut :

 Fungsi sosial dapat didefinisikan sebagai bekerja berdasarkan struktur


yang diarahkan pada terwujudnya suatu tujuan, dan dari rumusan ini dapat
dikatakan pula bahwa bekerja menurut struktur sama artinya dengan
menjalankan fungsi struktural, karena dalam masyarakat setiap orang
melakukan aneka fungsi atau tugas.

Ada tugas yang dilakukan untuk kepentingan pribadi dan ada tugas untuk
kepentingan organisasi di mana seseorang menjadi anggota, dan jika
seseorang bertugas untuk kepentingan organisasi, ia dikatakan bekerja secara
struktural, bekerja menurut pola atau sistem tertentu, tidak bekerja di luar
skema dari organisasinya.

 Fungsi sosial dapat dikatakan juga efektivitas yang muncul dari


struktur sosial , dan justru karena struktur sosial dibuat untuk
menghasilkan efek yang ditargetkan, jikalau efek yang ditargetkan tercapai,
orang akan mengatakan struktur itu berfungsi baik ( in-function ), namun jika
hasil yang diharapkan tidak muncul berarti struktur itu berfungsi buruk, atau
tidak berfungsi sebagai mana mestinya ( disfunctional ) karena adanya bagian
atau komponen yang tidak beres.

 Tugas keseluruhan yang diemban masyarakat disebut fungsi umum,


sedangkan sebagian tugas yang dilakukan suatu komponen disebut fungsi
bagian atau peranan ( role ) .

 Keseluruhan tubuh masyarakat juga disebut sistem sosial karena


masyarakat terdiri dari jalinan kaidah atau peraturan yang kait mengait untuk
mengatur komponen yang satu dengan komponen yang lain dan semua
komponen dengan seluruh tubuh masyarakat.

3. Status Sosial, Lapisan Sosial Dan Stratifikasi Sosial.

Dalam pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa masyarakat sebagai tempat


hidup bersama merupakan suatu bangunan yang tersusun rapi yang disebut
struktur sosial , dan dalam gambaran umum itu belum ditampilkan secara
eksplisit adanya kerangka yang lebih terinci bagian-bagiannya, yang merupakan

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


19

unsur penting ini disebut dengan istilah teknis stratifikasi sosial ( social
stratification ).

Pembahasan tentang stratifikasi sosial ini tidak akan menghasilkan


pengertian yang jelas kalau masalah ini tidak dibahas sekaligus dengan masalah
lapisan sosial ( social strata ) dan kedudukan sosial ( social status )
karena dalam pengertian stratifikasi sosial terkandung pengertian lapisan
sosial dan status sosial , maka, pada bagian ini kita akan membicarakan
ketiganya.

- Status Sosial ( Social Status ).

Kata status berasal dari kata Latin yaitu stare , artinya berdiri, secara
harfiah berarti berdiri secara fisik dengan kedua kaki di atas tanah, dan
menurut adat Barat orang harus berdiri kalau hendak menghormati orang
penting yang lewat di dekatnya, sedangkan menurut tradisi asli di Indonesia
khususnya dan di Asia umumnya seorang bawahan tidak boleh berdiri kalau
ada orang penting lewat, tetapi harus duduk sebagai tanda hormat terhadap
orang yang harus disegani.

Selanjutnya pengertian berdiri ( status ) dan pengertian duduk


( kedudukan ) dialihkan ke masyarakat tempat banyak orang hidup
bersama, dan di dalam masyarakat setiap orang harus mempunyai tempat
untuk berdiri ( Barat ) atau untuk duduk ( Timur ), dengan kata lain, setiap
orang harus mempunyai status sosial atau kedudukan sosial.

a). Definisi Kedudukan Atau Status Sosial.

Kedudukan atau status sosial ialah tempat yang diambil


seseorang dalam masyarakat, dan pengertian tempat ini hendaknya tidak
diartikan secara geografis, yakni lokasi fisik tertentu yang diduduki
seseorang, melainkan secara sosio- kultural , dengan lokasi di dalam
pikiran orang atau kelompok orang yang tinggal dalam satuan budaya
itu.

Kedudukan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1). Kedudukan Resmi ( Formal Status ).

Kedudukan resmi ialah kedudukan yang diambil seseo-


rang dalam satuan sosio-budaya yang resmi, atau dengan kata lain,
kedudukan itu di akui resmi oleh lingkungan masyarakat itu,
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
20

seperti contoh kedudukan seseorang sebagai presiden suatu negara,


kedudukan seseorang sebagai gubernur suatu propinsi adalah
kedudukan resmi.

Pada kedua contoh tersebut di atas, semua pihak dari lingkungan


budaya masing-masing menerima dengan baik dan mengakui secara
formal kedudukan-kedudukan di atas.

Dapat di terima secara formal artinya ada surat keputusan atau


pengangkatan dari pihak yang berwenang yang di dalamnya
dicantumkan ketentuan-ketentuan yang jelas tentang hak dan
kewajiban yang melekat pada kedudukan tersebut.

2). Kedudukan Tak Resmi ( Informal Status ).

Kedudukan tak resmi ialah kedudukan yang diambil


seseorang dalam lingkungan sosio-budaya yang tak resmi, dan
orang yang bersangkutan dapat diterima oleh masyarakat umum
hanya karena berdasarkan kaidah-kaidah serta nilai-nilai sosial
yang berlaku dalam lingkungan kultural itu.

Dalam penerimaan itu tidak ada upacara dan surat pengangkatan


resmi, seperti misalnya kedudukan seseorang sebagai dukun di
suatu daerah, sebagai tukang kayu di sebuah desa, sebagai dalang
dan sebagainya, dan walaupun tidak ada pengakuan resmi, orang
yang memiliki kedudukan itu dapat menikmati keuntungan karena
kedudukannya.

Pengaruh yang timbul dari kedudukan resmi berbeda


dengan pengaruh yang timbul dari kedudukan tak resmi ,
karena besarnya pengaruh kedudukan resmi dibatasi oleh
peraturan resmi yang dibuat pihak atasan yang berwenang, jadi
orang yang memiliki kedudukan itu tidak dapat menuntut
keuntungan yang lebih besar dari yang telah ditentukan oleh
peraturan resmi.

Kedudukan tak resmi dapat memberi pengaruh lebih besar


daripada kedudukan resmi, dan besarnya pengaruh tidak dibatasi
oleh peraturan formal, melainkan tergantung pada situasi yang
nyata ada dalam lingkungan sosio-budaya orang yang memiliki
kedudukan itu, misalnya seorang pegawai kantor pos yang tugasnya
mengantarkan surat-surat kepada alamat-alamat yang bersangkutan.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


21

Pengaruhnya sebagai pengantar surat tidak lebih besar daripada


pengantar surat yang lain, tetapi pengantar surat yang disebut
pertama itu adalah juga seorang dukun pijat yang terkenal di
kotanya.

Maka, jika ia mengantarkan surat kepada para keluarga, ia


mengalami perlakuan yang berbeda dari keluarga yang didatangi,
dan hal ini membuktikan bahwa kedudukannya di masyarakat lebih
tinggi daripada di kantor pos.

Para ahli sosiologi juga membedakan status yang diperoleh atas


usaha sendiri dan status yang diperoleh karena faktor bawaan, dan
status yang pertama disebut achieved status , dan yang kedua
dinamakan ascribed status .

Achieved status diperoleh seseorang bukan secara kebetulan,


melainkan atas usaha sendiri, seperti misalnya si A adalah seorang
anak petani yang karena berkat ketekunan dalam pelajaran di
Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi ia berhasil menjadi
seorang insinyur dan pada pembentukan kabinet baru kepala negara
membutuhkan seorang insinyur untuk menduduki kursi
kementerian. Insinyur A tadi diangkat menjadi menteri, misalnya
menteri pertambangan karena ia memiliki diploma pertambangan.

Dari pengamatan kasar mengenai sekian banyak kedudukan sosial


di tengah masyarakat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
kedudukan diperoleh melalui perjuangan orang yang bersangkutan,
baik melewati kursus atau latihan untuk mengembangkan bakat,
maupun lewat sistem pendidikan, entah pendidikan formal, entah
informal.

Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang tanpa


melalui usaha sendiri, seperti contoh seorang sultan, misalnya
Hamengku Buana IX yang dapat menduduki jabatan sultan bukan
semata-mata karena usahanya sendiri, melainkan karena faktor
keturunan.

Di dalam zaman modern sekarang ini ternyata jumlah kedudukan


yang sifatnya diwariskan kepada keturunan telah mulai menyusut,
dan sebaliknya kini masyarakat menuntut supaya kedudukan tinggi
dijabat oleh orang yang berpendidikan tinggi yang sesuai.

b. Faktor - faktor Yang Menentukan Kedudukan Sosial.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


22

Secara sepintas sesungguhnya dalam uraian-uraian dan bahasan di atas


telah disinggung mengenai unsur-unsur yang menentukan suatu
kedudukan sosial , dan berikut ini faktor-faktor tersebut akan
dibahas lebih lanjut.

Kelahiran ( birth ) dalam suatu keluarga dianggap sebagai pangkal


yang meneruskan kedudukan keluarga itu kepada keturunannya, namun
terdapat sejumlah kedudukan, khususnya kedudukan kebangsawanan,
yang derajat ketinggiannya mengalami degradasi sehingga akhirnya
keturunan yang sudah sekian jauh dari sumber pertama kehilangan
kedudukan kebangsawanan sama sekali.

Kelahiran dalam keluarga yang kurang menguntungkan, baik dalam arti


moral maupun ekonomi dan sosial, ternyata tidak dapat membebaskan
keturunannya dari hukum karma itu, seperti misalnya, anak-anak dari
keluarga G 30 S/PKI yang tidak bersalah dalam pemberontakan itu,
ternyata ikut menderita dosa warisan itu.

Kelahiran dari suatu suku bangsa atau bangsa tertentu membawa


kedudukan tertentu di mata bangsa lain, dan dalam masyarakat
Indonesia, misalnya, seorang anak keturunan kulit putih mendapat
kedudukan sosial lain daripada warga negara asli, demikian pula
keturunan bangsa kulit hitam ( negro ) diberi kedudukan sosial yang
lebih rendah oleh bangsa kulit putih.

Unsur - unsur biologis ( biological properties ) seperti jenis


kelamin ikut menentukan kedudukan sosial, baik individual maupun
kategorial, seperti golongan wanita sebagai satu kategori umat manusia
di mana-mana mendapat kedudukan sosial yang lebih rendah daripada
golongan pria.

Bentuk badan pun seringkali juga ikut memberi pengaruh pada


kedudukan seseorang, seperti seorang pria ganteng sering mendapat
kehormatan lebih tinggi daripada seseorang yang kurang tampan, dan
seorang wanita cantik akan lebih mudah memasuki dunia perfilman dan
mendapat kedudukan cukup mentereng daripada wanita lain yang tidak
cantik.

Selain itu harta kekayaan ( fortune ) juga merupakan faktor yang


ikut menentukan kedudukan sosial, baik perorangan maupun kategorial,
karena seperti kenyataan bahwa seringkali golongan orang kaya di
mana-mana mendapat kedudukan lebih tinggi daripada golongan orang
miskin.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


23

Bahkan dalam satu kategori yang sama pun, seperti misalnya pada
golongan buruh, maka harta yang dapat berupa sebuah benda tertentu
( sepeda, televisi ) akan memberikan kedudukan sedikit lebih tinggi
kepada keluarga buruh yang mempunyainya daripada keluarga buruh
lain yang tidak memilikinya.

Pekerjaan ( profession ) juga ikut menentukan kedudukan sosial


seseorang, seperti misalnya, seseorang yang berprofesi sebagai guru
mendapat kedudukan lain dari seseorang yang berprofesi petani atau
tukang kayu, atau dengan kata lain, pekerjaan halus ( otak / intelektual )
umumnya dinilai lebih tinggi daripada pekerjaan kasar ( tangan ),
sehingga yang pertama menghasilkan kedudukan lebih tinggi daripada
yang kedua.

Dalam masyarakat modern ijazah merupakan faktor penting untuk


memperoleh pekerjaan halus, selain itu lokasi sekolah yang
mengeluarkan ijazah juga seringkali memberikan akibat yang berlainan,
ijazah yang dikeluarkan oleh suatu universitas di ibu kota ( misalnya di
daerah Jakarta ) dinilai lebih tinggi daripada ijazah dari universitas di
kota kabupaten.

Dalam banyak masyarakat, faktor agama ( religion ) yang di anut


dalam masyarakat tertentu juga turut memberi kedudukan kepada
pemeluknya, seperti pemeluk agama yang satu ternyata mendapat
kedudukan lain daripada pemeluk agama yang lain.

Dalam lingkungan kebudayaan tertentu golongan penganut agama


tertentu dianggap mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada pemeluk
agama yang lain, sehingga terdapat semacam perbedaan tingkat antara
agama-agama yang ada.

Seperti contoh agama Y misalnya dianggap mempunyai kedudukan


sosial yang tinggi karena dianut oleh golongan yang pandai, sedangkan
agama X menempati kedudukan rendah karena pemeluk-pemeluknya
adalah golongan yang terbelakang kebudayaannya.

Kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat tidak ditentukan oleh satu


faktor saja, dan dapat pula terjadi beberapa faktor secara bersama-sama
turut menentukan kedudukan sosial seseorang atau suatu golongan, dan
dalam hal demikian akan sulit untuk menentukan faktor mana saja yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap kedudukan sosial.

4. Lapisan Sosial ( Social Strata ).

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


24

Lapisan sosial ialah tempat yang diambil seluruh orang yang mempunyai
kedudukan sosial yang sama atau setingkat, dan untuk menghindarkan pengertian
tempat secara geografis dapat juga diberi rumusan yang lain yaitu suatu golongan
warga masyarakat yang mempunyai kedudukan sosial setingkat.

Namun walau bagaimanapun juga rumusannya, akan mustahil orang dapat


melepaskan golongan orang orang itu dari suatu tempat karena harus diakui
bahwa eksistensi makluk dalam kosmos ini selalu terikat pada tempat, dan dengan
menggunakan istilah strata kita tidak dapat lepas dari gambaran tentang suatu
tempat yang rata, diperkeras dengan batu-batu yanghalus, bahkan diaspal, yang
disebut jalan.

Memang kata strata berasal dari kata kerja sterno yang berarti meratakan
atau membuat jalan, sehingga jelaslah bahwa semua orang yang sedang lewat
atau duduk dijalan itu berada pada tingkatan yang sama karena tempat itu tidak
tinggi - rendah tetapi datar.

Kalau gambaran tempat yang rata itu kita alihkan ke gambaran ruang
masyarakat, di situ pun kita akan menjumpai tempat rata dalam arti sosiologis,
yang dihuni oleh suatu kategori atau golongan orang yang mempunyai kedudukan
sosial yang setingkat, jadi penempatan segolongan orang dalam strata sosial yang
sama didasarkan pada status sosial yang sama atau minimal setingkat.

Dalam pembicaraan mengenai kategori sosial dikatakan bahwa kategori


sosial ialah sejumlah orang yang dipandang sebagai satuan sosial berdasarkan
satu ciri atau lebih yangsama, namun dalam uraian mengenai strata sosial
ini kita mengulas ciri yang sama itu lebih jauh.

Ciri yang sama itu diterapkan khusus pada status sosial yang sama , dan
dalam pembuatan strata sosial kriteria tentang status sosial yang sama seperti
yang dibuat oleh si pengamat memainkan peranan penting, tetapi, si pengamat
tidak boleh mengabaikan pendapat orang-orang yang bersangkutan yang hendak
dimasukkan pengamat ke dalam lapisan tertentu.

Seperti contoh tentang seorang tukang kebun dan pekerja lain yang bekerja di
bagian mesin, misalnya, dimasukkan dalam strata sosial yang sama, yaitu lapisan
kaum buruh, hal ini harus di pahami dilakukan untuk lebih menyederhanakan
penelitian dan juga untuk memudahkan pelayanan kategori atau kelas yang
bersangkutan, namun dapat juga terjadi bahwa seorang pengamat mengalami
kesulitan praktis jika ia hendak mengisi lapisan kaum rohaniwan dan lapisan
kaum awam, seperti misalnya siapa saja yang dapat dimasukkan ke dalam lapisan
kaum rohaniwan dan siapa yang dimasukkan ke dalam lapisan kaum awam, dan
contoh mengenai kesulitan ini kami tampilkan sehubungan dengan adanya
pengertian yang berbeda dalam lingkungan umat Katolik dan umat Islam.
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
25

Sekelompok anggota TNI yang melayani kepentingan rohani dalam tubuh TNI
juga mendapat sebutan golongan rohaniwan, sedangkan dalam pengertian Gereja
Katolik golongan tersebut bukan golongan rohaniwan.

Dalam pembicaraan mengenai status yang sama yang menjadi unsur inti dari
lapisan sosial , perlu kiranya diketahui juga apa yang disebut lambang
status karena lapisan sosial mempunyai kecenderungan untuk
membedakan dirinya dengan lapisan sosial yang lain, oleh karena itu orang-orang
yang menempati status tertentu memakai sebuah lambang status yang sama
dan bentuknya tidak boleh sama dengan lambang status dari strata
sosial yang lain.

Maksud dari lambang itu adalah agar dengan melihat lambang khusus itu orang
dapat dengan cepat mengetahui dari golongan mana penyandang lambang
tersebut, seperti misalnya, pakaian seragam berwarna hijau untuk angkatan darat,
pakaian jubah dengan potongan tertentu untuk golongan rohaniwan Katolik,
ijazah perguruan tinggi untuk golongan sarjana, dan sebagainya.

Karena sering terjadi lambang status disalah gunakan, terutama ijazah


kesarjanaan, dan di Indonesia banyak terjadi kasus ijazah palsu, hal ini berarti
bahwa dalam lingkungan sosio-kultural Indonesia lambang status lebih dihargai
daripada apa yang dilambangkan.

5. Stratifikasi Sosial ( Social Stratification ).

Stratifikasi sosial ialah tatanan vertikal berbagai lapisan sosial


berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan, dan seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa lapisan sosial adalah sejenis stasiun, di situ dikumpulkan semua
kedudukan sosial yang setingkat, karena di dalam setiap masyarakat terdapat
berbagai kedudukan yang tidak sama tingginya, maka berbagai lapisan
sosial yang terdapat di dalamnya pun tidak sama tingginya.

Untuk memperoleh suatu ikhtisar yang jelas, minimal dalam suatu sektor
kehidupan kultural tertentu perlu dibuat suatu tatanan yang baik dari
lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda itu.

Masyarakat secara spontan akan menyusun lapisan-lapisan itu dalam jenjang


vertikal, dan tiap-tiap lapisan ditempatkan pada tangga yang sesuai dengan
tinggi-rendahnya kedudukan, berdasarkan kriteria yang telah dibicarakan di muka
( kelahiran, harta kekayaan, pekerjaan, agama dan lain-lain ), sehingga

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


26

terciptalah suatu tatanan yang dalam istilah teknis disebut stratifikasi sosial
( social stratification ).

Gambaran stratifikasi itu dapat juga disebut tangga masyarakat yang


tiap-tiap anak tangganya dari atas ke bawah menampung kategori orang yang
mempunyai status sosial yang setingkat.

Untuk memperoleh gambaran tangga masyarakat yang lebih lengkap dan


lebih sesuai dengan kenyataan, setiap mata tangga hendaknya diperpanjang,
ditarik mendatar ( horisontal ) ke kiri atau ke kanan, maka kerangka keseluruhan
yang diperoleh adalah suatu susunan yang berlapis-lapis, dari lapisan terbawah
hingga lapisan teratas seperti bangunan sebuah gedung yang bertingkat banyak.

Dengan gambaran konstruksi konseptual dari masyarakat, kita dapat mengenal


ketidaksamaan manusia dipandang dari segi status sosialnya, dan usaha manusia
untuk menyamakan semua manusia dalam satu kedudukan sosial yang sama
menurut cita-cita demokrasi tampaknya sulit dicapai, dan akan lebih sulit lagi
untuk menciptakan suatu masyarakat yang bersih dari lapisan-lapisan sosial
menurut cita-cita komunis.

Bahkan di negara-negara maju, meskipun asas demokrasi telah lama


dilaksanakan, ternyata lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat mereka tidak
dapat ditiadakan, dan cita-cita demokrasi sampai kini masih lebih merupakan
semboyan daripada kenyataan positif, dan apabila satu lapisan sosial yang terdiri
dari segolongan orang yang berkedudukan sama diamati lebih tajam, akan
kelihatan bahwa di dalam lapisan yang sama itu pun didapati stratifikasi yang
timbul secara spontan.

Satu keluarga dari kelas yang sama tidak suka dikatakan sama dengan keluarga
yang lain karena keluarga itu mempunyai kelebihan ( berupa gigi emas, jam
tangan, dan sebagainya ), dan keluarga lain memiliki ciri khas tertentu yang
dianggap sebagai lambang status yang sedikit lebih tinggi daripada rekan yang
lain walaupun keduanya dari lapisan yang sama.

Dalam setiap organisasi, satuan, kelompok didapati hal yang sama: munculnya
stratifikasi yang halus di dalam tubuh yang sama, seperti di dalam sebuah pabrik,
gereja, sekolah, di kalangan para pemain sandiwara dan sebagainya selalu ada
stratifikasi sosial, ada subordinasi dan superordinasi dalam arti yang
sesungguhnya.

Pembuatan kerangka yang berlapis-lapis baru akan mempunyai arti yang


menguntungkan, baik bagi lapisan yang bersangkutan maupun bagi masyarakat
umumnya, jika orang-orang yang ada dalam lapisan itu sanggup menjalankan
peranan sosial masing-masing sebaik-baiknya, sesuai dengan kedudukan mereka.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


27

Yang penting dalam stratifikasi sosial ialah sifat vertikal dari penempatan
lapisan-lapisan itu, lagi pula stratifikasi sosial tidak mengatur bagaimana
hubungan antar lapisan harus dilakukan, dan yang khas pada struktur sosial
bukan sifat vertikal dari penempatan unsur-unsur masyarakat, walaupun
kemungkinan untuk membuat tatanan vertikal itu tidak tertutup, karena dalam
kenyataan manusia lebih banyak berpikir dan bertindak menurut pola vertikal.

Di samping itu dalam masyarakat luas didapati pula pola berpikir dan bertindak
menurut pola lingkaran yang mendatar, seperti misalnya, dalam permainan sepak
bola skema penempatan 11 pemain tidak berbentuk vertikal, bahkan bukan
lingkaran mendatar, tetapi segi tiga yang mendatar.

Yang dipentingkan disitu bukan unsur kekuasaan yang berjenjang dari atas ke
bawah, bahkan di situ hierarki kekuasaan tidak ada, seperti pada pola pergaulan
bangsa-bangsa anggota PBB berbentuk lingkaran yang mendatar, dan prinsip
yang dipegang organisasi itu adalah kesarnaan kedudukan bangsa-bangsa dari ras
dan warna kulit mana pun, walaupun adanya keistimewaan hak dari sejumlah
negara besar dengan hak veto yang telah menjadi persoalan tersendiri.

C. Status Sosial.
Kalau kita amati bangunan di atas, maka akan memperlihatkan pula adanya sifat
hubungan atau suatu sistem , dan dimensi yang di perlihatkan oleh struktur
dan sistem ini di sebut dengan dimensi struktural .

Jika terjadi perubahan dalam dimensi ini maka hal itu di sebut perubahan
struktural yang artinya bahwa perubahan tersebut terjadi dalam bidang posisi
atau status .

Status adalah kedudukan sosial seseorang di dalam suatu tatanan sistem


sosial tertentu ( berupa hak dan kewajiban ), dan kedudukan sosial seseorang
ini tidaklah berarti sekumpulan kedudukan sosial dalam kelompok-kelompok
yang berbeda, akan tetapi kedudukan sosial tersebut mempengaruhi
kedudukan individu tersebut dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda.

Karena itulah, status mempunyai 2 ( dua ) aspek yaitu aspek struktural yang
mengandung perbandingan tinggi rendah dan aspek fungsional yang berkaitan
dengan peranan ( role ) seseorang yang memiliki status tertentu.

Dalam masyarakat tradisional, status yang di miliki anggota masyarakat masih


sangat sederhana baik secara struktural maupun fungsional , dan semakin maju
dan moderen suatu masyarakat, maka akan semakin banyak pula status yang di
miliki oleh seseorang sehingga kemungkinan untuk adanya peluang konflik status

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


28

semakin besar, dan konflik status ini bisa bersifat pribadi dan juga bisa bersifat
kelompok.

Oleh sebab itu, dapat di pahami bahwa konsep posisi atau status ini berkaitan
dengan peran, kekuasaan, otoritas, fungsi, integrasi , hubungan antara
satu posisi dengan posisi lainnya , serta arus komunikasi dan sebagainya.

Di samping itu status adalah kedudukan sosial ( berupa h a k dan


k e w a j i b a n ) seseorang di dalam suatu sistem sosial ( sebagaimana yang sudah
di uraikan terdahulu ).

Peranan ( role ) seseorang adalah aspek dinamis dari kedudukan


( status ) atau pola tingkah laku yang di hubungkan dengan kedudukan
sosial seseorang.

Antara status dan peranan ( role ) ini sangat sulit untuk di pisahkan, karena
tidak ada kedudukan tanpa peranan dan sebaliknya seseorang tidak dapat berperan jika
tanpa kedudukan, karena peranan ( role ) ini merupakan bagian dari tingkah
laku seseorang dalam masyarakat, sehingga peranan ( role ) ini tidak dapat
bebas dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Peranan ( role ) ini sedikitnya mengandung 3 ( tiga ) hal pokok yaitu :

 peranan ( role ) meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi


atau kedudukan tertentu seseorang dalam masyarakat, artinya bahwa peranan
( role ) ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
 peranan ( role ) adalah suatu konsep menyangkut perihal apa yang dapat di
lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi.
 peranan ( role ) juga dapat di katakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial.

Dari 3 ( tiga ) hal pokok tersebut di atas, maka yang penting adalah adanya hubungan
antara seseorang yang menjalankan peranan ( role ) dengan orang-orang
( masyarakat ) yang ada di sekitarnya yang berkaitan dengan kedudukan atau
statusnya.

Namun demikian, bisa saja terjadi bahwa peranan seseorang kadang-kadang sudah
tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat sekitarnya, dan dari hasil
penelitian Kingsley Davis di peroleh kesimpulan bahwa perbedaan antara peranan
( role ) dan harapan yang tepat dalam menduduki suatu kedudukan atau
status terjadi karena :

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


29

 Harapan masyarakat kurang memperhatikan tindakan yang sebenarnya atau


sebaliknya.
 Apabila harapan masyarakat akan tindakannya di ketahui, akan tetapi waktu
dan situasinya tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan.
 Apabila pemenuhan harapan masyarakat ada di luar kemampuan individu.

Seseorang yang menjalankan banyak peranan, harus mampu menjaga keseimbangan


tindakan peranan yang satu terhadap peranan yang lain, dan mungkin saja pada suatu
saat individu tersebut akan mengalami ketegangan atau ia harus mengambil
kebijaksanaan melaksanakan tindakan peranan yang di anggapnya paling penting.

Atau mungkin juga ia harus mampu mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap


peranan ( role ) yang telah di laksanakannya waktu lalu, agar ia dapat
melaksanakan peranan ( role ) lebih baik lagi di kemudian hari, sehingga
dengan demikian jelaslah bahwa suatu peranan ( role ) seseorang dapat
berubah-ubah yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang di hadapinya.

Dengan demikian maka, suatu peranan ( role ) yang di lakukan di tentukan juga
oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yaitu sesuai dengan norma
keseragaman yang berlaku di kelompok masyarakat dalam siatuasi yang sama.
b. Apabila norma jelas, maka barulah dapat di katakan adanya kemungkinan besar
untuk menjalankannya.
c. Apabila individu di perhadapkan dengan suatu situasi di mana lebih dari satu
norma yang di kenalnya berlaku, maka ia akan berusaha untuk mengadakan
kompromi dan modifikasi di antara norma-norma tersebut.

Sebagaimana pembahasan tentang status di atas, dalam bagian ini akan lebih di
uraikan lagi tentang status yang terdiri atas 3 (tiga ) macam yaitu :

- Ascribed Status ( status yang di benarkan, status yang di berikan ).

Status bentuk ini adalah status yang di peroleh seseorang dengan begitu saja
tanpa adanya suatu usaha ataupun inisiatif, seperti status yang di peroleh
seseorang karena garis keturunan dan sebagainya.

- Assigned Status ( status yang di amanatkan ).

Pengertian tentang status ini adalah status yang di berikan kepada seseorang
berdasarkan jasanya, seperti pangkat bagi anggota ABRI, Pegawai Negeri Sipil
dan sebagainya.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


30

- Achieved Status ( status yang di usahakan ).

Status jenis ini di peroleh seseorang melalui proses usahanya sendiri dan
mungkin saja melalui berbagai pengorbanan seperti waktu, tenaga pikiran dan
sebagainya sesuai tuntutan atau syarat untuk memperoleh status tersebut seperti,
Sekretaris, Hakim dan sebagainya.

Adanya pergeseran dalam masyarakat seperti dari masyarakat tradisional


menuju ke masyarakat moderen mengakibatkan juga pergeseran status yang
dapat menimbulkan konsekuensi konflik status, dan menurut Selo Soemardjan
terdapat perbedaan antara masyarakat tradisional dengan
masyarakat moderen di dalam melaksanakan disiplin sosial dan disiplin
hukum, seperti contoh :

Di dalam suatu masyarakat tradisional , social control


( pengawasan sosial ) terhadap disiplin sosial sangat kuat yang dengan
sendirinya akan berpengaruh terhadap disiplin hukum, sedangkan pada
masyarakat moderen faktor individualisme lebih kuat, maka
disiplin sosial menjadi lemah.

C. Bentuk Bentuk Masyarakat.


Berdasarkan tipologi masyarakat , maka sosiolog Fredinand Tonies
mengatakan bahwa :

dalam ilmu sosiologi di kenal dua macam masyarakat yang berbeda yaitu
masyarakat gemeinschaft dan masyarakat gesselschaft .

Masyarakat gemeinschaft adalah suatu masyarakat yang biasanya relatif


lebih kecil dan memiliki ciri-ciri seperti :

 Para warganya memiliki kebudayaan dan bahasa yang sama.


 Para warganya saling mengenal satu dengan lainnya.
 Lebih banyak berhubungan secara informal di bandingkan formal.
 Lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
 Terikat pada adat dalam hubungan antar warga.

Karena dominasi yang bersifat informal dalam sistem hubungan sosial sementara
warga, maka pranata gotong-royong dalam arti saling membantu maupun yang
berwujud bekerja kolektif tanpa upah untuk kepentingan umum dapat terlaksana
dengan baik.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


31

Dalam masyarakat gemeinschaft ini, pada umumnya terdapat sistem


kontrol sosial secara langsung yang sifatnya efektif, hal ini karena semua warga
remaja, dewasa dan tua mengenal nilai-nilai dan kaidah-kaidah adat, lagipula banyak
terjadi hubungan informal antar warga, sehingga setiap peristiwa pelanggaran adat
akan dengan mudah di ketahui.

Adat adalah :

suatu sistem nilai-nilai dan kaidah-kaidah sosial yang tumbuh bersama-


sama dengan tumbuhnya pengalaman hidup suatu masyarakat yang
salah satu unsur utama kehidupannya itu adalah kebudayaan yang
sudah berurat akar dalam tata-kehidupannya.

Sedangkan masyarakat yang bersifat gesselschaft adalah masyarakat


yang memiliki sifat dan ciri-ciri yang bertolak belakang dengan
masyarakat gemeinschaft , karena masyarakat gesselschaft mempu-
nyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Kebudayaan dan bahasa para penduduknya tidak selalu sama.


 Para warganya hanya saling mengenal dan saling berinteraksi dengan warga-
warga lainnya yang sama tingkatan atau status sosialnya, khususnya yang
berprofesi di bidang yang sama.
 Mempunyai hubungan sosial informal yang terbatas.
 Masing-masing warga ( atau mungkin saja keluarga ) merasa bertanggung jawab
untuk kepentingan pribadinya saja, sedangkan kepentingan untuk umum di
anggap menjadi tanggung jawab pemerintah.
 Para warga tidak mempunyai ikatan adat dalam hubungan sosial antar warganya.

D. Perubahan Sosial.
Berdasarkan teori sosiologi, suatu perubahan sosial khususnya perubahan
sosial budaya merupakan :

suatu proses yang berawal dari suatu keadaan yang semula baik dan
mantap kemudian memudar dan akhirnya menjadi mantap kembali,
proses perubahan seperti ini di gambarkan dengan istilah integrasi
yang berubah melalui disintegrasi ke arah reintegrasi .

Selama keadaan disintegrasi ini, masyarakat akan mengalami keadaan yang


di sebut dengan anomie ( terutama jika suatu perubahan itu berlangsung dengan
cepat ), hal ini di sebabkan karena masyarakat berada dalam keadaan bingung dan
penuh keragu-raguan terhadap kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang ada, namun

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


32

keadaan ini akan berakhir apabila sudah dicapai taraf reintegrasi sosial dimana
nilai-nilai dan kaedah-kaedah baru sudah dapat berlaku dan memasyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, suatu proses pembangunan boleh di katakan


merupakan masa anomie yang berkepanjangan dan saling susul menyusul, dan
akibat dari masa anomie yang berkepanjangan ini akan menimbulkan berbagai
dilema, antara lain seperti keinginan untuk mempertahankan nilai-nilai lama yang
selama ini dianggap baik.

Kebutuhan untuk menciptakan nilai-nilai baru yang menunjang pembangunan dan


dilema juga terjadi karena adanya kesenjangan antara sesuatu yang diinginkan
dengan suatu kenyataan yang berbeda dengan harapan tersebut.

Salah satu perubahan sosial yang tidak sengaja tetapi sangat penting
artinya adalah proses globalisasi ( globalisme ) , yaitu :

Suatu kecenderungan dalam masyarakat, khususnya masyarakat yang


berada di wilayah kota-kota besar untuk menyatu dengan masyarakat
dunia khususnya di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata
dan media komunikasi masa.

Ketergantungan masyarakat-masyarakat di seluruh dunia seperti ini


merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat di hindari lagi.

Proses globalisasi ini merupakan :

suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan sistem komunikasi


antara masyarakat-masyarakat di seluruh dunia dengan mengikuti
sistem nilai dan kaidah yang sama.

Sistem-sistem yang bersifat global terbentuk sebagai akibat dari sistem transportasi
udara yang makin lama makin cepat, mudah dan canggih, serta di tambah dengan
sistem komunikasi person to person dan komunikasi massa yang mampu
menyelenggarakan hubungan atas dasar hitungan waktu yang di ukur dengan jam,
atau menit, atau detik dan bahkan dapat terjadi secara seketika.

Masyarakat moderen mempunyai kebebasan yang luas untuk dapat berbuat


menurut keinginan dan kebutuhannya, dan tolok ukur dari kebebasannya adalah
dengan tidak mengganggu atau mengurangi kepentingan orang lain.

Sehingga dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa yang di maksud dengan
perubahan sosial adalah :

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


33

P e r u b a h a n - p e r u b a h a n y a n g t e r j a d i d a l a m struk tur
masyarakat a t a u d i s e b u t j u g a d e n g a n perubahan
strukturil , p e r u b a h a n - p e r u b a h a n y a n g t e r j a d i t e r s e b u t
di atas selalu berjalan sejajar dengan peru bahan-
perubahan kulturil karena tiap-tiap struktur
mendapat dukungan dari nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaan.

Antara kebudayaan dan struktur masyarakat terdapat antar- hubungan


yang fungsionil , maksudnya antara bagian yang satu dan bagian lainnya akan
saling pengaruh mempengaruhi, pola hubungan seperti tersebut di atas di sebut
dengan korelasi fungsional , seperti contoh :

perubahan sosial yang terjadi dalam suatu keluarga tradisional


menuju ke keluarga moderen akan dapat lebih memperjelas
pengertian di atas.

Dari uraian di atas, maka dapat kita pahami bahwa suatu keluarga merupakan
suatu struktur , hal ini di sebabkan karena dalam suatu keluarga selalu terdiri
dari posisi-posisi suami dan istri, dan hubungan antara suami dan istri sifatnya selalu
konstan karena status suami dalam keluarga tidak pernah berobah begitu juga status
istri, dan yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya
adalah isinya, di mana antara keluarga yang satu bersifat tradisional sedangkan
yang lainnya adalah keluarga moderen.

Hal di atas di sebabkan karena dalam keluarga tradisional , status suami


adalah posisi yang sangat menentukan dalam keluarga atau dengan kata lain suami
sebagai status adalah posisi yang sangat dominan, jadi untuk mempertahankan
status-nya dan menampilkan peran-nya itu suami merupakan posisi yang penuh
otoritas dan secara singkat dapat di katakan bahwa dalam keluarga tradisional
memperlihatkan struktur dan sistem yang berpusat pada suami, sedangkan
dalam suatu keluarga modern , status suami sudah tidak lagi merupakan posisi
atau status yang sangat dominan, karena tidak lagi memiliki otoritas dan kekuasaan
yang mutlak.

Istilah sosial dalam konsep struktur sosial tidak hanya menunjukkan penger-
tian struktural , saja tetapi dapat kita buktikan bahwa hal itu menyangkut juga
pengertian kultural, dengan kata lain dapat di katakan bahwa dalam dimensi
struktural kita temukan adanya dimensi kultural , kedua dimensi ini tidak
dapat di pisahkan, dan pengertian sosial ini sama dengan konsep masyarakat
dalam pengertian sosiologi.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


34

E. Nilai – Nilai.
Ruang lingkup kultural atau kebudayaan pada hakekatnya terdiri dari
materiil seperti antara lain mesin, pakaian, mobil dan lainnya, dan immat eriil
seperti ide, norma, peraturan, sistem interaksi, nilai dan sebagainya, seperti contoh :

dalam keluarga, khususnya keluarga yang tradisional, dapat kita


temukan mengapa posisi atau status suami begitu dominan dalam
keluarga.

Hal tersebut di sebabkan karena secara umum dalam masyarakat kita pria di anggap
mempunyai nilai yang lebih tinggi dari wanita dan hal ini terbawa sampai pada
posisi dan status pria sebagai suami dalam suatu keluarga.

Nilai adalah :

suatu gambaran mengenai apa yang di inginkan, yang pantas di


lakukan, dan yang berharga bagi seseorang atau kelompok, di samping
itu, suatu nilai juga dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang atau
masyarakat yang memiliki nilai tersebut.

Dalam bahasa Inggris nilai di sebut dengan value yang di dalamnya juga
terkandung pemahaman filsafat, sedangkan pengertian menilai berarti
menimbang yaitu :

Suatu kegiatan usaha manusia dalam menghubungkan sesuatu dengan


sesuatu untuk selanjutnya mengambil keputusan yang bernilai, artinya
suatu kesimpulan tentang apakah sesuatu itu berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, religious atau
tidak religious dan sebagainya, hal ini di hubungkan dengan unsur-
unsur yang ada pada manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa dan
kepercayaannya.

Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai


kolektivitas senantiasa berhubungan dengan nilai, norma dan moral, dan kehidupan
masyarakat di manapun mereka tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup
interaksi nilai, norma dan moral yang memberi motivasi dan arah kepada seluruh
anggota masyarakat untuk berbuat, bertingkah laku dan bersikap, dengan kata lain,
nilai adalah sesuatu yang berguna, indah, memperkaya bathin, yang menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya.

Nilai bersumber pada budi yang berfungsi untuk mendorong serta mengarahkan
pikiran, sikap dan perilaku manusia, dan nilai itu berfungsi juga sebagai suatu

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


35

sistem ( sistem nilai ) yang merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya.

Cita-cita, gagasan, konsep, ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai
sistem nilai, oleh karena itu nilai dapat di hayati atau di persepsikan dalam konteks
kebudayaan atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak.

Dalam menghadapi alam sekitarnya, manusia di dorong untuk dapat membuat


suatu hubungan yang bermakna melalui budinya di mana budi manusia menilai
benda-benda itu serta kejadian yang beraneka ragam di sekitarnya untuk kemudian
memilih apa yang menjadi tujuan dan isi dari kelakuan budayanya.

Dapat pula di katakan bahwa manusia menggunakan akal dan budinya untuk menilai
dunia dan alam sekitarnya untuk memperoleh kepuasan diri baik dalam arti
memperoleh apa yang di perlukannya, apa yang menguntungkannya atau yang akan
menimbulkan kepuasan bathinnya, dan melalui proses memilih yang terus menerus,
manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat menentukan sikap
hidupnya, keinginannya, cita-citanya dalam kehidupan budayanya.

Ada 2 ( dua ) pendapat tentang hubungan nilai dengan benda dan atau
keadaan yang mendukungnya, pendapat pertama yang di kemukakan antara lain oleh
Max Scheler dan Nicolai Hartmann yang menyatakan bahwa nilai adalah :

Sesuatu yang terdapat secara intrinsik pada obyek itu sendiri lepas dari
penghargaan yang di berikan oleh manusia.

Faham ini di sebut dengan faham obyektivisme yang menga-


takan bahwa nilai itu melekat pada suatu benda atau keadaan yang
mendukungnya lepas dari perasaan atau pendapat manusia.

Sedangkan Nietzche mengatakan bahwa nilai adalah :

Suatu hal yang sepenuhnya tergantung pada penangkapan dan perasaan


manusia, dan pendapat ini merupakan ungkapan yang subyektif, dan
akibat dari pendapat yang subyektif ini maka suatu nilai sangat
tergantung pada segi yang di tuju oleh manusia sehingga
berkembanglah faham-faham lain yang tergantung pada titik berat nilai
dari segi yang di tuju oleh manusia tersebut.

Suatu nilai akan timbul di masyarakat akibat :

terjadinya hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dan untuk


menjaga agar suatu sistem nilai tertentu dapat tetap bertahan dalam
masyarakat, maka di ciptakan juga seperangkat norma-norma dan

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


36

sanksi-sanksi lain yang ikut mengatur perilaku yang terjadi antara satu
posisi dan posisi lainnya dalam suatu struktur sosial.

Hal di atas ini di sebabkan karena manusia selalu mempunyai harapan atau tujuan di
dalam hidupnya, dan harapan atau tujuan manusia itu ada yang bersifat alami seperti
ingin selamat, meneruskan eksistensi jenisnya dan lainnya.

Ada pula yang tumbuh sebagai akibat lebih jauh dari sifat alami tersebut, dan dalam
upaya untuk merealisasikan harapan dan tujuannya tersebut maka manusia
mengadakan hubungan dengan sesama manusia lainnya yang mendukung nilai-nilai
tertentu, dengan alam sekitarnya dan terutama dengan Tuhan penciptanya.

Jika di lihat dari proses kehidupan budayanya, maka manusia selalu berusaha agar
lingkungan hidupnya dapat di kuasai dan di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
jasmani dan rohaninya.

Sesuatu itu dapat di katakan bernilai apabila :

sesuatu itu dapat berguna atau bermanfaat , benar ( nilai


kebenaran ), indah ( nilai estetis ), baik ( nilai moral / etis )
dan religious ( nilai agama ).

Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan manusia


dengan 6 ( enam ) macam yaitu :

nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai


s o s i a l , n i l a i p o l i t i k dan n i l a i r e l i g i o u s .

Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro mengatakan yang di maksud dengan nilai itu
terdiri atas 3 ( tiga ) bagian yaitu :

 Nilai material , yaitu segala sesuatu hal yang berguna bagi unsur manusia ;
 Nilai vital , yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas dan ;
 Nilai kerokhanian , yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia.

Yang di maksud oleh Prof. Dr. Drs. Mr. Notonagoro tentang nilai rokhani
ini juga masih dapat lagi di bedakan atas 4 ( empat ) :

 nilai kebenaran / kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia


yaitu ratio, budi dan cipta.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


37

 nilai kebaikan bersumber pada unsur rasa manusia yaitu gevoel, perasaan
dan estetis.
 nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak /
kemauan manusia atau will, karsa dan ethic.
 nilai religious yang merupakan nilai ketuhanan, kerokhanian yang tertinggi
serta mutlak, dan nilai religious ini bersumber pada kepercayaan / keyakinan
manusia.

Dengan demikian dapat di pahami bahwa sesuatu yang bernilai itu tidak hanya
sesuatu yang hanya berwujud sebagai benda material saja, tetapi juga sesuatu yang
juga tidak berwujud benda material, dan bahkan sesuatu yang tidak berwujud benda
material itu dapat mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia.

Nilai material ini secara relatif dapat di ukur dengan mudah yaitu dengan
menggunakan alat-alat pengukur seperti alat pengukur berat, alat pengukur panjang
atau meter dan alat-alat pengukur lainnya.

Sedangkan nilai rokhani tidak dapat di ukur dengan menggunakan peralatan


seperti di atas tetapi sebagai dasar atau tolok ukurnya adalah dengan berdasarkan pada
budi nurani manusia itu sendiri, sehingga karena itu lebih sulit di lakukan.

Suatu nilai tidaklah sama tingkatan intensitasnya, karena bagi seseorang bisa saja
suatu nilai dapat di kategorikan sebagai nilai yang sudah meresap ( internali-
zed values ), tetapi bagi orang lain nilai tersebut dapat saja masih merupakan
suatu nilai yang baru atau termasuk nilai luar .

Robin Williams dalam American Society membedakan nilai atas 2 ( dua ) macam
yaitu, nilai dominan yaitu nilai yang selalu mempengaruhi tindakan seseorang
dan nilai kurang dominan yaitu nilai yang tidak selalu menjadi patokan atau
ukuran di dalam tindakan seseorang.

Untuk mengetahui tingkatan dari suatu nilai apakah termasuk nilai dominan
atau tidak dominan pada seseorang adalah dengan melalui pengamatan terha-
dap tindakan yang di pilih seseorang dalam menentukan suatu alternatif, dan nilai
yang lebih di utamakan tentunya merupakan nilai yang lebih dominan sedangkan
nil ai yang kurang di utamakan berarti nilai yang kurang dominan.

Robin Williams mengemukakan 4 ( empat ) kriteria untuk mengukur faktor


dominan dari suatu nilai terhadap individu atau kelompok dengan :

 Exte nsi ve ne ss of the val ue i n the total ac ti vi ty.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


38

Faktor dominan suatu nilai dapat di ukur dari luas atau tidaknya pengaruh
nilai tersebut dalam seluruh kegiatan individu atau masyarakat, hal ini terjadi
karena makin banyak individu yang melakukan kegiatan dengan menampilkan
suatu nilai, maka berarti bahwa makin dominan nilai tersebut, dan sebaliknya
makin sedikit orang yang melakukan kegiatan yang menampilkan nilai tersebut,
maka makin kurang dominan nilai tersebut.

 Dur ati on of val ue .

Faktor dominan suatu nilai dapat juga di ukur melalui berapa lamanya
jangka waktu pengaruh suatu nilai di rasakan atau di anut oleh anggota
masyarakat, hal ini terjadi karena makin singkat waktu pengaruh sesuatu nilai,
menunjukkan makin kurang dominannya nilai tersebut dan sebaliknya makin lama
nilai itu berpengaruh dan di anut oleh suatu masyarakat maka akan makin
dominan nilai tersebut.

 Intensity with wich the value is sought or maintained.

Faktor dominan suatu nilai juga dapat di lihat dari kemampuan nilai
tersebut di wujudkan ataupun di pertahankan oleh suatu masyarakat terhadap
berbagai tantangan dari nilai-nilai lain dari luar, dan ketahanan suatu nilai dapat di
ukur berdasarkan pada usaha-usaha yang di lakukan untuk mewujudkan nilai
tersebut ataupun berdasarkan pilihan-pilihan penting atau pernyataan-pernyataan
secara verbal dan reaksi-reaksi yang di tunjukkan bila terjadi ancaman terhadap
nilai tersebut.

 P re sti ge of val ue carr i er s.

Faktor dominan atau tidaknya suatu nilai juga dapat di lihat melalui
bagaiman keanggunan ( pretise ) dari para pendukung nilai tersebut dalam
suatu masyarakat, dan keanggunan ( prestise ) ini dapat di ukur dari
sikap masyarakat terhadap pendukung nilai tersebut.

Jika perlakuan terhadap pendukung nilai tersebut baik maka nilai tersebut dapat di
artikan sebagai nilai yang dominan dan demikian pula sebaliknya.

Emile Durkheim juga mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di


dalam suatu kelompok masyarakat tertentu seringkali di akibatkan oleh berbagai
benturan nilai atau anomie yaitu :

suatu keadaan di mana nilai-nilai lama sudah di tinggalkan tetapi nilai-


nilai yang baru belum tumbuh secara kuat.

Untuk mengatasi masalah anomie ini, harus di imbangi dengan suatu proses
integrasi yaitu :

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


39

jika semua bagian dari suatu sistem sosial mempunyai hubungan


timbal balik yang benar-benar tepat sehingga hal itu akan membentuk
suatu keseluruhan, seperti contoh misalnya hubungan yang terjadi
dalam suatu keluarga, tim olahraga dan lain sebagainya.

Proses integrasi ini dapat terjadi jika :

 Tradisi yang lama mengalami pengukuhan kembali sehingga menjadi norma-


norma yang dapat di pakai kembali dalam keadaan baru.
 Adanya keinginan untuk memperbaiki norma yang lama.

Masalah integrasi ini dapat bersifat koersif ( paksaan ), normatif ,


fungsional .

Di samping itu, secara khusus, masalah integrasi nasional di Indonesia sangat di


pengaruhi oleh beberapa bidang potensial berupa :

 birokrasi,
 desa dan kota,
 hubungan antara buruh dan kajikan,
 masalah ras seperti Cina dan sebagainya,
 masalah agama,
 masalah etnik,
 masalah wanita ( gender / emansipasi ).

Dengan berbagai uraian di atas ini dapat kita simpulkan bahwa antara dimensi
struktural tidak dapat di pisahkan dengan dimensi kultural , sehingga dengan
demikian terlihat bahwa :

Di dalam suatu perubahan struktural juga mencerminkan


adanya perubahan kultural .

Karena seperti contoh dengan adanya perubahan struktur dari


keluarga tradision al ke keluarga moderen juga meng-
akibatkan adanya pergeseran nilai .

Namun demikian ada yang merupakan suatu ciri tersendiri dari dimensi kultural
ini, karena dimensi kultural atau kebudayaan ini menyangkut konsep
kebudayaan materiil dan kebudayaan immateriil, misalnya seperti adanya
penemuan televisi yang merupakan kemajuan di bidang kebudayaan materiil
maka pengaruhnya sangat luas, contoh :

sebelum adanya penemuan televisi ini, di dalam suatu lingkungan

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


40

keluarga maka hubungan yang terjadi antara suami, istri dan


anak dapat di katakan lebih dekat di bandingkan dengan keadaan
sekarang ini.

Perubahan ini terjadi karena sekarang perhatian sebagian besar anggota keluarga
terpusat pada televisi, sehingga dari segi psikologis dapat di katakan bahwa
i n t e g r a s i yang ada di antara anggota keluarga sudah berkurang.

Dari contoh ini kita melihat bahwa dengan adanya perubahan dalam
kebudayaan materiil memberikan pengaruh bukan hanya pada struktur
sosial tetapi juga kebudayaan immateriil .

William F. Ogburn menjelaskan bahwa :

Kebudayaan immateriil di pengaruhi oleh kebudayaan


materiil , dan di jelaskannya pula bahwa perkembangan yang terjadi
di bidang kebudayaan materiil jauh lebih cepat di bandingkan
dengan perkembangan kebudayaan immateriil .

Oleh sebab itu, dengan adanya perbedaan yang menyangkut perkembangan di antara
kedua kebudayaan ini ( kebudayaan materiil dan kebudayaan
immateriil ) di sebut dengan cultural lag atau ketinggalan budaya.

Cultural lag ini jika berkelanjutan dan tidak segera di atasi akan dapat menimbulkan
ketegangan dalam masyarakat sehingga mengakibatkan adanya masalah sosial.

Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut di atas dapat di sebut dengan kemajuan


di bidang teknolo gi, yang juga dapat menimbulkan akibat sebagai berikut :

1. Masyarakat teknologi mengurangi kebutuhan untuk melahirkan pikiran-


pikiran dan kemungkinan-kemungkinan alternatif.
2. Teknokrasi menghasilkan standarisasi, uniformitas dan reproduksi.
3. Teknologi menciptakan alienasi.
4. Teknologi menyebabkan terjadinya restrukturisasi dalam masyarakat.

Perubahan yang terjadi di dalam dimensi atau bidang struktural dan kultural juga
mengakibatkan perubahan dalam bidang interaksional.

Dengan contoh di atas, kita dapat melihat bahwa karena perubahan yang terjadi, secara
tidak langsung mempengaruhi juga hubungan i n t e r a k s i yaitu :

suatu proses di mana orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh


mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan dari para anggota keluarga
yang menjadi berkurang.
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
41

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa adanya
interaksi sosial maka tak akan mungkin ada suatu kehidupan bersama, oleh
sebab itu dapatlah di mengerti bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari
suatu, dan pemahaman ini menunjukan pada suatu hubungan sosial yang dinamis.

Di dalam pengertian interaksi sosial tersebut mengandung makna tentang kontak


secara timbal balik atau inter-stimulasi dan respons antara individu-individu dan
kelompok-kelompok, sehingga dengan demikian terjadinya suatu interaksi itu jika
satu individu berbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan reaksi dari individu
atau individu-individu lainnya.

Alvin dan Helen Gouldner menjelaskan bahwa interaksi sebagai :

.... aksi dan reaksi di antara orang-orang, sehingga dengan


demikian terjadinya interaksi apabila satu individu berbuat
sedemikian rupa sehingga menimbulkan reaksi dari individu atau
individu-individu lainnya.

Kontak yang terjadi pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok dan
mempunyai makna bagi pelakunya yang kemudian di tangkap oleh individu atau
kelompok lain.

Penangkapan makna tersebut yang menjadi pangkal tolak untuk memberikan suatu
reaksi, dan kontak yang terjadi dapat secara langsung yaitu melalui gerak dari fisikal
organisme, misalnya melalui pembicaraan, gerak isyarat, di samping itu juga dapat
terjadi kontak secara tidak langsung seperti melalui tulisan atau bentuk-bentuk lain
dari komunikasi jarak jauh.

Menurut Kimbal Young, suatu interaksi sosial dapat berlangsung antara :

 orang-perorang dengan kolempok atau kelompok dengan orang-perorang.


 kelompok dengan kelompok.
 orang-perorangan ( individu ).

Charles P. Loomis, mengemukakan ciri-ciri dari interaksi sosial yaitu :

 jumlah pelaku lebih dari seorang.


 adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
 adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan mendatang
yang akan menentukan sifat dari aksi yang sedang berlangsung.
 adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya dengan yang di
perkirakan oleh pengamat.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


42

Bentuk umum dari suatu proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga
dapat di namakan proses sosial ), oleh karena interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dan bentuk lain dari proses
sosial hanya merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi sosial .

Suatu proses sosial adalah merupakan pengeruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama manusia, dan yang menjadi dasar dari pengaruh timbal balik ini
adalah interaksi sosial yang kemudian menyebabkan adanya pergaulan hidup
manusia, dan selanjutnya, Kimball Young menjelaskan dalam uraiannya bahwa
interaksi sosial merupakan proses dari saling kontak ( reciprocall contact )
antara dua orang atau lebih, dan saling kontak ( reciprocall contact ) ini dapat di
lihat pada adanya hubungan ( kontak sosial ) yang terjadi baik secara interen antara
sesama anggota suatu kelompok atau secara eksteren antara suatu kelompok dengan
kelompok lainnya.

Dalam kenyataannya, menurut Kimball Young, bahwa kegiatan kontak sosial ini
mempunyai 3 ( tiga ) bentuk pokok, yaitu :

- Proses saling kontak ( interaksi ) yang terjadi antara individu dengan


individu seperti yang terlihat pada interaksi antara ibu dan anak, dan pada suatu
masa tertentu jika anak tersebut sudah lebih dewasa maka ia akan memperluas
proses saling kontak tersebut dengan individu-individu lain seperti teman bermain
dan sebagainya ;

- Saling kontak ( interaksi ) yang terjadi antara individu dengan suatu


kelompok atau antara kelompok tertentu dengan individu, yang dapat di lihat
seperti contoh jika seseorang menemukan identitas dirinya ( secara moral atau
mode ) di dalam suatu komunitas tertentu atau jika suatu kelompok tertentu
mengadakan proses intimidasi terhadap seorang individu agar tunduk pada aturan
dan ketentuan kolompok tersebut ;

- Saling kontak ( interaksi ) antara suatu kelompok dengan kelompok


lainnya, seperti contoh proses koalisi beberapa kelompok untuk mengalahkan
kelompok lainnya.

Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial di dasarkan pada berbagai faktor


seperti antara lain :

 Faktor imitasi , atau proses meniru yang pada sisi positifnya dapat mendorong
seorang individu untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku,
namun sisi negatifnya jika yang di tiru adalah hal-hal yang bersifat menyimpang.

Dan selain itu, faktor imitasi ini dapat melemahkan bahkan dapat mematikan
daya kreasi seseorang.

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


43

 Faktor sugesti , berlangsung apabila seseorang memberikan suatu pandangan


atau suatu sikap yang kemudian dapat di terima oleh pihak lain.

Jadi proses faktor sugesti ini sebenarnya hampir sama dengan faktor imitasi
namun titik tolaknya yang berbeda karena kelangsungan dari proses faktor
sugesti ini dapat terjadi karena pihak yang menerima di landa oleh emosi, hal
mana akan menghambat daya berpikir individu secara rasional.

Faktor sugesti ini dapat terjadi jika orang yang memberikan pandangan
adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter, di
samping itu, faktor sugesti ini juga dapat berlangsung jika yang memberikan
sikap atau pandangan itu merupakan bagian mayoritas dari suatu kelompok atau
masyarakat.

 Faktor identifikasi , yang sebenarnya merupakan suatu kecenderungan atau


keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak yang lain, dan
faktor ini sifatnya lebih mendalam daripada faktor imitasi oleh karena
kepribadian seseorang dapat terbentuk karena proses ini.

Proses identifikasi ini dapat terjadi dengan sendirinya ( secara tidak


disadari ) maupun dengan sengaja, oleh karena kepribadian seringkali seseorang
memerlukan type-type ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.

Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi ini


berlangsung di dalam suatu keadaan di mana seseorang yang beridentifikasi
benar-benar mengenal pihak lain yang menjadi idealnya, sehingga pandangan,
sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga
dan bahkan di jiwai.

Dengan demikian dapat di pahami bahwa kelangsungan dari proses identifikasi


ini mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam di
bandingkan proses imitasi dan proses sugesti walaupun ada
kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi di awali oleh proses
simpati dan atau mungkin proses sugesti .

 Faktor simpati , adalah suatu proses di mana seseorang mempunyai perasaan


tertarik ( simpati ) kepada orang lain, dan dalam proses ini, faktor perasaan
( emosi ) sangat memegang peranan penting walaupun dorongan utama pada
proses simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dalam rangka untuk
bekerja sama.

Inilah perbedaan utama dari proses simpati dengan proses identifikasi ,


karena proses identifikasi di dorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak
lain karena di anggap kedudukannya lebih tinggi, memiliki kelebihan-kelebihan

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


44

khusus sehingga harus di hormati, dan proses simpati ini akan dapat
berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling mengerti terjamin.

Faktor-faktor tersebut di atas dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah, tetapi


dapat juga secara bersamaan, dan apabila di tinjau secara lebih mendalam, maka
faktor simpati misalnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
proses interaksi sosial .

Faktor-faktor inilah yang merupakan suatu syarat minimal yang mendasari terjadinya
suatu proses interaksi sosial , walaupun pada kenyataannya proses tersebut sangat
kompleks, sehingga kadang-kadang sangat sulit untuk mengadakan suatu pembedaan
yang tegas antara faktor-faktor tersebut, dan suatu interaksi sosial dapat terjadi
jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Adanya kontak sosial .


 Adanya komunikasi .

Kontak sosial di artikan sebagai adanya suatu hubungan antara individu yang
satu dengan individu yang lainnya baik hubungan secara badaniah maupun hubungan
yang bukan badaniah.

Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, seseorang dapat melakukan kontak sosial
dengan menggunakan berbagai media tanpa harus melakukan kontak badaniah,
bahkan dapat di katakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama
terjadinya kontak sosial .

Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 ( tiga ) bentuk, yaitu :

 Antara orang-perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-


kebiasaan yang berlangsung di dalam keluarganya.

Proses ini di sebut dengan sosialisasi ( sozialization ) yaitu suatu proses


di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
dalam masyarakat di mana dia menjadi anggotanya.

Sosialisasi ini pada hakekatnya berkaitan erat dengan proses perubahan atau
modifikasi dari pada sesuatu yang telah pernah di hayati dan di laksanakan
sebelumnya, sehingga untuk maksud tersebut di butuhkan berbagai stimulan
( ransangan – ransangan ) pada struktur sosial yang sudah ada sehingga suatu
usaha perubahan dapat tercapai.

Upaya pada struktur tersebut dapat berupa :

1. Pengurangan penghargaan terhadap perilaku yang lama ;

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL


45

2. Peningkatan perhatian dan pemberian penghargaan terhadap tingkah laku yang


lama ;
3. Penciptaan kondisi yang baik agar suatu perubahan dapat terjadi.

Bentuk pengurangan penghargaan terhadap tingkah laku yang lama dapat di


laksanakan dengan upaya :

a. Memisahkan orang-orang ( individu-individu ) tertentu yang akan di


sosialisasikan dari lingkungan sosialnya yang lama agar mereka terhindar dari
usaha atau pengaruh yang ingin mempertahankan keadaan yang lama ;
b. Memperhatikan pengaruh kelompok yang memberikan support ( dukungan )
dan menekan pengaruh-pengaruh yang bermotif ingin mempertahankan hal-
hal yang lama ;

c. Membangkitkan konsepsi yang baru dengan memberikan pengertian yang


jelas tentang hubungan antara keadaan yang lama dan keadaan yang baru
nanti.
d. Memberikan penilaian yang rendah terhadap sumber-sumber dari berbagai
hal yang sudah ada sebelumnya ;
e. Mengurangi perhatian terhadap hal-hal yang menonjol dari keadaan yang
lama dengan jalan melakukan pemisahan-pemisahan.

Upaya penghargaan terhadap berbagai hal yang baru dapat di laksanakan dengan
jalan :

a. Meningkatkan sosialisasi yang sudah pernah di laksanakan melalui proses


bertahap melalui berbagai struktur dan lapisan sosial yang ada ;
b. Memberikan penghargaan agar dapat terwujud penyesuaian terhadap
kedudukan kedudukan yang baru ;
c. Sosialisasi terhadap stratifikasi yang baru ;
d. Memberikan konsepsi konsepsi yang lebih menguntungkan pada struktur yang
baru.

 Antara orang-perorang dengan suatu kelompok manusia atau juga dapat


sebaliknya, seperti misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-
tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu
partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan
ideologi dan programnya.

 Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya, seperti dua
partai politik mengadakan suatu kerjasama untuk mengalahkan partai politik
lawan mereka.

Atau jika dua buah perusahaan mengadakan suatu perjanjian kerjasama yang
saling menguntungkan dan sebagainya.
DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL
46

Suatu kegiatan interaksi sosial dapat berbentuk seperti kerjasama atau


( cooperati on ), persaingan ( competition ) atau bahkan dapat berupa
pertentangan atau pertikaian ( conflict ).

Dengan demikian, uraian tentang dimensi perubahan sosial seperti contoh di


atas menyangkut tiga hal pokok yaitu :

struktural, kultural dan interaksional , dan ketiga dimensi


ini saling berhubungan satu dengan lainnya yang artinya bahwa
perubahan yang terjadi dalam satu dimensi akan mempengaruhi
dimensi lainnya juga .

Kita juga memahami bahwa, tiap-tiap masyarakat memiliki kebudayaan sendiri yang
berbeda dengan masyarakat lain di sekitarnya, dan jika terjadi lalulintas lancar yang
memungkinkan pertemuan antara dua atau lebih kelompok masyarakat, maka akan
terjadi suatu pertemuan kebudayaan dari latar belakang yang berbeda.

Di dalam pertemuan kebudayaan ini tidak selalu terjadi saling pengaruh


mempengaruhi karena adakalanya juga terjadi saling tolak-menolak dan proses ini di
sebut dengan istilah cultural animosity.

Suatu pertemuan kebudayaan dapat mengakibatkan adanya :

- inovasi.
- peneri maan sosial ( social acceptance ).
- proses pengambil an ( selective elimination ).
- proses integrasi ( integration ).

DIMENSI PERUBAHAN SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai