Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ANGGI ERISTA

NIM / KELAS : 2221190073 / 3-C

JURUSAN : PENDIDIKAN NON FORMAL

MATA KULIAH : ANALISIS KEBUTUHAN DAN MASALAH SOSIAL

1. a. Masalah sosial level individu :

Dalam kutipan jurnal (Hardono, H., Haryono, H., & Yusuf, A., 2017) Masalah sosial
individu atau internal berupa kelemahan intelektual, kelemahan psikologis, kelemahan
fisik, motivasi, faktor personalitas, keuangan, preparasi jabatan, dan orientasi nilai.
Individu dikatakan sebagai sumber masalah ketika tingkah lakunya dianggap bertentangan
dengan nilai atau standar sosial yang berlaku di masyarakat atau individu tersebut
bermasalah karena ia memiliki kondisi mental yang buruk yang kemudian tingkah lakunya
berpengaruh negatif pada orang lain. Masalah individu dalam organisasi juga diuraikan
dalam motivasi yang dimiliki oleh guru yang diwujudkan dalam variabel motivasi kerja.
Masalah organisasi diuraikan dalam masalah kepemimpinan yang diwujudkan dalam
variabel kepemimpinan kepala sekolah, serta perilaku pengawas yang diwujudkan dalam
supervisi akademik. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang
sumber masalah kinerja yang berupa motivasi, kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi
akademik. Selain itu Dikutip dari jurnal (Utami, N. M. S. N., 2013) Msalah sosial individu
berdampak juga pada seseorang yang memiliki penyakit asma yang berpengaruh terhadap
menurunnya rasa percaya diri individu, asma juga dapat menimbulkan dampak psikologis
pada individu seperti rasacemas, depresi, takut, merasa diri berbeda dengan individu lain,
merasa tidak berdaya, merasa terkekang dan tidak dapat bebas, terbebani dalam masalah
finansial, merasa terikat karena harus rutin minum obat, dan khawatir merepotkan keluarga
karena terganggu dengan sesak nafas dan batuk (Cutetomatto, 2012). Hal tersebut dapat
memicu timbulnya stres dalam kehidupan individu, sehingga sakit yang dialami oleh
individu menjadi bertambah parah dan prognosis menjadi buruk (Cahyani, 2013; Miller
dalam Dwitantyanov, 2012). Adapun Dalam kutipan jurnal (Ali, F., 2007) Masalah sosial
individu dikalangan pelajar yang begitu terlihat. Mereka bukan saja terlibat dengan
pelanggaran disiplin yang penyelesaiannya boleh dilakukan oleh pihak sekolah seperti
merokok dan ponteng sekolah, tetapi juga kesalahan jenayah yang melibatkan polisi dan
mahkamah seperti merogol dan membunuh.

b. Masalah sosial level masyarakat :

Dalam kutipan jurnal (Cahyono, B., 2014) Dimensi modal sosial menggambarkan
segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh
dan dipatuhi (Dasgupta dan Serageldin, 1999). Dimensi modal sosial menekankan pada
kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas hidupnya. Adapun
Dalam kutipan jurnal (Firdaus, A. M., Pelupessy, J. M., & Tampubolon, J. R., 2016)
Masalah yang umum dihadapi masyarakat antara lain tingkat kemiskinan (ketidakpastian
ekonomi), kerusakan sumber daya pesisir, dan kesehatan lingkungan, serta pemanfaatan
area laut bagi nelayan (akses terbuka dan akses terbuka terbatas). Menurut Sutardjo dalam
Rosalina (2012), terdapatempat persoalan utama yang dihadapi masyarakat pesisir yaitu
tingkat kemiskinan, kerusakan sumber daya pesisir, dan rendahnya kemandirian organisasi
sosial desa, serta minimnya infrastruktur dan kesehatan lingkungan di pemukiman desa.
Selain itu Dikutip dari jurnal (Sujarwanto, I., 2012) Terjadinya interaksi sosial dalam
sehari-hari dapat ditemukan dalam setiap pertemuan atau perjumpaan. Tempat atau wadah
berbagai aktivitas sosial individu terhadap individu lain, individu terhadap kelompok atau
kelompok terhadap kelompok dalam masyarakat baik aktivitas spontan maupun
direncanakan dapat berfungsi sebagai saluran interaksi sosial. Upacara keagamaan
merupakan saluran interaksi sosial yang efektif untuk menciptakan integritas, kohesi dan
solidaritas sosial suatu masyarakat.

c. Masalah sosial level sistem :

Dalam kutipan jurnal (Taftazani, B. M., 2017) Masalah sosial yang dianggap
bersumber dari sistem sosial (environmental blame), terjadi jika lembaga-lembaga dan
organisasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga berpengaruh buruk pada sendi-
sendi kehidupan masyarakat. Misalnya saja masalah korupsi di Indonesia yang sudah
begitu meluas serta berlangsung lama dapat menyebabkan masalah lain seperti kemiskinan
karena sumber-sumber kehidupan yang seharusnya diakses secara luas menjadi hilang. Jika
ada gangguan pada lembaga penegakan hukum dalam proses pemberantasan korupsi
sehingga masalah tersebut tidak bisa dihilangkan, maka dapat dikatakan bahwa sumber
masalah berasal dari level sistem. Selain itu Dalam kutipan jurnal (Soetomo, S., 2011)
Masalah sosial merupakan realitas sosial yang kompleks sehingga sumber masalah-
masalah juga bersifat kompleks. Oleh sebab itu sumber penyebab masalah dapat berasal
dari level individu maupun sistem. Guna penanganan masalah sosial yang lebih
komprehensif, kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dalam
mendiagnosis masalah. Apabila sumbermasalahnya berasal pada sistem, maka pemecahan
masalahnya tidak akan efektif jika hanya merupakan penanganan pada individu
penyandang masalah. Paling tidak kesan efektifnya hanya berjangka pendek. Oleh karena
sumber masalah utamanya tidak atau belum tersentuh, maka dalam jangka panjang
masalahnya akan muncul kembali. Kemudian Dari kutipan jurnal (Muhamad, R. T.,
Sekarningrum, B., & Agma, Y. M., 2017) Pada sistem sosial level individu atau keluarga,
keberfungsian sosial termasuk pembentukan pola hidup untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya,membangun hubungan positif didalam pengembangan pribadi serta
penyesuaiannya. Individu senantiasa mencari dukungan pertolongan dari sistem sosial
untuk keberfungsian sosial mereka. Pada level kelompok, organisasi, komunitas yaitu
dengan memperbesar atau memperkuat kemampuan mengembangkan sumber-sumber,
menciptakan harmoni diantara anggota mereka serta menciptakan kesempatan dinamis bagi
pertumbuhan dan perubahan. Sumber untuk mengembangkan keberfungsian sosial tersebut
dapat terletak di dalam sistem tersebut atau terletak pada struktur sosial lainnya.
2. YA.
a. Tahap Identifikasi dilakukan untuk membuka kesadran dan keyakinan bahwa dalam
kehidupan masyarakat terkandung gejala masalah sosial. Tahap ini memberi awareness
akan keberadaan masalah sosial juga berfungsi untuk mengubah masalah sosial laten
menjadi manifes, serta selanjutnya memberikan inspirasi dan dorongan bagi
dilaksanakannya langkah berikutnya yaitu diagnosis dan treatment.
b. Tahap Diagnosis lanjutan dari tahap identifikasi maka pada tataran ini menjelaskan
yaitu pengenalan sifat, eskalasi dan latar belakang masalahnya. Mendiagnosis masalah
sosial berangkat dari sumbernya :
1. Person blame approach : unit analisis adalah individu, dengan tindakan rehabilitasi
dan resosialisasi.
2. System blame approach : unit analisis adalah sistem, dengan struktur, institusi
sosial, fungsi komponen dalam sistem sosial.
c. Tahap Treatment merupakan esensi sebagaimana tahap ini memiliki komponen kuat
yaitu menangani masalah sosial dengan aktualisasi preventif dan pengembangan. Agar
masalah sosial terdeteksi serta mampu melihat iklim kondusif di masyarakat. Dengan
tahap treatment tersebut maka saya memaparkan bahwa kontekstualisasi dari treatment
harus dijadikan sebagai titik sentral pada penanganan masalah sosial.

Contoh penanggulangan bencana banjir melalui 3 tahapan di atas :

a. Tahap Identifikasi : Kejadian banjir merupakan suatu masalah bagi masyarakat


karena menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda, seperti munculnya wabah
penyakit/gangguan kesehatan, kerusakan bangunan dan tempat tinggal, kerusakan
sarana prasarana infrastruktur, dan lain-lain. Hingga saat ini kejadian banjir pun masih
sulit dideteksi kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya. Oleh
karena itu, untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat banjir diperlukan suatu sistem
penanggulangan banjir yang yang dapat melibatkan berbagai komponen sistem. Salah
satu komponen sistem yang dapat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).
SIG dapat dimanfaatkan pada setiap tahapan penanggulangan bencana banjir. Daerah
rawan banjir ditinjau dari keberadaan dan ketersediaan dataspasial yang diperlukan.
b. Tahap Diagnosis : Secara umum, latar belakang masalah terjadinya masalah banjir
karena beberapa yaitu penebangan hutan secara liar tanpa reboisasi, pendangkalan
sungai,pembuangan sampah yang sembarangan, pembuatan saluran air yang tidak
memenuhi syarat,pembuatan tanggul yang kurang baik, air laut (sungai atau danau)
yang meluap dan menggenagi daratan. Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak
bencana alam yang sering terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim hujan
dengan intensitas yang sering dan lebat. Daerah yang menjadi langganan banjir
terutama pada daerah sekitar arus sungai. Namun daerah yang jauh dari sungai pun
kadang terkena musibah banjir juga jika curah hujan terjadi hujan yang datang terus
menerus dan sungai tidak lagi sanggup menampung banyaknya air hujan.
c. Tahap Treatment : Usaha untuk menangani maslah banjir yaitu dengan melakukan
mitigasi bencana berupa pencegahan bencana dan kegiatan kesiapsiagaan secara
struktural dan non-struktural. Secara struktural, pembangunan infrastruktur yang rentan
terhadap banjir dapat dilakukan. Misalnya, meninggikan lantai bangunan di atas muka
air banjir, bangunan penahan banjir, ataumembangun infrastruktur yang mampu
menahan rembesan air tanah. Sedangkan non-struktural, mitigasi dilakukan dengan
mengontrol penggunaan lahan dan tata ruang, salah satunya adalah melalui regulasi.

3. 1. Menurut Yen et.al., (1998) Analisis kebutuhan merupakan satu diantara banyak
aktivitas kritis pada proses rekayasa kebutuhan perangkat lunak untuk memahami ranah
permasalahan dari sistem yang berjalan dan ranah solusi dari sistem yang akan dibuat.

2. Menurut Pressman, (2008) Analisis kebutuhan merupakan bagian dari proses


kebutuhan perangkat lunak yang berperan menjembatani jurang yang sering terjadi antara
level rekayasakebutuhan dan perancangan perangkat lunak.

3. Menurut Wiegers, (2003) Analisis kebutuhan bertujuan menyempurnakan kebutuhan-


kebutuhan yang ada untuk memastikan pemangku kepentingan memahaminya dan
menemukan kesalahan-kesalahan, kelalaian, dan kekurangan lainnya jika ada.

4. Menurut Roger Kaufman & Fenwick W. English dalam Warsita (2011) Analisis
kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara
keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian
menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal yang lebih
penting untuk diselesaikan masalahnya.

5. Menurut Kaufman dalam Sihombing dan Marni (2012) Analisis kebutuhan dapat
dirumuskan sebagai suatu usaha untuk mengidentifikasi alat dan metode yang diperlukan
dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara kenyataan dan harapan.

6. Menurut Burton dan Merril Menjelaskan definisi dari analisis kebutuhan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam menentukan saran, mengidentifikasi kesenjangan antara
sasaran dengan keadaan nyata, serta memantapkan tindakan.

7. Menurut Murray Analisis kebutuhan adalah konstruk yang menunjukkan “sebuah


dorongan dalam wilayah otak” yang mengatur berbagai proses seperti persepsi, pikira, dan
tindakan dengan maksud untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan.

8. Menurut Maslow Analisis kebutuhan didorong oleh kekuatan motivasi yaitu motivasi
kekurangan (deficiency growth) dan motivasi perkembangan (motivation growth).

9. Menurut John McNeil dalam Sanjaya (2008) Mendefinisikan analisis kebutuhan


(need assessment) adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan.

10. Menurut Seel dan Glasgow dalam Sanjaya (2008) Menjelaskan tentang analisis
kebutuhan bahwa kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara
apa yang telah tersedia dengan apa yang diharapkan, dan need assessment adalah proses
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan
untuk dipecahkan.
11. Menurut Ervin (2000) Need assessment adalah sebuah proses identifikasi dan mencari
solusi dari permasalahan masyarakat atau institusi tanpa memperhatikan apakah program
itu sudah dilakukan atau belum.

12. Menurut Hawe (1990) Mendefinisikan need assessment adalah sebuah alat untuk
menggali permasalahan, merencanakan bentuk intervensi, kemudian dibutuhkan sumber
data, peran kita dalam need assessment tergantung posisi di organisasi.

13. Menurut Price, el al, (2010) Need assessment adalah metode pendekatan formal
pengumpulan data untuk mengidentifikasi kebutuhan dari kelompok atau individu.

14. Menurut Keith A. Carter dan Lionel J. Beaulieu, (1992:1) Analisis kebutuhan
adalah suatu proses penilaian terhadap situasi masyarakat pada saat ini, perumusan
pendapat berdasarkan penilaian terhadap keadaan yang diinginkan atau disukai warga, dan
membuat keputusan terhadap prioritas status kebutuhan warga.

15. Menurut Alison Roselt (1982) Mengatakan bahwa needs assessment adalah suatu
study sistematis terhadap suatu perubahan atau inovasi dengan cara mengumpulkan data,
opini dari berbagai sumber guna mengambil keputusan yang efektif.

Menurut pendapat saya mengenai Analisis Kebutuhan adalah suatu penilaian dengan cara
berpikir sistematis yang dilakukan dalam suatu kondisi atau kemampuan yang sangat
diperlukan bagi sekelompok individu maupun masyarakat untuk memenuhi keperluannya
dalam mencapai tujuan. Sehingga dengan memenuhi kebutuhannya maka segala masalah
yang dihadapi dapat terselesaikan.

4. Analisis Kebutuhan Sistem Informasi Perwalian Mahasiswa Berbasis Website


1. Studi Pendahuluan
Pada bagian ini meruapkan kegiatan untuk mengenali lebih lanjut obyek penelitian beserta
lingkungan terkait dalam rangka mendalami situasi dan kondisi dari sisterm yang akan
dikembangkan. Harapan dan hambatan atas sistem yang berjalan akan dijadikan bahan acuan
dalam mengembangkan sistem. Studi pendahuluan dilakukan dengan mengumpulkan
informasi tentang proses bisnis perwalian antara pihak-pihak terkait, konsultasi dengan pihak
yang terlibat dan menggali informasi pendukung tentang proses bisnis yang sesuai standar
mutu (pihak BPM).
2. Studi Literatur
Tahapan setelah mendapatkan informasi awal sebuah sistem informasi atau standar prosedur
dalam proses perwalian, maka tahapan berikutnya adalah menelusuri sistem yang telah
berjalan berikut dengan kelebihan dan kelemahannya. Untuk melengkapinya, pada tahapan
ini juga dilakukan studi literatur dan observasi langsung dengan sumber-sumber yang
dapatdipertanggung jawabkan, seperti dari literatur mengenai sistem informasi, sistem
perwalian, dan proses bisnis akademik oleh mahasiswa dan DPA.
3. Capaian Kebutuhan dan Harapan
Tahap selanjutnya setelah mendapatkan data dari objek dan dilengkapi dengan teori-teori
pendukung dari studi pustaka. Kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait
masalah-masalah yang muncul dalam proses bisnis yang sudah ada, bisa dari mencari
penyebab kenapa prosedur yang sudah ada tidak berjalan maksimal atau memang sangat
diperlukan alat bantu teknologi informasi untuk mempermudah perwalian mahasiswa.
Sedangkan harapan mahasiswa dengan alat bantu teknologi tersebut dapat meringankan
proses pembelajaran yang ada.
4. Analisis Kebutuhan Sistem
Analisis kebutuhan sistem merupakan tahapan awal dan utama untuk membuat pondasi
dalam langkah pengembangan sistem. Analisis kebutuhan sistem mencakup dua hal pokok
yaitu analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non fungsional. Analisis
kebutuhan fungsional mempunyai tujuan untuk mendapatkan informasi terkait kebutuhan
yang berisi proses-proses apa saja yang nantinya dilakukan sistem informasi perwalian
mahasiswa ini. Analisis kebutuhan non fungsional mempunyai perbedaan dengan analisis
sebelumnya, yaitu untuk mendapatkan informasi terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang
meliputi properti perilaku-perilaku yang dimiliki oleh sistem.

5. Dalam kutipan jurnal (Winata, W., 2016) Need assessment berasal dari bahasa Inggris
yang terdiri dari kata need yang berarti kebutuhan, kebutuhan yang sesuai dengan minat
masyarakat, baik dari sisi topik, narasumber maupun hal lainnya. Berdasarkan latar belakang
yang diungkapkan, masalah yang menjadi pokok dalam penelitian ini difokuskan pada
kondisi penilaian kebutuhan (need assessment). Jika digabungkan menjadi satu maka need
assessment berarti penilaian kebutuhan. Penilaian kebutuhan yang dimaksudkan disini adalah
penilaian kebutuhan masyarakat. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa need
assessment adalah penilaian kebutuhan masyarakat yang mengacu pada kondisi tertentu
dengan menggunakan teknik pengamatan, wawancara dan angket.
Selain itu Dikutip dari jurnal (Ovi Putra Bathara, M. A. S., 2019) Kaufman (1972)
menjelaskan Need Assessment adalah sebagai suatu proses untuk mendapatkan data
diskepansi dan menempatkan prioritas-prioritas di antara diskrepansi atau kebutuhan-
kebutuhan yang ada. Menurut Astramovich & Coker (2007) tahap-tahap need assessment
dapat menyediakan informasi yang penting bagi konselor sekolah guna merancang dan
mendefinisi ulang keseluruhan program dan layanan konseling sekolah yang telah ditawarkan
di dalamnya. Maka dalam kegiatan ini assesmen yang diliput adalah assesmen konteks
lingkungan program yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan dan tujuan
sekolah, orang tua, masyarakat, dan stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasaran,
pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan
sekolah, assesmen kebutuhan masalah peserta didik seperti aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecedasan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar, minat, masalah-
masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas perkembangan psikologis.
Kemudian dalam kutipan jurnal (Afnibar, A., 2015) Menyatakan bahwa Needs
Asessnment merupakan proses yang sistematis untuk menentukan dan mengatasi kebutuhan
atau kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Kondisi itu perlu diukur
secara tepat dengan cara mengidentifikasi kebutuhan. Kebutuhan dapat menjadi keinginan
untuk meningkatkan kinerja saat ini atau memperbaiki kekurangan yang ada. Pengenalan
terhadap kebutuhan merupakan proses yang sistematis untuk memperoleh data terkait
kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan keburukan, kejelasan dan ketidakjelasan, serta yang
perlu dan tidak perlu, yang penting dan tidak penting.
Adapun dalam kutipan jurnal (Yonariza, I., 2018) Need Assessment juga merupakan
suatu proses, artinya ada rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan need assessment. Need
assessment bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil
keputusan tertentu. Kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan anatara
harapan dan kenyataan. Dengan demikian maka, need assessment merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki dengan apa yang
telah dimiliki. Dengan adanya analisis kebutuhan maka kita dapat mengetahui sejauh mana
capaian atau tujuan yang ingin kita raih dan seberapa besar tantangan-tantangan yang
dihadapi.
Selanjutnya Dikutip dari jurnal (Mubin, F., 2020) Dalam analisis kebutuhan terdapat
beberapa tahapan, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang
diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran disetiap satuan
pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kalian akan memberikan masukan
tentang pencapaian program sebelumnya, sumber daya apa yang tersedia, dan apa yang akan
dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi. Dengan demikian untuk
menanalisis kebutuhan dalam setiap individu, masyarakat, maupun sistem sangatlah penting
dilakukan karena hal tersebut dapat mempermudah setiap orang untuk tahu apa saja
kebutuhan yang ingin dicapai dan seberapa besar resiko yang dihadapinya, maka untuk itu
kita harus memahami dan mengetahui apa saja proses-proses serta tahapan-tahapan dalam
menunjang keberhasilan suatu kebutuhan pribadi maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, F. (2007). Masalah sosial pelajar dan hubungannya dengan kemerosotan pembelajaran.
Jurnal Usuluddin, 25, 145-154.
Afnibar, A. (2015). NEED ASSESSMENT PENGGUNA TERHADAP LULUSAN BKI
DAN APLIKASINYA DALAM PENYELENGGARAAN JURUSAN. Al Irsyad: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, 99-123.
Cahyono, B. (2014). Peran modal sosial dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat petani
tembakau di kabupaten wonosobo. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 15(1), 1-16.
Firdaus, A. M., Pelupessy, J. M., & Tampubolon, J. R. (2016). Strategi Penyelesaian Masalah
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kepulauan Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah.
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 11(1), 55-74.
Hardono, H., Haryono, H., & Yusuf, A. (2017). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Supervisi
Akademik, dan Motivasi Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Educational
Management, 6(1), 26-33.
Muhamad, R. T., Sekarningrum, B., & Agma, Y. M. (2017). Modal Sosial dalam
Penanggulangan Bencana Banjir (Kasus di Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Sosioglobal:
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, 1(2), 101-114.
Mubin, F. (2020). Pengertian, Unsur, Prinsip dan Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan.
OVI PUTRA BATHARA, M. A. S. (2019). PENGEMBANGAN APLIKASI NEED
ASSESSMENT SISWA UNTUK PENYUSUNAN PROGRAM BK DI SMK. Jurnal BK
UNESA, 9(2).
Sujarwanto, I. (2012). Interaksi sosial antar umat beragama (studi kasus pada masyarakat
Karangmalang Kedungbanteng Kabupaten Tegal). Journal of Educational Social Studies,
1(2).
Soetomo, S. (2011). Efektivitas Kebijakan Sosial dalam Pemecahan Masalah Sosial. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 15(1), 15-28.
Taftazani, B. M. (2017). Masalah Sosial dan Wirausaha Sosial. Share: Social Work Journal,
7(1), 90-101.
Utami, N. M. S. N. (2013). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan
diri individu yang mengalami asma. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 12-21.
Winata, W. (2016). Need Assessment Peserta Program Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini
Kecamatan Cileungsi. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(2), 349-364.
Yonariza, I. (2018). NIDN. 0005056511.
LAMPIRAN JURNAL SOAL NOMOR 1 DAN 5

Anda mungkin juga menyukai