Anda di halaman 1dari 10

KONSELING BAGI ANAK YANG MEMILIKI

MASALAH SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :

Dr. H.A. Hari Witono, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NUR FATIHAH AMALIA (E1F017052)


LAELA RIZKI FITRIANA (E1F017035)
MIA ILHAMI AZIZAH (E1F017046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

      Konseling merupakan salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan
keperluannya di sekolah, dengan adanya konseling di setiap sekolah diharapkan dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan siswa siswi disekolah seperti siswa yang mengalami kesulitan
belajar, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Oleh karena itu konseling remaja dan anak
merupakan pelajaran yang sangat penting, karena dengan pelajaran tersebut kita dapat
mempelajari cara atau metode dalam mengatasi permasalahan remaja dan anak.

Masalah sosial yang datang tidak mengenal umur, agama, suku maupun warna kulit.
Setiap dari kita pasti akan senantiasa akrab dengan segala pernak-pernik masalah sosial,
termasuk anak-anak dan remaja. Jenis masalah yang harus dihadapi pun bermacam-macam
begitu juga tingkat kesulitan untuk menyelesaikannya. Dari sinilah peran BK sangat diperlukan
untuk membantu anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, sehingga anak mampu
untuk menyelesaikan masalah tersebut dan tidak lari maupun menghindar dari masalah yang
justru akan menjadikan masalah tersebut semakin rumit untuk diselesaikan. Setiap persoalan
yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ketegangan pada diri anak. Jika ia tidak tahan lagi
akan ketegangan itu maka ia mencari jalan keluar dengan penyelesaian semu.

Dari berbagai masalah sosial yang menghinggapi anak-anak maupun remaja sangat
besar kemungkinanannya memunculkan tindakan menyimpang yang sering juga disebut dengan
masalah kenakalan remaja. Fenomena kenakalan remaja saat ini dapat dikembalikan kepada
ketiadaan pembinaan generasi muda baik sejak awal perkembangannya maupun dalam proses
remaja.

 Oleh karena itu, peran konseling dan guru dalam sekolah sangatlah penting untuk
membantu menyelesaikan permasalahan anak didik yang memiliki masalah sosial. Guru
hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang
karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya. Pendekatan bimbiingan perkembangan
membawa implikasi bahwa pengahmpiran pada perilaku peserta didik yang bermasalah dapat
dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan
peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Pengertian anak berperilaku yang bermasalah ?


2.      Apa saja bentuk-bentuk berperilaku bermasalah ?
3.      Apa saja karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah ?
4.      Bagaimana teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah ?
C. TUJUAN

1.      Mengetahui Pengertian anak berperilaku yang bermasalah.


2.      Mengetahui bentuk-bentuk perilaku bermasalah.
3.      Mengetahui karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah.
4.      Mengetahui teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berperilaku Bermasalah

            Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan
semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku
agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman. Guru
perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanya tampak di
dalam kelas bahkan anak menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi
dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah-masalah emosional
dan penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah
yang kronis. Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru
memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk
hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang diharapkan
karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada dibalik perilaku
bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan seringkali diperlukan bantuan dari
pakar dibidang pekerjaan-pekerjaan psikologis. Sekalipun demikian pemahaman terhadap
perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.
            Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, dimungkinkan untuk memberikan layanan
bimbingan, guru membantu seluruh murid. Namun sekali telah memberikan bantuan terhadap
seluruh murid, ada saja murid yang berperilaku bermasalah. Guru perlu memahami perilaku
bermasalah ini sebab “murid yang bermasalah” biasanyanya tampak di dalam keseluruhan
interaksi dengan lingkungannya. Memahami perilaku bermasalah mengandung arti bahwa guru
harus lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan faktor di dalam lingkungan
pesesrta didik dengan penampilan perilaku peserta didik disekolah.
            Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah- masalah emosional dan
penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah
yang kronis. Kiranya kita dapat mengaatakan bahwa “peserta didik bermasalah” ialah seseorang
yang memiliki masalah lebih banyak atau lebih mendalam yang menjadikan ia menderita
karenanya.
            Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampil
dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut
“mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan
diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan. Penggunaan mekanisme
pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal apabila dalam taraf yang tidak
berlebihan (apabila mekanisme pertahanan diri dalam taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab
tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan
yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-anak.
B. Bentuk-bentuk berperilaku bermasalah

Dapat membedakan pendekatan sebagai seorang guru atau pendekatan sebagai seorang
pembimbing yang digunakan untuk membantu mengatasi siswa yang bermasalah. Kebutuhan
bimbingan semacam ini sebenarnya tak terbatas bagi siswa yang bermasalah dan tidak mampu
mengatasinya. Melainkan siswa yang tidak bermsalah pun memerlukan, karena seseorang
mengerti bahwa manusia tidak pernah lepas dari masalah. Karena itu, bimbingan perlu diberikan
sebelum individu tersebut terlanjur mengalami kesulitan.
Salah satu perilaku bermasalah adalah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku
mengindar atau mempertahnakan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme
pertahanan diri” yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak
mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah bentuk ketegangan psikologis
sebagai  akibat dan ketidak puasan dalam kebutuhan. Disebut “mekanisme pertahanan diri”
karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari
situasi ketegangan, adapun bentuk-bentuk perilakunya yaitu sebagai berikut:
a.       Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk memberikan penjelasan atas
perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak biasanya cukup logis dan
rasional tetapi pada dasarnya apa yang didasarkan bukan merupakan penyebab nyata karena
sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.
b.      Sikap Bermusuhan
Sikap ini tampak prilaku agresif menyerang, menganggu, bersaing, dan mengecam
lingkungan.
c.       Menghukum diri sendiri
 Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kesalahan atau
kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai
seseorang yang sekiranya seseorang mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan
untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
d.      Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang
sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan
penderitaan hidupnya.
e.       Komformitas
Perilaku ini ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan
orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan.
Orang seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan yang tinggi.
f.       Sinis
Perilaku sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara
terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir dan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.
g.      Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan
ciri pribadi individu lain yang tidak anak sukai dan apa yang anak perhatikan itu akan cenderung
dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia
harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
h.      Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka anak akan menghadapi situasi
yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual
dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang
menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan .

C. Karakteristik perkembangan anak berperilaku bermasalah

Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran


terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan dan karakteristik perkembangan peserta didik. Perilaku bermasalah dapat dikaji
dengan mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan peserta didik yang telah dicapai
dengan yang seharusnya sedangkan Dalam aspek karakteristik perkembangan dapat dihampiri
dengan mengkaji masalah-masalah yang muncul dengan perkembangan peserta didik itu sendiri.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan anak (Sunaryo
Kertadinata. 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan fisik dan kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan hasil guru, terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik
dan kesehatan di kelas 1, 2 dan 3 berupa; sangat lambat dalam beraksi gangguan pertumbuhan
gigi, perkembangan fisik tidak sesuai dengan usia, dan lebih besar dari teman sebayanya.
Sementara itu pada kelas 4, 5, dan 6 terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan
kesehatan berupa; sangat lambat dalam bereaksi, persoalan gizi. Pertumbuhan fisik tidak sesuai
dengan usia dan lebih kecil dari teman sebayanya.
2.      Perkembangan diri
Karakteristik yang lemah pada konsep diri anak tampak lebih berkaitan dengan kemampuan
dan menerima diri sendiri. Kesadaran identitas jenis kelamin milai berkembang terutama pada
peserta didik kelas 4, 5 dan 6.
3.      Perkembangan sosial
Perkembangan hubungan sosial pada anak telah menunjukan kecenderungan orientasi
kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial anak telah diwarnai pula oleh kesadaran akan
identitas diri, walaupun masih berada pada identitas yang lemah.
4.      Teknik membantu peserta didik bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah yang menggantinya dengan
perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus guru. Bagi guru yang berperan sebagai
guru sekaligus pembimbing. Penanganan dapat ditempuh dengan menggunakan kondisi
pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Adapun pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap
terhadap peserta didik berperilaku masalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan karakterstik perkembangan peserta didik, yakni sebagai berikut :
1.      Menanamkan dan mengembangkan kebiasaaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa tuhan
yang maha Esa.
2.      Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
3.      Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
4.      Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya
5.      Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6.      Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun
kehidupan.
7.      Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.      Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
9.      Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran tanpa membedakan jenis
kelamin.
10.  Mengmbangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air, bangsa dan negara.
11.  Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

D. Teknik-teknik dan mengatasi anak berperilaku bermasalah

Secara umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling. Teknik umum biasa
digunakan pada tahap awal konseling. Teknik umum tersebut diantaranya adalah perilaku
attending, empati, refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani, 2010).
 Perilaku attending adalah teknik mendekati anak yang bermasalah untuk menimbulkan
perilaku positif seperti meningkatkan percaya diri dan mempermudah ekspresi anak.
 Empati adalah kemampuan petugas bimbingan dan konseling untuk merasakan apa yang
dirasa oleh anak.  Ini adalah suatu teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap
guru atau petugas konseling (BK).
 Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun
nonverbal.
 Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman anak sebagai
klien.
 Paraphrasing atau menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau
inti ungkapan klien, dan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
Disekolah mungkin banyak ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan
berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan
berat. Upaya untuk menangani peserta didik  yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan
pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan
 yaitu :
1)      Pendekatan disiplin
2)      Pendekatan bimbingan dan konseling
Penanganan peserta didik bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan
ketentuan atau tata tertib yang berlaku disekolah besertahukumannya. Sebagai salah satu
komponen organisasi sekolah, aturan atau tata tertib peserta didik beserta hukumannya perlu
ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan
perilaku peserta didik.Demikian, sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral
sanksi/hukuman kepda peserta didik yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai
lembaga pendidikan justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan
segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para peserta didiknya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan, yaitu pendekatan
melalui bimbingan dan konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan
pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan peserta didik bermasalah melalui
bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan
menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan peserta didik bermasalah
melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi
lebih mengendalikan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya
diantara konselor dan peserta didik yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap peserta
didik tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan
diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Selain itu ada upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan
menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi
guru yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan
pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran
yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik. Kepembimbingan guru dalam proses
pembelajaran dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar
yang sehat.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar
yang sehat, antara lain:
a.       Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam hal ini
guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah, jika disekolah tersebut telah ada konselor atau
guru pembimbing.
b.      Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Dalam
mewujudkan fungsi bimbingan didalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode
yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan kehidupan
kelompok. Metode yang dimaksud adalah sosiometri, bermain peran dan diskusi.
c.       Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan orang tua murid. Konfrensi
kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif pemecahan kasus.
d.      Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi disekolah tidak
hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu memperhatikan perkembangan
peserta didik.Walaupun kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e.       Menaruh kepedulian terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat perhatian dari
guru , perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses pembelajaran tetapi
juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerjasama dengan teman
dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik.
Sehingga guru harus memperhatikan setiap peserta didiknya. Perilaku bermasalah ini
umumnya timbul karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya
sehingga muncul perlaku yang berupa menolak memalsukan atau
mengacaukankenyataan. Peserta didik cenderung melakukan pengurangan kecemasan dan bukan
memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu.

B. SARAN

Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap interaksi antara para peserta didik dan
faktor dari dalam lingkungan peserta didik dengan perilaku peserta didik. Terhadap peserta didik
yang berperilaku bermasalah guru harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi penyebab
terjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan kemudian guru dapat mengembangkan kondisi
pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik untuk mengatasi perilaku
bermasalah yang dimiliki peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti. Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Tohirin, Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta:
Rajawali Pers .2009.
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia, 1979
I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence & Counseling).
Bandung: CV. Ilmu, 1975
Ketut Sukardi,Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta, 2008
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-remaja.html.
Di akses 24-03-2014
http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014

Anda mungkin juga menyukai