PEMBELAJARAN ATLETIK
PENGERTIAN / MATERI TENTANG DIDAKTIK DAN METODIK , SERTA
PERBEDAAN PEMBELAJARAN ATLETIK DI SD, SMP, SMA.
Npm : 2115201009
Semester 5
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen Harry Wibowo Sampurno
M.Pd. pada mata kuliah DMP Atletik di kampus STKIP SITUS BANTEN Selain
itu, saya, selaku penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang topik makalah atau materi yang akan di paparkan
di makalah ini
saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.
Nama Penyusun
Ahmad mi’raj
PENDAHULUAN
Mengajar memerlukan suatu ilmu, oleh karena itu bagi seorang pendidik
atau guru yang akan mendidik dan mengajar didepan kelas diperlukan ilmu
tersebut yang dinamakan didaktik.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap orang. Dengan
mendapatkan suatu pendidikan seseorang akan dapat mencapai pendewasaan.
Dalam dunia pendidikan akan selalu terdapat kegiatan mengajar, mendidik, dan
melatih. Kegiatan mengajar ini lebih menekankan pada upaya untuk memberikan
sejumlah pengetahuanpengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan seorang pendidik agar bisa memberikan
suatu pengajaran yang profesional adalah dengan mempelajari limu didaktik.
Didaktik merupakan suatu ilmu tentang mengajar. Didaktik merupakan suatu ilmu
yang berdiri atau memiliki disiplin sendiri (Hamalik, 2001). Untuk itu perlu
diketahui dasar-dasar dari ilmu didaktik itu sendiri.
BAB II
ISI
Didaktik berasal dari kata yunani “didoskein” yang berarti pengajaran atau
pembelajaran yaitu aktifitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan
kecakapan baru pada orang lain. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar,
maka pengertian didaktik mengandung pengertian yang sangat luas, pengertian
didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar
mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern adalah aktivitas guru
dalam organisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga
terjadi proses belajar ( nasution:1935:5)
Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa, mengajar adalah menata
berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi
eksternal anak didik, termasuk didalam kondisi eksternal itu adalah komunikasi
guru terhadap anak didik. Dengan demikian sesungguhnya kunci proses belajar
mengajar
itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat
berinteraktif. Berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal balik
personal anak dengan lingkungan.
Secara garis besar didaktik adalah ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip-
prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran dapat
dimiliki oleh siswa dan dalam hal ini ada interaksi antara guru dengan siswa
dalam meyajikan materi pelajaran.
a) Tujuan pengajaran
b) Bahan atau materi pengajaran
c) Metode pengajar atau teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi
Secara garis besar didaktik dibagi menjadi 2, yakni :
1. Didaktik umum
2. Didaktik khusus
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan
berkenaan dengan penyajian bahan pelajar. Diantara prinsip-prinsip pengajaran
tersebut : Minat, perhatian, motivasi, appersepsi, lingkungan, individualitas,
aktivitas, peragaan, korelasi dan konsentrasi. Prinsip-prinsip pengajaran berlaku
atau seyogianya dapat diterapkan dalam semua bidang study yang diajarkan.
1. Metodik umum
2. Metodik khusus(S.nasution,1982:5)
Metodik umum membicarakan tentang cara-cara mengajarkan suatu jenis
pelajaran secara garis besarnya saja.dalam metodik umum tersebut juga
dibicarakan beberapa aspek,antara lain:
1. Rencana pelajaran
2. Jalannya pelajaran
3. Sikap dan gaya mengajar (style)
4. Bentuk pengajaran dan metode-metode mengajar
5. Alat dan media yang dipakai,dsb.
Jadi, didaktik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar
mengajar pada umumnya, sedangkan metodologi pembelajaran (metodik)
bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut.
Sehingga dikatakan antara didaktik dan metodik terdapat hubungan erat, terutama
dalam kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Jika
diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan
pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan metodik bergerak
didalam penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh, jadi garis sentuh yang
akan menggantikan antara didaktik dan metodik terletak pada titik persiapan
pelajaran.
Menurut sejarahnya, johann amos comenius ( 1592 – 1670 ) adalah tokoh pertama
yang memformulasikan ide didaktik itu, ia terkenal dengan bukunya yang
bernama ” dialfica magna ” yang dalam penerbitanya yang pertama ( 1632 ) yang
di tulis dalam bahasa ceko.
Dalam pasal 2 bab 17 dalam buku ” didagfica magna ” itu di sebutkannya bahwa
pengajaran akan menjadi mudah, jika di ikuti langkah-langkah =
1. jika di mulai dari yang umum kepada yang kusus
2. jika di mulai dari yang mudah kepada yang sukar
3. jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal
4. jika kecerdasan tidak di paksa untuk suatu yang belum mengarah kepada
kecenderungan jika dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.
5.jika sesuatu yang di ajarkan dengan media pengertian.
6.jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkeseimbangan.
7.jika segala sesuatu di ajarkan dengan satu & metode yang sama.
Pengajaran yang diharapkan akan berjalan baik di mulai dari pemulihan metode
mengajar dan kemudian atas dasar metode yang di pilih itu di persiapkan
hidangan bahan pelajaran. Kegiatan seperti itulah yang di sebut metodik khusus.
D. Azas-azas pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan
kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat
dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Peragaan meliputi semua pekerjaan
indra yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat.
Minat dan perhatian merupakan suatu gajala jiwa yang selalu bertalian.
Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya
terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang
kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Sebaliknya tidak semua siswa
mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang
guru. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan
perhatian anak didik.
3. Motivasi
Dorongan yang timbul dalam diri seseorang disebut motivasi, dimana seseorang
memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul
dalam dirinya sendiri dinakan motivasi intrinsik.sedang dorongan yang timbul
yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.
e. Pujian; pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau pelajar anak dapat
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan motivasi yang baik
bila diberikan secara benar dan beralasan.
f. Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara psikolohgis dapat merusak jiwa anak
antara lain; anak menjadi prustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam
terhadap guru.
4. Apersepsi
a. Sebelum pelajaran yang baru di mulai; guru mencari titik tolak untuk
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
Yang dimaksut dengan korelasi disini adalah hubungan antara satu mata
pelajaran dengan pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan azas korelasi maka pelajaran yang
satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan konsentrasi siswa sehingga
membangkitkan minat perhatian mereka dalam belajar. Seorang guru hendaknya
juga dapat menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan realita sehari-hari
atau dapat menggunakan metode unit agar anak betul-betul mengikuti dengan
seksama terhadap pelajaran yang diberikan.
Tahap inisiasi; guru berusaha merangsang siswa melalui alat peraga yang
dipakai untuk menarik perhatian siswa terhadap hal-hal yang dijelaskan.
6. Kooperasi
Yang dimaksut kooperasi disini adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok).
Azas kooperasi ini sangat di utamakan dalam proses belajar-mengajar, seperti:
belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok, karyawisata, dan
sebagainya. Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa
yang satu dengan lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.
a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar secara individu.
b. Pendapatan yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat
dibanding pendapatan perorangan.
c. Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan,
tanggung jawab bersama, rasa memiliki (sence of belonging), dan menghilangkan
egoisme.
Ada beberapa jenis kerja yang menyediakan berbagai situasi dimana anak-anak
dapat berpartisipasi dan bekerja sama. William burton membagi kelompok kerja
tersebut antara lain :
b. Diskusi kelompok, diskusi disini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah dan dapat menimbulkan berbagai pendapat
(Burton dalam S.Nasution, 1982:53)
Individualisasi
8. Evaluasi
Yang dimaksud dengan evaluasi disini yaitu penilaian guru terhadap proses atau
kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai
sejauh mana tujuan pengajaran yang ditatapkan dapat tercapai, disamping itu juga
sangat berguna bagi guru maupun siswa untuk mengetahui kemajuan hasil belajar-
mengajar yang dilakukan. Pelaksanaan evaluasi berkenaan pada dua
aspek, yaitu:
SIMPULAN
Penyajian pembelajaran atletik menggunakan media dan model
pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa akan memudahkan proses
belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran akan mengantarkan siswa ke
gerbang pencapaian hasil secara kholistik pada domain afektif, kognitif dan
psikomotor. Salah satu model pembelajaran penjas yang telah dikembangkan
adalah model pembelajaran inkuiri. Penerapan model pembelajaran inkuiri pada
materi atletik dalam pembelajaran penjas dapat mengarahkan siswa pada
suasana belajar gerak mulai dari gerakan sederhana hingga komplek sehingga
garis pembelajaran dapat terlihat.
Tidak hanya model pembelajaran inkuiri, banyak model pembelajaran
penjas dapat diterapkan ketika mengajar atletik. Catatan bagi para guru penjas
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling bagus diantara model
pembelajaran penjas lainnya, semua model pembelajaran dapat
diimplementasikan pada materi apapun asalkan melihat situasi dan kondisi sarana
dan prasarana, serta yang paling penting adalah penyesuaian terhadap
perkembangan dan pertumbuhan siswa.
PENUTUP
Kata Penutup
Dengan tersusunnya makalah ini yang kami buat telah terlaksana, dan dalam hal
ini kami merasa betapa pentingnya pembuatan makalah ini semoga ada guna
manfaatnya bagi kami sendiri khususnya serta bagi pembaca umumnya.
Dalam hal ini apabila ada keterangan dari kami yang kurang mengenai pada
sasaran, kami mohon maaf sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing kami
pak Harry Wibowo Sampurno M.Pd. maupun sahabat-sahabat semua.