Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MATA KULIAH DIDAKTIK METODIK

PEMBELAJARAN ATLETIK
PENGERTIAN / MATERI TENTANG DIDAKTIK DAN METODIK , SERTA
PERBEDAAN PEMBELAJARAN ATLETIK DI SD, SMP, SMA.

Dosen pengampu : Harry Wibowo Sampurno M.Pd

Di susun oleh : Ahmad mi’raj

Npm : 2115201009

Semester 5

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi

STKIP SITUS BANTEN


Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengertian /
Materi Tentang Didaktik Dan Metodik , serta perbedaan pembelajaran atletik di
SD, SMP, SMA tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen Harry Wibowo Sampurno
M.Pd. pada mata kuliah DMP Atletik di kampus STKIP SITUS BANTEN Selain
itu, saya, selaku penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang topik makalah atau materi yang akan di paparkan
di makalah ini

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata


kuliah ini, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni di kampus, saya juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Nama Penyusun

Ahmad mi’raj
PENDAHULUAN

Mengajar memerlukan suatu ilmu, oleh karena itu bagi seorang pendidik
atau guru yang akan mendidik dan mengajar didepan kelas diperlukan ilmu
tersebut yang dinamakan didaktik.

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid


muridnya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal.
Berbeda dengan halnya keluarga dan masyarakat yang memberikan pendidikan
secara informal. Sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pengajaran dan
kesempatan belajar sudah barang tentu harus memenuhi bermacam ragam
persyaratan antara lain: murid, guru, program pendidikan, asrama, sarana, dan
fasilitas. Segala sesuatu telah disusun dan diatur menurut pola dan sistematika
tertentu sehingga memungkinkan kegiatan mengajar dan belajar berlangsung dan
terarah pada pembentukan dan pengembangan siswa (Hamalik, 2001).

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap orang. Dengan
mendapatkan suatu pendidikan seseorang akan dapat mencapai pendewasaan.
Dalam dunia pendidikan akan selalu terdapat kegiatan mengajar, mendidik, dan
melatih. Kegiatan mengajar ini lebih menekankan pada upaya untuk memberikan
sejumlah pengetahuanpengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.

Pendidik dalam kegiatan pengajarannya di dalam kelas, melakukan berbagai


upaya agar peserta didik dapat memahami materi yang diberikannya. Sehinnga
dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus mampu menyampaikan materi
yang diajarkannya dengan baik. Untuk dapat mewujudkannya, selain menguasai
materi-materi pelajaran dengan baik pendidik juga harus memiliki cara-cara
mengajar yang baik agar materi yang diajarkan dapat diterima peserta didik
dengan baik.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan seorang pendidik agar bisa memberikan
suatu pengajaran yang profesional adalah dengan mempelajari limu didaktik.
Didaktik merupakan suatu ilmu tentang mengajar. Didaktik merupakan suatu ilmu
yang berdiri atau memiliki disiplin sendiri (Hamalik, 2001). Untuk itu perlu
diketahui dasar-dasar dari ilmu didaktik itu sendiri.
BAB II

ISI

A. Pengertian Didaktik Dan Metodik

Didaktik berasal dari kata yunani “didoskein” yang berarti pengajaran atau
pembelajaran yaitu aktifitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan
kecakapan baru pada orang lain. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar,
maka pengertian didaktik mengandung pengertian yang sangat luas, pengertian
didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar
mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern adalah aktivitas guru
dalam organisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga
terjadi proses belajar ( nasution:1935:5)

Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan


sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru yang memegang
peranan utama, sedangkan siswa hanya menerima atau bersifat pasif. Pengajaran
yang berpusat kepada guru bersifat Teacher Centered. Ilmu pengetahuan yang
diberikan kepada siswa kebanyakan hanya di ambil dari buku-buku pelajaran
tetapi tidak dikaitkan dengan realita kehidupan siswa, pelajaran ini disebut
intelektualitas.

Sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar adalah usaha


penyampaian kepada anak didik. Tentu saja yang diinginkan adalah agar anak
mengenal kebudayaan bangsa, suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu tidak
hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi juga ikut memperkaya kebudayaan
tersebut dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang mengalami
perubahan.

Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa, mengajar adalah menata
berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi
eksternal anak didik, termasuk didalam kondisi eksternal itu adalah komunikasi
guru terhadap anak didik. Dengan demikian sesungguhnya kunci proses belajar
mengajar

itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat
berinteraktif. Berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal balik
personal anak dengan lingkungan.

Secara garis besar didaktik adalah ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip-
prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran dapat
dimiliki oleh siswa dan dalam hal ini ada interaksi antara guru dengan siswa
dalam meyajikan materi pelajaran.

Dari pengertian-pengertian itulah dapat disimpulkan bahwa didaktik memiliki


hubungan yang erat dengan sebagai berikut :

1) Guru adalah sebagai sumbernya


2) Murid adalah sebagai penerimanya
3) Tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut
4) Dasar landasan dari pembelajaran
5) Sarana atau alat berupa meja, kursi, dll
6) Bahan atau materi apa yang akan disampaikan kepada anak didik
7) Metode apa untuk menyampaikan materi
8) Evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa
Diantara hal-hal tersebut sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi fokus
pembahasan dalam didaktik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh D.H
Quenjoe dan A. Ghazali bahwa yang menjadi peranan utama pembahasan didaktik
adalah :

a) Tujuan pengajaran
b) Bahan atau materi pengajaran
c) Metode pengajar atau teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi
Secara garis besar didaktik dibagi menjadi 2, yakni :
1. Didaktik umum
2. Didaktik khusus
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan
berkenaan dengan penyajian bahan pelajar. Diantara prinsip-prinsip pengajaran
tersebut : Minat, perhatian, motivasi, appersepsi, lingkungan, individualitas,
aktivitas, peragaan, korelasi dan konsentrasi. Prinsip-prinsip pengajaran berlaku
atau seyogianya dapat diterapkan dalam semua bidang study yang diajarkan.

Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan sesuatu mata


pelajaran tertentu dimana prinsip-prinsip umum pengajaran juga diterapkan dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan. Penerapan didaktik khusus sangat
diperlukan dalam pengajaran, karena setiap bidang study yang diajarkan memiliki
karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, dan guru harus dapat memilih
metode apa yang sesuai digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bidang study
tertentu,hal ini tergantung pada ciri-ciri khas bidang study yang diajarkan
disamping memperhatikan faktor-faktor lainnya.

Didaktik khusus juga disebut dengan metodik atau disebut juga


metodologi pengajaran.metodik berasal dari bahasa yunani yaitu metodos yang
berarti mengajar,menyelidiki,cara melakukan suatu prosedur.
Metodik dibagi menjadi 2:

1. Metodik umum
2. Metodik khusus(S.nasution,1982:5)
Metodik umum membicarakan tentang cara-cara mengajarkan suatu jenis
pelajaran secara garis besarnya saja.dalam metodik umum tersebut juga
dibicarakan beberapa aspek,antara lain:

1. Rencana pelajaran
2. Jalannya pelajaran
3. Sikap dan gaya mengajar (style)
4. Bentuk pengajaran dan metode-metode mengajar
5. Alat dan media yang dipakai,dsb.

Metodik khusus membicarakan tentang pengetahuan yang membahas cara-


cara mengajarkan suatu jenis materi pelajaran tertentu secara mendetail artinya
diuraikan sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.

C. Hubungan metodologi pembelajaran (metodik) dengan didaktik.

Secara garis besar dikatakan bahwa didaktik membicarakan prinsip-prinsip umum


ynag berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran, sedangkan metodologi
pengajaran (metodik) membicarakan tentang cara-cara mengerjakan bidang study
tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut berlaku didalamnya.

Jadi, didaktik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar
mengajar pada umumnya, sedangkan metodologi pembelajaran (metodik)
bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut.

Sehingga dikatakan antara didaktik dan metodik terdapat hubungan erat, terutama
dalam kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Jika
diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan
pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan metodik bergerak
didalam penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh, jadi garis sentuh yang
akan menggantikan antara didaktik dan metodik terletak pada titik persiapan
pelajaran.

Menurut sejarahnya, johann amos comenius ( 1592 – 1670 ) adalah tokoh pertama
yang memformulasikan ide didaktik itu, ia terkenal dengan bukunya yang
bernama ” dialfica magna ” yang dalam penerbitanya yang pertama ( 1632 ) yang
di tulis dalam bahasa ceko.

Dalam pasal 2 bab 17 dalam buku ” didagfica magna ” itu di sebutkannya bahwa
pengajaran akan menjadi mudah, jika di ikuti langkah-langkah =
1. jika di mulai dari yang umum kepada yang kusus
2. jika di mulai dari yang mudah kepada yang sukar
3. jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal
4. jika kecerdasan tidak di paksa untuk suatu yang belum mengarah kepada
kecenderungan jika dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.
5.jika sesuatu yang di ajarkan dengan media pengertian.
6.jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkeseimbangan.
7.jika segala sesuatu di ajarkan dengan satu & metode yang sama.

Pengajaran yang diharapkan akan berjalan baik di mulai dari pemulihan metode
mengajar dan kemudian atas dasar metode yang di pilih itu di persiapkan
hidangan bahan pelajaran. Kegiatan seperti itulah yang di sebut metodik khusus.

D. Azas-azas pembelajaran

Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan derdahulu bahwa azas-azas


pengajaran merupakan prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian diharapkan pengajaran yang
diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan, dan dapat dipertanggung
jawabkan secara didaktik-paedagogis. Azas-azas pengajaran tersebut, ialah :

1. Peragaan

Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan
kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat
dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Peragaan meliputi semua pekerjaan
indra yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat.

Penerapan azas-azas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut


beberapa aspek, yaitu :

a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga;


b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan;
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi, herbarium dan sebagainya;
d. Menyelenggarakan karyawisata ( IKIP Sby, 1984:28 ).
Dasar psikologis azas peragaan tersebut yakni; sesuatu hal yang akan lebih
berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung
anak itu sendiri. Ada dua peragaan :

1) Peragaan langsung; dengan menunjukkan benda aslinya atau mengadakan


percobaan-percobaan yang bisa di amati oleh siswa;
2) Peragaan tidak langsung; dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu
model.
Sebagai contoh: gambar-gambar,boneka, foto,film,dan sebagainya.

2. Minat dan Perhatian

Minat dan perhatian merupakan suatu gajala jiwa yang selalu bertalian.
Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya
terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang
kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Sebaliknya tidak semua siswa
mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang
guru. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan
perhatian anak didik.

Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja, guru harus :

a. Dapat menjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa;


b. Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui oleh siswa
dengan materi yang akan disajikan;
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat;
d. Berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara
bijaksana.

Perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara :

a. Mengajar dengan persiapan yang baik;


b. Menggunakan alat peraga sebagai media;
c. Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu;
d. Mengadakan selingan yang sehat;

3. Motivasi

Dorongan yang timbul dalam diri seseorang disebut motivasi, dimana seseorang
memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul
dalam dirinya sendiri dinakan motivasi intrinsik.sedang dorongan yang timbul
yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.

Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi sebagai


berikut :

a. Memberi Angka; banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai atau


mendapatkan angka yang baik, dengan berusaha belajar segiat-giatnya. Angka
yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan belajar.
b. Hadia; hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap orang
dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Hadiah bagi pelajar
dapat merusak jiwa mereka bila mana hadiah yang diinginkan tersebut dapat
membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang sebenarnya.

c. Persaingan; faktor persaingan ini sering digunakan sebagai alat untuk


mencpai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri dan perdagangan dan juga
di sekolah.persaingan dapat mempertinggi hasil belajar anak bila mana dilakukan
secara posotif.

d. Tugas; tugas yang menantang (challeging); memberi kesempatan terhadap


anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan berarti mereka harus diberi
tugas-tugas yang lebih sulit yang diberikan kepada mereka merupakan tantangan
dan merangsang mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan masalah
yang mereka hadapi.

e. Pujian; pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau pelajar anak dapat
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan motivasi yang baik
bila diberikan secara benar dan beralasan.

f. Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara psikolohgis dapat merusak jiwa anak
antara lain; anak menjadi prustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam
terhadap guru.

g. Hukum; Sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan


dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah mereka lupakan.

4. Apersepsi

Ahli psikologi mendifisikan apersepsi yaitu bersatunya memori yang


lama dengan yang baru pada saat tertentu. Seorang guru yang akan memberikan
pelajaran kepada muridnya terlebih dahulu mengetahui pelajaran dimulai akan
terjadi keterkaitan anara bahan pelajar yang lama dengan yang baru. Oleh karena
itu pengajaran harus maju secara bertahap agar penguasaan bahan yang lewat
dapat dijadikan sebagai persiapan siswa dalam menghadapi pelajaran yang baru.

a. Sebelum pelajaran yang baru di mulai; guru mencari titik tolak untuk
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;

b. Dalam menjelaskan pelajaran, dapat digunakan teknik induktif, yakni dari


contoh-contoh menuju hukum-hukum, dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal
yang bersifat umum, dan dari hal-hal yang konkrit kepada hal-hal yang bersifat
abstrak (IKIP Sby,1984:27).
5. Korelasi dan Konsentrasi

Yang dimaksut dengan korelasi disini adalah hubungan antara satu mata
pelajaran dengan pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan azas korelasi maka pelajaran yang
satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan konsentrasi siswa sehingga
membangkitkan minat perhatian mereka dalam belajar. Seorang guru hendaknya
juga dapat menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan realita sehari-hari
atau dapat menggunakan metode unit agar anak betul-betul mengikuti dengan
seksama terhadap pelajaran yang diberikan.

Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni:

Tahap inisiasi; guru berusaha merangsang siswa melalui alat peraga yang
dipakai untuk menarik perhatian siswa terhadap hal-hal yang dijelaskan.

Tahap pengembangan; pada tahap ini kelompok-kelompok siswa tersebut


diterjunkan kelapangan / masyarakat untuk mencari sumber atau data untuk
dijadikan materi diskusi dalam kelompok.

Tahap kulminasi; sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat


menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau
diskusi panel. Dan diharapkan para peserta diskusi dapat memberikan
tanggapannya.

6. Kooperasi

Yang dimaksut kooperasi disini adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok).
Azas kooperasi ini sangat di utamakan dalam proses belajar-mengajar, seperti:
belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok, karyawisata, dan
sebagainya. Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa
yang satu dengan lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.

Belajar kelompok (kooperatif) dapat memberikan keuntungan-keuntungan


terhadap siswa, antara lain:

a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar secara individu.

b. Pendapatan yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat
dibanding pendapatan perorangan.
c. Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan,
tanggung jawab bersama, rasa memiliki (sence of belonging), dan menghilangkan
egoisme.

Ada beberapa jenis kerja yang menyediakan berbagai situasi dimana anak-anak
dapat berpartisipasi dan bekerja sama. William burton membagi kelompok kerja
tersebut antara lain :

a. Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem/proyek dengan urutan


kerja, menganalisis masalah, pembagian tugas, melakukan kegiatan kelompok,
penyelidikan, dan kesimpulan.

b. Diskusi kelompok, diskusi disini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah dan dapat menimbulkan berbagai pendapat
(Burton dalam S.Nasution, 1982:53)

Individualisasi

Azas pada individualisasi pada hakikatnya bukan bagian dari azas


kooperasi.Azas ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan sisawa baik dalam
menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan kecepatan mereka dalam
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Disamping itu para siswa
juga berbeda dalam bentuk fisik dan mental sekalipun dapat banyak persamaan
dalam beberapa hal. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar hendaknya
guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi siswanya.

Sebaiknya diadakan pengelompokan siswa agar bahan yang disajikan dapat


disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing. Mungkin dapat
dikelompokkan menjadi tiga misalnya, kelompok A, kelompok B, kelompok C,
sesuai dengan tinggi rendahnya kemampuan dan tingkat intelegensi mereka,
dengan maksut akan dapat terjadi kombinasi pengajaran klasikal dan pengajaran
individual.

Adapun beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan


individual, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pengajaran individual, siswa diberi tugas yang disesuaikan dengan


kemampuan masing-masing.
b. Tugas tambahan, siswa yang pandai mendapat tugas yang tambahan selain
tugas yang bersifat umum, dengan demikian kondisi kelas akan terpelihara dengan
baik.
c. Pengajaran proyek, para siswa dapat mengerjakan sesuatu yang disesuaikan
dengan minat dan bakat mereka.
d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dapat di bagi menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing.
Beberapa cara penggunaan sumber lingkungan untuk kepentingan pelajaran, yaitu:

a. Membawa para siswa kedalam lingkungan luar kelas/sekolah untuk


keperluan pelajaran misalnya: karyawisata, servis proyek, school camping,
interviu, dan sebagainya.
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk
kepentingan pelajaran, misalnya: resource person, benda-benda dan sebagainya
(S.Nasution,1982: 134).

8. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi disini yaitu penilaian guru terhadap proses atau
kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai
sejauh mana tujuan pengajaran yang ditatapkan dapat tercapai, disamping itu juga
sangat berguna bagi guru maupun siswa untuk mengetahui kemajuan hasil belajar-
mengajar yang dilakukan. Pelaksanaan evaluasi berkenaan pada dua
aspek, yaitu:

a. Aspek guru, dan


b. Aspek belajar siswa (IKIP Sby, 1983: 36)

Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan menyiapkan hal-hal


sebagai berikut:

1) Tes atau ulangan dan ujian;


2) Mengetahui tujuan pengajaran yang telah dicapai;
3) Mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa;
4) Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan yang hendak di capai;
5) Memberi dorongan kepada siswa untuk belajar dengan giat;

Evaluasi terhadap hasil belajar dengan memperhatikan proses belajar dapat


dilakukan sebagai berikut:

1) Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar dengan motivasi siswa;


2) Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar dengan kesanggupan berfikir,
menarik suatu kesimpulan, rasa solidaritas sosial, dan sebagainya.

Evaluasi terhadap kepribadian siswa dapat dilakukan dengan;

1) Mengetahui bio-data atau keterangan pribadi anak;


2) Situasi keluarga orang tua murid;
3) Sifat-sifat atau karakter anak;
4) Keistimewaan dan kekurangan yang mereka miliki.
PERBEDAAN PEMBELAJARAN ATLETIK SD SMP SMA

Atletik merupakan aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang


olahraga lainnya.Aktifitas jasmani pada atletik terdiri dari gerakan-gerakan
yang dinamis dan harmonisseperti jalan, lari, lompat dan lempar. Rusdianto
(2006:15) menyatakan bahwa: “Atletik adalah aktifitas jasmani atau fisik
yang kompetitif meliputi beberapa nomor lombaterpisah berdasarkan
kemampuan gerak-gerak dasar manusia seperti berlari, melompatdan
melempar”. Menurut Djiek (2004) menyebutkan bahwa, “Atletik adalah salah
satu unsur dari Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang merupakan
komponen-komponen pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas
jasmani serta pembinaan hidup sehat dan pengembangan jasmani, mental, sosial
dan emosional yang serasi, selaras danseimbang”. Atletik juga merupakan
sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan daya tahan,
kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya. Pendidikan atletik
diberikan di setiap tingkatan sekolah seperti di Sekolah Dasar (SD),Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyajian
atletik pada setiap tingkatan pastinya berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh
tahapan pertumbuhan dan perkembangan siswa berbeda-beda. Pendidikan
atletik pada jenjang sekolah mengutamakan aktivitas jasmani serta
mengutamakan kebiasaaan hidup sehat, sehingga pendidikan atletik di sekolah
berbeda dengan atletik yang dilakukan oleh orang dewasa untuk tujuan prestasi.
Pada prinsipnya, pendidikan atletik di persekolahan merupakan pembinaan
keberagaman gerak siswa.

Tujuan pembelajaran atletik yang diselenggarakan di persekolahan antara lain


adalah untuk: (1) pemenuhan minat untuk bergerak, (2) pengenalan dasar-dasar
gerak atletik dalam bentuk permainan, (3) merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani (bertambahnya tinggi dan berat badan yang harmonis)
serta perkembangan gerak, (4) memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
kesegaran jasmani, (5) membantu merehabilitasi kelainan gerak pada usia dini,
(6) menghindari rasa kebosanan, (7) membantu menanamkan rasa disiplin,
kerjasama, kejujuran, mengenal akan peraturan dan norma-norma lainnya, (8)
menangkal pengaruh buruk yang datangnya dari luar.

Kenyataannya, para siswa kebanyakan merasa malas untuk mengikuti


pembelajaran atletik, alasanya karena pembelajaran atletik membuat siswa
kecapean. Menurut Soepartono (2004: 2) menjelaskan bahwa: “Ketika siswa tidak
senang pelajaran atletik mungkin karena yang diajarkan sama dengan atletik yang
dilakukan oleh orang dewasa. Mereka akan bosan dan menghindar dari
kegiatan atletik. Untuk anak-anak sekolah dasar materi atletik berbeda
dengan mereka yang sudah dewasa”. Sedangkan menurut Bahagia (2009: 27)
memaparkan bahwa: “Pembelajaran atletik di setiap jenjang pendidikan
merupakan salah satu pelajaran yang membosankan dan kurang menarik,
perlu pembenahan dalam penyajian maupun dalam pendekatan agar menjadi
lebih menarik”. Jika fenomena ini terus dibiarkan, maka dkhawatirkan siswa
tidak menyukai pembelajaran penjas dan enggan mengikutinya lagi hanya karena
siswa tidak menyukai pengajaran atletik dalam pembelajaran penjas. Akibatnya
tujuan pembelajaran penjas secara kesuluruhan tidak dapat dirasakan oleh siswa.

Diperlukan sebuah inovasi dalam pembelajaran atletik agar siswa dapat


merasakan manfaat dari penjas. Inovasi dapat dilakukan oleh guru penjas itu
Bahagia (2009: 25) juga menjelaskan bahwa, “Salah satu upaya untuk
memperbaiki pengajaran atletik antara lain melalui pembelajaran atletik yang
berorientasi pada pengayaan dan penguasaan gerak-gerak dasar atletik melalui
aktivitas bermain”. Alasannya, pengajaran atletik yang disajikan melalui
pendekatan bermain akan lebih sesuai dengan karakteristik dan sifat dari siswa
SD, SMP dan SMA. Bermain dan bergerak dengan penuh keceriaan merupakan
dunia anak-anak, oleh karena itu sebaiknya pembelajaran penjas dilaksanakan
dengan pendekatan bermain, terutama bagi siswa SD. Ketika pemberian
permainan pada pembelajaran penjas disajikan pada siswa, maka siswa akan
termotivasi untuk melakukan aktivitasnya tanpa cepat merasa bosan dan lelah.

Model Pembelajaran Atletik Materi pembelajaran atletik yang terdapat dalam


pembelajaran penjas merupakan salah satu komponen materi yang sangat
penting diajarkan bagi siswa, karena dalam pembelajaran atletik terdapat
beberapa komponen penting sebagai dasar untuk perkembangan gerak siswa
yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Pengajaran atletik seharusnya dikemas
menarik bagi siswa, jangan sampai siswa merasa bosan mengikutinya. Untuk
itu, dibutuhkan kemampuan guru untuk selalu berinovasi dalam
menyelenggarakan pembelajaran atletik di setiap tingkatan sekolah

Menurut Suherman (2000: 1) menjelaskan bahwa: “Modifikasi merupakan salah


satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran
dapat mencerminkan Developmentally Appropriate Practice (DAP)”. DAP artinya
bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memperhatikan perubahan kemampuan
atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan
dan tingkat kematangan anak didik yang yang diajarnya. Perkembangan atau
kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis, maupun keterampilannya.
Selain melakukan modifikasi pada sarana dan prasarana, guru juga dapat
memilih pendekatan, gaya, metode atau model pembelajaran
dengang catatan harus sesuai dengan situasi pembelajaran juga tingkat
kemampuan dan perkembangan motorik siswa.

Pembelajaran Atletik Menggunakan Model Pembelajaran Penjas


Pedagogi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses-proses dalam
mengajar, proses-proses hasil usaha belajar, dan mengembangkan program
mengajar. Penyajian pembelajaran atletik dikemas oleh guru penjas sesuai
dengan tingkat
perkembangan dan pertumbuhannya agar dapat mencapai tujuan secara holistik
pada domain kognitif, afektif dan psikomotor. Dibutuhkan strategi, gaya,
pendekatan, metode maupun model pembelajaran penjas untukdapat mengajar
atletik yang dapat mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan secara holistik.
Tuntutan implementasi pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum 2013 yang
diterapkan di Indonesia sekarang ini berdasarkan pada Permendikbud Nomor 64
tentang standar isi kurikulum 2013 adalah, “Tersentuhnya keseluruhan domain
pembelajaran yang dilakukan melalui pengajaran yang bersifat sciencetific
melalui setiap mata pelajaran”. Konsep pembelajaran yang diusung oleh
Kurikulum 2013 adalah proses pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa
(student centered). Pembelajaran atletik pun seharusnya dikemas dalam
pembelajaran yang sesuai dengan tuntunan Kurikulum 2013. Salah satu model
pembelajaran penjas yang dikembangkan oleh Metzler (2000) sesuai dengan
konsep pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum 2013, yaitu model
pembelajaran inkuiri. Metzler (2000: 310) yang menyebutkan bahwa: “The
most important feature of inquiry teaching is that student learning accurs in the
cognitive domain first, and at time exclusively. Student are asked questions that
get them to think to themselves or with one or more peers”. Ciri khas dari
pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menggunakan pertanyaan baik
yang diajukan oleh guru maupun oleh peserta didik. Proses pembelajaran seperti
ini terjadi pada domain kognitif yang memerlukan proses berpikir pada peserta
didik. Model pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah karena pada
pembelajaran inkuiri, guru memberikan permasalahan dengan memberikan
pertanyaan, peserta didik diberikan kesempatan untuk menciptakan dan
mengeksplorasi satu atau lebih solusi dari pertanyaan yang telah diberikan, dan
kemudian peserta didik mendemonstrasikan solusi mereka ke dalam bentuk
gerakan yang dilakukan. Metzler (2000: 312) juga memaparkan bahwa,
“Typically, the problem must be solved in the cognitive domain before students
can formulate the movement anwers taht show that understand the key concept
and have solved the problem posed by teacher’s question”. Jadi, dalam
memberikan pertanyaan pada saat melakukan aktivitasjasmani yang harus
dipraktekan oleh peserta didik, akan mendorong pada kemampuan perkembangan
kognitif sekaligus psikomotor peserta didik.

Konsep pembelajaran gerak merupakan dasar bagi pelaksana proses


pembelajaran dan pelatihan gerak atau keterampilan gerak, pengertian yang
mantap dalam hal hakikat dan definisi pembelajaran gerak merupakan bantuan
yang sangat berguna bagi guru penjas, proses pembelajaran tampak nya terjadi
setiap waktu. Hampir dalam segala aspek yang kita kuasai sekarang, semuanya
terjadi karena proses belajar,
ketika seseorang mempelajari keterampilan gerak, perubahan nyata
yang terjadi adalah meningkatkan mutu keterampilan itu. Ini dapat di ukur
dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat skor yang di hasilkan, atau
dengan melihat keberhasilan melakukan gerak yang tadinya belum di kuasai.
Tetapi yang terjadi sebenanya bukan itu, sebab ada perubahan
tambahan atau pengalihan kemampuan yang mendasari penampilan pada
penguasaan keterampilan yang baru. Perbaikan kemampuan inilah yang
membuat penampilan bertambah baik. Pembelajaran gerak adalah serangkaian
proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang akan
menyebabkan perubahan dalam kemampuan individu untuk bisa menampilkan
gerak yang terampil. (Ma’mun, dan Yudha, 2013:27).
1. Belajar di pengaruhi latihan atau pengalaman Perkembangan kemampuan
memang dapat terjadi tanpa berlatih, 11 kemampuan tersebut bekembang
misalnya,karenapengaruh kematangandanpertumbuhan,perubahan kemampuan
ini tentu akan meningkatkan keterampilan, namun hanya sampai pada batas
minimal. contoh sederhana kasus ini
adalah keterampilan lompat. Tanpa berlatih dalam arti sebenarnya, kemampuan
lompat tetap akan berkembang karena dengan adanya kematangan. Siapapun anak
yang normal pasti akan dapat melakukan ini tanpa harus berlatih, namun perlu di
pertanyankan sampai di manakan tingkat keterampilan ini dapat berkembang jika
tidak di latih khusus.
2. Belajar tidak langsung di amati Ketika latihan berlangsung,terjadi banyak
perubahan dalam system saraf pusat. Perubahan tersebut terjadikarena
penganyaman berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam system memori
otak. Proses inilah yang biasanya memantapkan perubahan yang terjadi
menjadi relatif menetap. Proses demikian umumnya tidak bisa langsung di
amati. Apa yang bisa di lakukan adalah melihat perubahan-perubahan yang terjadi
lewat penampilan geraknya.
3. Perubahan yang terjadi relatif permanenPerubahan yang terjadi pada
penampilan dapat di anggap sebagai hasil belajar, jika perubahan tersebut bersifat
menetap, ini perlu di tentukan, karena jika hanya pedoman pada perubahan yang
terjadi dalam penampilan bisa menyesatkan. Banyak perubahan dalam penampilan
yang terjadi oleh sebab lain, yang sifat baik sementara maupun menetap.
4. Keterampilan motorik Keterampilan yang kita pandang sebagai sesuatu
perilaku atau tugas, adalah merupakan sebuah indikator dari tingkat
kemahiran. Beberapa terminologi di dalam belajar gerak Keterampilan
merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
yang di katakan magil, keterampilan adalah kata yang biasa di gunakan
untuk menandakan suatu tugas yang mempunyai suatu tujuan spesifik yang akan
di capai.(Richard A Magiln 2007:7)
Keterampilan motorik dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu :
keterampilan motorik halus dan keterampilan motorik kasar, seperti yang di
nyatakan oleh singer bahwa keterampilan motorik dapat keterampilan motorik
dapat dikategorikan dengan keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik
halus, lebih lanjut di nyatakan bahwa :keterampilan olah raga hampir seluruhnya
menggunakan keterampilan kasar. (Cheril A Coker, 2005:5) Untuk membedakan
suatu gerakan tersebutsebagai keterampilan kasar dan keterampilan lembut dapat
di ketahui dari jenis otot apa yang aktip saat melakukan gerakan. Untuk
keterampilan kasar yang bekerja adalah jenis otot-otot besar, sedangkan
untuk keterampilan lembut di tandai dengan otot-otot yang halus sajah yang
bekerja. Berhubungan dengan istilah keteramplan gerak, dan tindakan. Jika suatu
keterampilan di pandang sebagai aksi motorik atau pelaksanaan suatu tugas, maka
keterampilan tersebut akan terdiri dari respon motorik dan persepsi yang di
peroleh melalui belajar.

SIMPULAN
Penyajian pembelajaran atletik menggunakan media dan model
pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa akan memudahkan proses
belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran akan mengantarkan siswa ke
gerbang pencapaian hasil secara kholistik pada domain afektif, kognitif dan
psikomotor. Salah satu model pembelajaran penjas yang telah dikembangkan
adalah model pembelajaran inkuiri. Penerapan model pembelajaran inkuiri pada
materi atletik dalam pembelajaran penjas dapat mengarahkan siswa pada
suasana belajar gerak mulai dari gerakan sederhana hingga komplek sehingga
garis pembelajaran dapat terlihat.
Tidak hanya model pembelajaran inkuiri, banyak model pembelajaran
penjas dapat diterapkan ketika mengajar atletik. Catatan bagi para guru penjas
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling bagus diantara model
pembelajaran penjas lainnya, semua model pembelajaran dapat
diimplementasikan pada materi apapun asalkan melihat situasi dan kondisi sarana
dan prasarana, serta yang paling penting adalah penyesuaian terhadap
perkembangan dan pertumbuhan siswa.
PENUTUP

Kata Penutup

Dengan tersusunnya makalah ini yang kami buat telah terlaksana, dan dalam hal
ini kami merasa betapa pentingnya pembuatan makalah ini semoga ada guna
manfaatnya bagi kami sendiri khususnya serta bagi pembaca umumnya.

Dalam hal ini apabila ada keterangan dari kami yang kurang mengenai pada
sasaran, kami mohon maaf sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing kami
pak Harry Wibowo Sampurno M.Pd. maupun sahabat-sahabat semua.

Mudah-mudahan dengan tersusunnya makalah ini dapat dijadikan suatu


pendorong bagi kami untuk memperluas pengetahuan dan tentunya akan sangat
bahagia apabila kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari
Ibu Dosen, agar kami lebih giat belajar untuk hari kedepannyasehingga harapan
kami untuk menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan
agama.

Anda mungkin juga menyukai