Disusun oleh :
Depi Kurniawan ( 21089026)
Eldi Nurhidyat (21089030)
Dosen pengampu :
Prof. Dr. Gusril, M.pd.
ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas mata pelajaran.Dalam makalah ini, penulis akan sedikit menjelaskan tentang
"Isu dan Kebijakan aktual olahraga" dengan segala permasalahannya.Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan di susun dalam berbagai keterbatasan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga
mendorong kami untuk bisa memperbaikinya.Penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.Penulis berharap makalah ini bermanfaat, khususnya
bagi penulis, dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
B. Kebijkan Olahraga
Secara operasional pengembangan kebijakan olahraga di Indonesia semestinya
berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dimana perencanaan strategis yang
bersifat jangka panjang terlebih dahulu dirumuskan dengan baik. Olahraga telah
disetujui kehadirannya sebagai instrumen atau wahana dalam melakukan
perubahan sosial kemasyarakatan untuk perolehan hidup yang berkualitas (Bruening
et al., 2015). Rumusan perencanaan strategis harus bersifat komprehensif, terukur,
berjangka panjang, dan berkelanjutan. Tetapi dalam kenyataannya hal ini belum
terjadi dengan baik untuk kasus di Indonesia, yang ada masih dalam tataran mikro
bahwa perencanaan olahraga masih tidak sesuai dalam batas pemaknaan olahraga,
sehinggga pengembangan kebijakan olahraga masih ditujukan dalam rangka
mempersiapan berbagai kegiatan multievent olahraga nasional dan internasional. Di
beberapa negara maju, pembangunan dan kebijakan olahraga masuk dalam gagasan
perencanaan negara termasuk kota, seperti yang didefinisikan oleh Merlin dan Choay
(2009), ia menyarankan untuk mempertanyakan esensi kebijakan publik yang
bertindak dibalik logika perencanaan sambil memobilisasi pelaku bisnis, asosiasi,
populasi, dan administrasi (Roult & Machemehl, 2016).
Kebijakan, pendukung, dan strategi merupakan tiga ilar utama yang harus dipenuhi
agar pembangunan olahraga dapat memenuhi ekspektasi yang telah ditetapkan
dalam UU SKN Nomor 3 Tahun 2005. Kebijakan dalam hal ini adalah
meletakan isu pembangunan keolahragaan sebagai salah satu isu prioritas utama
dalam formasi kebijakan pembangunan secara umum termasuk menyediakan payung
hukum atau regulasi yang mengatur landasan konseptual, strategi, tata kelola, dan
distribusi wewenang dan tanggung jawab anat pemangku kepentingan di sektor
olahraga termasuk postur anggaran yang dialokasikan. Kebijakan pemerintah
masuk dalam lingkup seputar konsep pembangunan melalui olahraga guna
membangun kemajuan negara berdasarkan nilai-nilai dan spirit olahraga di
samping menegakkan budaya olahraga yang kuat (Yamamoto, 2012; Ha, Lee, & Ok,
2015; and Park, Lim, Park, & Lim, 2016). Pendukung adalah manajemen bina
prestasi yang mampu membangun dan mengelola siklus dan integrasi antar masing-
masing badan atau organisasi yang bertanggung jawab pada ruang lingkup
keolahragaan dari mulai olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, samapai dengan
olahraga presatsi. Strategi sebagai upaya untuk mengatur tentang pendistribusian
pembinaan cabang olahraga tertentu yang berbasis pada potensi kedaerahan
sehingga mampu menyederhanakan struktur dan postur pembiayaan kegiatan dan
kesinambungan program karena keterbatasan anggaran. Perencanaan strategis pada
umumnya ditetapkan jauh sebelumnya, bersandarkan pada peraturan perundang-
undangan, baik yang sifatnya jangka panjang, jangka menengah maupun jangka
pendek, dan hal itu mengingatkan untuk mencegah ketidakadilan sehingga diperlukan
penguatan administrasi dan tata kelola pemerintahan agar dapat dirumuskan
perencanaan pembangunan yang sistematis dan terpadu (Binns & Nel, 2002). Dalam
perspektif ekonomi dan bisnis guna meraih hasil yang baik perlu mengatasi kualitas
secara terstruktur dan berjangka panjang, hal tersebut akan menjadi mudah
dilaksanakan manakala semua program yang akan dijalankan tertuang dalam
perencanaan strategis yang sifatnya komprehensif dengan menampakan keunggulan
yang berkelanjutan (Sandholm, 2005).
Untuk isu yang ketiga dalam masalah etika dalam olahraga, penulis menyorotinya
pada hal-hal yang lebih spesifik yang tidak pernah muncul apabila olahraga tidak
memberikan kepastian dalam konteks menuju kemenangan yang terkadang berlebihan
dalam olahraga kompetisi, atau alienasi pada sisi lainnya. Mari kita mencoba untuk
mempertimbangkan sebuah persoalan yang menjadi isu nasional dewasa ini.
Persoalan itu menyangkut penggunaan obat terlarang (doping) seperti anabolic steroid
pada atlet yang bertujuan untuk meningkatnya performance secara tidak jujur.
Penggunaan obat terlarang pada atlet hampir terjadi pada semua level, mulai dari atlet
amatir sampai pada atlet profesional. Doping adalah penggunaan obat terlarang atau
substan lainnya secara ilegal untuk meningkatkan prestasi atlet. Diawali dengan
membuat beberapa perbedaan penting yang akan membantu kita dalam memahami
secara khusus mengenai isu etika dengan melibatkan penggunaan obat terlarang
dalam olahraga (doping). Pertama kali kita harus mencatat bahwa masalah yang
tengah gencar dibicarakan saat ini mengenai obat terlarang dalam olahraga mendapat
tempat di dalam konteks sosial dan menjadi kepedulian nasional pada lingkup
masyarakat yang lebih luas. Alasan mengapa para atlet seharusnya atau tidak
seharusnya untuk menghindari obat-obatan terlarang menjadi kontroversi dalam dunia
olahraga. Masalahnya sudah banyak atlet yang menggunakan obat-obatan terlarang
performancenya menjadi meningkat. Hal ini dikarenakan ukuran otot dan kekuatan
otot meningkat sebagai akibat rangsangan yang sangat cepat dari obat-obatan tersebut,
namun dampaknya kesehatan atlet menjadi terganggu bahkan yang lebih fatal lagi
adalah dapat menimbulkan kematian. Dahulu tidak ada larangan mengenai
penggunaan obat-obatan terlarang, namun pada saat sekarang penggunaan obat-obat
terlarang telah dinyatakan dilarang (ilegal), baik oleh IOC (International Olympic
Commitee), NCAA, liga olahraga profesional, dan organisasi olahraga formal di
setiap negara. Alasan larangannya adalah terlalu beresiko bagi kesehatan atlet,
bertanding secara tidak fair, tidak natural, dan ini merusak citra semangat sportivitas
dalam berolahraga. Padahal dalam kegiatan olahraga sangat dibutuhkan perilaku yang
adil dan jujur. Oleh karena itu sangat tepat bila penghargaan diberikan kepada para
pelaku olahraga apabila dapat menunjukkan perilaku yang terpuji yang terkandung
dalam konsep fair play yang dikemukakan oleh Lutan (2001), “setiap pelaksanaan
olahraga harus ditandai oleh semangat kebenaran dan kejujuran, dengan tunduk
kepada peraturan-peraturan, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan olahraga dirumuskan melalui sistem pengelolaan, pembinaan, dan
pengembangan keolahragaan nasional yang diatur dengan otonomi lokal guna
mewujudkan kemampuan dan memaksimalkan potensi lokal dan memberikan ruang
bagi masyarakat untuk secara mandiri berpartisipasi dalam pengembangan kegiatan
keolahragaan. Pola hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
secara tegas antara hak, kewajiban, kewenangan, dan tanggung jawabnya.
Koordinasi dan hubungan vertikal antara pemerintah pusat dan daerah, serta
hubungan horizontal antar berbagai lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun
pada tingkat daerah. Kebijakan yang dijalankan bersumberkan dari perencanaan
yang menyeluruh, terstruktur, terukur,, berjangka waktu panjang, dan
berkelanjutan. Dalam hal ini adalah meletakan isu pembangunan keolahragaan
sebagai salah satu isu prioritas utama dalam formasi kebijakan pembangunan
secara umum termasuk menyediakan payung hukum atau regulasi yang mengatur
landasan konseptual, strategi, tata kelola, dan distribusi wewenang dan tanggung
jawab anat pemangku kepentingan di sektor olahraga termasuk postur anggaran yang
dialokasikan. Visi, misi, strategi, arah kebijakan, dan program yang dirumuskan
dalam perencanaan pembangunan olahraga jangka panjang menempatkan substansi
olahraga sebagai instrumen pembangunan dengan capaian pembangunan olahraga
dari development of sport menjadi development through sport.
B. Saran
Dari beberapa hal diatas saya berependapat bahwa isu dan kebijakan aktual mengenai
olahraga dapat berdampingan/sejajar dengan olahraga, dimana saya memandang dari
beberapa materi diatas yaitu, isu dan kebijakan aktual mengenai olahraga yang benar
akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara
keseluruhan. Hal ini yang di peroleh dalam isu dan kebijakan dan olahraga adalah
perkembangan yang sangat lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, Ateng. (1997). Epistimologi Ilmu Keolahragaan. FPOK IKIP
Jakarta.
Rusli Lutan. (2001). Olahraga dan Etika Fair Play. Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Singgih D. Gunarsa, dkk. (1987). Psikologi Olahraga : Teori dan Praktik. BPK
Gunung Mulian, Jakarta.