Anda di halaman 1dari 38

FILSAFAT OLAHRAGA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar Ilmu Keolahragaan
dan Kesehatan
Yang diampu Oleh Ibu Dr.Rokhmatul Asiyah, S.Ked., M.Biomed

Disusun Oleh Kelompok 8:


Krisna Satria Angkasa (230611604038)
Dian Wahyu Tristiawan (230611608970)
Eril Afsiaditra (230611610426)
Rizky (230611604800)
Yolanda Dwi Novita (230611603573)
OFFERING F23

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN JASMANI,KESEHTAN,DAN REKREASI
SEPTEMBER 2023

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami, Panjatkan kehadirat Allah SWT


yang mana telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami, Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pengantar Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan, dengan
judul:“FILSAFAT OLAHRAGA”
Makalah Filsafat Olahraga ini telah kami susun dengan baik dan
semaksimal mungkin agar mendapatkan nilai dan hasil yang memuaskan. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak maupun sumber buku/jurnal, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi tata bahasanya maupun susunan kalimat. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran,masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak agar makalah ini dapat lebih sempurna. Akhir kata kami berharap
semoga makalah filsafat olahraga ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan maupun olahraga dan memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Malang, 23 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………....................................................................1
Kata Pengantar………………………………………………....................................................2
Daftar Isi………………………………………………...............................................................3
Bab I Pendahuluan………………………………………………..............................................4
1.1 Latar Belakang………………………………………………...............................................4
Bab II Pembahasan………………………………………………..............................................5
2.1 Definisi Filsafat Olahraga………………………………………………..............................5
A. Pengertian filsafat olahraga………………………………………………................5
B. Ruang lingkup filsafat olahraga………………………………………………..........6
C. Kajian Filsafat dalam Ilmu Olahraga……………………………………………….12
D. Aliran dalam Filsafat Olahraga……………………………………………….........15
2.2 Hakikat Bermain dan Olahraga………………………………………………....................18
A. Pengertian Hakikat Bermain dan Olahraga……………………………………….18
B. Konsep Dasar Olahraga………………………………………………...................19
C. Konsep Dasar Bermain………………………………………………....................20
2.3 Dinamika Olahraga dan Pengembangan Nilai……………………………………...........21
A. Nilai-nilai Sosial dalam olahraga………………………………………………......21
B. Kontroversi Gender dalam Olahraga………………………………………………23
C. Karakter Pahlawan dalam Dunia Olahraga…………………………………........24
D. Konsep Dasar Disiplin………………………………………………......................25
E. Konsep Dasar Kerjasama……………………………………………….................26
2.4 Philosophical Positions of the Body and the Development of Physical........................27
A. Latar Belakang Idealisme……………………………………………….................27
B. Idealisme………………………………………………..........................................28
C. Penerapan idealisme dalam pendidikan dan olahraga……………………….....29
2.5 Dimensi Moralitas Dalam Olahraga……………………………………………….............31
A. Mengajarkan Etika dan Nilai Moral dalam Pendidikan Jasmani………………..31
B. Pengajaran Etika dalam Pendidikan Jasmani…………………………………….33
2.5 Studi Kasus………………………………………………..................................................35
Bab III Penutup………………………………………………..................................................37
3.1 Kesimpulan………………………………………………..................................................37

3
Daftar Pustaka………………………………………………...................................................38
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sejak zaman kuno.

Namun, di balik aktivitas fisik yang terlihat ini, terdapat dimensi yang lebih dalam yang

sering kali terabaikan - filsafat olahraga. Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi

konsep dan pertimbangan filosofis yang mendasari olahraga, serta bagaimana hal ini

memengaruhi pandangan kita terhadap tubuh, persaingan, etika, dan masyarakat.

Filsafat olahraga bukan sekadar wacana intelektual, tetapi juga merupakan alat

yang kuat untuk memahami peran olahraga dalam budaya kita. Dengan memahami

filosofi yang mendasarinya, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih mendalam

tentang mengapa kita berpartisipasi dalam olahraga, apa makna kemenangan dan

kekalahan, dan bagaimana olahraga memengaruhi nilai-nilai kita.

Makalah ini akan menguraikan beberapa pandangan filosofis terkemuka tentang

olahraga, mencakup konsep-konsep seperti fair play, keadilan, dan makna hidup

dalam konteks olahraga. Kami juga akan mengeksplorasi bagaimana perkembangan

teknologi dan komersialisasi telah mempengaruhi landskap olahraga saat ini, dan

apakah hal ini konsisten dengan nilai-nilai filosofis yang kita anut.

4
Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih

dalam tentang filsafat olahraga, dan mendorong pembaca untuk merenungkan peran

polahraga dalam kehidupan kita, baik sebagai peserta maupun penikmatnya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 FILSAFAT OLAHRAGA

A. Pengertian filsafat olahraga

Filsafat olahraga adalah cabang dari filsafat yang mempertimbangkan

pertanyaan-pertanyaan filosofis yang berkaitan dengan olahraga. Ini melibatkan

pemeriksaan konsep-konsep seperti keadilan dalam kompetisi, nilai-nilai moral

dalam olahraga, peran olahraga dalam masyarakat, dan pertanyaan tentang tubuh,

pikiran, dan etika dalam konteks kegiatan fisik. Filsafat olahraga berusaha untuk

memahami makna dan implikasi filosofis dari fenomena olahraga.

Rl Marx: Marx menganggap filsafat sebagai "usaha untuk memahami dunia,

tetapi tujuannya bukan hanya untuk menginterpretasikan dunia, melainkan untuk

mengubahnya."

Dengan berbagai definisi ini, terdapat variasi dalam pemahaman tentang apa

itu filsafat, tetapi umumnya, filsafat mencakup penyelidikan, pemikiran, dan refleksi

mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai eksistensi,

pengetahuan, moral, dan aspek-aspek lain dari kehidupan manusia.

5
B. Ruang lingkup filsafat olahraga

Adapun untuk ruang lingkup yang menjadi objek studi filsafat olahraga.Antara lain:

1. Sportivitas

Sportivitas adalah kebajikan olahraga yang mendasar. Ini juga dianggap

penting untuk kehidupan sipil dan budaya di luar olahraga. Namun

demikian, konsep tersebut mendapat sedikit perhatian filosofis. Literatur

tentang sportivitas berpusat pada pandangan bahwa kebajikan ini

membutuhkan lebih dari sekadar kepatuhan pada aturan formal.

2. Kecurangan

Berbeda dengan sportivitas, kecurangan mewakili, setidaknya prima facie,

bentuk utama dari kegagalan moral dalam olahraga. Menyontek terbukti

menjadi konsep yang sangat sulit untuk didefinisikan. Pada permainan

olahraga untuk yang menang dan kalah pasti ada akan tetapi suatu hal

keburukan jika terdapat yang melakukan kecurangan. Pemahaman akal

sehat tentang kecurangan sebagai ‘pelanggaran yang disengaja dari aturan

untuk mendapatkan keunggulan kompetitif’ penuh dengan kesulitan.

Misalnya, jika menyontek merupakan jenis pelanggaran aturan, bagaimana

dengan konvensi dan norma lain yang tidak tercakup dalam aturan formal?

Jika menyontek harus ditujukan untuk pencapaian keunggulan kompetitif,

bagaimana dengan pelanggaran aturan yang bertujuan untuk memperbaiki

6
ketidakadilan sebelumnya (misalnya mencontek atau kesalahan wasit)

yang menguntungkan lawan ?Mengesampingkan masalah definisi dan

beralih ke status moral dari kecurangan, keberatan moral terhadap

kecurangan biasanya bertumpu pada dua argumen utama. Yang pertama

menyebutkan tesis ketidakcocokan logis – gagasan bahwa melanggar

aturan tidak kompatibel dengan bermain game, karena bermain game

membutuhkan kepatuhan yang ketat pada aturan. Argumen kedua

bersandar pada gagasan bahwa menyontek adalah upaya untuk

mendapatkan keuntungan yang tidak adil, yaitu, keuntungan yang tidak

diizinkan berdasarkan kesepakatan antara pemain atau seperangkat norma

yang diharapkan untuk dipatuhi oleh para pemain. Keberatan berdasarkan

keadilan tidak boleh menjadib dasar larangan untuk ‘pembalasan’ atau

‘kompensasi’ kecurangan yang dilakukan untuk membangun kembali

keadilan setelah ketidakadilan yang telah menempatkan pesaing pada

kerugian yang tidak adil

3. Peningkatan Kinerja

Para atlet telah berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka dengan

menerapkan berbagai peningkat kinerja yang berbeda, mulai dari zat

farmasi (misalnya steroid anabolik) hingga peralatan (misalnya pakaian

renang poliuretan 100% seluruh tubuh), dengan manipulasi genetik

tampaknya sudah dekat.Manakah, jika ada, metode peningkatan kinerja

yang harus diizinkan dalam olahraga? Adakah alasan yang baik untuk

membatasi penggunaannya, atau haruskah atlet bebas menggunakan

7
metode apa pun yang mereka pilih? Perdebatan ini menyentuh inti

pertanyaan mengenai tujuan kompetisi olahraga dan apa yang dianggap

sebagai kinerja atletik yang sangat baik . Bentuk peningkatan yang paling

banyak dibahas adalah penggunaan obat peningkat kinerja (yaitu ‘doping’).

Ada tiga sisi dalam perdebatan doping: ‘pro-doping’ dan ‘anti-doping’

4. Olahraga ekstrim

Risiko cedera fisik yang signifikan merupakan bagian intrinsik dari

partisipasi dalam banyak olahraga. Kategori ‘olahraga berbahaya’

mencakup olahraga tanpa kekerasan seperti panjat tebing bebas dan ski

lereng, olahraga tabrakan seperti American football dan rugby, dan

olahraga tempur seperti tinju dan seni bela diri campuran. Apa nilai

olahraga berbahaya, dan bagaimana, jika memang ada, negara harus

mengatur kegiatan semacam itu melalui kebijakan publik .Russell

berpendapat bahwa olahraga berbahaya mewujudkan bentuk nilai yang

khas .Nilai mereka terletak pada cita-cita perfeksionis dari ‘penegasan diri’,

di mana kita menantang dan menolak batas-batas kehidupan kita yang

biasa dan berusaha untuk memperluas batas-batas itu untuk melampaui

batas-batas yang terlihat dari keberadaan kita (Russell, 2005). Russell lebih

lanjut berpendapat bahwa jenis olahraga ini dapat menjadi manfaat praktis

khusus bagi anak-anak. Kegiatan semacam itu menempatkan anak-anak

dalam konteks di mana mereka harus menghadapi bahaya, dengan

demikian mempersiapkan anak untukkedewasaan, serta membantu anak

menemukan dan menegaskan aspek-aspek dirinya

8
5. Jenis Kelamin dan Ras

Persaingan olahraga secara tradisional dipisahkan berdasarkan jenis

kelamin di sepanjang perbedaan gender ‘pria / wanita’, dan tantangan

terhadap pemahaman yang berlaku tentang seks dan gender telah

terdengar dalam komunitas olahraga sejak 1960-an. Dua pertanyaan utama

yang berkaitan dengan seks dan gender muncul dalam olahraga: apakah

pemisahan jenis kelamin dalam kompetisi olahraga dapat dibenarkan

secara moral ?. Untuk mengawasi pemisahan jenis kelamin dalam

kompetisi, otoritas olahraga telah mengadopsi berbagai pendekatan untuk

verifikasi jenis kelamin pada waktu yang berbeda sejak tahun 1930-an. Ini

termasuk tes visual, tes kromosom, dan tes testosteron.

6. Penggemar dan Penonton

Apa cara terbaik untuk menonton olahraga? Apakah ketertarikan dan

kekaguman kita pada olahragawan elit dapat dipertahankan secara moral ?

Perdebatan tentang bentuk penonton yang paling banyak telah berkisar

pada apakah model penonton murni lebih unggul dari model

partisan.Penonton murni memperoleh kesenangan estetika dari permainan

yang bagus. Penonton murni tidak memiliki kesetiaan kepada tim tertentu

tetapi menghargai prestasi keunggulan atletik hanya berdasarkan prestasi

mereka. Mereka menghargai permainan yang bagus, karena orang

mungkin menghargai sebuah karya seni tanpa mengetahui atau peduli

tentang identitas senimannya.Partisan mendukung kebajikan dalam

9
mendukung tim tertentu, bahkan saat tim itu bermain buruk. Loyalitas

adalah yang terpenting bagi partisan, dan mereka mengikuti tim mereka

melalui saat-saat baik dan buruk. Partisan biasanya mendukung tim favorit

mereka dengan bersemangat, dan mereka mendukung kesuksesan tim

mereka.

7. Olahraga Bagi Orang Disabilitas

Olahraga penyandang disabilitas’, juga disebut sebagai ‘Olahraga

paralimpik’ atau ‘olahraga untuk atlet dengan disabilitas atau kecacatan’

kontras dengan olahraga untuk orang yang berbadan sehat. Dua

pertanyaan etika utama yang muncul terkait olahraga penyandang

disabilitas adalah: Kriteria apa yang harus digunakan untuk

mengklasifikasikan atlet disabilitas dalam kompetisi ?; dan Apakah atlet

penyandang disabilitas, khususnya yang memiliki kaki palsu, diizinkan

untuk bersaing dengan atlet yang berbadan sehat? Siapa yang dianggap

sebagai atlet Paralimpiade? Untuk berkompetisi dalam olahraga disabilitas

atau Paralimpiade, seseorang harus digolongkan sebagai penyandang

disabilitas. Gagasan tentang kecacatan adalah konsep yang

diperdebatkan . Maka tidak mengherankan, bahwa apa yang dianggap

sebagai disabilitas untuk tujuan olahraga dan bagaimana mengkategorikan

mereka yang memiliki disabilitas untuk tujuan kompetisi adalah masalah

yang masih diperdebatkan. Misalnya, agar seorang atlet memenuhi syarat

sebagai atlet disabilitas, haruskah kecacatannya permanen, atau

10
mungkinkah hanya sementara ? Mungkinkah kecacatan hanya sedikit

mengganggu atau haruskah sangat merugikan ?

8. Estetika Olahraga

Sementara analisis etika olahraga telah menjadi pusat perhatian filosofi

olahraga baru-baru ini, dua dekade terakhir telah terlihat minat yang bangkit

kembali pada analisis estetika olahraga. Studi tentang estetika dan

olahraga berfokus pada dua bidang utama. Yang pertama menyangkut

relevansi kualitas estetika dengan pengalaman bermain dan menonton

olahraga. Apakah olahraga menimbulkan nilai estetika ? Jika ya, apakah

nilai-nilai ini dan apakah itu melekat atau hanya terkait dengan olahraga?

Yang kedua membahas hubungan antara olahraga dan seni. Apakah

olahraga salah satu seni? Jika ya, apa yang membuat olahraga menjadi

seni?Pelopor awal dari diskusi ini adalah karya klasik C. L. R. James

‘(1963), Beyond Boundary. Dalam analisis semisalnya tentang olahraga

senam, James mengeksplorasi identitas antara olahraga dan seni, dengan

alasan bahwa keduanya menghasilkan kesenangan estetika karena

keduanya diciptakan untuk menjadi indah.

11
C. Kajian Filsafat dalam Ilmu Olahraga

Filsafat olahraga adalah cabang dari ilmu filsafat yang berupaya menganalisa

konsep akan olahraga sebagai kegiatan manusia. Beberapa isu yang dibahas

dalam filsafat olahraga di antaranya dari aspek metafisika, filsafat etika dan moral,

filsafat hukum, filsafat politik, dan estetika. Perspektif filosofis pada olahraga

berawal di Yunani Kuno dan kemudian kembali berkembang pada abad ke-20

berkat Paul Weiss dan Howard Slusher. Perspektif filosofis olahraga juga melihat

hubungan metafisika antara olahraga dengan kesenian dan permainan.

permasalahan etika terkait nilai-nilai dan keadilan, serta isu-isu sosiopolitis pada

umumnya.

Filsafat olahraga ialah ilmu filsafat yang senantiasa menyelidiki hakikat

olahraga aktif yang berkaitan dengan seluk beluk gerak yang dilakukakn dalam

olahraga, dan hakikat olahraga pasif atau penghayatan terhadap pergelaran

olahraga.Penerapan filsafat dalam olahraga merupakan hal yang vital, sebab

melalui nilai filosofis yang dipercaya kebenarannya, dapat disoroti beragam fakta

untuk menciptakan dasar-dasar yang akan digunakan sebagai pedoman atau

acuan untuk mengembangkan dan menjalankan program pendidikan jasmani dan

olahraga. Hal itu berarti bahwa melalui proses berfikir (filosofis) akan menciptakan

pemikiran baru sebagai pedoman atau acuan untuk menjalankan dan

menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam ilmu olahraga.

12
Olahraga mempunyai hasil berdasarkan tindakan. Dalam hal ini, filsafat

digunakan untuk menyoroti faktor kunci penting dari suatu hasil tersebut. Filsafat

berupaya mencegah kesalahan tertentu agar sejarah tidak terulang kembali.

Kegiatan olahraga yang sering dilakukan oleh manusia dapat menjadi sebuah daya

tenaga untuk menigkatakn kebugaran jasmani. Dalam olahraga, tentunya tak luput

dari kesalahan. Membuat kesalahan yang sama dapat merugikan dengan cara

yang sama. Untuk mencegahh hal tersebut terjadi, maka filsafat digunakan.

Filosofi olahraga dicirikan oleh penyelidikan konseptual ke dalam sifat olahraga

dan konsep, bidang, dan profesi terkait. Ini memiliki isu-isu substantif yang paling

spesifik diinterogasi dalam sub-bidang filsafat berikut seperti yang dicontohkan

dalam olahraga dan aktivitas manusia terkait yang melibatkan penggunaan tubuh

dalam praktik dan institusi social. Adapun contoh dari kecabangan ilmu filsafat

dalam olahraga:

 Estetika (misalnya, bisakah olahraga estetika memiliki penilaian yang

objektif?)

 pistemologi (misalnya, apa yang diperlukan untuk mengetahui suatu

teknik?)

 Etika (misalnya, apa yang salah dengan doping gen?)

 Logika (misalnya, apakah aturan konstitutif dan regulatif berbeda?

 Metafisika (misalnya, apakah manusia secara alami merupakan hewan

yang

 bermain game Filsafat pendidikan (misalnya, dapatkah model dominan

dari pembelajaranketerampilan menjelaskan wawasan fenomenologis?)

13
 Filsafat hukum (misalnya, bisakah anak-anak memberikan izin untuk

menggunakan obat-obatan yang meningkatkan kinerja?)

 Filsafat pikiran (misalnya, apakah pelatihan mental dapat dibedakan

dari imajinasi belaka?)

 Filsafat aturan (misalnya, dapatkah aturan olahraga yang konstitutif dan

mengatur sepenuhnya dibedakan?)

 Filsafat sains (misalnya apakah benar hanya ilmu pengetahuan alam

olahraga yang memberikan kebenaran ?)

 Filsafat sosial dan politik (misalnya, apakah olahraga kompetitif menjadi

sandera bagi pandangan dunia kapitalis?)

14
D. Aliran dalam Filsafat Olahraga

Perkembangan yang begitu pesat dalam ilmu pengetahuan menyebabkan

filsafat olahraga dapat dianalisis dengan berbagai ilmu dan pendekatan seperti

fenomenologi, eksistensialisme, pragmatisme, Marxisme baru, teori kritis,

hermeneutisme, strukturalisme baru, pascastrukturalisme, dan sebagainya. Dan

yang tak boleh luput adalah pendekatan filsafat yang berkembang di negara-

negara Asia, baik filsafat modern maupun tradisional. Filsafat olahraga dapat

dilihat dari sudut pandang penonton acara olahraga maupun oleh pihak-pihak yang

terlibat langsung dalam kegiatan olahraga, baik itu atlet sendiri, pelatih, wasit, dan

sebagainya.

Ada empat sumber dasar dalam filsafat olahraga yang bisa dijadikan

sebagai bahan refleksi. Pertama, fakta dan fenomena olahraga tergantung dari

tujuan olahraga (olahraga untuk prestasi, olahraga untuk rekreasi, olahraga untuk

kesehatan). Kedua, filsafat secara umum dan secara spesifik. Ketiga, metodologi

umum dan metodologi khusus yang diterapkan pada berbagai aliran filsafat.

Keempat, ilmu spesialis yang lain.

1. Olimpisme

Piagam Olimpiade yang dideklarasikan pada tahun 1914 menyatakan

bahwa olimpisme adalah filosofi hidup yang mesti menjunjung tinggi

kualitas tubuh, karsa, serta pikiran terintegrasi secara utuh. Olimpisme

merupakan suatu pandangan hidup yang mengarahkan olahraga

15
kepada budaya serta pendidikan sehingga manusia merasa bergembira

serta bersukacita dalam usaha tanpa merasa terbebani. Filosofi politik

dari Olympic Games berlandaskan prinsip seperti persahabatan, saling

memahami, serta bermain adil. Beberapa prinsip tersebut dapat

ditafsirkan secara beragam oleh para atlet lintas budaya dan sejarah

sehingga dibutuhkan suatu pemahaman yang luwes tanpa harus terjadi

pembelokkan makna.Dengan demikian, filosofi olimpisme dapat

dipahami dengan menggunakan pendekatan multikultur.

2. Hermeneutisme

Filsafat hermeneutik adalah suatu metode tradisional yang berbasis

pada ide bahwa manusia menerjemahkan realitas secara ontologis, dan

interpretasi tersebut merupakan suatu proses yang dinamis dan akan

terus berlangsung. Hal ini dapat diterapkan ketika memahami kegiatan

olahraga

3. Formalisme

Formalisme meminjam istilah dari ilmu sastra merupakan suatu

pandangan yang berlandaskan pada peraturan-peraturan formal dalam

olahraga. Sebagaimana yang diutarakan oleh William J Morgan (2004)

bahwa peraturan olahraga merupakan sesuatu yang mengikat sebagai

kekuatan legitimatif, yang mengindikasikan bahwa para atlet bermain

secara jujur dan memenangkan pertandingan atau kejuaraan dengan

tidak melanggar peraturan.

4. Filsafat Timur

16
Filsafat India cenderung empiris/berdasarkan pengalaman walaupun

dapat bersifat analitis; Filsafat Cina yang berasal dari ajaran Konfusius

lebih mengutamakan harmoni atau keseimbangan; Filsafat Jepang

sangat terbuka dan adaptif terhadap perubahan. Bagaimanapun juga,

tetap ada perbedaan antara filsafat Timur dengan pragmatisme Amerika

yang memulai teorinya dengan berpatokan kepada ilmu metafisik serta

epistemologi; sementara itu, filsafat Timur berlandaskan pada nilai etis

dan estetis. Ada istilah dalam filsafat Jepang yang dinamakan shinshin

yang menganggap bahwa tubuh dan pikiran terintegrasi yang mana

tubuh dan pikiran tersebut bersifat dinamis namun lembut. Berbeda

dengan pandangan umum filsafat Barat yang menganggap bahwa

tubuh dan pikiran bukan merupakan satu kesatuan, serta berada dalam

kondisi yang statis.

5. Pragmatisme

Para filsuf beraliran pragmatis seperti William James dan John Dewey

berusaha untuk mendalami mengapa olahraga dapat membuat hidup

menjadi penting serta berharga. Ada beberapa kemiripan antara filsafat

Timur denganpragmatisme Amerika. Pertama, ajaran filsafat

berpengaruh terhadap sikap dan karakter. Kedua, filsafat Timur

berfokus kepada hal-hal praktis dan bersifat luwes.

17
2.2 HAKIKAT BERMAIN DAN OLAHRAGA

A. Pengertian Hakikat Bermain dan Olahraga

Hakikat bermain adalah aktivitas penting dalam kehidupan manusia terutama

pekerjaan bagi anak anak banyak manfaatnya, perkembngan fisik, sosial. Bermain dapat

di ingat bahwa bwemain haruslah menjaga keseimbangan tubuh agar tidak dapat merusak

tubuh, harus diimbangi dengan menjaga kesehatan tubuh jangan sampai apabila mau

melakukan olah raga tidak makan itu sangat berbahaya bagi kesehatan, jadi bagian alami

dari kehidupan manusia yang memberikan kebahagiaan dan pengembangan tetapi perlu

diatur dengan baik agar tidak mengganggu keseimbangan dalam kehidupan sehari hari.

Bermain dan olah raga memiliki banyak manfaat, baik untuk kesehatan fisik dan mental.

adapun hakikatnya

 kesehatan fisik

Bermain dan berolah raga secara teratur dapat meningkatkan keugaran fisik,

memperkuat otot, meningkatkan daya tahan tubuh, dan membantu menjaga berat

badan yangi deal

 kesehatan mental

Aktivitas fisik olah raga dapat meningkatkan mood dan mengurangi stress, bermin

dan berosialisasi dalam permainan juga dapat meningkatkan kesehatan

kesejahteraan mental pengembangan karakter Olah raga dan permainan sering

18
kali mengajarkan kejujuran, disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab hakikat ini

menunjukkan bahwa berman dan berolah raga adalah bagian penting dalam

menjaga leseimbangan dankesehatan hidup kita, baik secara fisik mapun mental.

B. Konsep Dasar Olahraga


Dalam dunia ilmu pengetahuan kita mengenal istilah konsep. Demikian juga
dalam dunia olahraga. Pemahaman tentang konsep memudahkan masyarakat
ilmiah atau insan olahraga untuk bertukar gagasan.
Sehubung dengan itu orang lantas bertanya , apa yang di maksud konsep?
Konsep ialah “mental” tentang suatu objek, makna yang tertangkap berdasarkan
ciri ciri umum yang terdapat pada suatu objek, contoh daya tahan adalah konsep
yg kita jumpai dalam olahraga. Konsep kita pahami sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja fisik terus menerus tanpa kelelahan yang berlebihan. Kita juga
menangkap makna dari suatu gejalah, seperti misalnya kemampuan seseorang
untuk mengangkat sejumlah besi. Segerah kita mengatakan orang itu kuat. Contoh
kekuatan juga merupakan sebuah konsep yang sering didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mengerahkan ketegangan otot untuk mengatasi
suatu tahanan. Konsep merupakan seperangkat ciri dari sebuah objek. da
beberapa konsep yang penting di pahami berkaitan olahraga olahraga.
A. Bermain
Merupakan sebuah konsep. Manusia di sebut mahluk bermain, pernyataan ini
memahami kecendrungan pola perilaku kecendrungan manusia pada umumnya.
Bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia.
Ciri ciri bermain yang diungkapkan itu kurang lengkap terutama ditinjau dari
tujuan. Devinisi bermain dipparkan jenis permainan yang hasilnya bersifat untung-
untungan, seperti kasino, letro, dan lain-lain permainan di bagi menjadi beberapa
kategori yaitu:

 Perjuangan Adalah upaya keras, tekat, dan dan dedikasi yang diberikan oleh
seorang atlet untuk mencapai tujuan dan prestasi tertinggi dalam disiplin olah
raganya. Ini ada beberapa aspek
 Latihan : atlit harus melewati latihan yang keras dan rutin untuk meningkatkan
keterampilan, kekuatan, daya tahan, dan kelincahan mereka
 Mental : perjuangan dalam olah raga juga memerlukan mental yang kuat untuk
mengataasi tekanan, ketidak pastian, dan kegagalan, mereka harus mampu
bangkit setelah kekalahan dan tetap focus pada tujuan mereka
 kompromi : atlit harus sering mengobrolkan waktu bersama teman-teman dan
hehidupan sosial mereka untuk focus berlatihan dan kompetisi

19
C. Konsep Dasar Bermain
Bermain adalah aktivitas yang penting dalam kehidupan manusia, terutama
dalam perkembangan anak-anak. Berikut beberapa konsep dasar tentang
bermain:
a. Kreativitas: bermain memungkinkan seseorang untuk menggunakan
imajinasi mereka dan menciptakan suatu yang baru.
b. Interaksi sosial: bermain sering melibatkan interarksi dengan orang lain. Ini
membantu dalam pembelajaran keterampilan sosial seperti berbagai,bekerja
sama, dan berkomunikasi
c. Pengembangan fisik : bermain fisik seperti berlari, melompat, atau bermain
olahraga membantu dalam pengembangan fisik,kesehatan, dan koordinasi
tubuh
d. Pengembangan kognitif : bermain puzzle, permainan papan, atau permainan
otak lainya dapat merangsang perkembangan kognitif seperti pemecahan
masalah dan pemikiran abstrak
e. Keseruan dan kenikmatan : bermain harus menyenangkan dan membawa
kebahagiaan. Ini penting untuk kesejahteraan emosional
f. Belajar : bermain adalah cara alami belajar. Anak-anak belajar tentang dunia
di sekitar mereka melalui permainan.
g. Kemandirian: bermain dapat pengembangan kemandirian dan kemampuan
mengambil keputusan.
h. Keselamatan : penting untuk memahami batasan dan keselamatan dalam
bermain, terutama bagi anak-anak.
I .Beragam jenis bermain : Bermain dapat berupa permainan fisik, permainan
anak-anak dengan memberikan bahan bermain yang sesuai dan tempat yang
aman.
j. Peran orang dewasa : orang dewasa dapat memfasilitasi dan mendukung
permainan anak-anak dengan memberikan bahan bermain yang sesuai dan
tempat yang amaan

20
Dalam semua jenis bermain, penting untuk memastikan bahwa pengalamaan
bermain adalah positif dan mendukung perkembangan individu.

2.3 DINAMIKA OLAHRAGA DAN PENGEMBANGAN NILAI

A.Nilai- nilai sosial dalam olahraga

Olahraga memiliki nilai-nilai penting yang terkait dalam

kehidupan kita sehari-hari:

1. Tekun

Olahraga mengajarkan kita memiliki sikap tekun.hal ini tersebut

dikarenakan kita akan memiliki sikap terus mencoba untuk meraih hasil

yang kita raih.

Ketika kita kalah dalam suatu pertandingan,tentu kita akan lebih tekun

berlatih untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

2. Disiplin

Dalam olahraga juga di berikan nilai kedisiplinan.seperti, tidak terlambat

mengikuti latihan.

Selain itu, kitajuga akan diajak disiplin untuk mengikuti aturan-aturan

dalam setiap olahraga.

3. Komitmen

Olahraga juga mengajarkan nilai mengenai komitmen. Komitmen dalam

olahraga terkadang tidak hanya diri sendiri tetapi untuk kelompok dalam

olahraga yang berbentuk tim

21
Sehingga terkadang kita harus merelakan kepentingan pribadi demi

kepentingan bersama

4. Saling menghormati

Rasa saling menghormati juga diajarkan saat berolahraga.

Contohnya saat bertanding sepakbola kita menghormati apapun

keputusan wasit, meskipun kadang tidak sesuai harapan kita.

5. Menjalin persahabatan

Dengan olahraga kita dapat menjalin persahabatan dengan semua

pihak.

Tidak hanya dengan rekan satu tim tapi juga dengan pihak lawan, serta

lainya yang terlibat.

22
B.kontroversi gender dalam olahraga

Kontroversi gender dalam olahraga adalah topik yang menggugah banyak

perdebatan dan pertanyaan etika dalam dunia olahraga. Ini terutama berkaitan

dengan isu-isu yang muncul ketika individu transgender atau non-binari ingin

berpartisipasi dalam kompetisi olahraga yang sesuai dengan identitas gender

mereka. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait dengan kontroversi

gender dalam olahraga:

1. Pertimbangan Biologis vs. Identitas Gender: Salah satu isu sentral adalah

bagaimana mengukur kelayakan peserta dalam olahraga berdasarkan jenis

kelamin. Tradisionalnya, kriteria ini didasarkan pada faktor biologis seperti level

testosteron, tetapi semakin banyak atlet dan komite olahraga mempertimbangkan

identitas gender sebagai faktor yang lebih relevan.

2. Pengakuan Identitas Gender: Isu pengakuan identitas gender adalah bagian

penting dari kontroversi ini. Banyak atlet transgender berjuang untuk diakui dalam

kompetisi yang sesuai dengan identitas mereka, sementara beberapa pihak masih

mempertahankan pandangan tradisional tentang jenis kelamin biologis sebagai

dasar partisipasi.

3. Keunggulan Atlet: Isu keunggulan fisik seringkali diperdebatkan dalam konteks

ini. Beberapa mengklaim bahwa atlet transgender mungkin memiliki keunggulan

23
tertentu dalam olahraga tertentu berdasarkan perkembangan fisik masa lalu

mereka sementara yang lain berpendapat bahwa peraturan yang adil dapat

mengatasi perbedaan tersebut

C.Karakter pahlawan dalam dunia olahraga

Pahlawan dalam dunia olahraga adalah individu yang tidak hanya

mencapai prestasi luar biasa di lapangan, tetapi juga menjadi teladan dalam hal

karakter dan moral. Mereka mengilhami orang lain dengan sikap, etika, dan

perilaku mereka. Berikut adalah beberapa aspek yang relevan dalam pembahasan

karakter pahlawan dalam dunia olahraga:

1. Integritas: Pahlawan olahraga dikenal karena integritas mereka yang kuat.

Mereka tidak hanya berkompetisi dengan sejujur mungkin, tetapi juga menghormati

peraturan dan prinsip-prinsip fair play. Mereka tidak menggunakan cara curang

untuk mencapai kesuksesan.

2. Kepemimpinan: Pahlawan olahraga seringkali berperan sebagai pemimpin, baik

dalam tim mereka maupun dalam komunitas olahraga secara lebih luas. Mereka

menunjukkan sikap kepemimpinan dengan membimbing dan menginspirasi rekan-

rekan mereka untuk mencapai yang terbaik.

3. Kerendahan Hati: Meskipun memiliki bakat luar biasa, pahlawan olahraga tetap

rendah hati. Mereka tidak sombong atau arogan. Mereka tahu bahwa keberhasilan

mereka bukan hanya hasil dari kemampuan individu, tetapi juga kerja keras,

pelatihan, dan dukungan dari orang lain.

24
D. konsep dasar disiplin

Konsep Dasar Dan Jenis Disiplin Dalam Olahraga

Disiplin pada hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak

melanggar ketentuan, tata tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh

masayarakat dan disiplin dalam olahraga, berarti taat dan tanggungjawab terhadap

ketentuan, tata tertib, program latihan, peraturan pertandingan, dan nilai-nilai yang

berlaku dalam pertandingan.

Beberapa indikator bahwa atlet memiliki penguasaan diri (self control), diantranya:

• atlet mampu melakukan sesuatu dengan baik dala mpertandingan besar seperti

yang atlet lakukan dalam pertandingan biasa

• atlet mampu kembali bergairah dan termotivasi setelah mengalami kekalahan

atau mendapat hukuman

• atlet mampu mengotrol tabiat yanga didorong emosi, selalu bertindak positif dan

dewasa terhadap pelatih dan teman anggota tim

• atlet mampu menghadapi ketegangan dengan tidak melakukan sikap-sikap dan

tindakan negatif dalam bermain

• atlet selalu tenang dan penuh percaya diri dalam situasi tertekan.

25
E.konsep dasar kerja sama

Kerja sama dalam olahraga artinya saling membantu antara anggota

tim untuk melaksanakan kegiatan olahraga untuk tujuan bersama.Dengan

adanya kerja sama, permainan pun akan lebih baik dan kompak.

Basket

Olahraga basket dimainkan secara beregu atau tim.jumlah pemain dalam

permainan basket adalah lima orang dan anggota tim cadangan paling

banyak tujuh orang.

Permainan basket terdiri dalam empat babak yang masing-masing

berdurasi 10 menit.Sesama tim bisa saling mengoper bola untuk

memasukkan ke dalam ring lawan, sehingga dibutuhkan kerja sama yang

baik antar pemain agar terjalin komunikasi yang baik juga.

26
2.4 PHILOSOPHICAL POSITIONS OF THE BODY AND THE DEVELOPMENT

OF PHYSICAL EDUCATION

A. Latar Belakang Idealisme

Filsafat idealisme dapat ditelusuri kembali ke keyakinan dan logika yang

diartikulasikan oleh dua orang bijak Athena kuno, Socrates dan Plato. Idealisme

telah bersaing dengan naturalisme untuk penganutnya sejak zaman kuno. Menurut

naturalisme, semua peristiwa, manusia dan alam, berbagi karakter yang sama.

Prinsip idealisme relatif terhadap tubuh, tujuan pendidikan, dan keyakinan

epistemologis terkait penting untuk pendidikan jasmani. Idealisme berkembang di

Yunani kuno, seperti halnya sekolah filosofis lainnya. Orang Yunani kuno tertarik

pada perkembangan ideal manusia perkembangan lengkap aspek korporeal,

spiritual, dan intelektual dari keberadaan manusia. Ketiga bidang perkembangan

pribadi ini telah menempati posisi penting dalam kepercayaan filosofis dari banyak

pendidik dan pelatih jasmani.Idealisme pada etika menetapkan kode etik yang

membantu kita menentukan tindakan yang tepat sebagai lawan dari tindakan yang

tidak pantas atau tidak etis tindakan (menentukan benar atau salah). Etika secara

tradisional diwujudkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga sebagai sportivitas.

27
B. Idealisme

Kaum idealis dari Yunani kuno memfokuskan sebagian besar energi dan usaha

mereka pada tiga topik yaitu keberadaan Tuhan, diri, dan pengetahuan. Masalah-

masalah ini menyusun struktur posisi metafisik dan epistemologis yang membantu

membentuk komponen utama idealisme. Dua komponen idealisme lainnya adalah

logika dan aksiologi, yang membahas nilai-nilai etika, estetika, religius, dan sosial,

dan yang juga terwujud dalam mazhab filsafat lainnya.

Pikiran, bagi para idealis, terdiri dari kualitas spiritual, yang secara logis

menghasilkan pandangan bahwa realitas tertinggil. Sebaliknya, sifat dasar dan

fundamental dari realitas bagi idealis adalah pikiran atau nalar yang

memanifestasikan dirinya dalam kesadaran sehari-hari. Pada titik ini akan sangat

membantu untuk membedakan antara dua pandangan filosofis yang melekat

dalam idealisme metafisik dan idealisme epistemologis.

Idealisme metafisik menganalisis alam semesta sebagai realitas psikis atau

mental, semua benda di alam semesta dihubungkan oleh elemen ideal yang dapat

disimpulkan secara logis. Sedangkan, Idealisme epistemologis mendekati studi,

dan identifikasi aktual dari realitas dengan data yang dapat diketahui kebenaran

dan dapat dirasakan. Idealisme epistemologis terbatas pada realitas yang

ditentukan oleh pikiran

28
Secara umum, apa yang sebenarnya disepakati dan diyakini oleh para idealis

yaitu tiga subjek utama yang diselidiki idealisme adalah keberadaan Tuhan, diri

pribadi, dan perolehan pengetahuan yang valid.

C. Penerapan Idealisme untuk Pendidikan Jasmani

Aktivitas diri yang dianut idealisme bukanlah proses abstrak yang

mengabaikan fisik. Mengembangkan diri termasuk mengembangkan tubuh.

Idealisme merangkul dan mendukung masuknya pendidikan jasmani. Pendidik

jasmani yang menggabungkan keyakinan filosofis idealisme dimulai dari premis

bahwa proses pendidikan berpusat pada ideal sebagai lawan dari berpusat pada

anak atau berpusat pada materi pelajaran.

Kebaikan ideal didasarkan pada keyakinan yang terkandung pada

pengertian yang mendalam tentang kewajiban dan kewajiban moral.Kemungkinan

tambahan yang dapat menjadi dasar untuk menentukan ideal mencakup dasar

moral untuk sportivitas klasik dan pendidik jasmani idealis harus memperhatikan

4 masalah, yaitu siswa, nilai, tujuan, dan kriteria evaluasi.

1. Siswa ; Idealisme tidak akan mendukung proses pendidikan yang

memandang keberadaan sebagai korporeal murni, Idealisme

memandang keberadaan tubuh dan jiwa. Jika pendidik jasmani benar-

benar profesional berdedikasi yang berkomitmen untuk melakukan

kebaikan terbesar bagi para siswa, mereka juga harus mengajarkan

nilai-nilai moral dan spiritual. Tubuh bagi idealis, adalah ekspresi fisik

jiwa.

29
2. Nilai : Idealisme percaya hanya pada dua nilai yang berakar pada

keberadaan pribadi dan moral imperatif. Sederhananya, atlet dan

siswa tidak mewakili pelatih atau guru sarana untuk mencapai tujuan.

Mereka bukanlah produk komersial yang dapat dimanfaatkan dengan

memanfaatkan kemampuan atletik mereka untuk keuntungan pelatih,

sekolah, atau tim. Atlet dan siswa dalam asuhan pendidik jasmani

harus mewakili individu dan kepribadian unik yang terdiri dari pikiran,

jiwa, dan tubuhnya sendiri.

3. Tujuan : Idealisme berpandangan bahwa pencapaian kehidupan yang

unggul adalah tujuan siswa. Idealis melakukan yang terbaik untuk

memastikan bahwa setiap kesempatan tersedia bagi siswa untuk

tumbuh secara fisik, intelektual, moral, dan spiritual. Pengembangan

dan pembinaan kepribadian individu dan karakter yang sesuai

merupakan tujuan penting dari pendidik jasmani yang berpegang pada

idealisme dalam budidaya kesehatan, karena meningkatkan realisasi

yang bermanfaat bagi perkembangan pribadi seutuhnya.

4. Kriteria evaluasi : Bagaimana siswa berubah dengan diri adalah yang

menjadi minat idealis. Guru tidak hanya tertarik pada apa yang

dilakukan setiap siswa tetapi juga pada apa yang diketahui, dipikirkan,

dirasakan, dan apa yang setiap siswa ketahui. Siswa akan dievaluasi

berkenaan dengan perilaku yang sesuai, kewarganegaraan, dan

perilaku sosial. Idealis tidak bergantung pada ukuran kuantitatif tetapi

30
menunggu untuk melihat (secara subyektif) perubahan apa yang

dibuat dalam diri.

2.5 DIMENSI MORALITAS DALAM OLAHRAGA

A. Mengajarkan Etika dan Nilai Moral dalam Pendidikan Jasmani

Pelaksanaan pendidikan jasmani tidak akan bisa lepas dari aturan-aturan

dan norma yang berlaku di masyarakat, karena merupakan masalah penting dalam

kehidupan. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu sarana

pendidikan anak untuk memberikan suatu pengayaan dalam etika dan nilai moral.

Etika dan nilai moral konsepnya bersifat abstrak, Pemberiaan/Mengajarkan

etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh atau tindakan,karena tindakan

ataupun contoh lebih baik dari kata-kata. Nilai moral itu bermacam-macam,

termasuk loyalitas,kehormatan,kebenaran,respect,keramahan,keadilan.

Pendidikan jasmani adalah segenap upaya yang mempengaruhi

pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku, maka

dari itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu melibatkan dimensi sosial,

disamping bersifat fisikal yang menekankan ketrampilan, unjuk kebolehan, dan

31
ketangkasan. Dimensi sosial ini melibatkan hubungan antar orang, antar peserta

didik sebagai fasilisator atau pengarah.

Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan

bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, sedangkan

moral adalah sifat atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenan dengan baik dan

buruk.

Contoh:

 Membiasakan berdoa sebelum memulai sesuatu

 Mengajarkan sikap berani dan sportif

 Mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan orang

 Mengucap salam ataupun sapaan saat bertemu orang lain, baik

saudara,teman,guru,dll.

32
B. Pengajaran Etika dalam Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman

manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan

etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan

untuk membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya

tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain

harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan

melainkan pendidikan nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu :

1. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap

keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan

akan dapat secara tidak langsung mengimbas dan efektif berpengaruh

pada peserta didik. Sebagai contoh, jika guru/dosen itu sendiri memberi

kesaksikan hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka jika

beliau mengajarkan sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia

akan lebih disegani.

33
2. Semua pendidik , terutama para guru/dosen pendidikan jasmani perlu

cermat melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler

maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan

perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam

keluarga, sekolah,kampus,maupun dalam masyarakat. Misalnya

sebelum pelajaran dimulai, pendidik menegaskan bila anak tidak

mengikuti pelajaran karena membolos, maka nilai pelajaran akan

dikurangi.

3. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga,

organisasi, pelayanan sosial,lomba, teater, dll. Dalam kegiatan-kegiatan

tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya menjalin

komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik.

34
2.6 STUDI KASUS

Pentingnya olahraga dan pendidikan jasmani dalam kontribusinya

terhadap nilai-nilai dan pembangunan. Dalam konteks ini, kami akan

mengeksplorasi bagaimana olahraga berperan dalam pembangunan

kesehatan mental anak-anak.

Kota yang memiliki populasi anak-anak yang cukup besar, menghadapi

masalah peningkatan gangguan kesehatan mental pada anak-anak. Dalam

upaya untuk mengatasi masalah ini, sebuah program olahraga sekolah

yang inklusif dan beragam telah diperkenalkan di beberapa sekolah dasar.

Program ini melibatkan berbagai jenis aktivitas fisik, seperti permainan,

latihan fisik, dan rekreasi, dengan penekanan pada aspek keselamatan,

kerjasama, dan sportivitas.

1. Kontribusi terhadap Kesehatan Mental: Program olahraga ini telah

membuktikan dampak positif pada kesehatan mental anak-anak.

35
Melalui partisipasi dalam aktivitas fisik, anak-anak menjadi lebih

sehat secara fisik dan mengalami peningkatan kesejahteraan mental.

Aktivitas fisik ini membantu mereka mengatasi stres, meningkatkan

suasana hati, dan merasa lebih termotivasi.

2. Nilai-nilai Positif: Program ini juga berhasil memperkuat nilai-nilai

positif seperti kerjasama, fair play, dan sportivitas. Anak-anak belajar

tentang pentingnya bermain dengan baik, menghormati rekan-rekan

mereka, dan bekerja sebagai tim.

3. Pengembangan Pribadi: Melalui olahraga, anak-anak mulai

memahami bagaimana mengatasi kegagalan, berjuang untuk

mencapai tujuan, dan memahami arti usaha keras. Ini membantu

dalam pembangunan kepribadian mereka.

Studi kasus ini menggambarkan bagaimana program olahraga dapat

berperan dalam pembangunan kesehatan mental anak-anak. Melalui

partisipasi dalam aktivitas fisik yang positif dan mendukung nilai-nilai

seperti sportivitas, program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan

mental anak-anak tetapi juga membantu mereka tumbuh dan

berkembang sebagai individu yang lebih seimbang.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Filsafat olahraga membawa kita dalam perjalanan pemikiran yang mendalam


tentang makna olahraga dalam kehidupan manusia. Ini bukan hanya tentang gerakan fisik,
tetapi juga tentang nilai-nilai, etika, dan pertanyaan filosofis yang dalam. Mari kita
merenungkan beberapa kesimpulan penting dari materi ini. Olahraga adalah cerminan
kehidupan kita. Ini mencerminkan nilai-nilai, budaya, dan etika dalam masyarakat. Ketika
kita berpartisipasi dalam olahraga, kita tidak hanya berlomba untuk kemenangan, tetapi
juga untuk memahami lebih dalam tentang diri kita sendiri dan masyarakat di sekitar kita.
Sportivitas dan fair play adalah inti dari olahraga. Filsafat olahraga mengingatkan kita
bahwa cara kita berkompetisi sama pentingnya dengan hasil akhirnya. Fair play dan
integritas adalah nilai-nilai yang harus dipelihara dalam semua kompetisi.

Etika adalah bagian penting dari dunia olahraga. Dari dilema doping hingga
keadilan dalam kompetisi, filsafat olahraga membawa kita untuk merenungkan tindakan-
tindakan kita dalam olahraga dan dampaknya pada masyarakat. Olahraga juga memiliki
peran dalam pembentukan karakter dan kepribadian kita. Melalui tantangan dan kerja
sama dalam tim, kita belajar tentang ketahanan, kerendahan hati, dan dedikasi.
Globalisasi dan teknologi telah mengubah lanskap olahraga. Dengan komersialisasi yang

37
kuat, kita perlu mempertimbangkan bagaimana hal ini memengaruhi budaya olahraga dan
masyarakat. Akhirnya, filsafat olahraga mengajarkan kita bahwa olahraga adalah lebih dari
sekadar kompetisi. Ini adalah jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-
nilai, etika, dan makna kehidupan. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk menjalani
aktivitas olahraga dengan integritas, kebijaksanaan, dan kesadaran akan dampaknya
pada diri kita dan dunia di sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.J.S. Husdarta, M.Pd. Sejarah dan Filsafar Olahraga
Hafiza Ardhi. Motivasi Turnover Pada Atlet
Anggrawan Janur Putra,S.Pd.,M.Pd. Filsafat Olahraga
Prof. Firmansyah Dlis, M. Pd, Dkk. Filsafat Ilmu dalam Olahraga dan Pendidikan
Jasmani
http://akbarsportunm.blogspot.com/2013/04/etika-dan-moral-dalam-penjas-
dan.html

38

Anda mungkin juga menyukai