KEWARGANEGARAAN
Radikalisme merupakan sikap yang membawa pada tindakan untuk melemahkan serta
mengubah tatanan yang sudah mapan dan menggantinya dengan gagasan atau pemahaman
yang baru, terkadang gerakan perubahan ini disertai dengan tindak
Terorisme adalah suatu tindakan yang melibatkan unsur kekerasan sehingga
menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia dan melanggar hukum pidana dengan
bentuk mengintimidasi atau menekan suatu pemerintahan, masyarakat sipil atau bagian-
bagiannya untuk memaksakan tujuan sosial politik seperti pertentangan agama, ideologi dan
etnis, kesenjangan ekonomi dan perbedaan pandangan politik.
Radikalisme dan Terorisme di Indonesia sudah berkembang sejak dulu, di jaman
modern ini paham Radikalisme dan Terorisme menyebar begitu luas, dikarenakan
penyebaran informasi yang cukup cepat dan mudah diakses oleh siapapun, menyebabkan
paham radikalisme dan terorisme berkembang cukup cepat. Ditinjau dari perspektif
kewarganegaraan. Secara teoritis perspektif kewarganegaraan akan melihat radikalisme dan
terorisme sebagai konsep yang mencakup cara berpikir dan bertindak. Radikalisme dan
terorisme timbul dan merupakan fenomena dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sering melibatkan hubungan antara warga negara dan negara, warga negara (kelompok)
dengan warga negara (kelompok) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan di era
globalisasi radikalisme dan terorisme melibatkan kelompok dan jaringan yang bersifat
internasional. Oleh sebab itu radikalisme dan terorisme berbahaya terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Dikarenakan Indonesia memilliki masyarakat yang majemuk dan
mempunyai beragam suku, ras, dan agama.
BAB 2
PERUMUSAN MASALAH
Dengan perumusan permasalahan di atas diharapkan dapat ditemukan wawasan baru yang
bermanfaat dalam memahami kompleksitas dan dinamika permasalahan terorisme dan cara
untuk mencegah faham-faham terorisme. Dari makalah ini semoga dapat diambil hikmah dan
mafaatnya dalam menyumbang pengetahuan tentang pentingnya menangkal dan membasmi
faham radikalisme yang ada di Indonesia.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme adalah paham atau
aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam
aliran politik.
Pengertian Radikalisme Menurut Ahli Turmudi (2005) Paham ini memperjuangkan
berdirinya paham kekhalifahan yang salah arti dengan menggunakan pola organisasi
beragam.
Hafid (2020) Gerakan radikalisme adalah sikap atau semangat yang membawa pada
tindakan bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan yang mapan dengan menggantinya
dengan gagasan atau pemahaman baru. Gerakan perubahan kadang disertai dengan tindak
kekerasan.
Kartodirdjo (1985) Dalam lingkup keagamaan, radikalisme merupakan gerakan
keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan
jalan menggunakan kekerasan.
Ariwidodo (2017) Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok
orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan tatanan sosial dan politik secara
drastis dengan menggunakan cara kekerasan.
Ciri-Ciri Radikalisme Menurut Masduki (2013), ciri-ciri radikalisme antara lain
Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tidak sependapat.
Mempersulit tata cara Islam yang dianut, bahwa sejatinya ajaran Islam bersifat samhah atau
toleran dengan menganggap perilaku, hukum dan ibadah. Bersikap berlebihan dalam
menjalankan ritual agama yang tidak pada tempatnya. Mutlak dalam berinteraksi, keras
dalam berbicara terutama terkait apa yang diyakininya dan emosional dalam berdakwah atau
menyampaikan pendapat. Mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya
yang tidak sepaham. Mudah mengafirkan atau memberi label takfiri orang atau kelompok
lain yang berbeda pendapat.
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 2018 tentang Tindak Pidana Terorisme Anti-
Pancasila Antikebhinekaan Anti-NKRI Anti-Undang-Undang Dasar 45.
Contoh Terorisme di Indonesia
1. Bom Bali I Tiga bom meledak di Bali pada 12 Oktober 2002. Ledakan ini menewaskan 202
orang yang sebagian warga negara asing dan ratusan orang luka. Ledakan pertama terjadi di
depan Diskotek Sari Club, Jalan Legian, Kuta. Tidak berselang lama, ledakan kedua terjadi
Diskotek Paddy’s yang berada di seberang Sari Club. Setelah itu, ledakan ketiga terjadi
sekitar 100 meter dari Konsulat Amerika Serikat di wilayah Renon, Denpasar. Selain korban
jiwa, ledakan bom ini juga merusak bangunan-bangunan di sekitar lokasi kejadian. Polisi
kemudian menangkap Amrozi, Imam Samudra alias Abdul Aziz, Ali Ghufron, Ali Imron,
Mubarok alias Utomo Pamungkas, dan Suranto Abdul Gani. Tersangka lain, Dulmatin, tewas
saat penangkapan. Mereka terbukti bersalah melalui pengadilan karena melakukan
pengeboman tersebut. Dalam persidangan, terungkap bahwa para pelaku merupakan anggota
JI.
2. Bom JW Marriot Bom berdaya ledak mirip dengan ledakan bom Bali meledak di Hotel JW
Marriot di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, 5 Agustus 2003. Ledakan tersebut menewaskan
14 orang dan membuat 156 orang luka-luka. Ledakan ini merupakan yang kelima selama
2003. Empat ledakan bom sebelumnya terjadi di lobi Wisma Bhayangkara, belakang gedung
PBB, bandara Soekarno-Hatta, dan halaman gedung MPR/DPR/DPD. Pelaku teror ini
merupakan kelompok JI. Para pelaku yang terlibat telah divonis tujuh sampai 12 tahun
penjara.
B. Saran
Saran saya sebagai mahasiswa adalah menumbuhkan sikap yang benar dengan memilih
dengan baik untuk berorganisasi dalam masyarakat.
Menyebarkan tindakan anti radikalisme dalam skala masyarakat yang besar supaya
dijangkau semua masyarakat dengan adanya ini maka masyarakat akan mengerti bahayanya
radikalisme dan terorisme untuk negara karena akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.