Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radikalisme agama dan Terorisme merupakan tema besar yang akan
selalu hadir di tengah masyarakat indonesia dibayak lapisan lapisan kehidupan
masyarakat baik masyarakat industrial maupun ekonomi.Perspektif sosiologis
berkaitan sangat erat dengan adanya radikalisme agama dan terorisme,dalam
perspektif sosiologi kajian sosiologi akan memberikan uraian mengenai fenomena
radikalisme dari aspek latar belakang sosial,para aktor,pendukung dan kapital
kapital yang ada dibalik gerakan radikalisme dan terorisme tersebut.
Indonesia adalah negara multikultur,multireligius,dan multietnis.Adanaya
budaya yang ada saat ini merupakan warisan sejarah budaya bangsa indonesia
dari era sebelmu merdeka hingga saat ini yang sampai kapanpun tidak bisa ditolak
dan digantikan keberadaannya,sehingga hal tersebutlah yang menentukan respon
respon pemerintah negara indonesia dalam menentukan arah kebijkan negara yang
menyangkut seluruh komponen masyarakat indonesia.Terbuka lebarnya
kesempatan untuk ikut serta dalam aktivitas politik di Indonesia secara tidak
langsung menjadi faktor pendorong tumbuh suburnya organisasi organisai radikal
yang dapat mengancam keutuhan NKRI meskipun hal ini merupakan ciri khas
negara demokrasi,timbulnya organisasi organisasi radikal radikal akan
memperkuat akar paham radikal agama.Paham agama yang radikal sangatlah
mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara karena seyogyanya paham
agama dapat diartikan sebagai suatu sistem pengetahuan yan mampu menjadi
suatu “kontra-diskursus” atau “kontra-hegemoni” terhadap ideologi ideologi serta
tindakan tindakan yang dominan pada masanya.Sanagatlah penting bagi suatu
negara untuk memahami fenomena radikalisme dan terorisme yang sedsang
terjadi sehingga tidak menimbulkan masalah multiefek bagi negara tersebut
1.2 Rumusan masalah
1. jelaskan pengertian,ciri dan tujuan paham radikalisme, dan terorisme?
2. jelaskan sejarah dan latar belakang munculnya paham tersebut?
3. bagaimana kasus paham radikasime ekstrim dan terorisme ?
4. berikan mahasiswa menanggapi mengenai paham tersebut?

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Agama yang diberikan kepada Penulis serta agar mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa dapat memahami pengertian dari radikalisme dan
terorissme.
1.4 Manfaat
1. Memberikan suatu gambaran bagaimana fenomena politik internasional
mengenai paham radikalisme,ekstrim dan terorisme
2. Menaruh minat dan mendorong pembaca terutama mahasiswa untuk
meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap politik internasional
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme


1.1 Pengertian Paham Radikalisme
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang
mengingikan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah
konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu Radikalisme
Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis
dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
Radikalisme dalam sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut
dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham / aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa,dalam artaian sebagian kelompok
radikalisme ini berpikir bahwa hanya merekalah yang paling benar dan mereka
tidak mau menerima
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan
kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka.
Sementara Islam merupakan agama kedamaian. Islam tidak pernah membenarkan
praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan
serta paham politik.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan
teroris.Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara
keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan
radikal tersebut. defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung
sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan
mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru.Makna
yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan bahkan bisa
menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan.
1.2 Pengertian Paham Ekstrim
Ekstremisme adalah paham atau keyakinan yang sangat kuat terhadap
suatu pandangan yang melampaui batas kewajaran dan bertentangan dengan
hukum yang berlaku. Paham ekstremisme sering menggunakan cara atau gerakan
yang bersifat keras dan fanatic dalam mencapai tujuan. Ekstremisme
mengakibatkan pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang lain,
menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan
antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga
mengakibatkan perpecahan.
Ekstrimisme adalah bentuk penyalahgunaan kegiatan berpolitik yang
memanfaatkan kelompok atau organisasi minoritas.sementara itu Istilah
Ekstremisme adalah untuk menggambarkan sebuah doktrin atau sikap baik politik
maupun agama dalam menyerukan aksi dengan segala cara untuk mencapai
tujuannya. Ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam beragama, tepatnya
menerapkan agama secara kaku dan keras hingga melewati batas
kewajaran. Kata ekstrimisme diterjemahkan kedalam bahasa arab
dengan ‫ فر طت‬yang artinya pendirian yang radikal, melebihi batas, sedangkan
kata ‫ فر ّطت‬dipadankan maknanya dengan kata‫ ولغ‬berlebihan, ketidak
wajaran Sedangkan ekstrimisme dengan pengertian yang lebih luas
mencakup :
1. Kepanatikan (ta’ashub) pada satu pendapat dan tak mengakui pendapat yang
lainnya dan Tidak bisa meme\bedakan nilai-nilai agama dan cenderung bersikap
keras dan kasar.
2. Cenderung buruk sangka dan mudah mengkafirkan orang yang berbedadengan
pahamnya.
- Ekstrimisme Kanan (Fundamentalis Agama)
Ekstrimisme kanan adalah istilah yang mengacu kepada segmen spektrum
politik yang biasanya dihubungkan dengan konservatisme, liberalisme klasik,
kelompok kanan agama.
- Ekstrimisme Kiri (Komunis)
Kelompok yang biasanya dihubungkan dengan aliran sosialis atau demokrasi
sosial.
1.3 Pengertian Paham Terorisme
Menurut Mark Juergensmeyer, terorisme berasal dari bahasa latin, Terrere
yang berarti menimbulkan rasa gemetar dan rasa cemas. Sedang dalam bahasa
Inggris to terrorize berarti menakuti-nakuti. Terrorist berarti teroris, pelaku teroris.
Terrorism berarti membuat ketakutan, membuat gentar. Terror berarti ketakutan
atau kecemasan.
Teror secara etimologi berarti menciptakan ketakutan yang dikalukan oleh
orang atau golongan tertentu. Sementara terorisme adalah paham yang
menggunakan kekerasan untuk menciptakan ketakutan dalam usaha mencapai
tujuan
Terorisme dapat dipandang dari berbagai sudut ilmu: Sosiologi,
kriminologi, politik, psikiatri, hubung-an internasional dan hukum, oleh karena itu
sulit merumuskan suatu definisi yang mampu mencakup seluruh aspek dan
dimensi berbagai disiplin ilmu tersebut.
Ancaman atau penggunaan kekerasan secara ilegal yang dilakukan oleh
aktor non-negara baik berupa perorangan maupun kelompok untuk mencapai
tujuan politis, ekonomi, religius, atau sosial dengan menyebarkan ketakutan,
paksaan, atau intimidasi menjelaskan definisi dari terorisme
. Terorisme didasarkan pada kekerasan sistematis dan purposif, yang
dirancang untuk mempengaruhi pilihan politik tiap individu/aktor, lebih dari
sekedar untuk menimbulkan korban atau kerusakan material. Untuk mencapai
pengaruh politik, terorisme tergantung pada kekuatan untuk membangkitkan
emosi publik, kelompok netral, pendukung, dan kontra
Menurut Konvensi PBB tahun 1937, Terorisme adalah segala bentuk
tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud
menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau
masyarakat luas.
US Department of Defense tahun 1990. Terorisme adalah perbuatan
melawan hukum atau tindakan yang mengan-dung ancaman dengan kekerasan
atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau
mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau
idiologi.
Terorisme sesungguhnya terkait dengan beberapa masalah mendasar,
antara lain, pertama, adanya wawasan keagamaan yang keliru. Kedua,
penyalahgunaan simbol agama. Ketiga, lingkungan yang tidak kondusif yang
terkait dengan kemakmuran dan keadilan. Kempat, faktor eksternal yaitu adanya
perlakuan tidak adil yang dilakukan satu kelompok atau negara terhadap sebuah
komunitas. Akibatnya, komunitas yang merasa diperlakukan tidak adil bereaksi.

1.4 Perbedaan Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme


Perbedaan radikalisme ekstrim dan terorisme. Radikalisme adalah kebija-
kan dan terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut defenisi Dawinsha
lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada
tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan
menggantinya dengan gagasan
baru. Radikalisme adalah memegang teguh
suatu prinsip dan berusaha merubah sesuatu berdasarkan prinsipnya tersebut
(biarpun harus menggunakan kekerasan). dia tidak setuju dengan sesuatu yang
berbeda/bertentangan dengan prinsipnya tersebut,sedangkan terosisme adalah
serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror
terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak
tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba
dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Gerakan radikal adalah gerakan perubahan yang mengakar atau mendasar,
contohnya adalah keinginan sekelompok orang yang ingin mengubah idiologi
Negara. perkembangannya pemikiran radikal sering dibarengi oleh oknum-oknum
anarkis dan Vandalisme (kegiatan kriminal yang menghancurkan, merusak).
Faktanya Terorisme lebih mendekati Vandalisme, daripada Radikalisme. Aksi
para teroris bukan merupakan gerakan radikal yang sesungguhnya. Karena
terorisme hanya menyebar rasa takut, bukan merupakan sebuah perubahan yang
radikal.
2.Ciri Ciri Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme
2.1 Ciri Ciri Paham Radikalisme
Syaikh Yusuf Qordawi mengungkapkan bahwa kelompok fundamentalis
radikal yang fanatik dapat dicirikan oleh beberapa karakter, sebagai berikut:
1. Acapkali mengklaim kebenaran tunggal. Sehingga mereka dengan mudahnya
menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat dengannya. Mereka
memposisikan diri seolah-olah "nabi" yang diutus oleh Tuhan untuk meluruskan
kembali manusia yang tak sepaham dengannya.
2. Cenderung mempersulit agama dengan menganggap ibadah mubah atau sunnah
seakan-akan wajib dan hal yang makruh seakan-akan haram. Sebagai contoh ialah
fenomena memanjangkan jenggot dan meninggikan celana di atas mata kaki. Bagi
mereka ini adalah hal yang wajib.. Jadi mereka lebih cenderung fokus terhadap
kulit daripada isi.
3. Mereka kebanyakkan mengalami overdosis agama yang tidak pada tempatnya.
Misalnya, dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual, "step by
step", yang digunakan oleh Nabi dan Walisanga. Sehingga bagi orang awam,
mereka cenderung kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional
dalam menyampaikan. Tetapi bagi mereka sikap itu adalah sebagi wujud
ketegasan, ke-konsistenan dalam berdakwah, dan menjunjung misi "amar ma'aruf
nahi munkar". Sungguh suatu sikap yang kontra produktif bagi perkembangan
dakwah Islam ke depannya.
4. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Mereka mudah
berburuk sangka kepada orang lain yang tak sepaham dengan pemikiran serta
tindakkannya. Mereka cenderung memandang dunia ini hanya dengan dua warna
saja, yaitu hitam dan putih.
5. Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan,
penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian
massa/publik.
2.2. ciri ciri paham ekstrim
Dr. Yusuf Qardhawi menjelaskan ciri-Ciri Islam ekstrim, diantaranya adalah:
1. Fanatik pada suatu pendapat dengan fanatisme yang keterlaluan, sehingga tidak
mau mengakui keberadaan pendapat lain,
2. Kebanyakan orang mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan
Allah atas mereka,
3. Memperberat yang tidak pada tempatnya,
4. Sikap kasar dan keras, dan Buruk sangka terhadap manusia.

2.3 ciri ciri paham terorisme


Menurut beberapa literatur dan referensi termasuk surat kabar dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri terorisme adalah :
a. Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
b. Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk
mencapai tujuan.
c. Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama,
hukum dan HAM.
d. Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk
menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi yang luas.
e. Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman,
penculikan, penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik
perhatian massa/public
ciri-ciri kepribadian dari para terorisme tersebut:
1. Sangat Fanatik kelompok
2. Berasal dari kampung atau desa/Berpendidikan rendah
3. Berpegang teguh makna lahiriyah (tekstual) soal jihad;
4. Ketat dalam beribadah,Terdiri dari pemuda-pemuda Sangat berani mati
5. Menentang kekuasaan pemerintah yang ada
6. Suka membawa Al-Qur’an
7. Keras dan beringas/Kuat solidaritas sesame
8. Slogan-slogan keimanan: ”Allahu Akbar”; dan Fanatisme buta.
• Ciri-ciri pemikiran politik dan teologi mereka:
a. Setiap muslim harus mengikuti cara dan gaya hidup mereka;
b. Harus menghindar dari pemerintah
c. Khalifah dipilih secara bebas
d. Orang yang bersekutu dengan AS, Inggeris, Australia adalah kafir
e. AS, Inggeris, dan Australia adalah kafir yang harus dibasmi
f. Memutarbalikan nash, dan data keagamaan
g. Pemimpin Negara haruslah Khalifah bukan Presiden, dan
h. Demontrasi, penculikan, intimidasi, anarkisme, peledakan, dan teror fisik dan
pemikiran.

3.Tujuan Paham radikalisme,ekstrim dan terorisme


3.1 Tujuan Paham Radikalisme
Tujuan radikal adalah mengadakan perubahan sampai keakarnya dan untuk
ini selalu menggunakan metode kekerasan serta menentang struktur masyarakat
yang ada. Mempunyai program yang cermat dan memiliki landasan filsafat unutk
membenarkan adanya rasa ketidakpuasan dan mengintrodusir inovasi-inovasi.
Radikalisme erat sekali hubungannya dengan revolusi.

3.2 tujuan paham ekstrim


Tujuan Ekstremisme adalah paham atau keyakinan yang sangat kuat terhadap
suatu pandangan yang melampaui batas kewajaran dan bertentangan dengan
hukum yang berlaku. Paham ekstremisme sering menggunakan cara atau gerakan
yang bersifat keras dan fanatic dalam mencapai tujuan. Ekstremisme
mengakibatkan pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang lain,
menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan
antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga
mengakibatkan perpecahan.

3.3 tujuan paham terorisme


Tujuan Jangka Pendek, meliputi
a. Memperoleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun
dunia internasional atas perjuangannya.
b. Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat
mengakibatkan keresahan di masyarakat.
c. Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau
aparat keamanan lainnya.
d. Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan
mengamankan rakyatnya. Memperoleh uang atau perlengkapan.
Tujuan Jangka Panjang, meliputi :
1. Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang
saudara atau perang antar negara.
2. Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang
gerilya.
4. Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal,
nasional, regional atau internasional.
5. Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu
suku bangsa atau kelompok nasional, misalnya PLO.
tujuan dari aksi terorisme yang dilakukan, antara lain adalah:
1. Terorisme Negara, yaitu aksi teror yang dilakukan oleh penguasa daerah atau
negara, guna mengontrol penduduknya demi kekuasaannya tersebut. Contohnya
adalah pemerintahan yang diktator, seperti Revolusi Prancis (1793).
2. Terorisme Keagamaan, yaitu aksi teror yang dilandasi oleh ideologi agama,
pelaku sangat fanatis akan ideologinya hingga rela untuk mengorbankan
nyawanya demi tercapainya suatu tujuan, misalnya bom bunuh diri klompok Al-
Qaida.
3. Terorisme Sayap Kanan, yaitu aksi teror yang bertujuan memerangi pemerintah
liberal dan melestarikan tatanan sosial tradisonal, contohnya adalah Klu Klux
Klan dan Neo-Fasis (Akhmad Jenggis P, 2012: 137).
4. Terorisme Sayap Kiri, adalah usaha menggulingkan demokrasi kapitalis dan
membangun pemerintahan komunis, seperti Partai Front Pembebasan Rakyat
Revolusioner di Turki, Organisasi Revolusioner 17 November di Yunani, dan
Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) di kolombia (Adi
Sulistyo, 2014: 06).
5. Terorisme Patologis, aksi teror individu yang tidak jelas motifnya,yaitu seperti
aksi penembakan pada beberapa sekolah di Amerika dan Eropa. 6.
6. Terorisme Berorientasi Isu, adalah aksi teror yang bertujuan untuk memajukan
isu tertentu, biasanya terkait dengan masalah sosial seperti Pemboman gedung
atau kapal penangkap paus. 7.
7. Terorisme Separatis, aksi teror kaum minoritas dalam suatu negara yang
menginginkan kemerdekaan sendiri,seperti klompok Kurdish PKK di Turki,
Quebec Liberation Front (QLF) di Canada, dan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
di Indonesia. 8.
8. Narko-terorisme, adalah aksi teror yang dilakukan bertujuan untuk
mempermudah penjualan narkoba, contonya adalah Kartel di Negara
Meksiko,Narcoteroris di Myanmar yang dikenal dengan sebutan United War State
dan Yakuza di negri Sakura.

4.Latar Belakang Paham Radikalisme ,Ekstrim,Terorisme


4.1 Latar Belakang Paham Radikalisme
Sepuluh tahun terkhir dunia (Islam), termasuk Indonesia, terus diguncang
berbagai tindakan terorisme, anarkisme, dan radikalisme beragama. Realitas ini
jelas bukan sesuatu yang lumrah dan tidak menyenangkan bahkan justru
dapatmenghancurkan citra Islam. Hal itu secara otomatis telah menjadi tugas bagi
paraulama dan pemimpin Islam dunia dengan bersama-sama merapatkan barisan,
berpegangan tangan untuk maju bersama dalam membangun dan mengembalikan
peran dan posisi Islam sebagai agama yang ´rahmatan Lil alamin.
Sehingga kita mulai bertanya mengapa radikalisme agama itu bisa terjadi?
Mengapa agama dijadikan kendaraan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai hakiki dari agama itu sendiri? Menurut Horace
M.Kallen (1972), radikalisme ditandai tiga kecenderungan umum. Pertama, radi-
kalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung.
Respons ini muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan.
Masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yangdapat
bertanggung jawab terhadap kelangsungan keadaan yang ditolak.
Kedua,radikalisme tak berhenti berhenti pada upaya penolakan, melainkan terus
berupaya mengganti tatanan lain. Ciri ini menunjukkan dalam radikalisme
terkandung pandangan tersendiri. Kaum radikalis berupaya kuat menjadikan
tatanan tersebutganti dari tatanan yang sudah ada.
Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA(2004:25) menyatakan bahwa munculnya
kelompok-kelompok radikal (dalamIslam) akibat perkembangan sosio-politik
yang membuat termarginalisasi, danselanjutnya mengalami kekecewaan, tetapi
perkembangan sosial-politik tersebut bukan satu-satunya faktor. Di samping
faktor tersebut, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan
kelompok-kelompok radikal, misalnya kesenjangan ekonomi dan ketidak-
mampuan sebagian anggota masyarakat untuk memahami perubahan yang
demikian cepat terjadi.Selain karena faktor tersebut, radikalisme terjadi karena
beberapa faktor lain,yaitu:
a) Faktor Pemikiran:
Merebaknya dua trend paham yang ada dalam masyarakat Islam, yang
pertamamenganggap bahwa agama merupakan penyebab kemunduran ummat
Islam.Sehingga jika umat ingin unggul dalam mengejar ketertinggalannya maka ia
harusmelepaskan baju agama yang ia miliki saat ini. Pemikiran ini merupakan
produk sekularisme yang secara pilosofi anti terhadap agama.Sedang pemikiran
yangkedua adalah mereflesikan penentangannya terhadap alam relaitas
yangdianggapnya sudah tidak dapat ditolerir lagi, dunia saat ini dipandanganya
tidak lagi akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt, penuh dengan
kenistaan,sehingga satu-satunya jalan selamat hanyalah kembali kepada agama.
Namun jalan menuju kepada agama itu dilakukan dengan cara-cara yang sempit,
keras,kaku dan memusuhi segala hal yang berbau modernitas.Pemikiran ini
merupakananak kandung dari pada paham fundamentalisme.
b) Faktor Ekonomi :
Stabilitas politik yang diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan
bagi rakyat adalah cita-cita semua Negara. Kehadiran para pemimpin yang adil,
berpihak pada rakyat, tidak semata hobi bertengkar dan menjamin kebebasan
danhak-hak rakyat, tentu akan melahirkan kebanggaan dari ada anak negeri untuk
selalu membela dan memperjuangkan negaranya. Mereka akan sayang dan
menjaga kehormatan negaranya baik dari dalam maupun dar
luar. Namunsebaliknya jika politik yang dijalankan adalah politik kotor, politik
yang hanya berpihak pada pemilik modal, kekuatan-kekuatan asing, bahkan
politik pembodohan rakyat, maka kondisi ini lambat laun akan melahirkan
tindakanskeptis masyarakat. Akan mudah muncul kelompok-kelompok atas nama
yang berbeda baik politik, agama ataupun sosial yang mudah saling menghancur-
kan satu sama lainnya.
c) Faktor Sosial:
Diantara faktor munculnya pemahaman yang menyimpang adalah adanya
kondisikonflik yang sering terjadi di dalam masyarakat. Banyaknya perkara-
perkara yangmenyedot perhatian massa yang berhujung pada tindakan-tindakan
anarkis, padaakhirnya melahirkan antipati sekelompok orang untuk bersikap
bercerai denganmasyarakat. Pada awalnya sikap berpisah dengan masyarakat ini
diniatkan untuk menghindari kekacauan yang terjai.Namun lama kelamaan sikap
ini berubahmenjadi sikap antipati dan memusuhi masyarakat itu sendiri.
Terdapat kesalahpahaman di tengah sebagian masyarakat dalam menyikapi
tindakan radikalisme, dimana mereka berasumsi bahwa tindakan radikal hanya
dilakukan oleh orang yang fanatik dalam beragama.
Terdapat sebagian pihak yang memanfaat isu radikalisme untuk menghambat
laju perjalanan dakwah sunnah di bumi nusantra ini. Dan menyebarkan informasi
yang menyesatkan di media masa bahwa radikalisme disebabkan oleh kepanatikan
terhadap ajaran Islam.

4.2 Latar Belakang Paham Ekstrim


Seseorang dikatakan ekstrimis bila :
• Sangat antusias dan sangat berlebihan dalam tindakan yang tidak tepat, karena
terlalu memfokuskan diri pada interpretasi pribadi yang berlebihan dalam melihat
dunia ini.
• Hanya memperhatikan logika berpikir dari perilaku mereka sendiri, pemikiran
pihak lain lewat, dan cenderung close mind.
• Tidak berempati terhadap pihak lain dan cenderung tidak manusiawi terhadap
korban2 mereka
Ada kerancuan dalam melihat kecenderungan esktremisme selama ini.
Biasanya pihak-pihak yang memiliki perhatian (concern) terhadap hal ini lebih
terfokus kepada akibat yang ditimbulkan oleh ekstrimisme dan tidak peduli
dengan penyebab atar akar dari tumbuhnya ekstremisme itu sendiri.. ada beberapa
faktor ektrimisme, khususnya ekstrimisme agama, antara lain:
1.Ketidak tahuan (ignorant)
Pengalaman mengajarkan bahwa tumbuhnya kebencian, baik di dalam
hubungan antar agama maupun intra agama, seringkali disebabkan oleh paham
ekstrim yang terbangun di atas asas ketidak tahuan. Orang-orang Islam misalnya
membenci orang lain, pada umumnya tidak pernah belajar tentang mereka atau
bahkan memang tidak tahu meraka sama sekali. Namun demikian di atas ketidak
tahuan itu mereka membangun berbagai hipotesis atau ausmsi-asumsi yang tidak
pernah dan tidak mau
diklarifikasi. Sebagai contoh
ekstrim ambillah misalnya hubungan Muslim-Yahdui. Sejak pertama kali
Rasulullah SAW tiba di Madinah, interaksi positif antara Rasulullah SAW dan
komunitas cukup harmonis. Rasulullah SAW membangun relasi dengan mereka
secara baik, baik pada tataran individu maupun sosial. Rasulullah SAW secara
pribadi dalam sejarah diketahi pernah meminjam uang dari seorang
Yahudi.
2.Penyesatan media
Beberapa tahun lalu ada 4 orang Muslim keturunan Gayana dan Trinidad
yang ditangkap di kota New York. Tuduhannya karena mereka akan membom dua
buah sinagog Yahudi di derah Riverdale, New York. Untuk menangkis
tumbuhnya kesalah pahaman dan ketakutan kepada masyarakat Muslim saya
mencoba meredam (damage control) dengan mengundang seorang Rabbi Yahudi
ke masjid dan melakukan konferensi bersama mengutuk rencana jahat itu.Singkat
cerita, konferensi pers itu memang dimuat oleh beberapa media, termasuk CBS.
Tapi disayangkan hanya sekilas dan tidak menjadi “break in news” atau front page
news di surat-surat kabar. Sebaliknya, dua hari setelah acara konferensi per situ
ada seorang Imam masjid kecil di Peshawar, Pakistan memberikan ceramah dan
mendukung rencana pemboman itu. Serentak semua media memberitakan bahwa
Imam dan komunitas Muslim mendukung recana pemboman sinagog Yahudi di
kota New York.
Ketidak seimbangan berita tersebut menjadikan banyak juga orang-orang Amerika
yang termakan, khususnya di kota New York. Diakui atau tidak, menaiknya
sentiment anti Islam atau Islamophobia memang seringkali dipicu oleh
pemberitaan media yang tidak imbang itu.
3.Generalisasi sejarah
ketika Islam masuk ke Andalusia terjadi dengan peperangan dahsyat. Lalu
padahal Islam masuk ke Indonesia tanpa peperangan dan kekerasan. Dan hingga
kini Indonesia menjadi saksi hidup sebagai negara Muslim terbesar di
dunia.Generalisasi sejarah ini seringkali menyulut kebencian, atau minimal
kecurigaan yang besar terhadap orang lain. Sekaligus menumbuhkan paham dan
sikap ekstrim sebagai akibat dari kecurigaan itu. Mungkin contoh terdekat adalah
serangan 9/11 yang oleh sebagian kecil orang-orang Amerika dijadikan sejarah
umum bahwa kejadian itu menjadikan mereka harus berhati-hati dengan orang
Islam.
4.Terabaikannya keadilan
Irak misalnya, bertahun-tahun hidup dalam kegemilangan perekonomian
sebagai produsen minyak terbesar kedua setelah Saudi Arabia. Tetapi Saddam
Husain yang diberikan kesempatan tersebut justeru dipakai untuk membangun
kezaliman-kezaliman terhadap mereka yang dianggap lawan-lawan politiknya.
Akhirnya kita menyaksikan apa yang terjadi.Oleh karena itu dapat dipastikan
bahwa ekstrimisme tidak dapat dilepaskan dari hilangnya rasa keadilan dalam
masyakarat. Keadilan adalah kehidupan dan kehidupan tidak dapat dibeli dengan
uang. Ada penguasa yang mencoba meredam kebebasan rakyatnya dengan
memberikan kompensasi keuangan yang cukup besar. Tapi sekali lagi keadilan
tidak dapat sekedar diukur dengan uang atau ekonomi.
5.Kemiskinan
Melihat kepada kejadian-kejadian ekstrim dan terror, pada umumnya terjadi
atau tepatnya dilakukan oleh orang-orang yang secara ekonomi terbelakang.
Ambillah misalnya bom Bali. Pelakunya adalah anak-anak desa yang memang
dikenal secara ekonomi sangat terbelakang.
6.Politisasi agama
Ketika masyarakat Muslim New York akan mendirikan Islamic Center dua
blok dari Ground Zero. Proyek tersebut dimulai Desember 2009 dan tidak ada
yang mempermasalahkan. Tapi ketika aka nada pemilihan gubernur New York,
salah seorang calon dari Republikan menjadikannya sebagai alat kampanye.
Dikampanyekan bahwa Islamic Center tersebut akan menjadi simbol kemenangan
Islam atas Amerika. Tujuannya adalah membakar sentiment masyarakat New
York agar marah kepada komunitas Muslim dengan harapan dia akan dilihat
sebagai pahlawan.
7.Interpretasi teks-teks agama
Pemahaman teks-teks agama memang seringkali dan sebenarnya boleh jadi
faktor yang paling berbahaya dalam menumbuh suburkan ektrimisme. Bahayanya
adalah karena pemahaman ini terkadang dianggap ‘absolut’ sehingga apapun akan
dibela bahkan dengan tetesan darah. Sebaliknya menjadi sangat mudah menuduh
mereka yang berseberangan sebagai “keluar” dari rumah Islam atau kafir karena
berbeda pendapat.
4.3 Latar Belakang Paham Terorisme
islam dan teroris merupakan dua kata yang berlawanan dan tidak bisa
disamakan. Islam merupakan agama monoteis yang menuntut kepatuhan total
kepada Tuhan. Islam adalah berarti kedamaian (salam), kebaikan, dan
keselamatan.. Sedangkan terorisme, meski memiliki banyak definisi, merupakan
tindakan kekerasan terencana dan bermotivasi politik yang dilakukan terhadap
orang-orang tak bersenjata atau penduduk sipil.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak dipahami oleh orang
tertentu cukup dijadikan alasan untuk melakukan teror. Berikut ini adalah potensi-
potensi terorisme tersebut :
Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan Indonesia.
Beberapa kali negara lain melakukan pelanggaran masuk ke wilayah Indonesia
dengan menggunakan alat-alat perang sebenarnya adalah bentuk terorisme. Lebih
berbahaya lagi seandainya negara di tetangga sebelah melakukan terorisme
dengan memanfaatkan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan dan kurang
diperhatikan oleh negera. Nasionalisme yang kurang dan tuntutan kebutuhan
ekonomi bisa dengan mudah orang diatur untuk melakukan teror.
Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas kebijakan
negara. Misalnya bentuk-bentuk teror di Papua yang dilakukan oleh OPM.
Tuntutan merdeka mereka ditarbelakangi keinginan untuk mengelola wilayah
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Perhatian pemerintah yang dianggap
kurang menjadi alasan bahwa kemerdekaan harus mereka capai demi
kesejahteraan masyarakat. Terorisme jenis ini juga berbahaya, dan secara khusus
teror dilakukan kepada aparat keamanan.
Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi
tertentu. Pemikiran sempit dan pendek bahwa ideologi dan dogma yang berbeda
perlu ditumpas menjadi latar belakang terorisme. Bom bunuh diri, atau aksi
kekerasan yang terjadi di Jakarta sudah membuktikan bahwa ideologi dapat
dipertentangkan secara brutal. Pelaku terorisme ini biasanya menjadikan orang
asing dan pemeluk agama lain sebagai sasaran.
Teror yang dilakukan oleh masyarakat kepada dunia usaha, beberapa
demonstrasi oleh masyarakat yang ditunggangi oleh provokator terjadi secara
anarkis dan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Terlepas
dari siapa yang salah, tetapi budaya kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat
adalah suatu bentuk teror yang mereka pelajari dari kejadian-kejadian yang sudah
terjadi.
Adapun faktor-faktor yang mendorong terbentuknya terorisme:
1. Faktor ekonomi
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif
utama bagi para terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang
semakin tidak menentu dan kehidupan sehari-hari yang membikin resah orang
untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus bekerja keras
untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang gerah
untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam
orang, bunuh diri, dan sebagainya.
2. Faktor sosial
Orang-orang yang mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu
kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam
keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata social yang membentuk pribadi
kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan kepribadian seseorang dalam
melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk oleh
kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan
sama dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau
radikal.
3. Faktor Ideologi
Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya.
Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati
dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi
masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Dalam hal ini terorisme
yang ada di Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang mereka
miliki.

5. Contoh paham radikalisme ,ekstrim dan terorisme internasional dan


domestik
5.1 contoh paham radikalisme
Internasional

ISIS disebut sebagai gerakan atau kelompok ekstremis radikal karena


tindakan yang dilakukannya sangat sadis, salah satunya dengan memenggal
kepala korbannya. ISIS mengikuti ekstrem anti-Barat, mempromosikan kekerasan
agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai
kafir dan murtad Oleh karena cara yang dilakukannya radikal dan biadab, ISIS
menjadi perhatian khusus masyarakat internasional. Bukan hanya karena jumlah
korbannya telah mencapai ribuan, namun juga karena kelompok tersebut terus
melakukan ekspansi dan menduduki wilayah-wilayah di Irak dan Suriah. Serta,
menimbulkan teror bagi masyarakat internasional karena korban yang dipenggal
acap kali ditampilkan lewat media sosial. Mereka tidak peduli siapa pun
korbannya, baik warga sipil, anak-anak dan perempuan, militer serta jurnalis.
September 2014 sekitar 9.347 warga sipil tewas di tangan ISIS. Berdasarkan
data PBB, pada Juni 2014 ISIS juga membantai sekitar 1.500 tentara Irak dan
petugas keamanan dari bekas markas militer AS (Reuters.com 2014). ISIS juga
menjadikan ratusan gadis sebagai budak seks, merekrut anak-anak sebagai
pasukan, melakukan penculikan dan pemerkosaan, penjarahan, perusakan fasilitas
publik, serta berbagai bentuk kekerasan dan tindakan radikal. Beberapa negara,
termasuk PBB, kemudian menyebutnya sebagai organisasi teroris yang
mengancam keamanan dunia.
Atas dasar itu, pada 15 September 2014, sebanyak 40 negara, termasuk
sepuluh negara-negara Arab, bertemu di Paris untuk membahas strategi
melumpuhkan ISIS yang dipandang telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan
mengancam dunia internasional. Hasilnya, pasukan koalisi internasional yang
dipimpin AS bersama beberapa negara kemudian melancarkan serangan militer
terhadap ISIS. Begitu juga PBB, menjadikan ISIS sebagai pembahasan di Sidang
Umum maupun Sidang Dewan Keamanan PBB, yang melahirkan misalnya
resolusi terkait ISIS sebagai organisasi teroris dan resolusi pejuang asing.
Domestic
a. Jamaah Salafi (Bandung)
Di Bandung, Abu Haedar adalah tokoh utama salafi, Gerakan salafi dipengaruhi
oleh gerakan Wahabi di Saudi Arabia. Muhammad Bin Abdul Wahab adalah
pendiri Wahabi yang berusaha mengubah wajah Islam sebelumnya agar sesuai
dengan yang dipraktekkan oleh Nabi. salafi berusaha melakukan purifikasi, karena
Islam yang ada dianggap terkotori oleh pengaruh atau praktek dan pemikiran yang
tidak berasal dari sahabat Nabi. Karena itulah, mereka dalam hal ini selalu
menolak pemikiran-pemikiran baru yang datang dari ulama atau intelektual Islam
lain selain kelompok mereka.misalnya, berbeda pendapat dengan apa yang
dilakukan oleh kelompok Islam lain yang menghancurkan beberapa tempat yang
dianggap maksiat.

b.Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS)


Di Surakarta, gerakan radikal Islam pernah muncul di zaman Orde Baru. tokoh
utama gerakan tersebut adalah Abu Bakar Basyir yang harus menyingkir ke
negara tetangga. Konflik Ambon tahun 1999 merupakan faktor pendorong
munculnya gerakan ini karena terjadinya pembantaian umat Islam oleh kalangan
Kristiani di Ambon.
Dengan prinsipnya untuk amar ma'ruf nahi munkar, FPIS telah tampil sebagai
kelompk yang lebih "berani" dibandingkan dengan organisasi lain yang ada di
Surakarta, tampilan FPIS dengan kegiatannya untuk melawan kemaksiatan telah
memberi kesan bahwa organisasi ini radikal. Pandangan awam seperti ini
terdukung oleh penampilan keseharian FPIS yang biasa menggunakan baju putih
dengan sorban dan jidat berwarna hitam serta jenggot bergelajut di wajah mereka,
suatu stereotip yang biasanya melekat pada kaum fundamentalis garis
keras.Kalangan pemimpin maupun pendukung FPIS, misalnya, merespon dan
bahkan mengecam Abdurahman Wahid, sebagai presiden RI yang dinilai "anti"
formalisasi syariat Islam seperti dia perlihatkan melalui ketidaksetujannya
terhadap Piagam Jakarta. Dukungan FPIS terhadap Piagam Jakarta karena dalam
piagam tersebut
c. Front Pembela Islam (FPI)
Kelahiran FPI secara resmi dideklarasikan pada tanggal 17 agustus 1998 di
Pondok Pesantren Al Umm, Cempaka Putih, Ciputat. Organisasi ini sejak pertama
kali dideklarasikan hingga saat ini dipimpin oleh seorang habieb yang masih
cukup muda, yaitu Habieb Muhammad Rizieq Shihab.
Dasar berdirinya FPI sendiri menurut Habieb Rizieq lebih dilatari oleh
keprihatinan terhadap semakin maraknya tindak kemaksiatan dan pornografi.
Sementara aparat keamanan yang semestinya memberantas berbagai macam
kemaksiatan tersebut seperti tidak berdaya dan bahkan membiarkan begitu saja.
e. Majelis Mujahidin Indonesia
Lahir pada masa transisi politik, dan kemudian banyak menyita perhatian. MMI
ini di deklarasikan melalui sebuah kongres yang cukup meriah pada tanggal 5-6
agustus 2002 di Yogyakarta. Yang melatar belakangi diadakanya kongres ini
adalah diilhami sebuah semangat untuk mendzahirkan syariah ilahi dan dilatari
oleh kesadaran akan pentingnya menyelaraskan langkah perjuangan utnuk
menuntaskan persoalan krisis dan krusial keumatan maupun kemanusiaan, yaitu
tegaknya syariah Islam.
Konsolidasi yang dilakukan para aktivis kelompok radikal yang mempelopori
terselenggaranya Kongres Mujahidin itu sendiri sebenarnya dalam prosesnya telah
berlangsung cukup lama. Para aktivis MMI, terutama beberapa kelompok
mudanya, telah merintis beberapa langkah konsolidasi untuk menyatukan
beberapa elemen Islam, terutama mereka yang berasal dari kubu Darul Islam
semenjak tahun 1993. Seiring saat keluarnya beberapa tahanan politik Darul
Islam. Kelompok pemuda bekas tahanan inilah yang menggagas betemunya para
tokoh Islam radikal di Jogjakarta tersebut.

f. Hizbut Tahrir Indonesia


Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik Islam yang didirikan oleh Taqiyuddin
An-Nabhany di Al-Quds, Palestina pada tahun 1952. Kegiatan utama partai ini
adalah politik dan berideologi Islam. Hizbut Tahrir bercita-cita membangun
tatanan masyarakat dan sistem politik berdasarkan akidah Islam. Islam harus
menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-
undang. Hizbut Tahrir juga berniat membangun kembali Daulah Khilafah
Islamiyah di seluruh dunia melalui ini Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum
Islam dapat di berlakukan.
5.2 contoh paham ekstrim
internasional
1. Kelompok Teroris di Amerika Serikat
· Kelompok Patriot/ neo Nazi (berjumlah 5 -12 juta orang) : yang terlalu bangga
dengan ras kulit putih, memandang kelompok miskin sebagai akibat dari adanya
imigran dan ras kulit hitam. Mereka mengkambing-hitamkan imigran dan ras kulit
hitam sebagai penyebab kemiskinannya.
· Kelompok Identitas Kristen: yang menganggap Kristen sebagai agama yang
paling benar.
2. Kasus ekstrimisme di Australia
One Nation Party (kulit putih) Musuh utamanya lebih cenderung imigran (Asia)
daripada kulit hitam, karena kulit hitam di Australia relative sedikit.
domestic
Pemberontakan di Aceh berada dalam GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang
didirikan tahun 1976 oleh Hasan Tiro. Aspirasi rakyat Aceh yang dinilai tidak
terwadahi dalam pembentukan NKRI, menjadi dasar gerakan ini untuk
memisahkan diri dari Indonesia. GAM pernah mendapat represi langsung dari
pemerintah NKRI yang dipimpin oleh presiden Soeharto pada saat itu, yang
membuat Aceh menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Hal ini semakin
menambah simpati kelompok-kelompok internasional terhadap GAM. Libya
pernah menjadi trainer dan disinyalir mempunyai relasi yang kuat dengan
kelompok-kelompok pemberontak Asia Tenggara lainnya. Malaysia pernah
disebut-sebut turut mendanai gerakan ini, namun hal ini disangkal oleh
pemerintah malaysia. Namun jelas diketahui bahwa kelompok di Thailand Selatan
membantu pendanaannya lewat pasar gelap dengan Kamboja. Karakteristik
gerakan GAM berfokus pada organisasi seperti negara yang dilengkapi dengan
angkatan bersenjata. Setelah peristiwa 11 September, GAM kembali menekankan
bahwa konfrontasi yang dilakukannya adalah dengan negara indonesia, bukan
perang agama. Namun hal ini telah mempunyai titik terang, dengan dilakukannya
penandatanganan gencatan senjata antara pemerintah Indonesia dan GAM pada
tahun 2000 di Helsinkin Finlandia.

5.3 Contoh Paham Terorisme


Internasional
1.Kelompok Al Qaeda pada 11 September 2011 meluncurkan serangan teroris
terdahsyatnya pada Amerika Serikat (AS) yang menewaskan sekira 2.996 jiwa.
Sejak peristiwa runtuhnya menara kembar World Trade Centre di AS, muncul
serangkaian aksi teror lainnya yang memakan jumlah korban tewas yang luar
biasa.
2.Serangan Bom di Istanbul
Pada 15 November hingga 20 November 2003, sebanyak empat truk bom meledak
di sekitar Kota Istanbul, Turki. Serangan itu menewaskan total 57 orang dan 700
lainnya mengalami luka serius. Pemerintah Turki meyakini militan Al Qaeda
berada dibalik serangan itu.
3.Penyanderaan Murid dan Guru di Beslan
Sebuah kelompok bersenjata separatis Islam dilaporkan menyandera 777 anak
sekolah di Beslan, Rusia.
4.Bom di London
Pada 7 Juli 2005, Kota London, Inggris, digemparkan oleh aksi bom bunuh diri
yang terjadi di jaringan transportasi umum di London. Korban jiwa dilaporkan
mencapai 56 orang, dan 700 orang lainnya mengalami luka serius.
5.Bom di Karachi
Pada 18 Oktober 2007, 139 orang terbunuh dalam serangan bom mobil di Kota
Karachi, Pakistan. Militan Al Qaeda dan Taliban diyakini bertanggung jawab atas
serangan itu.
6.Serangan di Mumbai, India
Pada 26 November 2008, serangkaian serangan teroris terkoordinasi terjadi
serentak di sejumlah tempat di sekitar Kota Mumbai, India. Sedikitnya 188 orang
dilaporkan tewas dalam serangkaian aksi peledakan, penembakan, dan
penyanderaan oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya ‘Lashkar e Taiba’.
7.Serangan Boko Haram di Nigeria
Lebih dari 5.000 orang telah terbunuh akibat serangan teror yang diluncurkan
pejuang Boko Haram sejak 2009 hingga saat ini.
8.Pembunuhan Masal di Sekolah Peshawar
Pada 16 Desember 2014, lebih dari 145 orang, termasuk 132 anak sekolah berusia
antara delapan sampai 18 tahun, dan beberapa orang karyawan di sekolah,
dibunuh secara masal di sebuah sekolah di Kota Peshawar, Pakistan. Serangan itu
dilakukan tujuh pria bersenjata yang diyakini merupakan militan Taliban Pakistan.
9.Pembunuhan di Assam
Pada 23 Desember 2014, lebih dari 85 orang, termasuk 20 anak, dibunuh di
wilayah Assam, India, dalam serangkaian serangan teroris di distrik Kokrajhar,
Sonitpur, dan Chirang. Serangan itu diduga dilakukan oleh militan Front
Demokrasi Nasional Bodoland.
10.Serangan ISIS
Kelompok militan ISIS telah membunuh ribuan orang menggunakan banyak
serangan bom saat berupaya menguasai seluruh wilayah Suriah dan Irak. Bahkan
kelompok ekstremis ini telah melebarkan sayapnya dengan mencoba menguasai
banyak wilayah seperti Mesir, Libya, Nigeria, dan Somalia
Domestic
Aksi-aksi terorisme di Indonesia yang paling menonjol :
2. 1981
Teroris menyamar sebagai penumpang dan membajak pesawat DC-9 Woyla
milik maskapai Garuda Indonesia pada 28 Maret 2081. Teroris bersenjata senapan
mesin, granat dan mengaku sebagai Komando Jihad.
2. 2000
Bom meledak di lantai parker P2 gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada 13
September 2000. Sebanyak 10 orang tewas, 90 lainnya luka-luka dan 104 mobil
rusak berat.
Serangkaian ledakan pada malan Natal, 24 Desember 2000 di beberapa kota
Indonesia. Sebanyak 16 orang tewas.
3. 2001
Bom meledak di Gereja Santa Anna dan HKBP kawasan Kalimalang, Jakarta
Timur pada 22 Juli 2001. Korban 5 orang tewas.
Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta pada 23 September 2001.
Korban 6 orang luka-luka.
4. 2002
Dua ledakan bom terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian,
Kuta, Bali. Secara bersamaan bom juga meledak di Konsulat Amerika Serikat.
Aksi tersebut kemudian dikenal sebagai Bom Bali I yang menewaskan 202 orang
dan melukai ratusan orang lainnya. Korban sebagian besar warga negara asing
5. 2003
Ledakan dahsyat mengguncang hotel JW Marriott Jakarta pada 5 Agustus
2003. Sebanyak 11 orang tewas dan 152 lainnya luka-luka.
6. 2004
Ledakan bom yang disimpan di dalam sebuah mobil box menghancurkan
sebagian kantor Kedubes Australia di Jakarta pada 9 September 2004. Korban 5
orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
7. 2005
Bom meledak di pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah pada 28 Mei 2005.
Aksi tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang.
Bom kembali meledak di Bali pada 5 Oktober 2005. Terjadi di kawasan Kuta
dan Jimbaran yang mengakibatkan korban 22 orang tewas. Aksi tersebut
kemudian dikenal dengan Bom Bali II.
8. 2009
Dua ledakan bom mengguncang hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta
pada 17 Juli 2009. Ledakan menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang.
Dikenal sebagai Bom Mega Kuningan 2009.
9. 2010
Terjadi sejumlah penembakan warga sipil di Aceh. Jaringan teroris pimpinan
Abu Tholud melakukan pelatihan militer di pegunungan Janto Aceh Besar.
Terjadi perampokan bank CIMB Niaga Medan pada September 2010, pelaku
adalah kelompok jaringan Medan.
10. 2011
Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon pada 11 April 2011.
Bom menewaskan M. Syarif pelaku bom bunuh diri dan melukai 25 orang lainnya
termasuk Kapolresta Cirebon.
Bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa
Tengah menewaskan pelaku Ahmad Hayat dan melukai 22 orang lainnya.
11. 2012
Pelemparan granat dan penembakan terjadi di sejumlah pos polisi pengamanan
Lebaran di solo pada 17, 19 dan 30 September 2012. Korban 1 polisi tewas dan
dua polisi luka-luka. Pelaku teror adalah kelompok Farhan.
Pada 31 September 2012 malam penyergapan dilakukan di Jalan Veteran
menewaskan teroris Muchsin dan Farhan. Dalam penyergapan itu satu anggota
Densus 88 Polri tewas.
Tiga anggota Brimob Polda Sulteng ditembak kelompok bersenjata di kawasan
Tambarana, Poso pada 20 Desember 2012. Sebelumnya pada Oktober 2012 dua
anggota Polres Poso ditemukan tewas dibunuh di hutan Tamanjeka, Poso.
12. 2013
Polisi melakukan serangkaian penangkapan teroris, mulai dari Jakarta, Depok,
Bandung, Kendal dan Kebumen. Kelompok yang berhasil dibongkar jaringannya
adalah kelompok Thoriq, Farhan, Hasmi, Abu Roban (Mujahidin Indonesia Barat)
serta sejumlah perampokan bank dan toko emas di berbagai tempat di Jakarta,
Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terkait juga kelompok Santoso (Mujahidin
Indonesia Timur) di Poso. Sejumlah teroris tewas dan berhasil ditahan.
Polisi berhasil menembak mati 7 teroris dan menangkap13 teroris lainnya
dalam penyergapan di Jakarta, Bandung, Kendal dan Kebumen yang berlangsung
selama dua hari tanggal 8-9 Mei 2013.
Polisi melakukan penyergapan yang menewaskan 6 teroris kelompok Dayat di
Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada 31 Desember 2013.

6.Sejarah Perkembangan Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme


6.1.Sejarah perkembangan paham radikalisme
Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan
tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini
sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacanainternasional.
Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan
masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global
akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi
masyarakat dunia6. Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat
dan Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan
kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai
terrorisme. Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme
(pasca perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban
yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi
bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam.
Tuduhan-tudujan dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang
gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional.
Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutu-
sekutunya dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat
Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang
dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di
Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya
solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan
sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkapanyekan
label radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam
perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang
menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau
mempertahankan paham keagamaannya secara kaku yang dalam bahasa
peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam.
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja,
radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat.
Kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang
berbeda paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak
adil, lalu melakukan perlawanan.
Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam
untuk merespons sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah
pilihan untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya,
menentang radikalisme dalam bentuk apapun.
Sebab mereka meyakini radikalisme justru tak menyelesaikan apapun.
Bahkan akan melahirkan masalah lain yang memiliki dampak berkepanjangan.
Lebih jauh lagi, radikalisme justru akan menjadikan citra Islam sebagai agama
yang tidak toleran dan sarat kekerasan.
Cendekiawan Muslim, Nazaruddin Umar, mengatakan radikalisme
sebenarnya tak ada dalam sejarah Islam. Sebab selama ini Islam tak menggunakan
radikalisme untuk berinteraksi dengan dunia lain. ‘’Dalam sejarahnya, Nabi selalu
mengajarkan umatnya untuk bersikap lemah lembut,’’ tegasnya.
Ini berarti, jelas Nazaruddin, bahwa penyebaran ajaran Islam yang
diemban oleh Nabi Muhammad dilakukan dengan cara yang santun dan lemah
lembut. Nabi mengajarkan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain
meski mereka adalah orang yang memiliki keyakinan yang berbeda.
Nazaruddin menambahkan bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia
juga dibawa dengan cara yang sangat damai. Pun penyebaran Islam yang terjadi di
Negara lainnya. Ini sangat berbeda dengan negara-negara lain, terutama
imperialis.
6.2 sejarah perkembangan pahan ekstrim
Paham ekstrem. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin
Shofwan dengan pendaptnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk berbuat
apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak
mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal
dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam
Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan nerka
tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya
adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep
yang dikemukakan oleh kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak
mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan
melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak.
aAliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah.
Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah
Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada
Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti
berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal
Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa manusia
lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan, tidak
mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham
Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari
scenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh
manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Selanjutnya ada aliran terorisme.

6.3 sejarah perkembangan paham terorisme


Terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan bentuk kejahatan
murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan
tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan
yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara
perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap
sebagai tiran. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan sebagai
bentuk murni dari Terorisme dengan mengacu pada sejarah Terorisme
modern.Meski istilahTerordan Terorismebaru mulai populer abad ke-18, namun
fenomena yang ditujukannya bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku
Political Terrorism (1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum
Revolusi Perancis, tetapi baru mencolok sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam
suplemen kamus yang dikeluarkan Akademi Perancis tahun 1798, terorisme lebih
diartikan sebagai sistem rezim teror. Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis
le terreuryang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil
Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan
dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti
pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan
kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak awal
dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun
kegiatan yang anti pemerintah.Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan
menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan
dunia.Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa
Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah cara yang
paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara
membunuh orang-orang yang berpengaruh.Sejarah mencatat pada tahun 1890-an
aksi terorisme Armeniamelawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana
pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade
tersebut, aksi Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang
berbasiskan ideologi.Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II,
Terorisme dilakukan dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat
pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di Aljazair pada tahun 50an,
dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat acak” terhadap
masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa yang
disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme
muncul pada tahun 60an dan terkenal dengan istilah “Terorisme Media”, berupa
serangan acak terhadap siapa saja untuk tujuan publisitas.

7. Sikap Mahasiswa Terhadap Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme


Cara kita menghadapi aliran-aliran ini yaitu
Perlu diadakan pembinaan yang baik melalui pendidikan untuk
mengantisipasi masuknya pahan radikalisme. Banyak penduduk Indonesia yang
berusia muda dan bila tidak dilakukkan pembinaan yang positf bisa
membahayakan. Faktor yang bisa menimbulkan radikalisme yaitu emosi
keagamaan atau solidaritas keagamaan dan berbahaya bila melekat pada orang
yang pengetahuan agamanya minim. Radikalisme bisa melibatkan semua agama,
namun selama ini yang dikenal sebagai radikal adalah umat Islam. Waspadai
setiap ada ajaran dan ajakan yang mencurigakan seperti umbroh gratis, berjihad,
janji-janji kehidupaan yang lebih baik, ajakan yang mengharuskan menggunakan
cadar. Cara merekrut anggota mendekati kelompok atau organisasi yang se-aliran
dan ekonomi pas-pasan, mencari orang dikampung yang militan dan mengisahkan
perjuangan dan mengiming imingi jihad. Untuk itu, mengharapkan adanya
kebersamaan semua elemen masyarakat khususnya para tokoh agama untuk
bersatu
Apabila ada organisasi mengganggu ketertiban umum, memecah belah
umat dan NKRI, bertentangan dengan ideologi Pancasila, maka Pemerintah harus
campur tangan. Pemerintah untuk tidak sekadar berwacana dalam menangkal
perkembangan ISIS di Indonesia, namun harus berupa tindakan reaktif cepat dan
tepat sasaran. Pemerintah agar menegakan undang-undang terorisme secara
maksimal sehingga terorisme tidak berkembang di Indonesia. Ada 3 komponen
yang berperan penting terhadap situasi suatu negara, yaitu agama, ekonomi dan
politik. ISIS kegiatannya dapat dikategorikan sebagai terorisme dimana terdapat
suatu ancaman, kekerasan dan mengambil hak asasi manusia. Untuk itu, bangsa
Indonesia harus bekerjasama menentang dan melawan untuk meminimalisir
dampak dari ISIS serta mendorong pemerintah untuk mencoba mengurai potret
kemunculan ISIS dengan mencoba membatasi potensi-potensi perkembangan ISIS
dari luar, yakni dengan cara membentengi rumah tangga dari paham-paham yang
tidak dibenarkan oleh agama. Salah satunya bentengi rumah tangga dengan
pemahaman sesuai ajaran Islam melalui pengajian, melalui pendekatan anak
dengan orangtua, dan melalui diskusi-diskusi.
Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam mencegah
radikalisme. Yang tidak kurang kalah penting adalah revitalisasi lembaga, badan,
dan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstra kampus. Organisasi-organisasi
yang ada di kampus memegang peranan penting untuk mencegah berkembangnya
paham radikalisme ini melalui pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang
komprehensif dan kaya makna. Disini peran mahasiswa dalam mencegah paham
radikal berkembang.
Keanggotaan dan aktivisme organisasi merupakan faktor penting untuk
mencegah terjerumusnya seseorang ke dalam gerakan radikal yang ekstrem.
Sebaliknya terdapat gejala kuat para mahasiswa yang non aktivis dan kutu buku
sangat mudah terkesima sehingga segera dapat mengalami cuci otak dan
indoktrinasi pemikiran radikal dan ekstrem. Mereka cenderung naïf dan polos
karena tidak terbiasa berpikir analitis, kritis, seperti lazimnya dalam kehidupan
dunia aktivis.
Menggalakkan propaganda anti radikalisme seharusnya menjadi salah satu
agenda utama untuk memerangi gerakan radikalisme dari dalam kampus. Peran
itu menjadi semakin penting karena organisasi mempunyai banyak jaringan dan
pengikut sehingga akan memudahkan propaganda-propaganda kepada kader-
kadernya. Jika ini dilaksanakan dengan konsisten, maka pelan tapi pasti gerakan
radikalisme bisa dicegah tanpa harus menggunakan tindakan represif yang akan
banyak memakan korban dan biaya.
Perlu langkah strategis, inovatif, terpadu, sistematis, serius, dan
komprehensif. Yang diperlukan bukan hanya pendekatan keamanan dan ideologi,
tetapi juga memerhatikan jaringan, modus operandi, dan raison d’entre gerakan
ini. Perlu perpaduan langkah ideologis, program deradikalisasi melalui
masyarakat sipil, serta pendekatan ekonomi dan sosial. Ini guna mencegah para
mantan aktivis gerakan radikal dan teroris agar tak kembali pada komunitas
lamanya. Program ”memanusiakan” ini, juga jadi salah salah satu prasyarat
mencegah meluasnya aksi radikalisme dan terorisme (Noorhaidi Hasan, 2010).
Untuk menjalankan langkah itu, pemerintah harus berdiri di garda depan
sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan warga
negaranya. Ketegasan dan keseriusan negara dalam melindungi warganya,
menciptakan rasa aman, serta mencegah aksi kekerasan akibat radikalisme
keagamaan ini menjadi amanah konstitusi yang mendesak dilakukan. Dalam hal
ini, pemahaman kembali Pancasila sebagai pilar bangsa dan pilihan terhadap
paham keagamaan yang toleran dan moderat harus menjadi agenda yang
dipertimbangkan. Ketegasan negara dan dukungan masyarakat tentu akan jadi
kekuatan strategis guna membendung proliferasi radikalisme keagamaan ini.
Agar kita terhindar dari terorisme yang mengatas namakan organisasi keagamaan,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti :
1. pertama, jangan mudah percaya pada sembarang organisasi keagamaan,
banyaklah bertanya tentang identitas organisasi keagamaan tersebut.
2. Kedua, organisasi haruslah tersebut cukup terbuka, dalam artian organisasi
tersebut tidak menutup-nutupi diri dari masyarakat.
3. Yang ketiga, jangan mau jika organisasi tersebut meminta kita melakukan sesuatu
yang terkesan aneh seperti meminta uang dalam jumlah besar, mengganti nama
kita, atau memutus hubungan dengan keluarga.
4. Selanjutnya jangan tertipu penampilan yang alim atau kalem, karena belum tentu
ajaranya benar. Biasanya organisasi keagamaan yang menyeleweng akan langsung
membahas hal-hal yang berat seperti seperti permasalahan Negara atau tentang
kekafiran. Namun kita juga tidak harus terlalu anti atau menghindari organisasi
keagamaan, karena tidak semua organisasi keagamaan itu nyeleneh, banyak juga
organisasi keagamaaan yang sangat bermanfaat.

8.Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Paham Radikalisme,Ekstrim


Dan Terorisme
a. Gerakan mahasiswa berbasis wirausaha
Banyak cara mengatasi persoalan ini, misalnya menyuburkan tradisi
wirausaha. Menggalakkan seminar, workshop, dan diskusi wirausaha dapat
menjadi alternatif gerakan perekonomian. Sehingga membantu percepatan
mengatasi masalah ekonomi dan kesenjangan sosial artinya cara ini merupakan
salah satu pencegahan adanya pemuda ikut dalam jaringan terorisme. Munculnya
aktivitas mahasiswa berbasiskan wirausaha berpotensi membantu mengurangi
angka pengangguran kaum intelektual dan pemikiran mahasiswa karena
kurangnya pekerjaan sehingga dapat melarikan dia atau masuk dalam jaringan
teroris. Sehingga pascakampus, tidak hanya dilahirkan mahasiswa
pengangguran.melainkan mahasiswa yang betul menjadi mahasiswa intelektual
dan khususnya dapat memerangi masalah terorisme.
b. Merubah pemikiran mahasiswa
Mahasiswa harus memahami kembali hakikat dirinya bisa menjadi mahasiswa.
Dilihat dari bentukan katanya, mahasiswa berasal dari dua kata, yaitu “maha”
yang berati besar, dan “siswa” yang berarti orang yang belajar. Jadi, mahasiswa
adalah pelajar yang mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan dengan
pelajar-pelajar lainnya. Oleh sebab itu, mahasiswa harus menggunakan akal dan
hati nuraninya, dalam setiap mengatasi masalah yang ada. Sudah diketahui,
bahwasannya mahasiswa adalah agent of social change, yaitu agen perubahan
sosial. Mahasiswa sudah seharusnya menjadi pengawal perubahan tatanan
masyarakat dalam kehidupan bernegara. Sehingga, tujuan untuk menciptakan
masyarakat adil dan makmur akan tercapai serta bebas dari aksi teror yang
dilakukan oleh pemuda. Merubah pemikiran mahasiswa tidak segampang yang
kita pikirkan. Maka dari itu kami hanya menunjukkan bagaimana mahasiswa
memahami kembali hakikat dirinya.
c. Mengadakan Komunitas belajar muslim (KBM)
Terkhusus untuk mahasiswa muslim. Peran dalam pemberantasan terorisme
ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan komunitas belajar muslim sebut saja
tarbiyah. Karena Banyaknya pelajar dan mahasiswa yang terjebak aliran sesat
karena guru-guru agama lebih mementingkan pengetahua agama dari pada
pendidikan agama yang membentuk prilaku anak didik. Tokoh pendidikan Dr.
Arif Rahman, mengingatkan akibat pendidikan agama yang hanya sekedar
memberi pengetahuan agama terhadap anak didik menyebabkan mereka rentan
dengan ajaran yang bertentangan denga ajaran agama termasuk aliran sesat.
“Ketika orang menemui banyak masalah, maka masalah yang dihadapinya itu
tidak bisa dijawab oleh agamanya. Hal itu terjadi karena pendidikan agama yang
diperolehnya hanya untuk mengetahui tentang agama, tidak membiasakan agama
sebagai pemecah masalah,” ujarnya. Penyebab lain orang rentan tersusupi ajaran
sesat karena tidak semua orang mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
dengan kesulitan yang diahadapi. Karena itu, ketika dia menemui kesulitan dalam
hidupnya, dia mencari jalan keluar pada hal-hal yang di luar aturan agama seperti
masuk dalam jaringan terorisme padahal mereka tidak mengetahui ia akan masuk
dalam jaringan itu, hal itu yang dilakukan para terorisme untuk mencari
jaringannya. Mereka melakukannya secara bertahap mulai dari pengenalan hingga
keakraban mereka sehingga banyak pemuda yang masuk dalam jaringan tersebut
dan ditambah lagi pemikiran mahasiswa yang masih labil. Maka dari itu dengan
adanya kelompok ini dapat menggambarkan Islam dengan jelas. Tarbiyah
memberikan gambaran Islam dengan benar (shahih) menyeluruh (syamil),
sehingga menjadi Islam sebagai pedoman hidup (minhajul hayah)Islam benar dan
menyeluruh pada semua aspek kehidupan, tidka hanya ritual, Islam tidak hanya
mengatur akidah dan ibadah, mencakupp juga ideology, politik, ekonomi, budaya,
dan masyarakat. Alloh SWT menciptakan manusia dengan aturan yang lengkap
dan jelas. Karena itu Islam dijadikan pedoman hidup

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa paham radikalisme, ekstrim dan terorisme
sudah berkembang secara luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ketiga
paham tersebut muncul di karenakan ketidak percayaan dan kepuasan terhadap
kebijakan-kebikan yang di buat oleh pemerintah baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. paham ini menganganggap bahwa tindakan yang mereka lakukan
adalah tindakan yang benar padahal tindakan yang di lakukan oleh sekelompok
yang menganut paham tersebut merupakan tindakan kekerasan yang sangat
merugikan bagi warga sipil dan Negara.
Adapun usaha atau upaya untuk mengatasi terjadinya paham
radikalisme,ekstrim dan terorisme dengan diadakan pembinaan yang baik melalui
pendidikan untuk mengantisipasi masuknya paham tersebut
3.2 Saran
Seharusnya pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan dapat di sesuaikan dengan
kondisi masyarakat serta dapat mengaplikasikan kebijakan dengan tepat sehingga
dapat di percaya oleh masyarakat dan tidak menimbulkan munculnya paham
radikalisme, ekstrim dan terorisme. Selain itu adapaun upaya preventif yang tepat
saat ini adalah dengan merevitalisasi pendidikan agama dan akhlak disekolah,
keluarga, maupun masyarakat. Pendidikan dan pelajaran agama yang dijalankan
saat ini hanya bersifat formalitas, materi dan tidak mendorong pembentukan
moral dan karakter siswa.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-terorisme-
sejarah-global.htmlAnton di akses tanggal 12 oktober 2015
http://www.sarkub.org/2015/03/menelaah-ciri-ciri-penganut-paham.html diakses
tanggal 12 oktober 2015
http://afifulikhwan.blogspot.co.id/2010/01/terorisme.html#sthash.vtzQq2ro.dpuf d
i akses tanggal 12 oktober 2015
http://dunia.tempo.co/read/news/2015/03/20/115651469/10-organisasi-teroris-
paling-berbahaya-di-duniadi akses tanggal 13 oktober 2015
http://wahid-hambali.blogspot.co.id/2013/04/radikalisme-makalah.html diakses
tanggal 13 oktober 2015
http://mirajnews.com/id/artikel/opini/ekstremisme-agama-penyebab-dan-
solusi/ diakses tanggal 13 oktober 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme diakses tanggal 13 oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai