Anda di halaman 1dari 23

ACARA III

PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN PANEN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Pada Jagung, varietas unggul
mempunyai sifat berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan
penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan.
(Sumarianto 2012).Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung
dapat ditempuh dengan pemberian pupuk. Pemupukan yang biasa dan
kebanyakan dilakukan oleh petani hanya melalui tanah, sehingga
unsur hara yang diberikan diserap oleh akar tanaman, kemudian
ditransformasi menjadi bahan-bahan yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman. Pemupukan melalui tanah tersebut terkadang kurang efektif
manfaatnya. Hal ini disebabkan karena beberapa unsur hara telah larut
lebih dahulu dan hilang bersama air perkolasi atau mengalami fiksasi
oleh koloid tanah, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman jagung.
Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien
adalah dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman.
Pemberian pupuk daun tersebut dapat memperbaiki pertumbuhan,
mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi, dan dapat
meningkatkan hasil tanaman (Rahmi dan Jumiati 2007).
Menurut Lingga (2003), sebelum melakukan penyemprotan pupuk
daun tanaman, konsentrasi yang dibuat harus benar-benar mengikuti
petunjuk dalam kemasan. Jika petani membuat konsentrasi yang lebih
rendah dari yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan
pupuk daun pada suatu jenis tanaman bisa dipercepat atau diperpendek
interval waktunya. Salah satu jenis pupuk daun yang mengandung unsur
hara makro dan unsur hara mikro ialah pupuk organik cair Super ACI.
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang hidup semusim
berumur pendek sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca.
Tanaman kacang tanah berakar tunggang dan membentuk akar serabut,
batang tidak berkayu, berbulu halus, dan membentuk cabang. Tinggi
batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang
bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun
berjumlah 5 dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu.
Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong
berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4 biji sesuai varietas,
kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji
berkeping dua (Pitoyo et al 2002).
Usaha untuk mengurangi kompetisi dalam pemanfaatan cahaya
matahari dapat dilakukan dengan pengaturan tanam. Pengaturan tanam
adalah cara mengatur jarak tanam atau letak tanaman dengan
maksud untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik pada
masing masing individu tanaman sehingga dapat mengurangi besarnya
pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh tanaman lainnya dalam suatu
pertanaman. Pengaturan tanam dapat dilakukan dalam baris yaitu
pengaturan tanaman dalam bentuk baris tunggal dan baris ganda
(Buhaira 2007).
Pada pertanaman, jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien
dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi persaingan
yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa polong kacang tanah tertinggi dicapai pada jarak
tanam 40 x 10 cm. Efisiensi penggunaan lahan dan waktu tertinggi
dalam sistem tumpangsari kacang tanah dan jagung yan didefoliasi
dicapai pada jarak tanam kacang tanah 40 x 10 cm pada musim
kemarau kapanpun waktu defoliasi dilakukan (Kadekoh 2007).
2. Tujuan
Mahasiswa memiliki pengalaman dalam budidaya tanaman
sehingga terampil mengelola tanaman sejak penanaman, pemeliharaan,
hingg panen.
B. METODOLOGI
1. Penanaman
a. Jagung
Luas petakan tiap kelompok 2 x 2 m
1) Membuat lubang tanam dengan tugal sedalam 5 cm. Jarak Tanam
= 40cm x 50 cm (20 tanaman/petak)
Pupuk daun : P0 = (koontrol)
P1 = 14 hari setelah tanam
P2 = 21 hari setelah tanam
P3 = 28 hari setelah tanam
Masing–masing perlakuan sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24
petak.
2) Tanaman benih jagung pada lubang tanam, kemudian tutup
dengan tanah.
b. Kacang Tanah
Luas petakan tiap kelompok 2 x 1,8 m
1) Buat lubang tanam sedalam 3 cm
2) Tanam benih kacang tanah pada lubang yang tersedia kemudian
tutp dengan tanah
Jarak tanam:
J1 = 25 x 15 (96 tanaman/petak)
J2 = 25 x 20 (72 tanaman/petak)
J3 = 25 x 25 (56 tanaman/petak)
J4 = 25 x 30 (48 tanaman/petak)
c. Pemeliharaan
1) Sirami tanaman setiap hari, setelah 1 minggu, bila tanaman telah
hidup lakukan penyiraman bila tanah dalam keadaan kering.
2) Lakukan penyiangan dan pendangiran dengan cangkul atau
cethok untuk membersihkan gulma dan menggemburkan tanah.
3) Lakukan pengendalian pengganggu tanaman (hama/penyakit)
secara mekanik bila diperluka.
d. Pemanenan
Melakukan pemanenan bila tanaman telah memasuki kriteria masak
sesuai jenis tanaman (jagung tongkol bewarna coklat dan biji keras)
e. Pengamatan
1) Pengamatan bagian vegetatif tanaman meliputi tinggi tanaman
dan saat muncul bunga (untuk jagung dan kacang tanah)
2) Pengamatan saat panen meliputi
a) Jagung : berat kering tanaman, berat tongkol dengan dan
tanpa kelobot.
b) Kacang tanah : berat kering tanaman, berat polong isi dan
berat polong hampa.
Data yang diperoleh dari pengamatan bagain vegetatif maupun saat
panen dianalisis statistik dengan sidik ragam.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Analisis Ragam Tanaman Jagung (Zea mays)

No. Variabel Pengamatan Nilai sig.

1 Tinggi Tanaman 0,047

2 Berat Segar Akar 0,636

3 Berat Segar Batang 0,516

4 Berat Segar Daun 0,705

5 Berat Kering Akar 0,510

6 Berat Kering Batang 0,985

7 Berat Kering Daun 0,269

Sumber : Data Sekunder

Gambar 3.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)


Tabel 3.2 Analisis Ragam Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

No. Variabel Pengamatan Nilai sig.

1 Tinggi Tanaman 0,002

2 Berat Brangkasan Basah 0,019

3 Berat Brangkasan Kering 0,014

4 Berat Polong Isi 0,067

5 Berat Polong Hampa 0,569

Sumber : Data Sekunder

Gambar 3.2 Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

2. Pembahasan
a. Jagung
Penanaman jagung pada petakan dengan luas 2x2 meter dengan
jarak tanam 40cm x 50 cm. Setelah dibuat lubang menggunakan tugal
sedalam 5 cm, memasukkan benih jagung sebanyak 3 biji lalu
menutupnya lagi dengan tanah. Pemeliharaan jagung terbilang cukup
mudah. Jagung hanya disiram setiap minggu dengan tidak lupa
menyiangi gulma yang ada di sekitar petakan jagung. Penyiangan
gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang
ada pada pertanaman supaya tidak ada persaingan antara gulma dan
tanaman jagung. Pada petakan jagung hanya terdapat sedikit gulma
dibandingkan kacang tanah. Dilakukan juga pendangiran dengan
cangkul atau cethok untuk menggemburkan tanah dan membersihkan
gulma. Rumput yan dicabut di potong kecil kecil dan dikembalikn lagi
ke tanah untuk menjadi kompos alami. Setiap minggu, dilakukan
pendugaan parameter yaitu pengukuran tinggi tanaman, diukur dari
pangkal batang hingga ujung daun tertinggi. Kelompok 9
mendapatkan perlakuan P2 yaitu memberikan pupuk daun setelah 21
hari masa tanam.
Pemanenan jagung dilakukan saat tanaman sudah memasuki
kriteria masak. Jagung yang kita panen 9 minggu setelah masa tanam
panen dilakukan dengan memilih 3 dari 5 sampel yang sudah di amati
sebelumnya. 3 sampel ini dipilih dari tanaman jagung yang paling
baik. Jagung dicabut dari akar dan kemudian dipotong beberapa
bagian untuk ditimbang dan diintifikasi.Pengukuran tinggi jagung
hingga ujung daun tertinggi karena ujung batang jagung tidak terlalu
kelihatan.
Tanaman jagung yang ditanam di lahan Jumantono memberikan
hasil yang tidak mengecewakan karena pertumbuhan tanaman jagung
tdak ada yang gagal. Tanaman jagung pada sample P2 semuanya
tumbuh dengan baik walaupun ada yang mengalami pertumbuhan
yang cepat dan ada pula yang lambat. Menurut Rahni (2012), Hal
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung ada beberapa
faktor yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal
diantaranya ialah faktor gen yang utama dan beberapa faktor lainnya.
Faktor eksternalatau lingkungan dilihat dari praktikum di lahan
Jumantono yang mempengaruhi setiap samplenya ialah pemberian
pupuk daun dan pengaturan pola jarak tanaman serta beberapa faktor
lainnya yang perlu dikaji mendalam.
Menurut Mayun (2008), pengaru internal gen tidak lepas dari
bibt itu sendiri, perbedaan varietas ini yang nantinya akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya. Jenis tanaman jagung
yang kemarin digunakan ialah jagung. Jenis Varietas ini sangat cocok
ditanam di lahan Jumantono karen hasil dari tumbuhan yang tumbuh
hujau dan juga besar walaupun ada beberapa sample yang tidak
mengalami seperti itu. sebagian besar tanaman jagung tumbuh dengan
baik karena selama pertumbuhan tidak terkena penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, jamur ataupun virus.
Menurut Ekowati (2011), faktor eksternal mempengaruhi
pertumbuhn tanaman jagung dari berkecamba hingga tanaman siap
panen. Faktor eksternal yang mempenaruhi di lahan jumantono ialah
kondisis lingkungan dan pengaturan jarak tanaman yang sesuai
dengan pertanaman jagung. Kedua hal in menjadi peran utama yang
menyebabkan pertumbuhan jagung baik dan selalu mengalami
pertumbuhan tinggi setiap minggunya. Kondisi lingkungan yang
cocok ntuk tanaman jagung membuat tanaman jagung mudah tumbuh
Penyebab pertumbuahn tanaman jagung di suatu lahan
tergantung pada kondisi fisik benih dan faktor lingkungan terutama
jarak tanam. Menurut Marvelia (2009), penyebab tanaman jagung
tidak lepas dari faktor lingkungan tempat tanamn itu tumbuh.
Lingkungan yang mendukung secara besar pertumbuhan yang dialami
oleh tanaman. Fisik benih juga sangat beperan dalam pertumbuhan
karen jika kondis lingkungannya baik namun kondisi fisik benih tidak
in dapat mengganggu.
Menurut Dewanto (2013), bibit yang kualitasnya baik dapat
tumbuh dilingkungan yang terbilang tidak terlalu bagus. Bibit unggul
ini termasuk baik keadaan fisik serta keadaan di dalam benih itu
sendiri. Bibit jagung yang igunakan dilahan jumantono dapt dibilang
baik karena dari segi fisiknya sudah bagus. Varietas yang digunakan
juga cocok dengan kondisi lingkungan Kumantono yang agak kering
dan membutuhkan penyiraman yang sedikit intensif.
Menururt Mayadewi (2008), pengaturan jarak tanam yang tepat
dapat memaksimalkan pertumbuhan jagung, karena setiap akar
tanaman tidak terlalu merebutkan nutrisi. Bisa dilihat hasil dari
penanaman di lahan Jumantono jarak tanaman 40 x 50 cm sangat tepat
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung karena pada saat
dilakukan perawatan dan pengamatan setiap minggu di lahan kami
selalu mengukur sample dan mendapatkan tinggi tanaman berbeda.
Sample tanaman lainya juga mengalaminya, dilihat secara langsung
terlihat jelas penambahan ketinggian yang signifikan. Tidak ada
tanaman yang mengalamigagal bertumbuh setiap minggunya hanya
saja ada yang mengalami proses yang lambat ada pula mengalami
proses yang cepat.
Menurut Sutedjo dalam Tirta (2008), pemberian unsur hara
selain diberikan lewat tanah umumnya diberikan lewat daun. Pupuk
daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui
daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman kepada daun
tanaman agar langsung dapat diserap guna mencukupi kebutuhan bagi
pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa jenis pupuk daun
(bayfolan gandasil, hyponex, vitabloom, dll.) sudah tersedia di
pasaran, tetapi ada jenis pupuk baru (inabio, super bionik, plant
catalyst 2006, dan SIP = subur inti persada) yang tersedia belum
banyak digunakan. Pupuk baru ini mempunyai potensi untuk
digunakan karena kelebihan unsur hara yang dikandungnya.
Menurut lingga dan marsono (2013), ada satu kelebihan yang
paling mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan
lebih cepat dibanding pupuk yang diberikan lewat akar.
Akibatnya,tanaman akan lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah
tidak rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih
berhasil dibanding lewat akar. Satu hal yang tidak boleh dilupakan
dalam menggunakan pupuk daun adalah mengetahui kadar haranya.
Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang
dikandungnya, yaitu kelompok pupuk yang mengandung unsur hara
makro dan kelompok pupuk yang mengandung unsur hara mikro.
Menurut Nurchayati dan Yuliana (2008), peningkatan jumlah
unsur hara pada tanah diduga karena ada aktivitas mikroba tanah
dalam proses dekomposisi serta adanya respirasi mikroba yang
menghasilkan CO2 sehingga dapat meningkatkan kandungan hara
tanah. Jadi meskipun tidak diberi kompos kascing tanaman jagung
baby corn masih bisa menggunakan unsur hara yang tersedia dalam
tanah tersebut, sehingga tanaman tetap bisa berproduksi meskipun
tidak maksimal. Jumlah unsur-unsur hara tersebut terus mengalami
peningkatan sampai dosis 600g, kecuali unsur P tersedia yang
mengalami penurunan. Unsur P tersedia sangat dibutuhkan tanaman
dalam proses pembungaan. Berdasarkan hasil analisis unsur P tersedia
mengalami peningkatan sampai dengan dosis 400g dan menurun pada
dosis 600g. Hal ini diduga terkait dengan pembentukan bunga betina
tertinggi yang terjadi pada dosis 400g, sehingga dapat menyebabkan
jumlah tongkol yang terbentuk tinggi pula.
Menurut Ekowati dan Nasir (2011), pertumbuhan generatif ialah
pertumbuhan tanaman yang berkaitan dengan kematangan organ
reproduksi suatu tanaman. Fase ini dimulai dengan pembentukkan
primordia, proses pembungaan yang mencakup peristiwa penyerbukan
dan pembuahan. Proses yang terjadi selama terbentuknya primordia
hingga pembentukan buah digolongkan dalam fase reproduksi.
Sedangkan proses perkembangan biji atau buah hingga siap dipanen
digolongkan dalam fase masak (Aksi Agribisnis Kanisius, 1993).
Parameter pertumbuhan generatif yang diamati pertama ialah waktu
berbunga. Hal ini penting untuk diamati karena fase generatif suatu
tanaman diamati dengan munculnya kuncup bunga pada tanaman
tersebut. Bunga yang berkembang dari meristem apikal batang. Sel
meristem aktif mengadakan perkembangan sehingga menghasilkan
primordial bunga. Aktifnya sel-sel meristem ini dikontrol oleh
hormon florigen yang disintesis pada daun (Salisbury dan Ross,
1995). Pembungaan pada tanaman jagung ditandai dengan munculnya
kepala-kepala sari dari buliran pada malai bunga jantan dan
kemunculan rambut-rambut (kepala–kepala putik) dari klobot (Golds-
worthy dan Fisher, 1984).
Menurut Anonim (2015), pada proses pemanenan, penentuan
umur panen merupakan hal yang perlu diperhitungkan karena bila
jagung dipanen sebelum waktu panen akan menyebabkan banyak butir
muda yang belum masak terpanen, sehingga kualitas jagung menurun
begitu pula dengan daya simpannya juga akan menurun. Sebaliknya
bila dipanen melebihi umur panen, jagung akan mengalami degradasi
nutrisi yang mengakibatkan kenaikan kehilangan hasil serta ancaman
dari tumbuhnya jamur (Aspergillus sp.) dan cendawan dengan tanda-
tanda klobot dan atau biji berwarna kehitam-hitaman, putih dan
kehijauan. Ciri-ciri jagung yang telah memasuki umur siap panen
yaitu a) jagung berumur 7-8 minggu setelah berbunga, b) daun dan
batang tanaman mulai menguning dan berwarna cokelat pada kadar air
35-40% [1]. Penentuan umur panen juga dapat bervariasi berdasarkan
varietas jagung yang ditanam.
Umur panen jagung tergantung pada jenis dan varietas nya.
Namun, ada beberapa ciri-ciri khusus yang menandakan jagung yang
telah siap dipanen. Menurut pendapat Agung (2009), panen jagung
dilakukan dengan kriteria tongkol atau kelobot sudah mengering dan
bila biji dilepaskan terlihat ada lapisan hitam pada black layer. Biji
keras, mengkilat, dan bila ditekan tidak membekas.
Berdasarkan pada tabel data yang ada, diketahui beberapa pola
signifikansi terhadap dependant variable seperti tinggi tanaman, berat
segar akar, berat segar batang, berat segar daun, berat kering akar,
berat kering daun, dan berat kering batang. Perlakuan P2(diberi pupuk
daun setelah 21 hari) terhadap tanaman jagung ini menunjukkan
perilaku signifikansi pada tinggi tanaman, brangkasan basah, dan
brangkasan kering.
Perilaku signifikansi yang berpengaruh ditandai dengan angka
signifikansi yang kurang dari 0.05. Hal ini terjadi pada tinggi tanaman
jagung dengan perlakuan P2 yang memiliki nilai signifikansi 0.002,
berpengaruh pula pada brangkasan basah jagung P2 yang memiliki
nilai signifikansi 0.019, dan berpengaruh pula pada brangkasan kerig
yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0.014. Dapat disimpulkan
bahwa tanaman jagung dengan perlakuan P2 berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, brangkasan basah, maupun brangkasan kering.
Tinggi tanaman yang paling tinggi disebabkan oleh P1 atau 14
HST atau pemupukan minggu kedua. Ini menandakan bahwa
pemupukan minggu kedua itu lebih baik daripada minggu-minggu
lainnya. Kemudian, pemupukan yang kurang baik ialah pemupukan
minggu pertama. Pemupukan yang kurang baik lagi terjadi di minggu
ketiga dan pemupukan yang tidak baik di minggu keempat.
b. Kacang Tanah
Pada praktikum ini, kelompok 7 menanam kacang tanah dengan
jarak tanam 25x25 cm pada lahan seluas 2x1,8 m, sehingga jumlah
tanaman kacang tanah yang tertanam sebanyak 56 tanaman.
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 3 cm,
kemudian kacang tanah ditanam di dalamnya. Menurut Murrinie
(2011), pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan secara manual
dengan mencabut gulma yang tumbuh diantara pertanaman. Frekuensi
dan waktu penyiangan sesuai dengan perlakuan. Pengendalian hama
dan penyakit pada penelitian ini tidak dilakukan, karena selama
penelitian tanaman tidak menunjukkan gejala terserang hama dan
penyakit. Panen dilakukan bila minimal 75% tanaman daunnya telah
mulai kering, kulit polong telah mengeras dan berwarna coklat, biji
telah mengisi penuh, kulit biji tipis dan mudah dikupas. Panen
dilakukan dengan mencabut tanaman beserta polongnya.
Pemeliharaan tanaman kacang tanah dilakukan setiap minggu sekali
yaitu dengan cara menyirami, membersihkan gulma, serta
penggemburan tanah. Hal ini dilakukan sampai jangung siap untuk
dipanen. Menurut Rahmianna (2015), Penentuan umur panen pada
kacang tanah lebih sulit karena polongnya berada di dalam tanah.
Sebagai patokan untuk mengetahui tanaman telah tua dan dapat
dipanen adalah (1) Daun-daun telah mulai kuning kering dan luruh
(umur 85–90 hari), (2) Varietas-varietas yang telah dilepas umur
masak berkisar antara 85–110 hari, dan (3) Polong telah masak, yang
ditandai: kulit polong telah mengeras dan bagian dalam berwarna
coklat, biji telah mengisi penuh, kulit polong tipis dan berwarna
mengkilat. Umur panen tergantung pada varietas yang ditanam, dan
musim tanamnya. Panen yang terlalu cepat/awal akan menurunkan
hasil dan mutu karena biji menjadi keriput dan kadar lemak rendah.
Kadar lemak tertinggi dicapai ketika polong telah tua dengan umur
110 hari. Sebaliknya, hasil polong akan berkurang bila dipanen
terlambat karena banyak polong tertinggal di dalam tanah. Pemanenan
dalam praktikum kali ini dilakukan pada minggu ke 9, dimana
tanaman kacang sudahmempunyai polong baik tua maupun muda.
Menurut Hidayat (2014), pengamatan tinggi tanaman dilakukan
dengan cara mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang
(permukaan tanah) hingga titik tumbuh. Pengukuran tanaman dimulai
dari pangkal hingga titik tumbuh karena kadar auksin atau hormon
pertumbuhan tertinggi berada pada titik tumbuh. Pengukuran
dilakukan dalam satuan centi meter dengan jumlah tanaman sampel
sebanyak 10 tanaman/petak. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan
setiap minggu sekali di mulai dari umur 1 minggu setelah tanam
hingga minggu ke 8 dengan cara mengukur tinggi dari leher akar
sampai titik tumbuh maksimal menggunakan penggaris dan
dinyatakan dalam satuan cm. Menurut Lubis (2013), Tinggi
Tanaman, pengukuran dilakukan dari pangkal batang yang telah diberi
tanda sampai ke titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan pada umur 15, 30, dan 45 HST. Hal ini dilakukan karena
pada umur 15, 30, 40 HST tanaman kacang mengalami fase
pertumbuhan sehingga akan di dapatkan data yang meningkat setiap
saat pengukuran.
Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator dangan proses
pertumbuhan tanaman. Pada praktikum agroteknologi yang kelompok
kami telah lakukan Penghitungan tinggi tanaman ditentukan dari
pangkal tanaman sampai pada pucuk daun tang tertinggi. Secara garis
besar pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal antara lain : Faktor Internal Auksin yang berfungsi dalam
pemanjangan batang, merangsang pembungaan pada batang,
partenokarpi (proses terbentuknya buah dan penyerbukan) dan
membengkoknya batang. Auksin terletak pada ujung batang, Kalin
yang berfungsi dalam pembentukan organ, Kalin terbagi atas 4 yaitu
bagian Antokalin (bunga) Rizhokalin (akar) kaulokalin (batang) dan
Filokalin (daun). Gas Etilen berfungsi dalam pematangan buah dan
gugurnya daun secara normal. Gas Etilen dihasilkan oleh kulit buah.
Giberelin berfungsi dalam pertumbuhan batang, akar, dan daun.
Mencegah kekerdilan, mengahambat terbentuknya biji. Faktor
eksternal meliputi curah hujan, intensitas penyinaran, unsur hara, dan
kelembaban. Menurut Hidayat 2012 menyatakan bahwa selain faktor
genetik, faktor lingkungan terutama kelembaban dan suhu di sekitar
tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Menyatakan bahwa setiap tanaman membutuhkan suhu optimal dalam
kisaran tertentu sesuai dengan prinsif reaksi kimia, demikian juga
dalam proses metabolisme. Jadi selain faktor internal yang dibawa
melalui DNA faktor yang berpengaruh adalah kondisi lingkungan
yang secara nyata mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Menurut Wahyudin dan Bachtiar (2015), pengaturan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam yang sesuai merupakansalah
satu program intensifikasi untukmeningkatkan laju produksi tanaman.
Secaratidak langsung, pengaturan jarak tanam dapatmempengaruhi
intensitas cahaya matahari yangdapat diterima tanaman. Cahaya
mataharimerupakan sumber energi bagi proses fotosintesis.
Pemeliharaan kacang tanah dilakukan setelah seminggu pasca
penanaman, Pemeliharaan kacang tanah biasanya dilakukan dengan
cara penyiangan dan pengairan. Penyiangan penting dilakukan karena
jika tidak disiangi secara rutin maka akan tumbuh gulma yang dapat
menghambat laju pertumbuhan tanaman kacang tanah. Menurut
Hidayat (2012) Keberadaan gulma pada budidaya tanaman dapat
mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau
kompetisi antara gulma dan tanaman yang diusahakan terjadi dalam
hal penyerapan unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, penerimaan
cahaya matahari untuk proses fotosintesis, dan ruang untuk tumbuh.
Selain itu gulma seringkali menimbulkan kerugian-kerugian dalam
produksi baik kualitas dan kuantitas, bahkan beberapa gulma dapat
menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman yang diusahakan.
Besar kecilnya (derajat) persaingan gulma terhadap tanaman pokok
akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman
pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Makin besar derajat kompetisi maka
akan mengakibatkan semakin besar penurunan hasil tanaman. Selain
itu kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu
saja praktek pertanian di samping faktor lain
Menurut Arumsari dan Suwarto (2018), jarak tanam
menentukanruang tumbuh antar tanaman. Pengaturan jaraktanam
perlu dilakukan karena mempengaruhikompetisi penggunaan air, hara,
dan cahaya antartanaman. Unsur hara yang penting untukpertumbuhan
tanaman adalah nitrogen
Perlakuan kelompok 7 ialah J3 atau jarak tanam sebesar 25 cm x
25 cm. Jarak sebesar itu sudah kategori normal untuk jarak tanaman.
Jarak tanam tidak boleh terlalu sempit atau lebar. Jarak tanam yang
terlalu sempit dapat mengakibatkan sebagian tubuh tanaman tidak
dapat mendapat sinar matahari. Akibatnya proses fotosintesis tidak
berlangsung optimal. Jarak tanam ang terlalu tipis menyebabkan daun
menutupi daun yang lain. Jarak tanam yang sempit mengakibatkan
tanaman tumbuh tidak optimal. Tidak adanya ruang tumbuh
dikarenakan jarak tanam yang sempit. Jarak tanam yang sempit juga
mengakibatkan persaingan dalam mengambil air besar. Sehingga
harus diantisipasi dengan pemberian air yang lebih banyak. jarak
tanam yang terlalu lebar sebaiknya dihindari dikarenakan pasti ada
keuntungkan lebih jika jarak tanam lebih dipersempit dari
sebelumnya. Pemberian dosis pupuk kcang tanah lebih rendah
dibandingkan dengan dosis pupuk untuk jagung, hal ini dikarenakan
kacang tanah mampu menyuplai kebutuhan unusr unsur haranya
sendiri melalui simbiosis mutualisme antara binti akar dengan bakteri
Rhizhobium, sehingga kebutuhan pupuk N tanaman kacang lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman jagung, karena kacang tanah
dapat mendapatkan suplai N dari udara bebas. Interaksi hara tanaman
juga mempengaruhi kebutuhan tanaman akan unsur hara menurut
Hidayat (2012) Unsur P dapat merangsang pertumbuhan bintil akar
tanaman kacang tanah sehingga dapat memperbanyak hasil fiksasi N
dari udara bebas. Dalam budidaya kacang tanah unsur yang kerpa
mengalami defisiensi adalah P dan K. Menurut Silahooy (2008)
Bentuk kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K
dapat ditukar (Kdd) dan K larutan (K+), serta sebagian kecil K tidak
dapat ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk ion K+.
Tisdale et al. (1990) dan Omar dan Kobbia (1996) melaporkan
bahwa 14.5 mg/kg K dalam larutan keseimbangan sudah cukup untuk
mendapatkan hasil tertinggi tanaman yang banyak membutuhkan K.
Batas kritis K untuk tanaman kacang tanah 2-3 persen. Untuk
mencapai pertumbuhan tanaman maksimal dibutuhkan P dalam
larutan tanah berkisar 0.2 sampai 0.3 mg/L. Sedangkan kandungan P
tanaman terbaik berkisar antara 0.3 sampai 0.5 persen dari total
bobotbahan kering. Batas kritis P untuk tanaman kacang tanah 0.25-
0.5 persen. Di dalam tanaman unsur hara K dan P ada saling
ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang
membawa hara-hara dari akar termasuk hara P ke daun dan
mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman.
Kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat proses
transportasi dalam tanaman. Oleh karena itu, agar proses transportasi
unsur hara maupun asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal
maka unsur K dalam tanaman harus optimal. Pemanenan kacang tanah
dilakukan setelah kacang tanah berumur 100 hari karena pada umur
tersebutlah kacang tanah telah matang secara fisiologis. Di Indonesia
kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering dengan rata-
rata produksi 1,0 - 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5 - 1,5 ton/ha
pada lahan kering sedangkan rata-rata produksi di tingkat petani di
bawah 1,0 ton/ha .Adisarwanto et al. (1993) dalam Astriani (2012)
mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas
kacang tanah berbeda untuk masing-masing daerah produksi. Secara
umum kendala utama dalam produksi kacang tanah adalah : (1)
drainase jelek dan tanah padat, (2) cekaman kekeringan, (3) serangan
penyakit, khususnya bercak daun Cercospora, karat daun, dan virus
belang (peanut stripe virus/PStV), (4) serangan tikus, (5) kekurangan
unsur hara, (6) persaingan dengan gulma. Metode pemanenan dapat
dilakukan dengan cara tradisional.
Diperlukan pengolahan tanah yang baik sehingga ginofor dapat
masuk ke dalam tanah. Ciri ciri kacang tanah yang telah masak antara
lain : batangnya sudah mulai tua dan tidak segar lagi, daun sudah
menguning dan mulai berguguran, serta dapat langusng mencabut dan
melihat polongnya jika sudah buncit dan terlihat berisi maka tandanya
kacang sudah masuk waktu panen. Berdasarkan hasil analisis tabel
anova kacang tanah menunjukan bahwa tinggi tanaman memiliki niali
sig 0,002 yang berarti bahwa perlakuan tersebut berpengaruh terhadap
tinggi tanaman. Berat brangkasan basah memiliki berat nilai sig 0,019
yang berarti perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap berta
brangkasan basah, untuk berat berat brangkasan kering nilai sig nya
0,014 berarti perlakuan tersebut berpengaruh terhadap tanaman. Untuk
berat polong isi dan hampa masing masing 0,067 dan 0,569 sehingga
perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhdapa tanaman kacang tanah
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Perlakuan terbaik untuk kacang tanah adalah 50 x 40, karena jarak
tanam yang tidak terlalau rapat akan mengoptimalkan pertumbuhan
tanaman.
b. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
c. Penyerapan pupuk daun lebih cepat dibandingkan dengan pupuk tanah
d. Pupuk daun meningkatkan pertumbuhan tanaman
2. Saran
a. Untuk prakikum selanjutnya mungkin cukup perwakilan kelompok
saja yang datang prektikum selain mampu mengurangi kesemrawutan
di lahan juga lebih efektiff
DAFTAR PUSTAKA

Agustina A R, Herdina P, dan Didik H. 2015. Budidaya kacang tanah . Monograf


Balitkabi No. 13.
Andi I L, Jumini, dan Syafruddin. 2013. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogeal l.) akibat pengaruh dosis pupuk N dan P pada
kondisi media tanam tercemar hidrokarbon. J. Agrista 17 (3): 119-126.
Anonimus. 2015. Teknologi Pascapanen Jagung. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada
URL:http://pascapanen.tp.ugm.ac.id/2017/09/05/teknologi-
pascapanen-jagung/.
Arumsari, Tyas dan Suwarto. 2018. Pengaruh pupuk nitrogen dan jarak tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi talas belitung (Xanthosoma
sagittifolium (L.) Schott). Bul. agrohorti. Vol. 6 (1) : 123
Buhaira. 2007. Respons kacang tanah (Arachis hypogaea l.) dan jagung (zea mays
l.) terhadap beberapa pengaturan tanam jagung pada sistem tanam
tumpangsari. J. Agronomi 11 (1).
Dewanto, Frobel G. 2013. Pengaruh pemupukan anorganik dan organik
terhadapproduksi tanaman jagung sebagai sumber pakan. J. Zootek
32(5): 5-6
Ekowati, Diah. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays l.) varietas bisi-2
pada pasir reject dan pasir asli di pantai trisik kulonprogo. J. Manusia
dan Lingkungan 18(3): 224
Ekowati, Diah dan Mochamad Nair. 2011. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea
mays l.) varietas bisi-2 pada pasir reject dan pasir asli di Pantai Trisik
Kulonprogo. J. Manusia dan Lingkungan 18(3): 230-231.
Endang D M. 2011. Analisis pertumbuhan tanaman kacang tanah dan pergeseran
komposisi gulma pada frekuensi penyiangan dan jarak tanam yang
berbeda. J. Agroteknologi 1(1): 44-60.
Hidayat. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)
varietas lokal Madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk
Fosfor. J. Agrovigor 1(1): 55-64.
I Gusti Ayu M S A. 2009. Adaptasi berbagai varietas jagung dengan densitas
berbeda pada akhir musim hujan di Jimbaran Kabupaten Bandung.
Jurnal Bumi Lestari 9(2): 201 – 224
Kadekoh, I . 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam
dalam sistem tumpangsari dengan jagung yang didefoliasi pada
musim kemarau dan musim hujan. J.Agroland 14(1):11-17.
Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga, Pinus dan Marsono. 2013. Petunjuk penggunaan pupuk. Jakarta : Niaga
Swadaya..
Marvelia, Awalita. 2009. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L.
Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan
Dosis yang Berbeda. Jurnal Anatomi dan Fisiologi, Vol. 16(2): 8-10
Mayadewi, Ni Nyoman Ari. 2008. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam
terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. J. Agritrop 26
(4): 157-158
Mayun, Ida Ayu. 2008. Efek mulsa jerami padi dan pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah di daerah pesisir. J. Agritrop 26
(1): 37
Nurchayati, Yulita dan Titis Yuliana. 2008. Pertumbuhan tongkol jagung baby
corn (zea mays l.) varietas pioneer-11 setelah pemberian kascing. J.
Sains & Matematika 14 (4):175-181.
Pitoyo,S dan Zumiati. 2002. Tanaman Bumbu dan Pewarna Nabati. Aneka Ilmu.
Semarang.
Rahmi, Abdul dan Jumiati. 2007. Pengaruh konsentrasi dan waktu penyemprotan
pupuk organik cair super ACI terhadap pertumbuhan dan hasil jagung
manis. J. Agritrop 26 (3) : 105 – 109.
Rahni, Nini Mila. 2012. Efek fitohormon pgpr terhadap pertumbuhan tanaman
jagung (Zea mays). J. Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 3(2):
27-28.
Simanjuntak, S. dan Rosita S. 2014. Tanggap pertumbuhan dan produksi kacang
tanah pada dosis pupuk kalium dan frekuensi perbumbuman. J. Online
Agroekoteknologi II(4): 1398.
Sumarianto, I Putu. 2012. Pagan dan Palawija (Seluk Beluk Tanaman Jagung).
http://laporanpraktekantok.blogspot.com/2012/06/pagan-dan-palawija-
seluk-beluk-tanaman.html
Sya’bani, Najmi Ridha. 2011. Pengaruh paclobutrazol terhadap karakteristik
fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea l.) varietas sima
dan kelinci. Skripsi
Tirta, I Gede. 2008. Pengaruh beberapa jenis media tanam dan pupuk daun
terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek jamrud (Dendrobium
macrophyllum A. Rich.). J.Biodiversitas 7(1):81-84.
Wahyudin, A. Ruminta, dan D.C. Bachtiar.2015.Pengaruh jarak tanam berbeda
pada berbagai dosis pupuk organikterhadap pertumbuhan dan hasil
jagung hibrida P-12 di Jatinangor. Jurnal kultivasi. Vol. 14 (1) : 2
Yennita. 2014. Pengaruh gibberellic acid (GA3) terhadap kacang tanah(Arachis
hypogea l) pada fase generatif. Seminar nasional xi pendidikan
biologi FKIP UNS : 25

Anda mungkin juga menyukai