Jika dikaji lebih dalam, radikalisme ini sendiri bukanlah hal yang baru, tetapi
radikalisme sudah mencapai pada titik yang rumit. Pada dasarnya Radikalisme bisa lahir dari
ajaran ideologi maupun agama, karena memang cara berfikir radikal sudah ada di dalam diri
manusia. Namun, istilah “Radikal” muncul untuk pertama kalinya setelah Charles James Fox
memaparkan paham tersebut pada tahun 1979. Pada saat itu, Charles James Fox menyerukan
“Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan di Britania Raya (Inggris). Reformasi
tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang mendukung revolusi parlemen di negara
tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme tersebut mulai berkembang dan kemudian
berbaur dengan ideologi liberalisme. Pada akhirnya, cara pandang tersebut memang
menimbulkan pro dan kontra. Bergantung pada bagaimana penjalanan pemikiran Radikal
tersebut. Para penemu ialah orang orang yang maju dalam berfikir, itu menjadi satu hal yang
baik karena dengan cara pandang radikal itu pula banyak tercipta penemuan penemuan baru.
Dari yang mulanya radikalisme di gunakan dalam sistem pemerintahan atau ideologi,
berkembang kepada ilmu pengetahuan, dan juga agama. Hingga akhirnya pada masa
sekarang ini tidak bisa dipungkiri agama yang banyak disebut sebagai penyebar radikal oleh
mata dunia adalah tentu saja agama islam.
Citra Islam tercoreng dengan sebutan Islam sebagai agama teroris adalah ulah umat
Islam itu sendiri maka tidak heran pemeluk agama lain menuduh Islam sebagai agama teroris.
Mencoreng Islam menjadi agama teroris adalah mereka yang memahami ajaran Islam secara
berlebih-lebihan (ghuluw), telah terdoktrin dalam alam pikiran mereka ajaran Islam radikal
(baca: Radikalisme Agama, LintasGAYO.co 26/10/2016), tidak humanistik, menebar
kebencian kepada pemeluk agama lain dan intoleransi serta suka mengkafirkan orang lain.
Ketika berseberangan dengan pemikiran atau keyakinannya maka orang tersebut adalah
musuh yang harus dihabisi dan dibunuh dengan cara kekerasan dan tentunya dengan bom
bunuh diri yang mereka pandang sebagai jalan jihad.Gambaran di atas sering kita dengar
dengan istilah kelompok fundamentalis, militan, ekstremis, radikal, fanatik, jahidis dan juga
islamis. Khaled Abou El Fadl seorang guru besar Hukum Islam di UCLA, AS, lulusan Yale
dan Princeton yang mendalami studi keislaman di Kuwait dan Mesir menyebutnya dengan
istilah puritan. Ciri kelompok puritan ini dalam keyakinannya menganut paham absolutisme
dan tak kenal kompromi. Dalam banyak hal, orientasi kelompok ini cenderung menjadi puris,
dalam arti ia tidak toleran terhadap berbagai sudut pandangan yang berkompetisi dan
memandang realitas pluralis sebagai satu bentuk kontaminasi atas kebenaran sejati.
Islam telah tercoreng dengan sebutan agama teroris maka umat Islam harus
menyelamatkan Islam dari muslim puritan ini, melawan pemikiran muslim puritan tidaklah
mudah dan itu perlu perjuangan lewat mendalami ilmu pengetahuan secara luas dan
mendalam, menanamkan nilai-nilai toleransi dalam beragama dan memanusiakan manusia
lewat pesan damai yang telah diajarkan oleh agama Islam. Pemuda dan kaum pelajar
mempunyai peran vital dalam melawan arus pemikiran Islam radikal dengan menanamkan
paham-paham kebangsaan serta menguatkan pemahaman keagamaan dengan baik (baca:
Pemuda Melawan Radikalisme, lintasGAYO.co 28/10/2017).
Muslim puritan inilah yang menyebabkan Islam dituduh sebagai agama teroris, oleh
karena itu mari kita selamatkan agama Islam yang membawa kedamain ini dari muslim
puritan. Membuka pikiran secara inklusif bahwa Islam membawa pesan damai untuk seluruh
umat manusia, yang menghancurkan agama Islam adalah pemeluk-pemeluk agama Islam itu
sendiri dengan mengamalkan ajaran agama yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Islam adalah agama damai maka dari itu pemeluknya juga harus memberikan keselamatan
bagi orang lain dan juga bagi pemeluk agama lain dari lisan dan tangannya karena mukmin
sejati adalah mukmin yang bisa memberi rasa aman pada yang lain atas jiwa dan harta
mereka. Ketika muslim memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang sesuai dengan
ajaran Islam maka pemeluk-pemeluk agama lain pasti tidak menuduh agama Islam sebagai
agama teroris malahan rasa kagum mereka terhadap Islam karena pemeluk agama Islam
memberikan kenyamanan dan kedamaian kepada pemeluk-pemeluk agama lain.1 Islam adalah
agama yang memberikan ketentraman, keamanan, kenyamanan, dan ketenangan. Islam tidak
pernah mengajarkan kebencian, keburukan, dan melukai orang lain. Datangnya Islam ke
Indonesia pun dibawa oleh para wali secara damai, dan bersifat mengajak, juga sangat ahli
dalam media berdakwah.
Namun, beberapa dekade terakhir, Islam dikenal sebagai sebuah momok yang
menakutkan bagi masyarakat dunia.2 Karena paham radikalisme sering disandingkan dengan
kata terorisme, yang dimana biasanya kasus-kasus terorisme mengatasnamakan agama.
Sebenarnya, dalam sejarah radikalisme Islam sudah terlihat setelah kemerdekaan hingga
setelah reformasi, ada beberapa gerakan politik yang mengatasnamakan agama, namun dapat
1
Husaini Muzakir Algayoni,`Kenapa islam disebut agama teroris`,http://lintasgayo.co/2018/05/16/kenapa-
islam-
dituduh-sebagai-agama-teroris, diakses pada 30 maret 2019
2
H, Ati, ‘Radikalisme’, ‘Radikalisme’, academia edu (daring),
https://www.academia.edu/17543416/RADIKALISME diakses pada 29 Maret 2019
digagalkan. Kemudian, pada masa Soeharto, gerakan-gerakan lain bermunculan. Hingga
jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dimana kelompok radikal semakin bebas
menampakkan dirinya, dan semakin banyak lagi gerakan gerakan yang bersifat radikal
bermunculan dengan pemimpinnya masing-masing bertebaran di Indonesia.3 Peter G. Ridder
membagi beberapa kelompok Islam setelah keruntuhan Orde Baru. Ia membagi menjadi
empat kategoris yakni, modernis, tradisionalis, neo-modernis, dan Islamis. 4 Kemunculan
beberapa ormas-ormas radikal lainnya seperti Front Pembela Islam, FKAWJ, Front Umat
Islam, dan lain-lain5 adalah masuk dalam kategori Islamis, sebab keberadaannya pun tidak
hanya melakukan transformasi melainkan juga metamorfosis dalam bentuk gerakan yang
bermacam-macam.6
Adapun kemunculan atau peran ISIS yang mempengaruhi masyarakat Indonesia, ISIS
sendiri dikenal sebagai kelompok radikal yang menyiarkan syariatnya dengan memanfaatkan
media internet yang kita ketahui sendiri media internet di era globalisasi ini sangat
berpengaruh terhadap kehidupan. Semakin parahnya, saat ini kemunculan radikalisme islam
di Indonesia terjun kepada dunia pendidikan, yakni buku pengetahuan pelajar. Contoh
kasusnya adalah buku yang berjudu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA kelas
XI yang berisi mengenai barangsiapa yang menyembah selain Allah telah menjadi musyrik
dan boleh dibunuh.7 Sangat disayangkan, dunia pendidikan para penerus bangsa yang
seharusnya tidak terkontaminasi, tapi pada kenyataannya sudah terkontaminasi juga. Jika
melihat sejarah lagi dimana radikalisme islam muncul, kemunculan gerakan Radikalisme
Islam di Indonesia memiliki hubungan erat dengan perkembangan gerakan pemikiran
salafiyah di Timur Tengah. Selanjutnya pada abad 12 Hijriyah, pemikiran ini di kembang
kukuhkan oleh gerakan Wahabi. Perekmbangan dari ide pemikiran salafiyah tejadi sejak
jaman penjajahan Belanda. Pada saat itu terjadi di Minangkabau. Dengan bermunculan
tokoh-tokoh gerakan pemikiran salafiyah di Timur Tengah, seperti Muhammad Abduh dan
Jalaludin al-afgani dan kemudian ide tersebut diterima oleh jamaah Haji, hingga akhirnya
3
A, Asrori, ‘Radikalisme di Indonesia’, ejournal (daring), 2015, <file:///C:/Users/RISALDI/Downloads/331-374-1-
SM.pdf diakses pada 29 Maret 2019
4
Sun ChoirulUmmah, “Akar Radikalisme Islam di Indonesia”, Jurnal Humanika, no. 12, September 2012.
5
Azyumardi Azra, “Revitisasi Islam Politik dan Islam Kultural di Indonesia”, jurnalIndo-Islamika, vol. 1, no. 2,
2012, 235.
6
Ismail Basani& Bonar Tigor Naipospos (ed), Dari Radikalisme Menuju Terorisme, (Jakarta: Pustaka Masyarakat
Setara, 2012), 10.
7
B, Purwanto, ‘Materi Radikal di Buku Agama SMA Dikutip dari Kemendikbud?’, tempo.co (daring), 2015,
<https://nasional.tempo.co/read/651599/materi-radikal-di-buku-agama-sma-dikutip-dari-
kemendikbud/full&view=ok>, diakses pada 29 Maret 2019
gagasan tersebut dibawa ke Indonesia melalui organisasi dan melakukan gerakan
pembaharuan Islam sesuai dengan aliran salafiyah.
Mudahnya faham radikalisme ini masuk dan berkembang di Indoensia tentu saja karena
adanya beberapa faktor. Faktor perkembangan radikalisme di tingkat global. Karena faham
radikalisme semakin meluas dengan cepat akan mengakibatkan pada perkembangan yang
massive dan menyebar diseluruh dunia. Dengan didorong oleh penyebaran faham Wahabisme
mengakibatkan pada percepatan faham radiklamisme islam semakin merebak luas. Faktor
internal yang mengakibatkan faham radikalisme islam begitu mudah berkembang di
Indonesia adalah umat islam sendiri yang telah menyimpang dari norma-norma agama.
Dimana akan muncul sentiment keagamaan kemudian secara terang-terangan akan
memperlihatkan emosi kemarahan yang terjadi ketika segala fenomena di lingkungan tidak
seperti apa yang menjadi keinginannya. Faktor kultur juga memiliki pengaruh yang cukup
besar yang melatarbelakangi munculnya radikalisme. kelompok yang mengatasnamakan
agama berusaha melepas dari jeratan kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agam
Islam. Melalui sebuah organisasi keagamaan beberapa kelompok keagamaan melakukan
pemberantasan terhadap budaya sekularisme dengan cara radikal.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, masuknya faham radikalisme islam yang
diakibatkan oleh ISIS ke Indonesia menunjukkan bahwa kemunculan dan keberadaan faham
radikal islam di Indoneisa memberikan dampak yang sungguh tidak ada baiknya sama sekali.
Dimana yang kita tahu bahwa negara Indonesia sendiri merupakan negara yang didalamnya
memiliki rakyat dengan latar belakang keberagaman suku disetiap daerahnya dan juga agama
yang berbeda-beda. Memang islam merupakan agama yang paling banyak di anut, tetapi
ingatlah di daerah-daerah lain ada yang memiliki keyakinan berbeda dan jumlahnya tidak
sedikit serta tidak boleh dilupakan begitu saja. Islam bukan satu-satunya agama yang eksis di
Indonesia. Ada Kristen, katholik, hindu, budha, konghucu, dan lain sebagainya yang
disatukan dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dimana keberadaannya memiliki
semangat mempersatukan keberagaman didalam Indonesia.
ISIS melakukan doktrin atau brainwash terhadap sasarannya yang berasal dari berbagai
macam kalangan, bisa jadi dari orang yang tidak faham agama hingga sampai sangat faham
agama tetapi memiliki kesalahan dalam mengimplementasikan ilmu agamanya tersebut.
Hingga tak sedikit yang berhasil terhasut dan terjerumus kepada faham radikalisme islam
sehingga banyak diantara warga indonesia yang bergabung dengan kelompok islam radikal
atau ISIS. Lalu, jika pemikiran rakyat Indonesia sudah mampu diperdaya oleh faham
radikalisme islam, maka akan sangat mungkin memunculkan tindakan yang memicu
9
Lihat, BNPT: 500 WNI Tercatat Gabung ISIS di Suriah. Dalam. http://news.liputan6.com/read/2318131/bnpt-
500-wni-tercatat-gabung-isis-di-suriah diakses: 29.03.2019. Jam 18.36 WIB.
10
Hikam. Op,cit. Hlm 70-71.
perpecahan di Indoneisa. Aksi-aksi yang telah dilakukan ISIS selama ini akan dicontoh dan
dilakukan pula di Indonesia agar supaya misi mereka berhasil. Hingga sampai saat ini,
fenomena terrorist melakukan pemboman ditempat-tempat ibadah, tempat-tempat umum
yang berujung pada bom bunuh diri marak terjadi. Dimana sang pelaku beraggapan bahwa
hal tersebut merupakan jihad dan dianjurkan untuk mencapai tujuan.
Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sedang dalam keadaan yang mencekam,
peristiwa bom yang mengacu kepada tindakan terorisme banyak terjadi di berbagai daerah di
Indonesia, bahkan yang lebih miris peristiwa tersebut ada yang terjadi di tempat ibadah. Tak
sedikit warga yang menjadi korban. Tak hanya korban jiwa, tetapi peristiwa tersebut
membuat keresahan muncul di masyarakat. Tetapi jika kita takut, maka kelompok
radikalisme islam itu malah semakin senang dan akan gencar melakukan bom-bom
selanjutnya.
UPAYA DERADIKALISASI
Untuk mencegah penyebaran ideologi atau paham islam radikal, perlu diadakannya
usaha deradikalisasi yang merupakan suatu keharusan dan mesti dilakukan dengan berbagai
strategi diberbagai tempat. Deradikalisasi dapat diartikan sebagai upaya melenyapkan,
menghilangkan atau menghapus tindakan radikal. Deradikalisasi pemahaman keagamaan
berarti upaya menghapuskan pemahaman yang radikal terhadap ayat-ayat al-Qur‘an dan
Hadis, khususnya ayat atau hadis yang berkaitan dengan konsep jihad, perang, dar al-harbi
dan seterusnya. Salah satunya pendidikan sebagai pusat pembelajaran murid atau anak muda
yang masih menempuh pendidikan adalah tempat yang sangat tepat untuk menamkan
pemahaman islam yang moderat. Disini peran pendidikan merupakan fondasi awal dalam
membentuk pemahaman akan agama yang paling dasar setelah keluarga. Munculnya
benturan di kalangan umat islam karena mereka kaku dalam tafsir dan penerapan al-quran
terhadap kehidupan sehari-hari, inilah yang mengakibatkan munculnya radikalisme islam.
Oleh karenanya, akhlak yang baik dan benar harus menjadi determinan penting dalam
upaya hidup sesuai dengan ajaran didalam al-Quran dan al-Sunnah. Berkaitan dengan
pendekatan agama dalam upaya deradikalisasi ini, ada baiknya kita mengingat kembali pesan
dari Rasulullah SAW. Dalam sebuah kesempatan, beliau menyampaikan bahwa umatnya
tidak akan sesat selama mereka berpedoman kepada dua warisannya yang paling berharga,
yaitu al-Qur‘an dan as-Sunnah. Secara keseluruhan, upaya dalam menekan atau bahkan
menghilangkan paham radikalisme tersebut haruslah dilakukan oleh semua pihak, dari
pemerintah, institusi keagamaan dan pendidikan, serta masyarakat. Mereka memiliki peran
masing-masing dan harus bersinergi dalam upaya deradikalisasi atau pemberantasan ideologi
islam radikal. Agar radikalisme islam di Indonesia dapat hilang dan menjadi negara yang
damai, tentram dan rakyatnya hidup berdampingan didalam perbedaan beragama.
Metode yang kedua ialah Rehabilitasi. Rehabilitasi ini dilakukan terhadap para pelaku
yang telah terbukti melakukan kejahatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan paham
radikalisme islam di Indonesia. Rehabilitasi disini memiliki dua makna, yaitu pembinaan
kemandirian dan pembinaan kepribadian. Keduanya bertujuan untuk melatih serta membina
para pelaku untuk mempersiapkan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat untuk mereka
membangun keahlian serta mampu bekerja di masyarakat tanpa ada paham radikal didalam
dirinya setelah ia berhasil keluar dari tempat rehabilitasi. Pembinaan lain yang dilakukan
ialah dengan memberikan dialog serta memberikan ucapan-ucapan baik yang akan merubah
mind set mereka selama ini sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif lalu mereka
akan menerima pihak yang berbeda dengan mereka. Proses dari metode rehabilitasi ini
bekerjasama dengan pihak kepolisian, lembaga kemasyarakatan, lembaga keagamaan,
Kementrian Agama, Kemenkokesra, ormas, dan masyarakat sipil. Dengan melakukan metode
ini pemerintah mengharapkan adanya perubahan dan para pelaku kejahatan karena
radikalisme dan terorisme ini mempunyai bekal dan pengetahuan yang lebih baik supaya
mereka dapat menjalani kehidupan seperti masyarakat umumnya setelah keluar.
Metode resosialisasi dan reintegrasi dalam upaya deradikalisasi ini hampir sama seperti
reedukasi, dimana masyarakat diberikan pembimbingan dalam bersosialisasi dan memiliki
faham yang sama dengan masyarakat umum yang ada di Indonesia. Reintegrasi juga bersifat
memberikan pendidikan sama seperti reedukasi yang melibatkan lembaga pendidikan dari
mulai pendidikan dini hingga pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga pelajar dari yang
masih berusia dini, remaja, hingga mahasiswa dapat mempunyai pola pikir yang kritis dan
memiliki jiwa nasionalisme yang kuat sehingga berimbas kepada kepemahaman yang kuat
terhadap nilai pancasila, dan negara Indonesia sehingga tidak mudah terpengaruh doktrin
yang destruktif. Peran masyarakat sipil dalam upaya deradikalisasi juga memiliki andil yang
cukup signifikan. Melalui ormas atau lembaga keagaman tertentu seperti NU,
Muhammadiyah dimana memiliki fatwa tentang keharaman tindakan terorisme dan
radikalisme islam sehingga berimplikasi pada penanaman pola pikir dari pengikutnya agar
tidak terjerumus pada lembah radikalisme islam.
KESIMPULAN
Radikalisme pada awalnya merupakan sesuatu yang tidak buruk. Karena awalnya
radikalisme muncul atas dasar keinginan untuk melakukan perubahan dari keadaan yang
sedang terjadi. Tetapi kemudian radikalisme dianggap sebagai suatu gejala atau fenomena
yang meresahkan. Karena dianggap sebagai faham yang dapat mengakibatkan suatu
perubahan dalam tatanan sosial yang ada dimasyarakat. Dalam p[erekmbangannya,
radiklasime terus menjadi perhatian, ketika radikalisme mulai masuk kepada faham radikal
yang menyangkut agama. Sampai pada suatu kasus bahwa agama islam merupakan agama
yang menjadi aktor dalam meluaskan dan menyebarluaskan paham radikalisme. Radilkasime
islam sendiri merupakan faham yang memiliki tujuan untuk menjadikan dunia sebagai
khilafah atau peradaban islam secara global. Hingga Indoneisa sebagai negara dengan jumlah
penduduk muslim terbesar menjadi sasaran dan faham radikalisme islam berhasil masuk dan
bekembang di Indonesia. Dengan bermunculannya gerakan-gerakan islam yang bertujuan
untuk menjadikan negara Indonesia sebagai negara Khalifah atau negara islam. Sungguh ini
merupakan faham yang sangat bertolak belakang dengan ideologi negara Indonesia yang
berasaskan Pancasila dan melanggar nilai-nilai Bhineka Tunggal ika. Maka dari itu haruslah
ada usaha atau upaya untuk memberantas paham radikalisme islam di Indonesia dari berbagai
pihak yang bersinergi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Aspihanto, F. M. (2017). Sinergi Terhadap Pencgahan Terorisme dan Paham
Radikalisme. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 73-90.
Khamid, N. (2016). Bahaya Radikalisme Terhadap NKRI. Journal of Islamic Studies and
Humanities, 123-152.
Nugraha, A. (2017). Latar Belakang Radikalisme. Retrieved Maret 29, 2019, from Acedemia:
https://www.academia.edu/16449675/LATAR_BELAKANG_RADIKALISME
Thoyib, M. (2018). Radikalisme Islam Indoneisa. Jurnal Studi Pendidikan Islam, 93-100.
Umar, A. R. (2010). Melacak Akar Radikalisme Islam di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 169-186.
KELAS D
Disusun Oleh:
1. Muhammad Adhi Darmala 20180510069
2. Rizqi Dwi Purnama Putra 20180510094
3. Safira Allika Putri 20180510109
4. Khoirunnisa Arifatun Sholikhah 20180510182
5. Salsabila Lisdi 20180510343
6. Irham Abdullah 20180510360
7. Agus Adityawan 20180510393
8. Baiq Giri Sekar Katon 20180510449