Anda di halaman 1dari 19

ASWAJA DAN

RADIKALISME

Dosen Pengampu : Bapak Kholid Mashari,S.Ag.,M.S.I


ANGGOTA KELOMPOK

1 Siti Fathimah 2 Khairul Fajar Setiawan


21101021009 21101021018

Sintia Dwi Adisa Dwi Apriliani


3 Fransiska DS 4
21101021032
21101021021
PEMBAHASAN

01 Pengertian Radikalisme 04 Faktor dan Penyebab


Radikalisme dalam Islam

Sejarah Munculnya
02 Radikalisme 05 Implikasi Radikalisme
Islam

03 Peran Pemerintah Republik Indonesia


dalam Pencegahan Paham Radikalisme
01 Pengertian
Radikalisme
Apabila meruntut pada istilah, kemunculah radikalisme adalah hasil dari pengembangan
suku kata radikal. Adapun kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix atau radici. Radix
dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-hal mendasar, prinsip-
prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.

Konsep radikalisme juga berkembang dalam ranah sosial dan politik. Dalam ranah ini
radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan
penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme terbagi menjadi tiga makna
yang berbeda. Makna yang pertama, radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal
dalam politik. Kedua, radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, dan
ketiga, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik. Kemunculan radikalisme
juga dipercaya akibat adanya doktrin politik yang dianut oleh gerakan sosial-politik yang
mendukung kebebasan individu dan kolektif, dan emansipasi dari kekuasaan rezim
otoriter dan masyarakat yang terstruktur secara hierarkis.
02 Sejarah Munculnya
Radikalisme
terma radikalisme pertama kali digunakan oleh Charles James Fox, yang pada tahun
1797 mendeklarasikan "reformasi radikal". Gerakan ini terdiri dari perluasan hak pilih
secara drastis ke titik hak pilih universal. Istilah radikal kemudian mulai digunakan
sebagai istilah umum yang mencakup semua pihak yang mendukung gerakan reformasi
parlementer. Di abad ke 19 atau tepatnya tahun 1848, istilah radikal digunakan untuk
menunjuk seorang republik atau pendukung hak pilih universal. Memasuki abad ke-19,
pemaknaan radikalisme berubah karena pengaruh bahwa manusia bisa mengontrol
lingkungan sosial mereka melalui tindakan kolektif, sebuah posisi yang dipegang oleh
apa yang disebut radikal filosofis. Dalam perjalanannya, istilah radikalisme banyak
melalang buana ke berbagai negara. Salah satunya di Amerika Serikat. Orang yang
memiliki pola pikir radikalisme akan diartika sebagai sosok ekstremis politik dalam
bentuk apa pun, baik kiri maupun kanan. Komunisme dianggap sebagai radikal kiri,
sementara fasisme dianggap sebagai radikal kanan. Berbagai gerakan pemuda di
Amerika Serikat, yang secara luas disebut radikal, dikaitkan dengan kecaman terhadap
nilai-nilai sosial dan politik tradisional.
Peran Pemerintah Republik
03 Indonesia dalam Pencegahan
Paham Radikalisme
Paham radikalisme di Indonesia kini menjadi perhatian serius Pemerintah
Republik Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT). Lembaga tersebut berpendapat bahwa sumber ketahanan agar
tidak terpengaruh paham radikal dan terorisme sewajarnya dapat hadir
pertama kali dari lingkungan keluarga dan kemudian dari lingkungan
—Someone
pendidikan yaitu sekolah. Oleh karenanya, BNPT melalui program Famous
pencegahan secara masif membuat konten toleransi, perdamaian dan
cinta tanah air dalam membendung propaganda teroris. Selain itu BNPT
juga selalu memantau dan melaporkan konten-konten propaganda teroris
kepada Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) agar diblokir.

 
04 Faktor dan Penyebab
Radikalisme dalam Islam
FAKTOR RADIKALISME DALAM ISLAM

01 faktor sosial politik

02 faktor emosi keagamaan

03 faktor kultural

04 faktor ideologis anti westernisasi

05 faktor kebijakan pemerintah


faktor sosial politik

Faktor sosial politik yaitu suatu bagian pergerakan yang mengarah


pada suatu pengaruh atau kekuasaan yang dapat mengakibatkan
munculnya suatu gerakan radikal baru. Ini muncul akibat dari
interaksi sosial antara kelompol internal Islam didorong adanya
pergarakan mengarah pada kekuasaan. Seperti pergerakan dalam
bentuk suksesi pemerintahan dalam bentuk khalifah.
faktor emosi keagamaan
Penyebab munculnya gerakan radikalisme ini adanya fakta sentimen
pemeluk internal Islam. Sentimen ini terjadi karena adanya penindasan
suatu kelompok pemeluk agama yang mempunyai kekuatan atau kekuasaan
tertentu sehingga muncul emosi yang dilampiaskan menggunakan dalih
agama. Faktor emosi keagamaan diawali adanya interaksi sosial dalam
kelompok Islam itu sendiri, didasari atas motivasi yang berakar pada
kepentingan masing-masing kelompok, sebagai pemicu lahirnya sentimen
antarkelompok. Gerakan emosi keagamaan ini biasanya dituangkan dalam
bentuk radikal pergerakan menggunakan simbul keagamaan dan selalu
mengibarkan bendera simbul keagamaan dengan dalih membela agama.
faktor kultural
Suatu budaya yang dapat menggeser terdapat keadilan Islam, sehingga
Islam termarjinalkan, tidak ada kesempatan untuk mendapatkan ruang
mengamalkan syariat Islam, karena adanya dominasi budaya yang
bersifat sekulerisme (anti agama). Dominasi suatu budaya non-Islam
yang dapat menggeser budaya Islam ini dipengaruhi oleh interaksi
sosial seperti interaksi antara budaya sekuler dengan budaya Islam,
sehingga budaya Islam tidak mendapat ruang. Dominasi budaya
sekuler ini menjadikan tekanan pada umat Islam sehingga muncul
pergerakan radikal. Pergerakan radikal ini bermotivasi untuk
menggeser peradaban sekuler diganti dengan peradaban Islam yang
telah berada sebelumnya sehingga terjadi benturan budaya atau
peradaban.
faktor ideologis anti westernisasi
Ideologi yang berfaham bangsa Barat yang mengandung nilai sekuler perlu
diganti dengan ideologi yang befaham Islam. Proses penggantian ideologi barat
ini melalui interaksi sosial yang bercorak pergerakan radikal. Pergerakan radikal
ini merupakan penolakan terhadap ideologi barat yang bertentangan dengan
syariat Islam. Ideologi barat dapat diketahui melalui simbul-simbul, tata cara
pergaulan yang tidak sesuai dengan syariat Islam, tata cara pergaulan antar jenis
kelamin yang berbeda yang merusak hukum Islam. Ini dapat dilakukan dengan
menolak ajaran dan budaya barat itu, dan penyadaran terhadap umat Islam, bahwa
budaya barat yang tidak sesuai syariat Islam perlu ditolak atau dijauhi sedini
mungkin. Hal ini telah ditulis oleh Azyumardi Azra, perlawanan Laskar Jihad
Ahlussunnah Waljamaah terhadap berbagai fenomena yang terjadi lebih didorong
karena sikap pemerintah yang tidak mau merespon secara positif terhadap
tertindasnya kaum Muslim
faktor kebijakan pemerintah
Tindakan pemerintah di negara-negara Islam, atau negara berpenduduk mayoritas
Islam kurang diberdayakan untuk menanggulangi, mengatasi munculnya pergerakan
radikalisme yang muncul dari internal maupun eksternal pada suatu negara.
Fenomena radikalisme ini muncul adanya kecenderungan masuknya ideologi atau
ekonomi dari suatu negara pada negara Islam atau negara berpenduduk mayoritas
Islam yang pemegang kekuasaan adalah para elit-elit pemerintah di negara Muslim
belum dapat mewujudkan pola selain untuk mengatasi perkembangan itu. Misalnya,
ideologi dari ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) memasuki negara Indonesia
dapat membangkitkan sikap radikal terhadap orang-orang Islam di Indonesia karena
ideologi mereka tidak sesuai dengan ideologi orang-orang Islam di Indonesia yang
bernuansa Pancasila. Salah satu pernyataan ISIS bahwa, Pancasila adalah thogut
atau berhala yang harus diperangi sudah kelewat batas.Kasus ISIS di Indonesia ini
dapat menjadikan stimulus elit-elit pemerintah Indonesia untuk memberdayakan
dirinya berlaku radikal dalam rangka mengusir pergerakan itu.
 
Implikasi
05 Radikalisme Islam
Islam Implikasi yang dimaksud di sini adalah suatu sugesti yang dapat
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk melakukan interaksi timbal
balik terhadap pergerakan radikalisme. Radikalisme akan mengakibatkan
tindakan kekerasan, seperti pernyataan Muhammad Takdir Ilahi bahwa,
suasana yang tertekan dan guncangan batin yang begitu mendalam membuat
seseorang yang menganut prinsip radikalisme akan terus kerapnya mencari
titik temu sebuah kebenaran yang mereka anut. Atas nama agama, seseorang
sering mengabaikan dimensi keluhuran kemanusiaan yang menjadi firnah
manusia itu sendiri sehingga tindakan kekerasan menjadi pilihan yang paling
ideal untuk memperkuat jaminan kehidupan selanjutnya. Pertama,
radikalisme dapat berimplikasi menjadikan suatu sugesti yang dapat
membentuk suatu pergerakan kekerasan kelompok yang lain. Kedua,
radikalisme dapat berimplikasi pada sugesti pergerakan radikal baru dalam
bentuk suksesi suatu pemerintahan atau khalifah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai