Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PPKN

MENCEGAH TIMBULNYA GERAKAN GERAKAN RADIKALISME


DAN TERORISME DI INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Mursidah As Syiffa
Anas Nugroho
M. dandy
Guru Mapel: Nursiah, S.Pd

SMK NEGERI 2 PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara pluralis, dimana kemajemukan hadir dan berkembang di
dalamnya. Sebut saja, suku, ras, budaya, bahkan agama. Kemajemukan tersebut telah
membawa akibat yaitu adanya hubungan yang semakin intensif antar kelompok-
kelompok manusia. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang
ditimbulkan oleh kalangan radikal ini berasal fakta historis bahwa salah satu pihak tidak
diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap
kekuatan yang mendominasi. Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan
agama kaum radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan
untuk mencapai tujuan dari politiknya. Selain politik, harus diakui bahwa salah satu
penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya
adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.
Radikalisme yang muncul sering berlanjut dengan terorisme. Terorisme selalu identik
dengan teror, kekerasan, ekstrimnitas dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan
konsekuensi negatif bagi banyak orang dan dapat  menjatuhkan korban yang banyak. 

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
ppkn, memehami pengertian radikalisme dan terorisme, dan mengerti bagaimana
mencegah timbulnya Gerakan Gerakan radikalisme dan terorisme.

1.3 Rumusan Masalah


Latar belakang yang telah dipaparkan diatas belum memberi penjelasan lebih, hingga
perlu dibuat rumusan-rumusan masalah yang nantinya akan dikaji lebih lanjut dalam bab
pembahasan, yaitu sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dan konsep radikalisme dan terorisme?
2. Apa saja permasalahan atau faktor yang muncul akibat radikalisme dan terorisme?
3. Bagaimana mencegah timbulnya gerakan gerakan radikalisme dan terorisme?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Radikalisme dan Terorisme


 Terorisme
-Menurut UU No. 15 Tahun 2003
Terorisme adalah segala aksi yang sesuai dengan tindak kriminal berupa kekerasan
atau ancaman yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menibulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas
kemerdekaan atau menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain serta merusak objek
vital dan fasilitas publik.

 Radikalisme
-Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

-Menurut Horace M Kallen


Radikalisme memiliki kekayanyang kuat akan kebenaran ideologi atau program yang
mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis memperjuangkan keyakinan yang
mereka anut.

2.2 Faktor-faktor serta Masalah yang Terjadi Akibat Radikalisme dan Terorisme

1. Opini
Maraknya pemikiran radikalisme hingga tindak perilaku terorisme dewasa ini tak
dapat diduga maupun juga disangka, aksi demi aksi melawan hukum dalam melancarkan
serangan yang konon katanya jihad namun justru membahayakan banyak pihak tak bersalah.
Acapkali pelaku tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk mencari jalan alternatif
penyelesaian suatu masalah selain bertindak radikal. Sehingga, pelaku melakukan aksi
radikalisme nya tersebut tanpa memikirkan seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh
tindakannya.

2. Sosial-Politik
Ekonomi masyarakat yang rendah membuat mereka berfikir sempit, dan akhirnya
mencari perlindungan kepada ulama yang radikal karena mereka berasumsi akan mendapat
perubahan perekonomian yang lebih baik. Memiliki pemimpin yang adil adalah impian
semua warga masyarakat. Namun jika pemimpin itu menggunakan politik yang hanya
berpihak pada kekuatan asing bahkan politik pembodohan rakyat, maka timbul kelompok
masyarakat yang menamakan dirinya sebagai penegak keadilan, yang mana kelompok-
kelompok tersebut dapat saling menghancurkan satu sama lain.

3. Pendidikan
Radikalisme dapat terjadi melalui pendidikan yang salah. Terutama pendidikan agama
yang sangat sensitif. Tidak sedikit orang-orang yang terlibat dalam aksi terorisme justru dari
kalangan yang berlatar pendidikan umum seperti dokter, insinyur, ahli teknik, ahli sains,
namun hanya mempelajari agama sedikit dari luar sekolah yang kebenaran pemahamananya
belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Atau dididik oleh kelompok Islam yang keras dan
memiliki pemahaman agama yang serabutan.

4. Primordialisme
Primordialisme adalah suatu pandangan atau paham yang kuat dan berasal dari lahir.
Pengertian Primordialisme di bawa dari sejak bayi, lahir karena melekat dengan adat istiadat
setempat. Misalnya ras, suku, agama, adat istiadat, lingkungan, kepercayaan, asal kelahiran
dan peraturan yang di anggap keramat. Primordialisme bisa di katakan identitas dan ciri khas
suatu kelompok yang dapat memperkuat persaudaraan pada kelompok tersebut. Yang paham
mengenai primordialisme akan menjadi golongan yang cinta keluarga. Mereka akan
melindungi keluarga yaitu kelompok mereka. Namun yang menjadi konflik adalah ketika
membela keluarganya yang salah, sehingga menjadi suatu kesalahpahaman. Sehingga
primordialisme dapat bersifat buruk diakibatkan terlalu mematuhi peraturan walaupun itu
salah. Tidak jarang juga kelompok lain merasa di curigai dengan kelompok primordialisme.
Seperti halnya apabila ada sekelompok umat yang merasa di tindas oleh pemerintah atau
agama lain, dapat menjadi faktor pembangkit semangat kelompok radikal dan terorisme
untuk bergerak seakan membantu kelompok-kelompok yang mengalami tindak penindasan.
Primordialisme dapat menjadi sebuah katalisator dari aksi terorisme. Sebab kegaduhan dan
keributan yang terjadi dalam masyarakat akan membuat situasi politik, sosial, dan keamanan

2.3 Mencegah Timbulnya Gerakan Gerakan Radikalisme dan Terorisme

-Meminimalisir Kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak
terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman
radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk
Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir.
Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi
perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada
rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan
dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali
pemerintahan Negara.

-Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak
terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah
berikutnya ialah tentang bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan
tersebut. Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang
dikenal juga diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu
pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan
pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka tidak akan mudah
goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman radikalisme sekaligus tindakan terorisme
dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal ika sebagai semboyan
Indonesia.

-Mengatasi radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus


Instrumen pertama menurut Profesor Firmanzah, Rektor Universitas Paramadina,
adalah dengan instrumen instruksi. Maksudnya adalah ada struktur komando dari
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada rektor di perguruan
tinggi yang dilanjutkan kepada dosen terkait pencegahan gerakan radikal. Namun,
instrumen ini tidak bersifat otoriter, melainkan mengedepankan dialog. Instrumen
kedua adalah pemilihan dan pembenahan kurikulum di kampus. Antara lain,
kewarganegaraanm pancasila, serta bela negara. Instrumen ketiga adalah perlu
diadakannya kegiatan-kegiatan di luar kelas yang bisa memperkuat persatuan dan
kesatuan. Kegiatan ini bersifat lintas universitas dan didukung pula oleh pemerintah.
Terakhir yaitu perlu adanya strategi budaya. Dengan memiliki modal besar berupa
kearifan lokal, Indonesia mampu menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan.

- Menyaring informasi yang didapatkan


Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini
dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti,
terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa
datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus
dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar
menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita
harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan
membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi
tersebut.

- Mendukung gerakan BNPT lewat strategi kontra radikalisasi dan deradikalisasi


Kontra radikalisasi yakni upaya penanaman nilai-nilai ke-Indonesiaan serta nilai non-
kekerasan melalui pendidikan formal ataupun informal. Deradikalisasi ditujukan untuk
simpatisan, inti, militan, dan pendukung gerakan teror baik di dalam atau di luar lapas.
Hal ini dilakukan agar mereka meninggalkan cara-cara kekerasan dan teror yang
merugikan orang lain, serta menghilangkan paham radikal supaya sejalan dengan
paham ideologi pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Upaya untuk mengurangi jumlah tindakan teroris membutuhkan diplomasi dan komunikasi
yang terus menerus dan terorganisir. Untuk mengubah budaya kebencian dan kekerasan para
anggota teroris ini mungkin akan memakan waktu yang lama. Selain itu, penting pula untuk
memelihara pedoman moral dalam penegakan hukum, good governance dan keadilan sosial.
Perjuangan melawan teroris bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan militer
saja, melainkan perlu keterlibatan seluruh masyarakat dan kerjasama antar disiplin ilmu.
Penilaian terhadap individu atau suatu kelompok akan teroris haruslah berhati-hati, perlu
dicari tahu secara mendalam apakah benar suatu kelompok atau individu tersebut telah
terdoktrinisasi sebagai teroris atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai