Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HANIFA ADHIYANTI

NIM : 19/442198/KH/10122
TUGAS STUDIUM GENERALE KULIAH MKWU

ESSAY
MAHASISWA DAN PERANNYA DALAM PENCEGAHAN RADIKALISME
Radikalisme merupakan embrio cikal bakal dari terorisme. Radikalisme sendiri merupakan
sikap atau paham yang menginginkan adanya perubahan atau pembaharuan sosial politik dengan
jalan kekerasan dan bersifat ekstrem. Menurut BNPT,ada beberapa ciri yang dikenali sebagai sikap
dan paham radikal, seperti intoleran, fanatik, eksklusif, dan lain-lain. Hal ini sangat berbahaya bagi
bangsa Indonesia, terutama bagi masyarakat, mengingat Indonesia merupakan bangsa yang plural,
terdiri dari berbagai agama, budaya, dan suku bangsa. Apabila paham radikalisme tumbuh di
Indonesia, dapat dipastikan akan terjadi banyak pertumpahan darah karena sikap intoleran dan anti
terhadap suatu kelompok.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satu dampak problem yang ditimbulkan
oleh tindakan radikalisme, intoleran, dan terorisme adalah kegaiatan atau aksi terror seperti bom
dan pembunuhan yang menimbulkan banyak korban jiwa. Contohnya adalah bom di Hotel JW
Marriot, Jakarta pada 2003 silam yang menyebabkan 12 korban tewas dan 150 korban luka. Hal ini
tentu menyebabkan keresahan masyarakat, ancaman terhadap ideologi bangsa, kerusakan fasilitas
umum, timbul korban jiwa. Dampak nyata dari korban luka, seperti yang dialami oleh Bapak Febby
Firmansyah sebegai salah satu korban luka dari masyarakat sipil, beliau menderita luka bakar 40%
yang mengakibatkan kerusakan pada kulitnya, akibat yang beliau rasakan sebagai korban adalah
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan dikucilkan oleh masyarakat karena fisiknya yang rusak
akibat bom terorisme. Ancaman perpecahan dan negara yang tidak kondusif akibat dendam
berkelanjutan pun tidak akan padam bila intoleran dan radikalisme terus menerus digaungkan di
dalam kehidupan berbangsa. Tak hanya itu, bagi pemilik saham yang mempertimbangkan
keamanan negara tentu akan melakukan penarikan saham mereka dari Indonesia yang akan
berakibat pada penurunan ekonomi.
Pandangan intoleran dan paham serta jaringan radikalisme dapat muncul dan berkembang
di Indonesia, salah satunya adalah karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk sehingga
mudah menjadi wadah berkembangnya intoleransi. Selain itu, walaupun majemuk, Indonesia
memiliki kaum mayoritas terutama dalam hal agama, sehingga mudah disetir dan disisipi paham
radikal di dalamnya. Kurangnya kesadaran pentingnya persatuan atau rasa cinta nasionalisme pun
semakin mendukung berkembangnya radikalisme. Ekonomi Indonesia yang masih rendah juga bisa
menjadi salah satu factor iming-iming yang membuat paham tersebut masuk ke Indonesia.
Mahasiswa tentu masuk dalam target empuk doktrin radikalisme. Menhan, Ryamizard
dilansir oleh detik.com menyebutkan 23,4% mahasiswa Indonesia telah terpapar radikalisme.
Mahasiswa yang notabenenya sedang dalam proses mendewasa dimana ia mencari jati dirinya, akan
sangat mudah disisipi dengan paham-paham radikalisme terutama yang berkedok keagamaan.
Radikalisme di kampus banyak berkembang karena maraknya rekruitmen yang dilakukan oleh
organisasi kampus extra berkedok agama dengan banyak kaum intelek di dalamnya, yang ternyata
membawa paham radikal. Sistem rekruitmen dan doktrinnya pun dibuat bertahap dengan
menyentuh sisi spiritual dan emosional calon anggota. Mahasiswa yang menjadi intoleran dan
radikal sudah mengalami tahap melihat sisi-sisi radikalisme, mendengar misi yang dibawa oleh
paham radikal, dan merasakan kegiatan radikal dalam waktu yang lama. Hal ini tentu sangat
berbahaya, mengingat mahasiswa datang dari kaum intelek/terdidik sebagai generasi penerus
bangsa yang seharusnya menjunjung tinggi ideologi Pancasila.
Ada kurang lebih tujuh faktor yang menjadi jalan masuknya radikalisme, yaitu : kepastian
ekonomi; mencari tantangan; eksistensi diri; kebutuhan akan cinta dan rasa sayang; rasa ingin
mengembangkan diri; rasa ingin memberi kontribusi; dan pencarian arti serta makna hidup.
Kekurangan akan tujuh kebutuhan di atas, yang kemudian menjadi sarana radikalisme untuk
menyisip ke dalam pemikiran manusia. Apabila kita tidak mampu mendapatkan kebutuhan-
kebutuhan tersebut, maka radikalisme akan masuk dan mengisi ruang-ruang kosong itu yang
kemudian akan menarik seorang individu untuk menumbuhkan rasa percaya dan pembenaran
terhadap paham radikalisme. Lemahnya sisi spiritual dan emosional pun akan membuat semakin
mudahnya paham radikalisme masuk dalam pemikiran kita.
Sikap dan karakter yang perlu ditumbuhkan untuk mencegah pengaruh dari paham
intoleran dan radikalisme adalah penanaman karakter dan sikap Pancasila yang menjadi dasar
negara kita. Contohnya adalah, Berketuhanan Yang Maha Esa, Menjunjung persatuan, keadilan,
dan Memajukan kesejahteraan bangsa dengan kontribusi untuk masyarakat. Sikap simpati dan
empati dan pembiasaan berpikir kritis dan terbuka secara objektif harus selalu dikembangkan di
dalam diri mahasiswa agar senantiasa bertenggang rasa menghormati dalam hidup di tengah
keberagaman masyarakat.
Peran dan kontribusi mahasiswa sebagai kelompok terdidik untuk mencegah radikalisme
dan intoleransi bisa dilakukan dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan masyarakat yang bersifat
sosialisasi interaktif bahaya dan ciri-ciri radikalisme, intoleransi, dan terorisme yang perlu
diwaspadai. Selain itu, kontribusi dengan melakukan kegiatan social project ke sekolah dasar
melakukan pembelajaran mengenai Pancasila dan Pendidikan karakter. Pengadaan kegiatan
camp/konferensi mahasiswa dengan program pencegahan radikalisme dan intoleran di lingkungan
kampus. Selain itu, kontrol dan pengawasan terhadap organisasi dan ukm mahasiswa juga bisa
dilakukan, mengingat banyak rekruitmen yang justru berasal dari kalangan mahasiswa itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai