Oleh :
Lukman Nulhakim 20616013
Pendidikan Kewarganegaraan
ABSTRAK
Penggemaan rasa cinta terhadap bangsa, negara, dan ideologi, sangat dibutuhkan oleh suatu
bangsa untuk mengikat masyarakatnya agar bisa hidup bersama dalam kedamaian. Pancasila
sudah ditetapkan sebagai ideologi bangsa Indonesia, maka ideologi ini wajib dipatuhi dan
diikuti. Ideologi Pancasila dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika mengedepankan masyarakat
yang hidup secara toleran, damai, dan stabil. Akhir-akhir ini, gerakan teroris dan paham
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam tugas pokoknya berperan besar
kebangsaan, mahasiswa dituntut untuk memiliki sense of crisis dan naluri kebangsaan, agar
dapat turut berperan dalam pencegahan dan penanggulangan radikalisme Metode Penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan spesifikasi penelitian deskriptif dan
PENDAHULUAN
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional, maka tujuan Pendidikan Tinggi juga mendidik
Mahasiswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa. Selain itu para Mahasiswa mempunyai tugas sesuai Tri Darma
Perguruan Tinggi yaitu melakukan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Terorisme dan radikalisme, merupakan masalah yang kerap terjadi di berbagai negara, baik
yang berkembang, maupun yang sudah maju. Indonesia, sebagai salah satu negara
berkembang dengan populasi muslim terbanyak di dunia sayangnya juga terpapar dengan
ideologi dan aksi terkutuk tersebut. Parahnya lagi, para pelaku dan jaringannya melakukan
tindakan teror tersebut untuk menciptakan revolusi dan perubahan terhadap dasar dan
ideologi kita bersama, yakni Pancasila, yang mereka anggap sebagai berhala atau thaghut.
Di era globalisasi ini, lintas batas antar tempat tampak tidak terlihat, serta media dan alur
Indonesia, adalah yang paling rentan terkena dampak globalisasi. Dampak negatif dari
globalisasi ini diantaranya adalah terkikisnya pemahaman dan kecintaan terhadap ideologi
kebangsaan (Pancasila), yang dapat juga diikuti dengan radikalisasi dan aksi terorisme.
perekrutan secara konvensional, menjadi perekrutan secara daring (online) melalui media
METODE PENELITIAN
Segala sesuatu untuk menuju hal yang diinginkan dan dibutuhkan perlu menggunakan teknik
dan cara yang sesuai dalam penggunaannya. Begitu juga dalam menulis laporan miniriset ini,
kami menggunakan teknik dan metode yang sesuai guna mencapai tujuan yang kami
harapkan. Oleh karena itu, dalam menyusun laporan observasi ini kami menggunakan metode
dan teknik dalam menganalisa dan mengolah objek yang terlibat yaitu salah satu narasumber
yang mempunyai keterkaitan dengan hal yang kami kaji. Sehingga kami menggunakan
metode observasi secara kualitatif. Selain itu, kami mempelajari pendapat para ahli yang telah
dipublikasikan dan sesuai dengan penelitian kami, baik itu bersumber dari buku ataupun
internet.
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan
digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai
suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian
A. Pengertian Radikalisme
Secara etimologi kata radikal berasal dari bahasa latin radix yang mempunyai makna
“akar” dan istilah ini digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung gerakan
radikal.17 Kemudian dalam bahasa Inggris kata radical bermakna ekstrim, fanatik,
Indonesia (KBBI)18 bahwa, Radikalisme diartikan sebagai paham atau aliran yang
disebut sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat
Al-Qura>n dan hadits hadir di muka bumi ini dengan realitas lokal kekinian.
c) Faktor perhatiannya lebih terfokus pada teks Al-Qur’an dan Hadits, maka
purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non asal Islam
liberalisasi. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujuk pada
Diawali dari pendapat Yusuf al-Qardawi26 dalam bukunya yang berjudul al-Shahwah
al-Islamiyah Bayn al-Juhud wa al-Tattarruf bahwa, setidaknya ada tujuh faktor yang
doktriner.
b) Literal dalam memahami teks-teks agama sehingga kalangan radikal hanya
memahami Islam dari kulitnya saja akan tetapi sangat minim pengetahuannya
zaman.
Perguruan Tinggi mempunyai peran penting dan strategis dalam menangkal bahaya
Ironisnya, berdasarkan fakta dari aksi terorisme yang terjadi di Indonesia, hampir
seluruh pelaku berasal dari kalangan muda dan terdidik. Hasil survei dari Wahid
Foundation pada 2016 lebih memprihatinkan lagi. Dari 1.520 umat Islam Indonesia
melakukan penyerangan terhadap tempat peribadatan agama lain, 7,7 persen bersedia
melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan, dan sebanyak 0,4 persen justru
pernah melakukan tindakan radikal. Jika persentase tersebut dikalkulasikan pada 150
juta umat Islam di Indonesia, angka 7,7 dan 0,4 persen itu setara dengan 12,1 juta
rawan terpapar ideologi ini. Mahasiswa dapat berperan konkrit dalam pencegahan
miliki.
hal pertama yang dapat dilakukan bagi generasi muda yang merupakan target
berkembang.
berupa ujaran kebencian maupun hoax yang masif, terstruktur, dan sistematis.
KESIMPULAN
Perguruan Tinggi mempunyai peran penting dan strategis dalam menangkal bahaya
radikalisme dan intoleransi yang tumbuh di masyarakat. Mahasiswa diharapkan jadi ujung
tombak untuk menangkal tumbuh kembangnya paham radikalisme untuk mengatasi gerakan
radikalisme maka strategi yang dilakukan kampus. Pertama Memperkuat moral (akhlak) dan
profesionalisme. Pemuda dapat terpapar oleh radikalisme dan pemikiran sempit akibat
pengetahuan yang mereka miliki. Kedua, Melaporkan kegiatan radikalisasi kepada pihak
berwenang. Hal ini merupakan hal pertama yang dapat dilakukan bagi generasi muda yang
merupakan target utama radikalisasi, agar tindakan tersebut dapat langsung dicegah sebelum
berkembang. Ketiga, Menyaring dan memastikan kebenaran dari segala informasi yang
didapatkan. Propaganda radikalisasi yang dilakukan dapat dibedakan dengan ciri-ciri berupa
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/675/613
Peranan_Mahasiswa_dalam_Resonansi_Kebang.pdf
Qardhawi)