Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MODERASI BERAGAMA

“MENANGKAL RADIKAL DAN EKTRIMISME”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelas Moderasi Beragama

Murobi :

IRWANDI, S.Sy, ME, Sy

Di Susun Oleh :

1. Afita Ana Fauziah (12110323112)


2. Amanansyah Sakti Marito Harahap (12130211320)
3. Filzah Husnanisha (12130421169)
4. Raju Hermana Putra (12130411331)
5. Rayhan Hadi Yusuf (
6. Nur Adilla (12130120949)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang menangkal radikal dan ektrimisme . Shalawat
serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya. Dalam kesempatan ini, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap
penyusunan hingga selesainya makalah ini.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radikalisme pada hakikatnya adalah persoalan konflik budaya dalam masyarakat


yang plural, sehingga perlu identifikasi, revitalisasi dan reaktualisasi budaya hukum dan
kearifan lokal guna menangkal dan menanggulanginya. Pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Perpu No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-
Undang (UU Antiterorisme) menjadi babak baru dalam penanggulangan terorisme yang lebih
komprehensif, meliputi pencegahan, penegakan hukum atau penindakan (pemberantasan,
penanggulangan), dan perlindungan termasuk pemulihan korban dan kompensasinya,
kelembagaan dan pengawasan. UU Antiterorisme memberi otoritas yang lebih besar kepada
LPSK, kepolisian, kejaksaan, kehakiman, maupun BNPT, dan lembaga terkait lainnya. Selain
itu juga adanya tim pengawas yang akan dibentuk DPR RI untuk memonitor dan
mengevaluasi kerja lembagalembaga tersebut. Kunci efektifitasnya adalah sinergitas semua
pihak, baik pemerintah (kementerian dan lembaga) yang memiliki kewenangan di tingkat
nasional maupun daerah, berkolaborasi dengan segenap masyarakat dan tokohtokoh
masyarakat. Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya disrupsi di berbagai bidang bisnis
dan terus meluas pada bidang-bidang yang lain, termasuk pendidikan, pemerintahan, hukum,
budaya, politik, sosial dan juga keagamaan. Dalam bidang keagamaan, implementasi
pelaksanaan peribadatan pun turut terdisrupsi oleh perkembangan teknologi dan trend zaman.
Hal ini memungkinkan terjadinya kemerosotan nasionalisme.

B.Rumusan Masalah

1. Apa maksud dari Radikalisme dan Ektrimisme ?


2. Faktor apa saja yang dapat tangkal radikalisme dan ektrimisme ?

C.Tujuan

1. Memahami maksud dari Radikalisme dan Ektrimisme


2. Mengetahui apa saja factor yang dapat menaggal Radikalisme dan Ektrimisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Radikalisme dan Ektrimisme

Istilah radikalisme berasal dari Bahasa latin “radix” yang artinya akar, pangkal,
bagian bawah, atau bisa juga berarti menyeluruh, habis-habisan dan amat keras untuk
menuntut perubahan. Radikalisme berarti: (1) paham atau aliran yang radikal politik; (2)
paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam aliran politik. radikalisme adalah
prinsip-prinsip atau praktik-praktik yang dilakukan secara radikal. Suatu pilihan tindakan
yang umumnya dilihat dengan mempertentangkan secara tajam antara nilai-nilai yang
diperjuangkan oleh kelompok (aliran) agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau
dipandang mapan pada saat itu. Radikalisme itu adalah pemikiran yang bagus karena berpikir
sampai akarnya, tapi jika dalam perbuatan dan seringnya orang-orang yang tidak paham
dengan radikalisme sering mengganggapnya radikalisme itu perbuatan, dan perbuatan radikal
itu sering di anggap perbuatan yang keluar dari apa yang di ajarkan atau apa yang
diperintahkan. Unsur kekerasan sudah masuk pengertian radikalisme. Tujuan penggunaan
untuk mengubah kondisi sosial politik secara drastis. Imunitas terhadap paham radikal itu
sudah ada pada diri masing-masing manusia. Namun demikian, imunitas ini juga dibantu
dengan vaksin antiradikalisme untuk meningkatkan kekuatan yang melawan virus
radikalisme yang menyimpang.

Radikalisme merupakan faham atau aliran radikal dalam politik yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Radikalisme merupakan pandangan mengenai keinginan melakukan perubahan radikal sesuai
dengan interpretasi agama dan ideologi yang dianut melalui kekerasan fisik ataupun
kekerasan simbolik, bahkan sampai pada bunuh diri menuju kebermaknaan hidup yang
diyakininya. Hulu dari radikalisme adalah fundamentalisme yaitu radikalisasi paham
keagamaan komunitas yang mengkonstruksi makna salafisme radikal yang eksklusif dan
cenderung ekstrim (merasa paling benar, dan menyesatkan orang lain). Adapun hilir dari
radikalisme adalah aksi terorisme (faham mengenai pilihan penggunaan cara-cara kekerasan
yang menimbulkan ketakutan dan ancaman (intangible threats) sebagai cara yang sah untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang biasanya mengatasnamakan suatu agama atau ideologi).

2
Terorisme merupakan kejahatan transnasional (transnational crime) dan terorganisir
(organized of crime) terhadap kemanusiaan, perdamaian dan keamanan nasional serta
merugikan kesejahteraan masyarakat, sehingga dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime), sehingga membutuhkan pola penanganan luar biasa (extra ordinary
measure).

Pada hakikatnya, radikalisme dan terorisme adalah persoalan konflik budaya dalam
suatu masyarakat nasional yang bersifat plural secara kultural , sehingga pencegahan, baik
sebagai strategi pencegahan awal (preventive) dan aksi dadakan (pre-emptive) melalui
budaya hukum dan kearifan local (local wisdom) merupakan solusi terbaik dalam menangkal
radikalisme yang senantiasa berkembang di Indonesia.

Di Indonesia, sebagaimana dinyatakan oleh Haedar Nashir, dalam Republika (2018),


radikalisme sering dikonotasikan sebagai radikalisme agama. Nashir menyayangkan bahwa
istilah radikal dan radikalisme telah digunakan secara sewenang-wenang dan mengalami
paradoks serta ambigu, sebab jika terdapat sebuah gerakan kekerasan yang dilakukan tidak
menggunakan label agama, maka gerakan itu tidak dikatakan sebagai gerakan radikal,
melainkan gerakan separatis atau pengacau keamanan. Banyak kontroversi dalam istilah
radikal dan radikalisme. Hal ini membuat kita mengalami kesulitan untuk menyimpulkannya.
Namun banyak orang di Indonesia yang sepakat bahwa istilah radikal adalah istilah yang
mengandung makna negatif, terlepas apapun akar sejarah dari kata radikal itu sendiri. Istilah
radikal identik dengan istilah memaksakan kehendak melalui cara-cara kekerasan. Jika
radikal disamakan dengan pengertian ini, maka kita harus menolaknya. Sebab Indonesia
adalah negara hukum dan negara demokrasi yang menghargai perbedaan.

B.Faktor yang dapat mengkal Radikalisme dan Ektrimisme

Faktor yang dapat tangkal radikalisme dan ektrimisme antara lain:

a. Perguruan Tinggi Harus Terlibat Aktif


Secara yuridis, perguruan tinggi dituntut terlibat aktif dalam menangkal radikalisme
maupun Ekstrimisme di kampus. Karena itu, Unesa turut aktif menjadi patner
pemerintah dan masyarakat dalam menangkal paham yang bertentangan dengan
Pancasila. Radikalisme bisa masuk lewat lewat pergaulan dan bisa pula lewat media

3
sosial. Media sosial justru lebih berbahaya, para pelaku bisa bergerak secara lone wolf
atau operasi sendiri. Operasinya bisa terputus dari jaringan, tidak memiliki kelompok,
tetapi bisa melakukan sendiri dengan panduan yang ada di internet.
b. Control Orang Tua dan Sosial
Masuknya paham ekstrimisme karena kurangnya control sosial dan orang tua. Padahal
itu penting sekali dan menjadi tembok pertahanan yang penting dalam menangkal
pengaruh paham yang bertentangan dengan Pancasila. Penyebar radikalisme bukan
asli Timur Tengah, tetapi justru banyak dari Indonesia yang memodifikasi ajaran
agama untuk kepentingan sendiri. Paling penting adalah perkuat control sosial dan
keluarga, dengan siapa anak bergaul dan kepada siapa mereka mengaji.
c. Tumbuhkan Rasa Cinta dan Bakti kepada Orang Tua
Dalam banyak kasus, ekstrimisme masuk lewat teman pergaulan. Tahap lebih lanjut,
mereka lebih mengikuti ajakan temannya ketimbang orang tuanya. Akhirnya banyak
kasus mengkafirkan orang tua sendiri dan orang lain. Yang lain salah, mereka benar.
Untuk meminimalisir hal itu, menurutnya anak-anak perlu dididik untuk belajar lebih
mencintai orang tuanya lebih dari teman-temannya. Peran orang tua sangat vital,
dengan pendekatan itu, generasi bisa lebih menghargai dan berbakti kepada orang
tuanya dari siapapun atau temannya. Jihad yang paling besar adalah berbakti kepada
orang tua, membahagiakan orang tua, bukan justru membangkang apalagi
mengkafirkan mereka.
d. Merangkul Bukan Tak Acuh
Faktor lain yang membuat anak muda cepat terpapar paham radikal yakni karena
adanya rasa tak diterima di lingkungannya. Mereka yang sering menyendiri dan
tampil beda pun lama-lama bisa terpapar paham yang berbahaya. Karena itu, budaya
kekeluargaan harus ditumbuhkan, anak-anak muda harus didekati dan diajak untuk
berkomunikasi dengan hangat. Menurut Syafiq A. Mughni, radikalisme dan
ekstrimisme merupakan penyimpangan ajaran agama. Tidak ada agama mana pun di
dunia ini yang mengajarkan kekerasan. Paham tersebut ada pada agama-agama di
dunia, tidak hanya spesifik dengan Islam. Kemudian bisa ada dalam kelompok agama,
bisa kelompok politik, dan kelompok bangsa dan bahkan suku.
e. Pembumian Ajaran Agama Moderat
Paham radikal bisa ditangkal lewat beberapa cara, salah satunya lewat pembumian
ajaran agama yang moderat. Setidakya ada tujuh ciri moderasi agama dalam Islam.
Pertama, tawazun atau keseimbangan hidup antara lahir dan batin, dunia dan akhirat.
4
Kedua, tasamuh atau toleransi sebagai suatu keharusan bagi negara dan bangsa yang
beragam seperti Indonesia. Ketiga, i’tidal atau tegak, konsisten dan keadilan. Prinsip
keadilan konsisten menjadi pondasi penting dalam berbangsa dan bernegara.
Keempat, ishlah atau perbaikan hidup ke dalam dan ke luar untuk menjadikan dunia
ini menjadi lebih baik untuk semua. Kelima, prinsip syura atau musyawarah yakni
menjunjung tinggi pendapat, eksistensi orang lain. Bukan pemaksaan pendapat atau
kehendak sendiri. Keenam, qudwah atau keteladanan. Ketujuh, muwathanah atau
kewarganegaraan atau nasionalisme. Apa yang dilakukan? Perlu pengembangan
narasi moderat, pengembangan budaya literasi moderat, early warning system yang
baik, peer group moderat, dan pengembangan pola komunikasi yang baik.
f. Perlu Instrumen Khusus
Perlu ada instrument khusus terkait penanganan radikalisme di tiap institusi
pemerintah salah satunya berupa pemantauan dan filterisasi tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan mahasiswa.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejatinya bahwa radikalisme adalah prinsip-prinsip atau praktik-praktik yang


dilakukan secara radikal. Dalam bidang politik, seperti halnya dalam bidang agama,
radikalisme atau terkadang disebut fundamentalisme, diberi arti sebagai suatu pendirian yang
tegas dan tidak ragu-ragu bahwa keyakinan-keyakinan tertentu tentang suatu kebenaran
biasanya diambil dari teks-teks suci merupakan kewajiban orang-orang beriman untuk
menggiatkan kehidupan mereka dan mengarahkan aktivitas-aktivitas mereka sesuai dengan
keyakinan-keyakinannya itu, sehingga untuk beberapa hal membenarkan penggunaan istilah
militan. Militansi di sini, umumnya terkait pada ciri usaha merombak secara total suatu
tatanan politik atau tatanan sosial yang ada dengan menggunakan kekerasan dan dengan
semangat militant.Suatu pilihan tindakan yang umumnya dilihat dengan mempertentangkan
secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangklan oleh kelompok (aliran) agama tertentu
dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu.Karena itu pula,
radikalisme sering disejajarkan dengan istilah ekstremisme, militanisme, atau
fundamentalisme . Istilah-istilah itu digunakan dalam banyak pengertian yang berbeda-beda,
tetapi yang jelas, istilah-istilah tersebut tidak terbatas tertuju pada Islam, termasuk juga tidak
terbatas pada kegiatan agama, karena banyak contoh tentang fundamentalisme dalam
beberapa gerakan politik yang mempunyai ideologi-ideologi sekuler, jika bukan ateis yang
memiliki watak radika.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermamfaat bagi pembaca dan
juga bagi penulis. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan
kepada kami. Apabila terdapat kesalahan, kami selaku penulis meminta maaf sebesar
besarnya dan harap di maklumi, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari
kesalahan.

6
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai