Anda di halaman 1dari 40

PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI KONVENSIONAL

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Oleh:

Endang Kurniawan (2320500004)

Heru Angga Rinjani (2320500010)

Dosen Pengampu :

Dr. Ali Mushofa, MM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Ekonomi Mikro Islam dengan judul ― Perbedaan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional ‖.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada dosen kami yaitu Dr. Ali Mushofa, MM selaku pengampu mata kuliah
Ekonomi Mikro Islam yang telah memberikan tugas sekaligus membimbing
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini

Kami menyadari sepenuhnya dalam makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna dan
dapat menjadi manfaat bagi kami dan berbagai pihak.

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb

Samarinda, 5 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional.............................................. 5


B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam ....................................................... 9
C. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam............................................................... 10
D. Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosialis Dan Islam .......................................... 14
E. Ekonomi Islam dan Marxisme ................................................................... 21
F. Sistem Ekonomi Campuran........................................................................ 29
BAB III ................................................................................................................. 33

PENUTUP ............................................................................................................ 33

A. Kesimpulan ................................................................................................ 33
B. Saran........................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan ekonomi erat kaitannya dengan harta dan benda. Karena manusia
diciptakan oleh Allah Swt. Memiliki naluriah untuk mencintai terhadap harta dan
benda, tapi kadang manusia lepas control dalam mendapatkan harta tersebut
dengan cara menghalalkan segala cara. Dan hal ini termasuk penggaran kaidah-
kaidah syar`iyyah. Perkembangan ekonomi Syariah di Indonesia diawali dengan
berdirinya perbankan Syariah pertaman yaitu bank Muamalat pada tahun 1992.
Dan seiring dengan perkembangan zaman kemajuan teknologi yang luar biasa
kegiatan ekonomi juga mengalami banyak perubahan yang tentu juga berpotensi
semakin banyaknya maslah-masalah dalam ekonomi yang membutuhkan
penyelesaian.1

Ilmu ekonomi Islam yang berarti adalah suatu ilmu yang tumbuh dan menjadi
gerakan perekonomian Islam sejak seperempat abad yang lalu.Selanjutnya,
sebagaimana kita ketahui bahwa sistem yang menjadi hegemon pasca runtuhnya
peradaban Islam adalah kapitalisme dimana hampir semua bidang kehidupan
dipengaruhi filsafat kapitalisme. Dan pada suatu titik sudah tampak bahwa
kapitalisme mulai runtuh dan menjadi penyakit perekonomian dunia, sehingga
sekiranya terapi apa yang cocok untuk mengatasi krisis global ini. Ekonomi Islam
yang mulai berkembang kembali menjadi solusi atas masalah-masalah tersebut.
Bangunan ekonomi Islam yang berlandaskan Alquran dan Hadis dimana orientasi
terwujudnya perekonomian yang berkeadilan sosial menjadi solusi.2

1
Ayi Nurbaeti, Ahmad Lukman Nugraha, and Ismayadi, ―Perkembangan Pemikiran Penyelesaian
Sengketa Pada Ekonomi Syariah Di Indonesia,‖ Al-Rasyad 1, no. 14 (2022): 33,
http://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/alrasyad/article/view/693/507.
2
Ulfa Jamilatul Farida, ―Telaah Kritis Pemikiran Ekonomi Islam Terhadap Mekanisme Pasar
Dalam Konteks Ekonomi Islam Kekinian,‖ La_Riba 6, no. 2 (2012): 257–70,
https://doi.org/10.20885/lariba.vol6.iss2.art7.

1
Ekonomi Islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang cukup
pesat, baik dalam kajian akademis di perguruan tinggi maupun dalam praktek
operasional. Dalam bentuk pengajaran, ekonomi Islam telah dikembangkan di
beberapa universitas baik di negara-negara muslim, maupun di negara- negara
barat, seperti USA, Inggris, Australia, dan lainnya. Di Indonesia, perkembangan
pembelajaran dan pelaksanaan ekonomi islam juga telah mengalami kemajuan
yang pesat.3

Kebangkitan ekonomi syariah bukan lagi angan-angan. Perlahan namun pasti


nilai-nilai syariah mulai mewarnai kegiatan perekonomian Indonesia. Memang
masih jauh api dari panggang, namun yang terpenting sebagai langkah awal,
kehadiran ide dan konsep ekonomi syariah telah dapat diterima dan mulai
menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan.4

Perkembangan praktik Ekonomi Islam di Indonesia juga menunjukkan fakta


yang menggembirakan. Sejak sepuluh tahun terakhir, perkembangan diskursus
Ekonomi Islam di Indonesia mendapatkan perhatian banyak kalangan, baik dari
aspek konseptual/akademis maupun aspek praktik. Dari sisi akademis,
perkembangan Ekonomi Islam ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga
pendidikan yang menawarkan program pelatihan maupun mata kuliah Ekonomi
Islam, Keuangan Islam dan Perbankan Syariah baik pada tingkat Sarjana (S1)
maupun tingkat Pascasarjana (S2 dan S3). Di samping itu, pembicaraan
perkembangan Ekonomi Islam juga dilakukan melalui kegiatan seminar,
simposium, konferensi, kajian buku dan kegiatan lain yang mengkaji lebih
mendalam mengenai perkembangan Ekonomi Islam dan aplikasinya dalam dunia
ekonomi dan bisnis Dalam aplikasinya, perkembangan sistem Ekonomi Islam
ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga keuangan Syariah yang didirikan
seperti Perbankan Syariah, Baitul Mal Wat-Tamwil, Pasar Modal Syariah,

3
Tira Nur Fitria, ―Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional,‖ Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam 2, no. 03 (2016): 29–40, https://doi.org/10.29040/jiei.v2i03.3.
4
Adiwarman A. Karim, ―Pengembangan Ekonomi Islam Dan Perannya Dalam Peningkatan
Kesejahteraan Umat,‖ Tarjih Edisike-9, no. 23 (2017): 79–91.

2
Reksadana Syariah, Pegadaian Syariah, Asuransi Syariah dan lembaga-lembaga
lain yang dijalankan dengan prinsip-prinsip Syariah.

Semakin banyak lembaga-lembaga keuangan yang berasaskan prinsip prinsip


dasar Syariah memberikan alternatif yang lebih besar kepada masyarakat untuk
menggunakan lembaga keuangan yang tidak berdasarkan sistem bunga (lembaga
keuangan konvensional). Mencermati perkembangan ekonomi Islam baik tingkat
global maupun lokal yang semakin pesat tersebut, dalam konteks trend ekonomi
era globalisasi, diperlukan suatu strategi yang lebih terarah dan jelas agar ekonomi
Islam semakin mendapatkan tempat yang kokoh dalam perkembangan ekonomi
masa depan, sehingga segera terwujudlah era ekonomi yang bermoral,
berkeadilan, dan bertuhan. Berdasarkan situasi yang ada, strategi pengembangan
Ekonomi Islam paling tidak perlu memperhatikan dua aspek mendasar yaitu aspek
konseptual/akademis dan implementatif/praktis dari Ekonomi Islam.

Pengembangan aspek konseptual lebih menekankan pada pengembangan


Ekonomi Islam sebagai ilmu atau sistem, sedangkan pengembangan aspek
implementatif menekankan pada pengembangan Ekonomi Islam yang diterapkan
pada lembaga-lembaga bisnis yang menerapkan prinsip Syariah dalam
menjalankan usahanya. Kedua aspek tersebut seharusnya dikembangkan secara
bersama-sama sehingga mampu membentuk Sistem Ekonomi Islam yang dapat
digunakan untuk menggali potensi dan kemampuan masyarakat (dunia dan
Indonesia) membangun sistem ekonomi alternatif sebagai pengganti atau
pelengkap sistem ekonomi konvensional yang sudah ada. 5

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional?


2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam?
3. Apa Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam?
4. Bagaimana Sistem Ekonomi Kapitalis,Sosialis Dan Islam?
5. Bagaimana Ekonomi Islam Dan Marxisme?

5
Rahmatan Lil Alamin, ―Masa Depan Ekonomi Islam Dalam Arus Trend Ekonomi Era Global,‖
2004, 201–2.

3
6. Bagaimana Sistem Ekonomi Campuran?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Ekonomi Islam dan Ekonomi


Konvensional.
2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam .
3. Untuk mengetahui Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam.
4. Untuk mengetahui Sistem Ekonomi Kapitalis,Sosialis Dan Islam.
5. Untuk mengetahui Ekonomi Islam Dan Marxisme.
6. Untuk mengetahui Sistem Ekonomi Campuran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional

1. Ekonomi Islam

Abdul Mannan mendefinisikan ekonomi Islam sebagai ―a social science


which studies the economics problems of a people imbued with the values of
Islam‖. Dimana menurut beliau ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan
social yang memberi pelajaran tentang masalah-masalah ekonomi yang dialami
oleh masyarakat dan diilhami oleh nilai-nilai Islam. Dengan demikian sumber
hukum ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah, sedangkan hal-hal yang tidak
secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut diperoleh
ketentuannya dengan jalan ijtihad.6

Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang mempelajari segala perilaku


manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah
(kedamaian dan kesejahteraan dunia dan akherat). Perilaku manusia disini
berkaitan dengan landasan-landasan syariat sebagai rujukan berperilaku dan
kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Dalam ekonomi Islam kedua
hal tersebut berinteraksi dalam porsinya masing-masing hingga terbentuklah
sebuah mekanisme ekonomi yang khas dengan dasar dasar nilai ilaiyah. Ekonomi
Islam menjamin berputarya harta diantara manusia, sehingga manusia
dapatmemaksimalkan fungsi hidupnya sebagai hamba Allah untuk mencapai falah
di dunia dan akherat (hereafter). Ekonomi Islam adalah aktifitas yang sifatnya
kolektif, bukan individual.

Ekonomi islam merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari metode


untuk memahami dan memecahkan masalah ekonomi yang didasarkan atas ajaran

6
Qori Imtinan et al., ―Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Muhammad Abdul Mannan: Teori Produksi
(Mazhab Mainstream),‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 7, no. 3 (2021): 1644–52, https://jurnal.stie-
aas.ac.id/index.php/jei/article/view/3585.

5
agama islam. Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang dituntun oleh
ajaran Islam, mulai dari penetuan tujuan hidup, cara memandang dan
menganalisis masalah ekonomi, ekonomi konvensional lebih menekankan pada
analisis terhadap masalah ekonomi dan alternatif solusinya. Dengan kata lain,
ekonomi islam berbeda dengan ekonomi konvensional tidak hanya dalam aspek
cara penyelesaian masalah, namun juga dalam aspek cara memandang dan analisis
terhadap masalah ekonomi. Ekonomi islam melingkupi tentang perilaku ekonomi
manusia yang sadar dan berusaha untuk mencapai mashlahah atau falah, yang
disebut homoislamicus.7

2. Ekonomi Konvensional

Ekonomi konvensional adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia


dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas, dengan menggunakan faktor-
faktor produksi yang terbatas. Masalah utama ekonomi konvensional adalah
kelangkaan (scarcity) dan pilihan (choices). Fenomena dalam ekonomi
konvensional adalah pendapatan per kapita tinggi tetapi masyarakatnya
konsumeristik, individualistic, materealistik dan banyaknya kriminalitas.8

Dalam ekonomi konvensional, dua sistem utama perekonomian yaitu Sistem


Ekonomi Kapitalime dan Sistem Ekonomi Sosialisme menjadi arus utama dalam
perekonomian konvensional. Secara umum kapitalisme adalah sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang
untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang,
menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah dapat turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi pemerintah boleh
juga untuk tidak ikut campur dalam perekonomian. Dalam ekonomi kapitalis
warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua
individu dapat bersaing dalam bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang

7
Hajar Swara Prihatta, ―Pemasaran Dalam Perspektif Ekonomi Islam,‖ Maliyah : Jurnal Hukum
Bisnis Islam 8, no. 1 (2018): 96–124, https://doi.org/10.15642/maliyah.2018.8.1.65-93.
8
Abdul Hafidz Zaid et al., ―Problem Ekonomi Konvensional Dan Dampaknya Terhadap Dunia
Pendidikan,‖ Edunomika 07, no. 02 (2023): 1–18.

6
sebesar-besarnya. Persaingan dalam bisnis terbuka lebar untuk memenangkan
kompetisi dengan berbagai cara.9

Ekonomi konvensional selalu menggaungkan sumber permasalahan dalam


ekonomi adalah sumber daya yang terbatas (langka) dalam rangka memproduksi
berbagai komuditi, mendistribusikannya ke berbagai individu atau kelompok
masyarakat (untuk memenuhi berbagai keinginan manusia) (Samuelson &
Wiliam, 2004), atau dengan bahasa lain keinginan manusia tidak ada batasnya
sementara alat pemuas (sumber daya) terbatas. Keterbatasan dalam pemahaman
ekonomi konvensional (kapitalis dan sosialis) dapat menimbulkan anggapan
bahwa sistem ekonomi Islam tidak memiliki konsep operasional, namun hanya
memiliki konsep-konsep teoritis dan moral seperti yang terdapat pada hukum-
hukum fikih tentang muamalah, seperti perdagangan, sewamenyewa, simpan-
meminjam dan lain-lain. Dengan kata lain sistem ekonomi Islam hanya berada
pada tatanan konsep teoritis namun tidak memiliki konsep operasional praktis
seperti halnya sistem ekonomi lainnya. Pemahaman seperti ini seringkali
menimbulkan anggapan bahwa sistem ekonomi Islam hanya berisi garis-garis
besar tentang ekonomi saja, tetapi tentang rinciannya tidak ada. Oleh karena itu,
untuk memahami sistem ekonomi Islam secara lebih jauh, selain memerlukan
pemahaman tentang Islam secara utuh, juga memerlukan pemahaman tentang
pengetahuan ekonomi secara umum.10

Sebenarnya para ilmuan dunia banyak yang telah memberikan kritik keras
terhadap sistem ekonomi konvensional karena dianggap telah gagal memberikan
solusi terhadap permasalahan ekonomi yang ada. Misalnya saja Buarque
mengatakan bahwa ekonomi konvensional telah berakhir. Dalam bukunya The
End of Economics, Ethics, and Disorder of Progress, Buarque menyoroti perihal
pentingnya etika dalam ekonomi (Buarque, 1993). Sebagaimana hal senada yang
dicetuskan oleh Ormerod dalam bukunya The Death of Economics, yang juga
menyatakan bahwa ekonomi konvensional telah mati (Ormerod, 1994). Dari sisi

9
Azhar, Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional. Islamika (Islamika, 2017).
10
S Saesar, Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional, 2015.

7
moral, Amitai Etzioni memberikan lontaran keras karena aspek moralitas yang
sering dilanggar pada ekonomi konvensional, padahal moral menempati posisi
yang penting dalam ekonomi (Etzioni, 1988). Fritjof Capra sendiri menyoroti
ekonomi konvensional dari segi budaya. Capra menyimpulkan bahwa ekonomi
konvensional berkaitan erat dengan budaya masyarakat. Artinya mempelajari
ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan budaya yang ada pada masyarakat (Capra,
1982). Selain uraian di atas, ada banyak kritik lain terhadap ekonomi
konvensional yang muncul dari para ilmuan. Bahkan kritikan banyak disampaikan
dari para ahli ekonomi Barat itu sendiri.11 Artinya, secara nalar keilmuan saja
tanpa mengkaitkannya dengan isi Alquran dan Sunnah, sistem ekonomi ini
memiliki banyak masalah.

Dalam ekonomi konvensional hukum-hukum dan prinsip-prinsipnya


merupakan hasil dari pengamatan dan riset para pakarnya, yang seringkali
dipengaruhi oleh ideology tertentu. Sehingga, seringkali terdapat pertentangan
antara satu ide dengan lainnya bahkan tidak jarang mengalami perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi yang mengelilinginya. Adapun
ekonomi Islam adalah ekonomi Rabbani. Ekonomi yang berlandaskan kepada
tuntunan sang pencipta (al-Quran) dan rasul-Nya (hadits), dilakukan sesuai
petunjuk-Nya dan ditujukan untuk menggapai ridla-Nya.

Muhammad Nejatullah Siddiqi dalam bukunya menegaskan menegaskan


perbedaan mendasar antara ekonomi Islam dan konvensional adalah terletak pada
sumber landasan nilai dari perilaku dan infrastruktur ekonomi Islam adalah al-
Quran dan Sunnah. Pengetahuan itu bukanlah buah pikir ahli ekonomi Islam.
Tetapi langsung dari Allah SWT. Sementara itu, sumber pengetahuan dari
perilaku dan institusi ekonomi konvensional adalah inteligensi dan intuisi akal
manusia melalui studi empiris. Perbedaan selanjutnya terletak pada motif perilaku
itu sendiri. Ekonomi Islam dibangun dan dikembangkan di atas nilai altruisme

11
H Tanjung, ―Kritik Ekonomi Konvensional Dan Solusi Ekonomi Islam. HUNAFA: Jurnal
Studia Islamika, 11(2), 277- 292.,‖ HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 11, no. 2 (2014): 277–92.

8
(saling menolong, membantu dan mengutamakan kepentingan orang lain),
sedangkan konvensional dibangun berdasarkan nilai egoisme.12

Dari perbedaan di atas penulis menyimpulkan bahwa perbedaan yang


menadasar yaitu :

Ekonomi Islam sangat mulia, karena bukan hasil kreasi manusia atau
pemikiran manusia tetapi dari wahyu Allah Swt. Segala aktivitas ekonominya
yang menjadi penggerak adalah ibadah. Karena semua aktivitas ekonomi islam
bagian dari pelaksanaan perintah syariat islam. Sedangkan ekonomi konvensional
yang di kembangkan oleh manusia, segala aktivitas ekonomi konvensional (
kapitalis dan sosialis ) adalah pengusaan materi atau harta, sehingga terkadang
mengabaikan etika dan moral.

B. Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam

Perkembangan ekonomi islam memiliki faktor-faktor yang dapat menentukan


sebuah transisi dalam pemikiran ekonomi islam menuju pemikiran ekonomi islam
kontemporer. Namun demikian, secara historis ilmu ekonomi telah tumbuh dan
berkembang sejak awal keberadaan islam, dan dianggap sebagai ilmu yang dapat
berdiri sendiri, yang berkaitan dengan kelengkapan kerangka studi yang spesifik
dan maju.(Budiman, 2021). Menurut Nasution et al, ( 2019). Ekonomi Islam
merupakan sebuah ilmu yang membahas mengenai perilaku-perilaku manusia
dalam memenuhi sebuah kebutuhan hidup yang berlandaskan pada kaidah-kaidah
agama islam.

Ekonomi islam memiliki beberapa instrumen yang menjadi sebuah pengatur


jalannya ekonomi tersebut, yaitu dengan melakukan zakat, infaq, shadaqah,
waqaf, serta anti riba. Hal ini dengan menggunakan instrumen ekonomi mampu
digunakan untuk mengatur sebuah jalannya aktivitas perekonomian (Harahap et
al., 2023) Kegiatan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam tidak bisa terlepas
dari 3 pilar Ekonomi Islam. Menurut Basyriah (2021) Pilar ekonomi islam

12
Nejatullah Siddiqi Muhammad, Islamizing Economics Towards Islamization of Disciplines
(Herndon: The International Institute Of Islamic Thought, 1995).

9
digunakan sebagai penyokong yang dapat memandang sebuah kompherensif yang
dapat memanfaatkan berupa kepemilikan harta, pengelolaan dan pemanfaatan
harta dan distribusi harta.13

Seiring dengan berkembangnya kebudayaan global dan kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi informasi memberi dampak pada berbagai bagian
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak budaya global juga ditandai
dengan adanya konsep perekonomian yaitu Konsep Ekonomi Syariah dan hukum
di perlukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Ilmu Ekonomi Syariah
merupakan ilmu tentang manusia yg menyakini nilai nilai hidup Islam. Ilmu
Ekonomi syariah yang tidak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga
manusia dengan kewajiban beribadah kepada Allah SWT. Ilmu Ekonomi Syariah
dikendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam dalan penerapannya, didasarkan pada
perintah Al-Qur‘an dan Hadits.14

C. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini
dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi
Islam. Nilai-nilai dasar ini -baik filosofis, instrumental maupun institusional-
didasarkan atas al-Qur‘an dan Sunnah yang merupakan dua sumber normatif
tertinggi dalam agama Islam. Inilah hal utama yang membedakan ekonomi Islam
dengan konvensional, yaitu ditempatkannya sumber ajaran agama sebagai sumber
utama bagi ilmu ekonomi. Tentu saja, al-Qur‘an dan Sunnah bukanlah merupakan
suatu sumber yang instan menjadi ilmu pengetahuan. Untuk mengubah nilai dan
etika Islam menjadi suatu peralatan operasional yang berupa analisis ilmiah, maka
suatu filasafat etika harus disusutkan menjadi sekumpulan aksioma yang
kemudian dapat berlaku sebagai suatu titik mula pembuat kesimpulan logis
mengenai kaidah-kaidah sosial dan perilaku ekonomi yang secara Islami absah.
Inilah yang dimaksudkan dengan nilai dasar ekonomi Islam dalam pembahasan

13
Dewi Rahmi Fauziah, ―Analisis Perbandingan Sistem Ekonomi‖ 6, no. 2 (2023): 1–14.
14
Raden Ani Eko Wahyuni, ―Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia Melalui
Penyelenggaraan Fintech Syariah,‖ Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 4, no. 2 (2019): 184–
92.

10
ini, yang sesungguhnya merupakan derivasi dari ajaran Islam dalam bentuk yang
lebih fokus (Hendrie Anto, 2003: 31).15

Menurut (Chapra, 2001: 201-215) bahwa nilai-nilai dasar yang harus


digunakan dalam membentuk ekonomi Islam ini adalah tauhid, khilafah dan
keadilan.16

1. Prinsip Tauhid
Batu fondasi keimanan Islam adalah tauhid, dimana pada konsep ini
bermuara semua pandangan dunia dan strateginya. Tauhid mengandung
pengertian bahwa alam semesta didesain dan diciptakan secara sengaja oleh
Allah yang maha kuasa, yang bersifat esa dan unik, dan ia tidak terjadi
karena suatu kebetulan. Segala sesuatu yang diciptakan-Nya pasti memiliki
tujuan. Tujuan inilah yang akan memberikan arti dan signifikansi bagi
eksistensi jagad raya, dimana manusia merupakan salah satu bagiannya.
Sesudah menciptakan jagad raya ini Allah tetep terlibat dalam segala
urusannya dan senantiasa waspada dan mengawasi kejadian yang paling
kecil sekalipun.
2. Prinsip Khilafah
Manusia adalah khalifah (wakil) Allah di bumi. Ia telah dibekali dengan
semua karakteristik mental, spritual dan materil untuk memungkinkan hidup
dan mengemban misi secara efektif. Manusia juga telah disediakan segala
sumber daya memadai bagi pemenuhan kebutuhan kebahagiaan bagi manusia
seluruhnya seandainya digunakan secara efektif dan adil. Konsepsi tauhid
dan khilafah secara inhern bertentangan dengan konsep ‗dosa asal‘ atau
‗tabula rasa‘, sebab manusia diberikan kebebasan oleh Allah dalam batas-
batas yang telah ditentukan-Nya. Manusia diberi kedudukan terhormat untuk
menjalankan misi-misi yang digariskan-Nya, dimana nanti akan terdapat
pertanggungjawaban dihari kiamat.

15
Fahlevi Rizal, Ekonomi Mikro Islam (Batusangkar: STAIN Batu Press, 2008).
16
Abdul Ghafur, ―Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Syariah,‖ Iqtishodiyah, 2017, 5–24.

11
Konsep khilafah ini membawa beberapa implikasi, antara lain:
a. Persaudaraan universal Khilafah mengandung konsekuensi persatuan
dan persaudaraan fundamental umat manusia. Setiap orang adalah
khalifah, sehingga seluruh manusia memiliki martabat yang sama.
Perbedaan martabat antara satu orang dengan orang lain tidak terletak
pada ras, kelompok atau bangsanya melainkan pada pokok
keimanannya.
b. Sumber daya adalah amanah Seluruh sumber daya alam adalah milik
Allah, bukan milik manusia. Manusia hanya dititipi untuk
memanfaatkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya.
Konsepsi ini akan membawa implikasi yang mendasar terhadap
konsep kepemilikan sumber daya, antara lain:
1). sumber daya harus digunakan untuk kepentingan semua orang,
bukan segelintir saja;
2). setiap orang harus mencari sumber daya dengan jujur dan benar,
dengan cara yang telah ditetapkan-Nya;
3). meskipun sumber daya telah diperoleh dengan cara benar dan
jujur, tetapi tetap harus dimanfaatkan sesuai dengan
keamanatannya; dan
4). tidak seorangpun berhak menyia-nyiakan atau menghancurkan
sumber daya.
c. Gaya hidup sederhana Satu-satunya gaya hidup yang sesuai dengan
kedudukan khalifah adalah sederhana. Ia tidak boleh merefleksikan
sikap arogansi, kemegahan, kecongkakan dan kerendahan moral.
Gaya hidup berlebihan akan menimbulkan sikap berlebihan dan
pemborosan sumber daya alam, serta berbagai permasalahan buruk
lainnya. Sikap berlebihan juga akan memperlemah ikatan
persaudaraan yang merupakan salah satu karakter utama sebuah
masyarakat muslim.
d. Kebebasan manusia Manusia adalah khalifah Allah, karenanya ia
harus menghambakan dirinya kepada Allah. Posisi sebagai khalifah

12
ini juga berarti bahwa tidak ada bentuk penghambaan manusia
terhadap selain Allah. Pandangan ini membawa implikasi bahwa
dalam pandangan Islam manusia memiliki kebebasan yang tinggi,
kecuali terhadap perintah Allah. Tidak satu orangpun yang berhak
membatasi kebebasan manusia, kecuali syari‘at Islam yang
merupakan perintah Allah. Tujuan utama diturunkannya Rasulullah
saw adalah untuk membebaskan manusia dari beban dan belenggu
yang dikalungkan kepada mereka (QS. al-A‘raf [7]: 157). Dengan
demikian kebebasan manusia bukanlah kebebasan tanpa batas.
3. Prinsip Keadilan
Persaudaraan yang merupakan bagian integral dari konsep tauhid dan
khilafah akan tetap menjadi konsep yang kosong -yang tidak memiliki
substansi- jika tidak dibarengi dengan keadilan sosialekonomi. Keadilan
(‗adalah) adalah misi utama ajaran Islam, karenanya ia akan menjadi salah
satu nilai dasar dalam perekonomian. Ada beberapa terminologi yang
digunakan al-Qur‘an dalam menyebut keadilan, antara lain ‗adl, qisth, mizan,
sementara untuk terminologi ketidak-adilan adalah zulm, itsm, dhalal dan
lainnya. Bahkan, keadilan merupakan sikap yang dianggap paling dekat
dengan takwa (QS. alMaidah [5]: 8).
Nilai keadilan ini membawa beberapa implikasi, yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan pokok Seluruh sumber daya ekonomi harus
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok semua individu dan
menjamin setiap orang mendapatkan standar hidup yang manusiawi,
terhormat dan bermartabat. Pemenuhan kebutuhan pokok ini
dilakukan dalam kerangka kehidupan yang sederhana sesuai dengan
anjuran agama Islam. para fuqaha telah sepakat bahwa hukumnya
wajib (fardhi kifayah) bagi masyarakat muslim untuk memperhatikan
kebutuhan pokok masyarakat miskin.
b. Sumber-sumber pendapatan yang terhormat Pada dasarnya setiap
individu memiliki kewajiban untuk mencari penghasilan, kecuali
terdapat situasi yang memang benar-benar tidak memungkinkan untuk

13
hal ini. Dalam situasi seperti ini maka menjadi kewajiban kolektif
umat Islam untuk membantunya. Penghasilan masyarakat harus
berasal dari sumber-sumber yang terhormat yaitu halal lagi baik
(halalan thayyiban), sesuai dengan kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah.
c. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata Kesenjangan
pendapatan dan kekayaan pasti akan terjadi, karenanya ia merupakan
sesuatu yang alamiah. Meskipun demikian kesenjangan ini harus
dikurangi dan sumber daya ekonomi harus didistribusikan secara
lebih merata. Melebarnya kesenjangan akan merusak nilai-nilai
persaudaraan, dan akhirnya akan merusak kehidupan masyarakat
secara keseluruhan.
d. Pertumbuhan dan stabilitas Umat Islam tidak mungkin dapat
merealisasikan pemenuhan kebutuhan pokok, penciptaan lapangan
kerja yang terhormat dan memadai, serta mendistribusikan kekayaan
secara lebih merata jika tanpa memiliki tingkat pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas ini harus dilakukan secara sehat dan kokoh .

D. Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosialis Dan Islam

1. Sistem Ekonomi Kapitalisme

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang secara jelas ditandai dengan


berkuasanya ―kapital‖, sehingga tidak adanya perencanaan ekonomi sentral.
Kapitalisme menjadikan harga pasar sebagai dasar keputusan dan perhitungan unit
yang diproduksi. Sistem ekonomi pada umumnya tidak ditentukan oleh
pemerintah, tetapi ditentukan oleh kekuatan pasar dan kekuasaan pengusaha
dalam memperoleh keuntungan. Sistem ekonomi kapitalisme lahir akibat adanya
persaingan, kemudian seleksi alam berjalan sehingga terciptalah tingkatan atau
kelas seseorang dalam menduduki posisinya, artinya bahwa kelas kapitallah yang

14
akan menduduki kelas paling atas dan mempunyai kekuasaan dalam
mengendalikan ekonomi.17

Kapitalisme berasal dari Inggris abad 18, kemudian menyebar ke Eropa Barat
dan Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan terhadap ajaran gereja,
tumbuh aliran pemikiran liberalisme di negara-negara Eropa Barat. Aliran ini
kemudian merambah ke segala bidang termasuk bidang ekonomi. Ekonomi
kapitalis mulai dikenal pada abad 18, dipopulerkan Adam Smith melalui karyanya
The Wealth of Nation. Didefinisikan oleh Milton Spencer sebagai sebuah sistem
ekonomi yang bercirikan hak milik privat atas alat-alat produksi distribusi dan
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang kompetitif.18 Teori
kapitalis sangat mendewakan individualisme dan egoisme. Pedoman ajarannya
adalah bebas berbuat dan bebas bertindak. Menurut mereka, kesuksesan ekonomi
ditentukan oleh diri sendiri atau disebut anthropocentrism individualism.19

Sistem ekonomi ini dibangun dengan tiga kerangka besar. Pertama,


kelangkaan dan keterbatasan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan
manusia. Barang dan jasa tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang
beraneka ragam dan terus berkembang. Dan inilah masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, menurut mereka. Kedua, nilai (value) suatu barang yang dihasilkan,
hal inilah yang seringkali menjadi dasar penelitian dan kajian. Ketiga, harga
(price) serta peranan yang dimainkan dalam produksi, konsumsi dan distribusi.
Harga adalah alat pengendali dalam sistem ekonomi kapitalis.

Sistem ini, menganggap bahwa suatu barang atau jasa memiliki kegunaan
(utility) jika ia diinginkan keberadaannya oleh sebagian orang, meskipun sebagian
lainnya menganggap hal itu membahayakan. Hal ini dikarenakan kebutuhan
menurut mereka berarti keinginan. Dalam kerangka berfikir seperti ini minuman
keras, narkoba, jasa pelacuran adalah sesuatu yang memiliki nilai ekonomi

17
Manan M. Abdul, Teori Dan Praktik Ekonomi Islam (Yogjakarta: PT. Dana Bhaktif, 1997).
18
Winardi, Kapitalisme Versus Sosialisme, Suatu Ekonomi Teoritis (Bandung: Remadja
Rosdakarya, Cetakan I, 1986).
19
Zaky Al Kaaf Abdullah, Ekonomi Dalam Perspektif Islam (Bandung: Penerbit Pustaka Setia,
2002).

15
tertentu dalam pandangan para ekonom, sebab hal tersebut masih diinginkan oleh
sebagian orang. Dengan kata lain, para ekonom kapitalis memandang kebutuhan
dan kegunaan sebagai apa adanya, bukan sebagai sesuatu yang dipandang
semestinya.

Smith berpendapat motif manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah atas


dasar dorongan kepentingan pribadi, yang bertindak sebagai tenaga pendorong
yang membimbing manusia mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia
membayar. Motif kepentingan individu yang didorong oleh filsafat liberalisme
kemudian melahirkan sistem ekonomi pasar bebas, pada akhirnya melahirkan
ekonomi Kapitalis.

Milton H. Spencer (1977), dalam bukunya Contemporary Economics


menyatakan bahwa kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi
yang dicirikan oleh hak milik privat (individu) atas alat-alat produksi dan
distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api, dan sebagainya) dan
pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisikondisi yang sangat
kompetitif. Dengan demikian kapitalisme sangat erat hubungannya dengan
pengejaran kepentingan individu. Bagi Smith bila setiap individu diperbolehkan
mengejar kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak pemerintah,
maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tak nampak (the invisible hand),
untuk mencapai yang terbaik pada masyarakat. Dengan kata lain dalam sistem
ekonomi kapitalis berlaku "free fight liberalism" (sistem persaingan bebas). Siapa
yang memiliki dan mampu menggunakan kekuatan modal (capital) secara efektif
dan efisien akan dapat memenangkan pertarungan dalam bisnis. Paham yang
mengagungkan kekuatan modal sebagai syarat memenangkan pertarungan
ekonomi disebut sebagai kapitalisme.

Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalis ini meliputi beberapa hal sebagai
berikut (Afzalur Rahman, 1995: 2):

a. Kebebasan memiliki harta secara perorangan

16
Setiap individu dapat memiliki, membeli dan menjual hartanya menurut
yang dikehendaki tanpa hambatan. Individu mempunyai kuasa penuh
terhadap hartanya dan bebas menggunakan sumber-sumber ekonomi menurut
cara yang dikehendakinya.
b. Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas
Setiap individu berhak untuk mendirikan, mengorganisasi dan mengelola
perusahaan yang diinginkan. Setiap individu juga berhak terjun dalam semua
bidang perniagaan dan memperoleh sebanyak-banyaknya keuntungan.
Berdasarkan prinsip persaingan bebas, maka setiap individu dapat
menggunakan potensi fisiknya, mental dan sumber-sumber yang tersedia
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan individu tersebut.
c. Ketimpangan ekonomi.
Dalam sistem ekonomi kapitalis, modal merupakan sumber produksi dan
sumber kebebasan. Individu-individu yang memiliki modal lebih besar akan
menikmati hak kebebasan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang
sempurna. Ketidaksamaan kesempatan mewujudkan jurang perbedaan
diantara golongan kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin.
2. Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialisme, merupakan istilah yang digunakan dalam banyak arti. Istilah
sosialisme selain digunakan untuk menunjukkan sistem ekonomi, juga digunakan
untuk menunjukkan aliran filsafat, ideologi, citacita, ajaran-ajaran atau gerakan.
Sosialisme sebagai gerakan ekonomi muncul sebagai perlawanan terhadap ketidak
adilan yang timbul dari sistem kapitalisme. Dalam masyarakat sosialis hal yang
menonjol adalah kolektivisme atau rasa kerbersamaan. Untuk mewujudkan rasa
kebersamaan ini, alakosi produksi dan cara pendistribusian semua sumber-sumber
ekonomi diatur oleh negara. Brinton (1981) menjelaskan bahwa sosialisme
merupakan bentuk perekonomian di mana pemerintah paling kurang bertindak
sebagai pihak dipercayai oleh seluruh warga masyarakat, dan menasionalisasikan
industri-industri besar dan strategis seperti pertambangan, jalan-jalan, dan
jembatan, kereta api, serta cabang-cabang produk lain yang menyangkut hajat
hidup orang banyak.

17
Pemikiran awal sosialisme meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi paling
tinggi, lebih tinggi dari alat produksi. Bila alat produksi menguasai manusia, maka
manusia akan kehilangan esensi kemanusiaannya. Ia akan menjadi bagian dari alat
produksi tersebut sehingga menjadikan kehidupan manusia seperti mesin sebagai
―kehidupan‖ alat produksi. Sampai akhirnya alat produksi tersebut menjauhkan
manusia untuk mengenal fungsinya sebagai manusia.. Alat-alat produksi harus
dikuasai oleh Negara guna melindungi rakyat. Kritik mark atas kapitalisme
diimplementasikan oleh Lenin dalan bentuk dominasi peran institusi Negara
dalam perekonomian Sosialisme adalah sebuah sistem ekonomi dimana
pemerintah atau gilde-gilde pekerja memiliki serta mengelola semua alat-alat
produksi.
Dalam sistem ekonomi sosialis, penggunaan alat-alat produksi secara kolektif
biasanya dilakukan oleh pemerintah atau biasanya dikenal dengan sentralisasi
produksi, yang berimbas pada pembatasan usaha individu, bahkan terkadang
penghapusan industri individu.20
Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme melibatkan pemilikan semua
alat-alat produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara, dan
menghilangkan milik swasta. Sistem ekonomi sosialis ini memiliki beberapa
prinsip dasar, yaitu (Afzalur Rahman, 1995: 6):
a. Pemilikan harta oleh negara.
Seluruh bentuk produksi dan sumber pendapatan menjadi milik negara
atau masyarakat keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau
memanfaatkan produksi tidak diperbolehkan. Dengan demikian indevidu
secara langsung tidak mempunyai hak kepemilikan.
b. Kesamaan ekonomi
sistem ekonomi sosialis menyatakan (walaupun sulit ditemui di semua
negara komunis) bahwa hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi
ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap individu disediakan kebutuhan
hidup menurut keperluan masing-masing.

20
Ariani Ramli Tatty, “Kepemilikan Pribadi Dalam Prespektif Islam, Kapitalis, Dan Sosialis Dalam
Mimbar Jurnal, Unive,” Mimbar Jurnal, Universitas Islam Bandung 16, no. 1 (2005): 11.

18
c. Disiplin politik
untuk mencapai tujuan di atas, keseluruhan negara diletakkan dibawah
peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan
distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak pemilikan harta dihapuskan
sama sekali.
3. Sistem Ekonomi Islam
Pandangan ekonomi Islam berbeda dengan pandangan madzhab pemikiran
lainnya baik kapitalisme, sosialisme serta welfare state, disebabkan faktor etika
dan penerimaannya pada agama sebagai sumber etika. Islam tidak memberikan
kebebasan mutlak dan kepemilikan tanpa batas bagi individu untuk menguasai
dan mengekploitasi sumber daya alam, sebagaimana sistem kapitalis. Islam tidak
pula merampas kebebasan individu untuk meraih keuntungan dan tidak
menjadikannya sematamata sebagai budak ekonomi yang dikendalikan Negara,
sebagaimana kaum sosialis. Akan tetapi Islam memberikan perhatian pada naluri
keegoisan manusia tanpa membiarkannya menjadi liar dan berbahaya bagi
masyarakatnya.21
Keunggulan sistem ekonomi Islam adalah menyatunya nilai moral dan
spiritual dalam sistem tersebut. Nilai inilah yang tidak ada dalam sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis. Tanpa pengawalan moral, perilaku ekonomi cenderung
mengarah kepada kerusakan dan kerugian yang dirasakan masyarakat umum.
Munculnya praktek monopoli, eksploitasi sumber daya alam tanpa batas, praktek
riba dan lain sebagainya, adalah sebagian contoh dari dampak negative yang
diakibatkan ghaibnya moral dan spiritual dalam aktifitas ekonomi.
Sistem kapitalis dan sosialis telah menunjukkan kegagalan dengan
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dunia. Sistem ekonomi Islam hadir
membawa pencerahan dan terus digali untuk diterapkan sebagai sistem
perekonomian. Ekonomi Islam memiliki solusi terhadap berbagai kelemahan yang
dimiliki oleh sistem kapitalis dan sosialis. Motif kepentingan individu yang
mendorong lahirnya kapitalis dan motif kolektivisme yang diagungkan oleh
sosialis, keduanya mendapatkan tempat yang wajar dalam ekonomi Islam, karena

21
Rahman Afzalur, The Encyclopedia of Seerah (London: The Muslim School Trusts, 1982).

19
Islam menghargai kebebasan individu sekaligus menjunjung tinggi kepentingan
sosial.
Afzalur Rahman (1995) Ekonomi Islam memiliki prinsip dasar yang berbeda
dari dua sistem ekonomi di atas, perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa
prinsip dasar di bawah ini : 22
a. Kebebasan individu
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau
membuat keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam, karena
tanpa kebebasan tersebut individu muslim tidak dapat melaksanakan
kewajiban mendasar dan penting dalam menikmati kesejahteraan dan
menghindari terjadinya kekacauan dalam masyarakat.
b. Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta, meskipun demikian
Islam memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan
kepentingan masyarakat umum.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas wajar
Islam mengakui ketidaksamaan ekonomi antara orang perorang tetapi
tidak membiarkannya bertambah luas. Islam menjadikan perbedaan tersebut
dalam batas-batas yang wajar, adil dan tidak berlebihan.
d. Kesamaan sosial
Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tetapi mendukung dan
menggalakkan kesamaan sosial sehingga sampai tahap bahwa kekayaan
negara yang dimiliki tidak hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu
masyarakat saja. Disamping itu amat penting setiap individu dalam sebuah
negara (Islam) mempunyai peluang yang sama untuk berusaha mendapatkan
pekerjaan atau menjalankan aktifitas ekonomi.

e. Jaminan sosial

22
Fahlevi Rizal, Ekonomi Mikro Islam (Batusangkar: STAIN Batu Press, 2008).

20
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam,
setiap warga negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-
masing.
f. Distribusi kekayaan
secara meluas Islam mencegah penumpukan kekayan pada sekelompok
kecil orang tertentu dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh
lapisan masyarakat.
g. Larangan penumpukan kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan
secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
mencegah perbuatan tersebut terjadi
h. Larangan terhadap organisasi anti sosial
Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan anti
sosial yang terdapat dalam masyarakat, seperti judi, riba, dan sebagainya.
i. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejahteraan individu dan masyarakat, yang saling
melengkapi bukan saling bertentangan.

Dalam mengorganisir sistem ekonomi ini, Islam memiliki tiga strategi,


yaitu (Siddiqi, 1986: 28):

a). Tujuan yang terperinci dan jelas.


b). Sikap moral dan pola tingkah laku yang dirumuskan dengan baik dari
pelaku-pelaku ekonomi.
c). Undang-undang, peraturan dan ketentuan-ketentuan khusus yang
ditetaapkan oleh negara.

E. Ekonomi Islam dan Marxisme

Pemikiran Marx merupakan sebuah varian lebih baru dari Sosialisme.


Pemikiran Marx terlahir berdasarkan respon masyarakat terhadap perkembangan
industrialisasi abad 19 di Eropa. Ciri khas dari pemikiran Marx adalah
kemampuannya dalam menganalisa dan memprediksi sebab-sebab kehancuran

21
kapitalisme dan revolusi proletariat yang akan mendirikan sebuah masyarakat
tanpa kelas. Dalam pandangan Marx, ekonomi merupakan faktor penentu dalam
perubahan sosial.23 Maka dari itu, pemikiran Marx lebih mengarah kepada sebuah
perubahan atau change, seperti halnya hubungan antara manusia dengan alam
yang merupakan sebuah satu kesatuan dengan sudut pandang sebagai
materialisme dialektis. Lenin ataupun Mao Zedong menyebutkan bahwa
materialisme dialektika dipahami tidak hanya pada masyarakat yang berubah
berdasarkan dialektika, melainkan juga pada wujud kebendaan.

Model pemahaman seperti ini dikritik karena dianggap meaningless.


Sedangkan menurut Tan Malaka sebagaimana Marx, materialisme dialektika
diartikan bahwa benda-benda yang riil akan selalu mengalami dialektika, yaitu
perubahan dari waktu ke waktu, berbeda dengan prinsip logika yang sifatnya
tetap.

Pemikiran Marx menarik perhatian orang-orang yang memiliki latar belakang


agama yang relatif kuat. Di Indonesia sendiri, seperti seorang tokoh agama di
Laweyan Solo, yaitu Haji Misbah, Tan Malaka dan Semaun. Sebelumnya, mereka
juga beraktivitas di Sarekat Islam. Bahkan, pemikiran sosialisme sempat
berpengaruh pada sebagian kader Sumatra Thawalib. Sangat dimungkinkan, hal
ini mereka mengambil pemikiran Marx yang berhubungan dengan perlawanan
terhadap segala jenis penindasan. Walaupun dalam buku Madilog, konsep
materialisme dialektika, tidak sesuai dengan prinsip keislaman.

Lebih lanjut, Marx menegaskan bahwa alam dapat diupayakan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja. Manusia memiliki
perkembangan bahasa yang disertai dengan pikiran (daya kreatif) yang mampu
mengolah alam atau bisa disebut berproduksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Produksi sebagai aktivitas sosial dapat berupa segala bentuk kerja sama atau
pembagian kerja antara pemilik modal dan pekerja untuk menghasilkan barang
dan jasa. Sayangnya, manusia terikat dengan hubungan kerja yang tidak adil. Ia

23
L. B. Irawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : (Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan
Perilaku Sosial (Jakarta: Kencana, 2012).

22
harus menyerahkan sebagian besar penghasilannya kepada pihak yang tidak
berkontribusi (atau berkontribusi sedikit), yaitu majikannya. Sehingga dalam
pemikiran Marx, meletakkan relasi kerja yang tidak adil, sebagai salah satu faktor
penting (infrastruktur ekonomi), yang berpengaruh pada superstruktur
masyarakat. Dengan ini, Marx juga menjelaskan mengenai buruh yang
menghantarkan kepada konsep kelas.

Konsep kelas mulai muncul yang menyebabkan pada penyebutan status sosial
dengan membedakan antara orang miskin dan orang kaya. Seiring berjalannya
waktu, penyebutan ini mengalami berbagai macam perubahan dari segi hubungan
antara cara suatu masyarakat memproduksi dan peran sosial yang terbagi kepada
individu-individu dalam produksi yakni antara yang mengontrol sarana-sarana
produksi (kaum Borjuis) dengan mereka yang sebenarnya memproduksi (kaum
Proletar, buruh). Hal ini kemudian menghasilkan kontradiksi yang dalam dan luas
pada masyarakat, antara kelompok yang memiliki (pemilik) dan kelompok yang
tidak memiliki serta menciptakan kesenjangan sosial dalam masyarakat yaitu
kelas Borjuis dan kelas Proletar.

Kelas Borjuis berhasil memperoleh kekuasaan ekonomi dan politik dengan


mengubah hubungan manusia menjadi transaksi komersial yaitu menempatkan
tenaga buruh tidak lebih dari barang dagangan. Artinya, tenaga manusia dan para
pekerja hanya diperlukan sebagai sumber kekuatan tenaga kerja untuk suatu
kepentingan yang tidak adil. Sedangkan kaum Proletar selalu berada dalam posisi
diperas dan dimelaratkan. oleh sebab itulah, akan menghasilkan surplus dalam
produksi dan pembagian kerja yang lebih kompleks, sehingga memunculkan kelas
dominan yang bukan sebagai produsen, akan tetapi disebut dengan majikan.
Kondisi seperti ini akan terjadinya sebuah produk alienasi yang mana
memperlakukan manusia secara paksa dalam proses produksi.

Lebih lanjut, Marx menyebut kategori di atas dengan sebutan


mengeksploitasi dan tereksploitasi. Di mana nilai lebih yang didapat para kaum
Borjuis diperoleh dari peran tenaga kerja. Artinya, semakin giat seseorang pekerja
dalam bekerja maka semakin tinggi pula nilai lebih yang dihasilkan dari proses

23
produksi tesebut. Sementara itu, upah yang diberikan kepada para pekerja
merupakan upah minimum. Maka dari itu, semakin maju para kaum borjuis maka
semakin miskin pula para kaum buruh. Kekayaan yang melimpah yang
memungkinkan cara-cara produksi kapitalis, ditunjang oleh para pemilik tanah
dan pemilik modal. Marx membangun masyarakat dengan kebebasannya terhadap
tekanan ekonomi kapitalis. Menurutnya, usaha manusia dapat ditampilkan secara
nyata dan terarah pada apa yang sebenarnya menjadi tujuan hidup manusia yaitu
masyarakat tanpa kelas. Model hubungan sosial seperti ini akan runtuh, jika
terjadi perubahan bentuk produksi, yaitu dari feodalisme ke industrialisasi.
Manusia berhak dalam memperoleh kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan
merupakan hal yang wajib dirasakan manusia yaitu kehidupan atas dasar serba
kebersamaan dan keselarasan.

Dapat kita lihat bahwa kesesuain dan perbedaan Pemikiran Ekonomi Antara
Marx dan Islam sebagai berikut :

a. Kesesuaian Pemikiran Ekonomi Antara Marx dan Islam :


merupakan agama yang selalu merujuk masa kenabian, sebagai gambaran
idealnya. Sehingga berbicara tentang Islam, sangat penting jika merujuk pada
kehidupan Nabi Muhammad Saw, termasuk dalam permasalahan ekonomi.
Perujukan kepada masa awal keislaman dapat dilihat dari pemikiran ekonomi
yang berkembang saat ini. Hampir semua masalah ekonomi yang dikaji lewat
sudut pandang fiqih, selalu menggunakan istilah-istilah yang diasalkan dari
Bahasa Arab, dan pernah digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. Misalnya istilah
‗wakaf‘ merupakan pengembangan dari sebuah kata yang digunakan oleh Nabi,
yaitu Qif, dalam bentuk fi‘il amr. Selain itu terdapat istilah bai‘, zakat, infaq, dan
sebagainya. Semuanya merujuk pada istilah yang digunakan oleh Rasulullah Saw.
Masa kenabian merupakan masa di mana Nabi hidup dalam sebuah komunitas
masyarakat yang jauh dari peradaban maju. Dalam komunitas yang dibangun di
tengah padang pasir tersebut, masih dalam bentuk sederhana. Oase dan padang
rumput, merupakan sektor terpenting yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Sehingga, Nabi bersabda bahwa: ―manusia hendaknya berserikat pada air, api, dan

24
padang rumput‖. Hadis lain menceritakan penguasaan seseorang terhadap sumber
hajat tersebut, sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya. di masa
Nabi hidup di Madinah, terdapat sebuah sumur yang dikuasai oleh orang Yahudi.
Kemudian Nabi mengadakan sayembara, bahwa siapa saja yang mampu membeli
sumur tersebut dari tangan seorang Yahudi, maka Allah SWT akan
mengganjarnya dengan surga. Akhirnya, Sahabat Utsman Ibn Affan mampu
membeli sumur tersebut, kemudian diperuntukkan untuk keperluan umum.
Sosialisme juga menawarkan sebuah pemikiran bahwa kontradiksi sosial
berawal dari kepemilikan faktor produksi (sumber ekonomi). Seseorang atau
sekelompok orang menguasai faktor produksi, kemudian mempekerjakan orang
banyak. Sehingga muncul relasi produksi yang tidak adil, yaitu antara majikan
dan buruh. Dalam Negara yang menganut paham Marxisme sebagaimana yang
diberlakukan di Soviet, semua kepemilikan atas tanah ditiadakan, sehingga
semuanya menjadi milik Negara. Negara dalam konsep komunisme, merupakan
representasi dari kehendak umum masyarakat, dan sistem kapitalisme dapat
dicegah.
Islam juga menegaskan pentingnya perlawanan terhadap pencarian kekayaan.
Dalam hal ini, Allah berfirman dalam QS al Humazah tentang sekumpulan orang
yang setiap harinya mencela Nabi SAW. Mereka memiliki sifat suka
mengumpulkan harta benda dan menyangka bahwa harta benda mereka akan
kekal. Kemudian Allah berfirman akan adanya hari dimana semua harta benda
yang digunakan tersebut akan dilemparkan pada api neraka. Menurut mufasir al
Qur‘an, ayat ini berkenaan dengan asbabun nuzul Ubay Ibn Khalaf yang selalu
merendahkan orang lain dengan harta kekayaannya. 24 Ini sejalan dengan
pemikiran Marx tentang masyarakat proletar dalam benak kelompok sosialis
merupakan gambaran orang yang sering dipandang sebelah mata, tidak hanya
tertindas dalam arti materi belaka, melainkan tertindas dalam arti psikis.
Perlakuan sosial selalu berbeda, dipandang dari perbedaan kelas. Karena perasaan
‗adil‘ tidak selalu memuat hal yang material belaka.

24
Al Mahfani M. Khalilurrahman, Juz Amma Tajwid Berwarna (Jakarta: Wahyu Media, 2008).

25
Sementara itu, Islam mmenentang terhadap model kelas sosial atau
stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial biasanya mencuat perbedaan fisik, seperti
gaya berpakaian, perkataan, dan sebagainya. Gaya berpakaian orang yang
memiliki kedudukan adalah suka menggunakan jubah sampai hampir menyentuh
tanah, sehingga oleh Nabi seseorang yang menjulurkan jubah sampai ke bawah,
dikatakan sebagai sombong. Seorang juga tidak diperkenankan menjulurkan
tangan, untuk memperlihatkan kemewahan. Sehingga secara fisik (luar),
perbedaan sosial, dihilangkan, sehingga semua orang memiliki kesederhanaan
yang hampir sama. Begitu juga dalam etika, seseorang kaya raya selain tidak
diperbolehkan menghina, juga tidak diperbolehkan untuk bersikap riya‘ (pamer),
dan mencela perilaku seseorang yang suka memberikan sedekah, disertai dengan
sikap atau perkataan yang menyakitkan dalam Al Baqarah: 264. Dasar moral ini
yang menjadikan stratifikasi sosial tidak tampak pada awal mula islam.
Konsep ekonomi Islam merupakan pemikiran tentang ekonomi yang
didasarkan atas pandangan hidup keislaman. Pandangan ini didasarkan pada
prinsip tauhid, yang pasti berbeda dengan anthroposentrisme. Dalam
anthroposentrisme, segala tindakan dan pikiran seseorang, didasarkan pada
kebebasan mutlak yang ada pada diri manusia, dan hanya ditujukan sepenuhnya
kepada kebaikan manusia itu sendiri, bukan ditujukan kepada lainnya. 25
Konsep dasar Marx memiliki perbedaan dengan Islam dalam melihat
stratifikasi sosial. Meskipun sama-sama menentang perbedaan kelas, marxisme
menyandarkan prinsip ―sama rata sama rasa‖, tidak berpangkal pada masalah
moral, sebagaimana di atas. Melainkan pada masalah ‗bagaimana cara orang
berproduksi‘. Masyarakat sosialisme memiliki gambaran ideal pada masyarakat
komunisme awal. Dimana semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam
bercocok tanam, berburu, dan meramu, untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Ini merupakan sifat masyarakat yang asli dan dijadikan pijakan dasar bagi
para pemikir sosialisme. Fase kepemilikan pribadi, merupakan pangkal

25
Junaidi Abdillah, ―DEKONSTRUKSI TAFSIR ANTROPOSENTRISME: Telaah Ayat-Ayat
Berwawasan Lingkungan,‖ Kalam 8, no. 1 (2014): 65, https://doi.org/10.24042/klm.v8i1.168.

26
terealienasinya manusia dari hakekat kerjanya, sehingga tujuan dari revolusi
adalah menghapus kepemilikan faktor produksi.
Antipati terhadap stratifikasi sosial ini diwujudkan dengan antipati kelompok
sosialis terhadap kelompok feodal. Di Kota Surakarta sendiri, terjadi gerakan
menentang raja (yang dianggap symbol feodalisme), dan menggagalkan Kraton
Kasunanan, mempunyai privilege untuk memimpin daerah Istimewa Surakarta
(sebagaimana di Yogyakarta). Gerakan ini terkenal dengan gerakan Anti
Swapraja, yang digerakkan oleh sebagian kelompok kiri di awal kemerdekaan.26
Islam juga memiliki ajaran yang egaliter, dimana dalam khulafaur rasyidin, yang
sering dijadikan rujukan pemerintahan ideal, semua pihak memiliki kesetaraan
yang sama, termasuk untuk dipilih sebagai khalifah. Khalifah memiliki gaya
hidup yang hampir sama dengan masyarakat pada umumnya.
Islam dan pandangan Marx juga sama-sama mewujudkan masyarakat yang
adil secara ekonomi. Dalam sebuah ayat Qur‘an, Allah SWT berfirman yang
artinya ―Agar harta benda tidak berputar di antara orang kaya di antara kamu‖ (QS
Al Hasyr: 7). Meskipun ayat ini berkenaan dengan fa‘i, tetapi terdapat kaedah
umum yang dapat ditarik, yaitu pentingnya untuk mencegah perputaran uang di
suatu kelompok tertentu (yaitu orang kaya) yang memiliki kemampuan dalam
mengakses segala sumberdaya, terutama akses perekonomian. Dalam keadaan
chaos, mereka bisa membeli suatu barang dengan harga yang murah, kemudian
dijual dengan harga berlipat. Sehingga, harta tersebut kemudian dibagikan kepada
rasul, orang-orang yang berperang, dan kepada kelompok fakir miskin. Sedangkan
pencegahan peredaran finansial oleh Marx adalah dengan merebut ‗sumber
ekonomi‘ yang dikuasai oleh mereka dengan jalan revolusi. Sehingga, di sini ada
persamaan besar, yakni mencegah pemupukan harta benda kepada segelintir
orang.
Tatanan ideal masyarakat di atas tidak sepenuhnya tercapai, baik dalam
gerakan politik Islam maupun sosialisme. Dalam Islam misalnya, para pejabat
pemerintahan hidup dengan makmur, walaupun mereka menetapkan hukuman

26
Muhammad Anggie Farizqi Prasadana dan Hendri Gunawan, ―Keruntuhan Birokrasi Tradisional
Di Kasunanan Surakarta,‖ Handep: Jurnal Sejarah Dan Budaya 2, no. 2 (2019): 187–200.

27
syariah (termasuk hudud), seperti Negara Saudi Arabia. Begitu juga, Negara
komunisme yang menyandarkan pada pemahaman Marx klasik, yang sejak awal
menentang model stratifikasi sosial, tetapi dalam hal prakteknya menciptakan pola
stratifikasi sosial baru, yaitu seperti munculnya kelompok rakyat biasa dan
kelompok Kamerad (pejabat dan biro partai politik Komunis). 27
b. Perbedaan antara pemikiran Marx dan Islam di bidang ekonomi terletak pada
konsepsi dasarnya.
Konsep dasar ini sangat penting untuk melihat sebuah bangunan pemikiran
pada umumnya. Karena konsep dasar ini lah yang membangun konsep-konsep di
atasnya. Islam melihat realitas manusia sebagai makhluq ciptaan Allah, dan
kewajiban semua makhluq untuk bersujud kepada Khaliq.
Sedangkan Marx, dibangun dari asumsi bahwa hakikat manusia terletak pada
terpenuhinya eksistensi kebutuhan hidupnya. Pemikiran Marx sangat dekat
dengan Darwin yang melihat manusia sebagai bagian dari proses evolusi. 28 Dalam
proses evolusi tersebut, semua spesies bersaing untuk mempertahankan
eksistensinya dan siapa yang kalah akan tersingkir. Marx mendukung penuh teori
volusi Darwin, seraya mengkritik pemahaman teori Evolusi Lamarc yang
menyebut adanya adaptasi antara hewan dengan lingkungan. Pemahaman seperti
ini juga dapat dilihat dalam buku Tan Malaka, Madilog, yang menyebutkan
bahwa manusia cenderung membesarkan anaknya dengan kualitas terbaiknya
dengan disekolahkan tinggi-tinggi yang merupakan bagian dari proses persaingan
dalam kehidupan.
Hal ini sudah tentu berbeda dengan Islam, yang melihat manusia yang
memiliki fitrah, dan tidak memiliki bawaan buruk. Islam mengakui bahwa setiap
orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Dari perbedaan
kualitas ini lah, Allah SWT melebihkan yang satu di atas yang lainnya (QS An
Nahl: 71). Sehingga Islam mengakui bahwa perbedaan ekonomi merupakan hal

27
Singgih Muheramtohadi et al., ―Ulumuddin: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman PEMIKIRAN
EKONOMI KARL MARX MENURUT KONSEP EKONOMI ISLAM‖ 12 (2022): 185–200,
https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/agama_islam.
28
Darwinisme Ariesani Hermawanto, ―Sosial Dan Keamanan Internasional:Sebuah Analisis
Ringkas,‖ Paradigma,‖ Jurnal Masalah Sosial, Politik, Dan Kebijakan 23, no. 2 (2021): 334–351.

28
yang alamiah. Sedangkan dalam cara berfikir Marx cenderung berfikir reduktif,
bahwa perbedaan itu diakibatkan adanya penguasaan faktor ekonomi semata. Ini
lah yang menyebabkan, Islam melegalkan kepemilikan faktor produksi secara
individu, meskipun dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan komunisme,
membatasi aktivitas manusia. Penafsiran karya Marx secara tekstual,
menyebabkan beberapa Negara komunis mengalami permasalahan kemiskinan
yang akut. Karena Negara kurang maksimal dalam mengelola berbagai asset yang
dikuasainya.29
Masyarakat yang dicitakan oleh Islam juga berbeda dengan masyarakat yang
dicitakan oleh Marx. Islam tidak mencitakan akan adanya peniadaan kepemilikan
terhadap faktor-faktor produksi. Para petani dapat memiliki tanah hektaran,
ataupun mempekerjakan buruh tani, meskipun dalam batas tertentu. Sedangkan
dalam pemikiran Marx, lahan persawahan adalah bagian dari faktor produksi yang
tidak dapat dimiliki secara perorangan. Dalam Islam, swasta dapat
mengembangkan industri yang menyerap tenaga kerja ratusan hingga ribuan
orang. Sedangkan menurut Marx hal ini tidak dapat dilakukan karena menjadikan
orang lain sebagai buruh tidak dapat dibenarkan dan berpotensi terjadi relasi
produksi yang menindas.

F. Sistem Ekonomi Campuran

Sistem Ekonomi Indonesia merupakan sistem ekonomi campuran (mixed


economy) yang memiliki unsur-unsur sistem ekonomi kapitalistik (mekanisme
pasar) dan unsur-unsur sistem ekonomi terpusat (pengaturan oleh negara). Sebagai
sistem ekonomi campuran, sistem ekonomi nasional berada di kisaran mekanisme
pasar dan kontrol oleh negara sebagai stabilisator, dinamisator dan regulator.
Sistem mekanisme pasar merupakan unsur sistem ekonomi nasional yang cukup
penting, karena sistem perekonomian bekerja menurut mekanisme pasar. Namun
sesuai dengan jiwa dan semangat Demokrasi Ekonomi, peran sistem ekonomi
pasar dibatasi untuk tidak menjurus pada free ligft liberalism yang menimbulkan

29
Permata Harsa, ―Filsafat Dan Konsep Negara Marxisme,‖ Jurnal Filsafat 21, no. 3 (2022): 200–
223.

29
eksploitasi terhadap mereka yang lemah dan miskin serta mencegah terjadinya
pemusatan kekuatan ekonomi pada segelintir orang. Peran negara dalam
perekonomian dibatasi hanya sebagai stabilisator, dinamisator, dan regulator.
Meskipun negara berhak menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak, namun kekuasaan negara dibatasi oleh
syarat dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini,
peran negara lebih berfungsi sebagai pelaksana keadilan.30
Sistem ekonomi campuran adalah penggabungan antara sistem ekonomi
sosialis dan sistem ekonomi liberal. Dalam sistem ekonomi campuran kekuasaan
serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau dalam kadar yang berbeda-beda.
Ada sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi liberal karena
kadar kebebasan yang relative besar atau persentase dari sistem liberalnya sangat
besar. Ada pula sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi sistem
ekonomi sosialis dimana peran kekuasaan pemerintah relative besar terutama
dalam menjalankan berbagai kebijakan ekonomi, moneter/fiscal dan lain-lain
Walaupun demikian berbagai bentuk sistem ekonomi campuran itu sebagai
sumber ekonomi suatu bangsa, termasuk alat-alat produksi yang dimiliki baik oleh
pribadi-pribadi/individu oleh kelopok perusahaan-perusahaan swasta, juga banyak
sumber-sumber terutama yang strategis dan vital dikuasai oleh Negara/pemerintah
pusat.
Oleh karena itu di dalam sistem ekonomi campuran dikenal minemal ada dua
sektor ekonomi yakni sektor swasta dan sektor Negara/sektor pemerintah/sektor
public Di dalam sistem ekonomi campuran adanya campur tangan pemerintah
terutama untuk mengendalikan kehidupan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah
adanya konsentrasi yang terlalu besar ditangan satu orang atau kelompok swasta.
Juga untu melakukan stabilisasi perekonomian, mengatur tata tertib serta
membantu golongan ekonomi lemah. Bentuk sistem ekonomi campuran sering
juga menggunakan nama sosialis atau sosialisme, walau bukan sosialis atau
sosialisme ekstrem/radikal;misalnya komunisme yang meletakkan individu di
30
Tarmizi Abbas and Win Konadi Manan, ―Keterkaitan Antara Demokrasi Politik, Demokrasi
Ekonomi Dan Sistem Ekonomi Kerakyatan,‖ Jurnal Sosial Dan Pembangunan XXI, no. 3 (2005):
430–40.

30
bawah subordinasi kelas, dan fasisme yang meletakkan individu bawah
subordinasi Negara atau sosialis murni Karl Marx.
Berikut akan di paparkan kelebihan-kelebihan yang ada pada sistem ekonomi
campuran, yakni:
a. Sistem ekonomi campuran mengadopsi dan menggabungkan dua sistem
berbeda yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis dan
dari kedua sistem ini diambil dari segi-segi kelebihan yang dapat dipadu.
b. Dalam sistem ekonomi campuran pemerintah terutama untuk
mengendalikan kehidupan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah
adanya konsentrasi yang terlalu besar ditangan satu orang atau kelompok
swasta. Juga untuk melakukan stabilisasi perekonomian, mengatur tata
tertib serta membantu golongan ekonomi lemah.
c. Dalam sistem ekonomi campuran perusahaan diberi kebebasan namun
dibatasi dengan prinsip kepentingan umum juga harus di pikirkan.
Contoh di Indonesia ialah pemberian Hak Guna Usaha (HGU) untuk
perorangan atau perusahaan. HGU adalah hak untuk mengusahakan
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Obyek hak adalah tanah yang
diusahakan dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan. Jangka waktu penggunaan tanah HGU adalah maksimum 25
tahun dan untuk perusahaan bisa 35 tahun. Jangka waktu dapat
diperpanjang 25 tahun. Dan HGU ini dapat dicabut jika terbukti
perusahaan tidak mengoptimalkan tanah tersebut dan merugikan rakyat.
Ditengah kebebasan yang diberikan pemerintah namun pemerintah juga
melakukan pengawasan agar perusahaan juga dapat memajukan
kesejahteraan masyarakat.
Berikut akan di paparkan kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem
ekonomi campuran, yakni: menggabungkan dan mengambil kelebihan-kelebihan
dari sistem ekonomi, yakni:
a. Walau idealnya sistem ekonomi campuran ini adalah penggabungan
kelebihan dari dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi sosialis namun dalam prakteknya Negara yang

31
seharusnya mengendalikan perekonomian dengan meminta bantuan
swasta cenderung malah swasta yang mengatur dan memperalat Negara
agar swasta bisa mengeruk keuntungan lebih seperti kekayaan alam
ketimbang mensejahterakan rakyat.

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi Islam sangat mulia, karena bukan hasil kreasi manusia atau
pemikiran manusia tetapi dari wahyu Allah Swt. Segala aktivitas ekonominya
yang menjadi penggerak adalah ibadah. Karena semua aktivitas ekonomi islam
bagian dari pelaksanaan perintah syariat islam. Sedangkan ekonomi konvensional
yang di kembangkan oleh manusia, segala aktivitas ekonomi konvensional
((kapitalis dan sosialis) adalah pengusaan materi atau harta, sehingga terkadang
mengabaikan etika dan moral.

Sistem kapitalis dan sosialis telah menunjukkan kegagalan dengan


mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dunia. Sistem ekonomi Islam hadir
membawa pencerahan dan terus digali untuk diterapkan sebagai sistem
perekonomian. Ekonomi Islam memiliki solusi terhadap berbagai kelemahan yang
dimiliki oleh sistem kapitalis dan sosialis. Motif kepentingan individu yang
mendorong lahirnya kapitalis dan motif kolektivisme yang diagungkan oleh
sosialis, keduanya mendapatkan tempat yang wajar dalam ekonomi Islam, karena
Islam menghargai kebebasan individu sekaligus menjunjung tinggi kepentingan
sosial.

Konsep ekonomi Marx dan Islam memiliki dimensi yang serupa yaitu kerja
sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan hidup, menghendaki terjadinya tatanan
masyarakat yang adil dan meniadakan penindasan kelas sosial. Namun demikian,
Islam tetap mengakui perbedaan potensi yang ada dalam tiap-tiap manusia.
Sehingga darinya didapati perbedaan ekonomi yang bersifat alamiah. Islam juga
memperbolehkan setiap individu memiliki faktor produksi, meskipun dalam
jumlah terbatas. Dasar yang digunakan dalam membangun konsep ekonomi Islam
adalah ketundukan untuk mematuhi perintah Allah SWT serta menjauhi
laranganNya.

33
Sistem ekonomi campuran adalah penggabungan antara sistem ekonomi
sosialis dan sistem ekonomi liberal. Dalam sistem ekonomi campuran kekuasaan
serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau dalam kadar yang berbeda-beda.
Ada sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi liberal karena
kadar kebebasan yang relative besar atau persentase dari sistem liberalnya sangat
besar.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata
sempurna, untuk kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam
menerangkan penjelasan mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih lengkap dan lebih banyak lagi, dan tentunya bisa untuk dipertanggung
jawabkan. Untuk saran yang akan pembaca berikan kepada penulis, bisa berupa
kritikankritikan dan saran-saran kepada penulis guna untuk menyimpulkan kepada
kesimpulan dari pembahasan makalah yang sudah dijelaskan didalam makalah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Tarmizi, and Win Konadi Manan. ―Keterkaitan Antara Demokrasi Politik,
Demokrasi Ekonomi Dan Sistem Ekonomi Kerakyatan.‖ Jurnal Sosial Dan
Pembangunan XXI, no. 3 (2005): 430–40.
Abdillah, Junaidi. ―DEKONSTRUKSI TAFSIR ANTROPOSENTRISME: Telaah
Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan.‖ Kalam 8, no. 1 (2014): 65.
https://doi.org/10.24042/klm.v8i1.168.
Abdullah, Zaky Al Kaaf. Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit
Pustaka Setia, 2002.
Afzalur, Rahman. The Encyclopedia of Seerah. London: The Muslim School
Trusts, 1982.
Alamin, Rahmatan Lil. ―Masa Depan Ekonomi Islam Dalam Arus Trend Ekonomi
Era Global,‖ 2004, 201–2.
Ariesani Hermawanto, Darwinisme. ―Sosial Dan Keamanan Internasional:Sebuah
Analisis Ringkas,‖ Paradigma.‖ Jurnal Masalah Sosial, Politik, Dan
Kebijakan 23, no. 2 (2021): 334–351.
Azhar. Antara Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional. Islamika. Islamika,
2017.
Farida, Ulfa Jamilatul. ―Telaah Kritis Pemikiran Ekonomi Islam Terhadap
Mekanisme Pasar Dalam Konteks Ekonomi Islam Kekinian.‖ La_Riba 6, no.
2 (2012): 257–70. https://doi.org/10.20885/lariba.vol6.iss2.art7.
Fauziah, Dewi Rahmi. ―Analisis Perbandingan Sistem Ekonomi‖ 6, no. 2 (2023):
1–14.
Fitria, Tira Nur. ―Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional.‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 2, no. 03 (2016): 29–40.
https://doi.org/10.29040/jiei.v2i03.3.
Ghafur, Abdul. ―Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Syariah.‖ Iqtishodiyah,
2017, 5–24.
Harsa, Permata. ―Filsafat Dan Konsep Negara Marxisme.‖ Jurnal Filsafat 21, no.
3 (2022): 200–223.
Imtinan, Qori, Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Pascasarjana, Uin Sunan, and
Ampel Surabaya. ―Pemikiran Ekonomi Islam Oleh Muhammad Abdul
Mannan: Teori Produksi (Mazhab Mainstream).‖ Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam 7, no. 3 (2021): 1644–52. https://jurnal.stie-
aas.ac.id/index.php/jei/article/view/3585.
Karim, Adiwarman A. ―Pengembangan Ekonomi Islam Dan Perannya Dalam

35
Peningkatan Kesejahteraan Umat.‖ Tarjih Edisike-9, no. 23 (2017): 79–91.
L. B. Irawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : (Fakta Sosial, Definisi
Sosial, Dan Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana, 2012.
M. Abdul, Manan. Teori Dan Praktik Ekonomi Islam. Yogjakarta: PT. Dana
Bhaktif, 1997.
M. Khalilurrahman, Al Mahfani. Juz Amma Tajwid Berwarna. Jakarta: Wahyu
Media, 2008.
Muhammad Anggie Farizqi Prasadana dan Hendri Gunawan. ―Keruntuhan
Birokrasi Tradisional Di Kasunanan Surakarta.‖ Handep: Jurnal Sejarah
Dan Budaya 2, no. 2 (2019): 187–200.
Muhammad, Nejatullah Siddiqi. Islamizing Economics Towards Islamization of
Disciplines. Herndon: The International Institute Of Islamic Thought, 1995.
Muheramtohadi, Singgih, Fita Nurotul Faizah, Universitas Islam, Negeri
Walisongo Semarang, and Singgih_Muheramtohadi@walisongo Ac Id.
―Ulumuddin: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman PEMIKIRAN EKONOMI KARL
MARX MENURUT KONSEP EKONOMI ISLAM‖ 12 (2022): 185–200.
https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/agama_islam.
Nurbaeti, Ayi, Ahmad Lukman Nugraha, and Ismayadi. ―Perkembangan
Pemikiran Penyelesaian Sengketa Pada Ekonomi Syariah Di Indonesia.‖ Al-
Rasyad 1, no. 14 (2022): 33.
http://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/alrasyad/article/view/693/507.
Prihatta, Hajar Swara. ―Pemasaran Dalam Perspektif Ekonomi Islam.‖ Maliyah :
Jurnal Hukum Bisnis Islam 8, no. 1 (2018): 96–124.
https://doi.org/10.15642/maliyah.2018.8.1.65-93.
Rizal, Fahlevi. Ekonomi Mikro Islam. Batusangkar: STAIN Batu Press, 2008.
———. Ekonomi Mikro Islam. Batusangkar: STAIN Batu Press, 2008.
Saesar, S. Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional, 2015.
Tanjung, H. ―Kritik Ekonomi Konvensional Dan Solusi Ekonomi Islam.
HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 11(2), 277- 292.‖ HUNAFA: Jurnal
Studia Islamika 11, no. 2 (2014): 277–92.
Tatty, Ariani Ramli. ―Kepemilikan Pribadi Dalam Prespektif Islam, Kapitalis,
Dan Sosialis Dalam Mimbar Jurnal, Unive.‖ Mimbar Jurnal, Universitas
Islam Bandung 16, no. 1 (2005): 11.
Wahyuni, Raden Ani Eko. ―Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia Melalui
Penyelenggaraan Fintech Syariah.‖ Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam
4, no. 2 (2019): 184–92.
Winardi. Kapitalisme Versus Sosialisme, Suatu Ekonomi Teoritis. Bandung:

36
Remadja Rosdakarya, Cetakan I, 1986.
Zaid, Abdul Hafidz, Witoto, Amir Reza Kusuma, and Nirhamna Hanif Fadillah.
―Problem Ekonomi Konvensional Dan Dampaknya Terhadap Dunia
Pendidikan.‖ Edunomika 07, no. 02 (2023): 1–18.

37

Anda mungkin juga menyukai