Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKONOMI ISLAM

PENGANTAR EKONOMI MIKRO ISLAM

DISUSUN OLEH

HARDYANA

SULFA EVA RAHMAN

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘

PENGANTAR EKONOMI MIKRO ISLAM’.

Pembuatan makalah ini didasarkan pada tugas yang diberikan oleh dosen

pengampu mata kuliah Ekonomi Islam semoga makalah ini dapat menambah nilai

tugas yang baik.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalima maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuk kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki tugas kelompok ini.

Akhir kata kami dapat berharap semoga tugas kelompok ini dapat

memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Sengkang 14 Februari 2000


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemikiran ekonomi merupakan sebuah reaksi dari kebutuhan hidup dalam


mencapai kebahagiaan. Lahirnya pemikiran ekonomi merupakan cara atau upaya
manusia dalam menghadapi masalah kelangkaan (scarcity). Dari sinilah muncul
definisi ilmu ekonomi yang dipegang hingga kini, yaitu “sebuah kajian tentang
prilaku manusia sebagai hubungan antara tujuan-tujuan dan alat-alat pemuas yang
terbatas, yang mengundang pilihan dalam penggunaannya” atau dalam pengertian
lain Ilmu ekonomi didefinisikan studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka
atau terbatas (scarcity) untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas
(unlimited).
Ekonomi dalam kajian keilmuan dapat dikelompokkan ke dalam ekonomi mikro
dan ekonomi makro. Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa ekonomi mikro
menjelaskan how dan why sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi.
Ekonomi mikro konvensional dalam pengambilan keputusan akan menghilangkan
nilai dan norma, sehingga prilaku seseorang dalam mencapai kepuasan diberikan
kebebasan tanpa adanya batasan syariah yang digunakan, maka perilaku dari setiap
individu dalam unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berperilaku sesuai dengan
norma dan aturan menurut persepsinya masing-masinge. Kepuasan pribadi
merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas ekonomi, sehingga setiap sesuatu yang
menghalangi kepuasan dianggap tidak relevan meskipun bertentangan dengan nilai
dan norma. Oleh karena itu, dalam ekonomi konvensional prilaku sosial (seperti
zakat, sedekan dan keadilan) tidak dapat dijelaskan dalam teori ekonomi.
Pembahasan ekonomi mikro islami berbeda dengan ekonomi mikro konvensional.
Ketika berbicara ekonomi Islam, maka tidak akan pernah lepas dari sumber utama
Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah yang di dalamnya terdapat pedoman, nilai dan
norma yang melekat bersama pribadi muslim. Prilaku ekonomi muslim tidak hanya
berorientasi pada kepuasan pribadi, tetapi lebih pada menjalankan peran sebagai
khalifah di muka bumi yang diatur berdasarkan syariah dimana tujuan akhir dari
ekonomi adalah terciptanya maslahah dalam meraih falah.[11]

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah konsep dasar Ekonomi Mikro Islam?


2. Apa saja karakteristik Ekonomi Mikro Islam?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui konsep dasar Ekonomi Mikro Islam.

2. Mengetahui karakteristik Ekonomi Mikro Islam.

1 [1] Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013, hlm.1-13
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO ISLAM

1. Pengertian Ekonomi Mikro Islam


Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno (oikonomos) yang berarti rumah
tangga. Menurut istilah pakar ekonomi, ekonomi adalah usaha untuk mendapat dan
mengatur harta baik material maupun non material untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia baik secara individu maupun kolektif yang menyangkut perolehan,
pendistribusian, ataupun penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.[22]
Sedangkan Menurut Kursyid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah sebuah usaha
sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara rasional dalam perspektif Islam.[3]
Ekonomi mikro adalah salah satu cabang dalam ilmu ekonomi yang terfokus
mempelajari perilaku atau hubungan timbal balik antara produsen dan konsumen
yang terlibat di dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi mikro bisa menjelaskan tentang
bagaimana dan mengapa di setiap pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonomi.
Dengan demikian, ekonomi mikro Islam berarti suatu sistem yang di dalamnya
terdapat perilaku beberapa individu, baik sebagai konsumen, produsen, atau tenaga
kerja yang dalam kegiatan ekonominya selalu diilhami oleh nilai-nilai keislaman.[4]
2. Ruang Lingkup Ekonomi Mikro Islam

2 [2] Indri dan Titik Triwulan Tutik, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, hlm.5
[3] Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta:Sinar Grafika
Offset, 2013, hlm.1
[4] http://www.bimbie.com/karakteristik-ekonomi-mikro-syariah.htm
Beberapa pokok bahasan ilmu Ekonomi Mikro Islam antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Asumsi rasionalitas dalam ekonomi islami
Yang dimaksud dengan asumsi rasionalitas adalah bahwa manusia berperilaku
secara rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang
akan menjadikan mereka lebih buruk. Perilaku rasional mempunyai dua makna, yaitu
metode dan hasil. Dalam makna metode, perilaku rasional berarti tindakan yang
dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan pikiran yang
beralasan, bukan berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau emosi. Sedangkan dalam
makna hasil, perilaku rasional berarti tindakan yang benar-benar dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapai.[53]
b. Teori konsumsi islami
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan
manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk
manusia. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk
menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jadi, perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku makan dan
minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya seperti membeli dan memakai baju,
membeli dan memakai kendaraan, membeli dan memakai sepatu.
Aktivitas konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam sesungguhnya tidaklah
berbeda dari ekonomi konvensional. Titik perbedaan yang paling menonjol antara
dalam teori konsumsi tersebut adalah paradigma dasar dan tujuan pencapaian dari
konsumsi itu sendiri.

3 [5] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2016,


hlm.51
[6] Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013, hlm.85
Dalam Islam, perilaku konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu kebutuhan (hajat)
dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Konsumsi dalam Islam diartikan sebagai
penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang baik dan jauh
dari sesuatu yang diharamkan, maka sudah barang tentu motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip
konsumsi itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara tegas
juga diatu dalam ekonomi Islam.[6]
Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menciptakan
maslahah menuju ialah (kebahagiaan dunia dan akhirat). Motif berkonsumsi dalam
Islam pada dasarnya adalah Maslahah. Meskipun secara alami motif dan tujuan
berkomunikasi dari seorang individu adalah untuk mempertahankan hidupnya. Teori
permintaan yang terbentuk dari konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan atas
adanya kebutuhan bukan dari keinginan.
c. Teori permintaan islami
Secara sederhana demand dalam pendekatan ekonomi menunjukkan tingkat
permintaan akan suatu produk atau jasa dari konsumen, sedangkan supply
menunjukkan jumlah produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen atau penjual.
Adapun hukum permintaan yang lazim dipahami adalah “Apabila harga barang naik
maka jumlah yang diminta akan turun sebaliknya jika harga turun jumlah yang
diminta akan naik”.
Sesungguhnya permintaan yang dilakukan oleh seorang muslim dalam upaya
melakukan konsumsi merupakan cara untuk menciptakan maslahah, bukan untuk
kepuasan pribadi. Oleh karena itu, dalam menganalisa permintaan konsumen muslim
akan sangat erat kaitannya dengan pola dan etika konsumsi seorang muslim.
Terdapat dua pendekatan untuk mengetahui perilaku konsumen, yaitu pendekatan
mashlahah marginal dan pendekatan iso-mashlahah. Pendekatan mashlahah marginal
menganggap manfaat dan berkah bisa dirasakan dan diukur oleh konsumen.
Pendekatan iso-mashlahah didasarkan pada pandangan bahwa mashlahah, terutama
berkah hanya bisa dirakan namun tidak bisa diukur seberapa besarnya. Konsumen
hanya bisa membandingkan tinggi rendahnya berkah antar kegiatan konsumsi.[7]4
d. Teori produksi islami
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan disttribusi.
Kegiatan produksi adalah proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian
dikonsumsi oleh para konsumen. Untuk menghasilkan barang dan jasa, kegiatan
produksi melibatkan banyak faktor produksi.[8]
Imam Al-Ghazali memberikan perhatian yang cukup besar terhadap teori
produksi dalam ekonomi Islam. Ia menggambarkan bermacam ragam aktivitas
produksi dalam masyarakat. Ia juga mengklasifikasi aktivitas produksi menurut
kepentingan sosialnya dan menitikberatkan perlunya kerjasama dan koordinasi.
Fokus utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos
kerja Islam.
Tanggungjawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang telah
disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan keadilan
dapat ditegakkan. Dalam ekonomi Islam tentang produksi adalah adanya perintah
untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi
dan memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak
lain. Dengan demikian, penetuan input dan output dari produksi haruslah sesuai
dengan hukum Islam dan tidak mengarah kepada kerusakan.[9]
e. Teori penawaran islami
Dalam ilmu ekonomi, hukum penawaran adalah “Semakin tinggi harga suatu
produk semakin meningkat barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin rendah
harga suatu produk, semakin berkurang jumlah yang ditawarkan”.
Dalam ekonomi Islam, pengaruh zakat terhadap penawaran dapat dilihat dari dua
sisi. Yang pertama adalah melihat pengaruh kewajiban membayar zakat terhadap

4[7] Ibid, hlm.105-107


[8] Ibid, hlm.172
perilaku penawaran. Objek zakat perniagaan adalah barang yang diperjualbelikan.
Menurut Adiwarman A. Karim, pengenaan zakat perniagaan tidak berpengaruh
terhadap kurva penawaran, tidak seperti pajak yang mengakibatkan komponen biaya
meningkat. Adanya pengenaan zakat perniagaan membuat perilaku memaksimalkan
keuntungan berjalan seiring dengan perilaku memaksimalkan zakat. Artinya, jika
seorang produsen memaksimalkan keuntungannya, pada saat yang bersamaan ia
memaksimalkan besarnya zakat yang dibayarkan.[10]5
f. Mekanisme pasar islami
Secara umum pasar diartikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual.
Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar diartikan sebagai setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi.
Sehingga konsep pasar tidak hanya pada barang dan jasa, tapi juga pada informasi
dan hal-hal berharga lainnya yang bisa diperjual belikan. Adapun proses pertukaran
barang atau jasa untuk uang adalah transaksi.
Perlu dipertegas bahwa objek dari ilmu ekonomi adalah perilaku ekonomi
konsumen, produsen dan pemerintah. Ketiga objek tersebut dalam praktiknya akan
dipertemukan dalam mekanisme pasar baik pasar tenaga kerja, pasar barang, ataupun
pasar modal. Peranan pemerintah sanagt diperlukan dalam bentuk kebijakan pasar,
hal ini untuk mencegah pasar berjalan tidak normal atau terjadinya distrosi pasar.
Namun pemerintah mestinya menghindari praktik penetapan harga, karena dalam
prakteknya Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam untuk membiarkan harga
berjalan apa adanya, agar harga berjalan dengan adil. Rasulullah melarang adanya
intervensi harga dan sepenuhnya menyerahkan mekanisme harga pada pasar. Namun
dalam praktiknya harga pasar dapat sangat dipengaruhi oleh praktik-praktik yang

5 [9] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:RajaGrafindo Persada,


2016, hlm.128-129
[10] Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013, hlm.117-121
dilarang sehingga menyebabkan distorsi dan selanjutnya mampu mengintervensi
harga yang terbentuk di pasar.[116]

B. KARAKTERISTIK EKONOMI MIKRO ISLAM


Beberapa karakteristik Ekonomi Mikro Islam adalah sebagai berikut.
1. Ekonomi Islam pengaturannya bersifat ketuhanan/ilahiah
Mengingat dasar pengaturannya yang tidak diletakkan oleh manusia, akan tetapi
didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan Allah SWT., sebagaimana terdapat
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi, berbeda dengan hukum ekonomi lainnya
yakni kapitalis dan sosialis yang tata aturannya semata-semata didasarkan atas
konsep-konsep yang dibuat oleh manusia (para ekonom).
2. Dalam Islam, ekonomi hanya merupakan satu titik bahagia dari al-Islam secara
keseluruhan
Ekonomi hanya merupakan salah satu bagian atau tepatnya subsistem dari al-
Islam yang bersifat komprehensif, maka ini artinya tidaklah mungkin memisahkan
persoalan ekonomi dari rangkaian ajaran Islam secara keseluruhan yang bersifat utuh
dan menyeluruh.
3. Ekonomi berdimensi akidah atau keakidahan
Mengingat ekonomi Islam itu pada dasarnya terbit atau lahir dari akidah Islamiah
yang di dalamnya akan dimintakan pertanggungjawaban terhadap akidah yang
diyakininya. Atas dasar ini maka seorang muslim terikat dengan sebagian
kewajibannya semisal zakat, sedekah, dan lain-lain walaupun dia sendiri harus
kehilangan sebagian kepentingan dunianya karena lebih cenderung untuk
mendapatkan pahala dari Allah SWT. di hari kiamat kelak.
4. Berkarakter ta’abbudi
Ekonomi Islam merupakan tata aturan yang berdimensikan ketuhanan dan setiap
ketaatan kepada salah satu dari sekian banyak aturan-aturan-Nya berarti ketaatan

6 [11] Ibid, hlm.155-160


kepada Allah itu adalah ibadah. Dengan demikian, penerapan aturan-aturan ekonomi
Islam juga mengandung nilai-nilai ibadah.
5. Terkait erat dengan akhlak
Islam tidak pernah memprediksi kemungkinan ada pemisahan antara akhlak dan
ekonomi, juga tidak pernah memetakan pembangunan ekonomi dalam lindungan
Islam yang tanpa akhlak. Itulah sebabnya mengapa dalam Islam kita tidak akan
pernah menemukan aktivitas ekonomi non Islam seperti perdagangan, perkreditan,
dan lain-lain yang semata-semata murni kegiatan ekonomi sebagaimana terdapat di
dalam ekonomi non Islam. Dalam Islam, kegiatan ekonomi sama sekali tidak boleh
lepas dari kendali akhlak yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari ajaran Islam
secara keseluruhan.
6. Elastis
Elastis dalam pengertian mampu berkembang secara perlahan-lahan atau evolusi.
Al-Qur’an dan Al-Hadits keduanya dijadikan sebagai sumber asasi ekonomi, tidak
memberikan doktrin ekonomi secara tekstual akan tetapi hanya memberikan garis-
garis besar yang bersifat instruktif guna mengarahkan perekonomian Islam secara
global. Sedangkan implementasinya secara riil di lapangan diserahkan kepada
kesepakatan sosial sepanjang tidak menyalahi cita-cita syari’at.
7. Objektif
Objektif dalam pengertian Islam mengajarkan umatnya supaya berlaku dan
bertindak objektif dalam melakukan aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi pada
hakekatnya adalah merupakan pelaksanaan amanat yang harus dipenuhi oleh setiap
pelaku ekonomi tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, warna kulit, etnik,
agama/kepercayaan dan lain-lain.
8. Memiliki targer sasaran/tujuan yang lebih tinggi
Berlainan dengan sistem ekonomi non Islam yang semata-mata hanya untuk
mengejar kepuasan materi, ekonomi Islam memiliki sasaran yang lebih jauh yakni
merealisasikan kehidupan kerohanian yang lebih tinggi (berkualitas) dan pendidikan
kejiwaan.
9. Realistis
Prakiraan ekonomi khususnya prakiraan bisnis tidak selamanya sesuai antara
teori di satu sisi dengan praktik di sisi yang lain. Dalam hal-hal tertentu, sangat
dimungkinkan terjadi pengecualian atau bahkan penyimpangan dari hal-hal yang
semestinya.
10. Harta kekayaan pada hakekatnya adalah milik Allah SWT.
Dalam prinsip ini terkandung maksud bahwa kepemilikan seseorang terhadap
harta kekayaan tidaklah bersifat mutlak. Itulah sebabnya mengapa dalam Islam
pendayagunaan harta kekayaan itu tetap harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai
dengan tuntunan Allah. Atas alasan apapun seseorang tidak boleh bertindak
sewenang-wenang dalam membelanjakan harta kekayaan, termasuk dengan alasan
bahwa harta kekayaan itu milik pribadinya.
11. Memiliki kecakapan dalam mengelola harta
Para pemilik harta perlu memiliki kecerdasan/kepiawaian dalam mengelola atau
mengatur harta kekayaannya semisal berlaku hemat dalam berbelanja, tidak
menyerahkan harta kepada orang yang belum/tidak mengerti tentang
pendayagunaannya, dan tidak membelanjakan hartanya ke dalam hal-hal yang
diharamkan agama, serta tidak menggunakannya pada hal-hal yang akan merugikan
orang lain.[127]

7 [12] http://ekonomimikroislam.blogspot.co.id/2013/07/makalah-ekonomi-mikro-
islam.html
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ekonomi Mikro Islam berarti suatu sistem yang di dalamnya terdapat perilaku
beberapa individu, baik sebagai konsumen, produsen, atau tenaga kerja yang dalam
kegiatan ekonominya selalu diilhami oleh nilai-nilai keislaman.
Beberapa pokok bahasan ilmu Ekonomi Mikro Islam antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Asumsi rasionalitas dalam ekonomi islami
b. Teori konsumsi islami
c. Teori permintaan islami
d. Teori produksi islami
e. Teori penawaran islami
f. Mekanisme pasar islami
Beberapa karakteristik Ekonomi Mikro Islam adalah sebagai berikut.
a. Ekonomi Islam pengaturannya bersifat ketuhanan/ilahiah
b. Dalam Islam, ekonomi hanya merupakan satu titik bahagia dari al-Islam
c. secara keseluruhan
d. Ekonomi berdimensi akidah atau keakidahan
e. Berkarakter ta’abbudi
f. Terkait erat dengan akhlak
g. Elastis
h. Objektif
i. Memiliki targer sasaran/tujuan yang lebih tinggi
j. Realistis
k. Harta kekayaan pada hakekatnya adalah milik Allah SWT.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini banyak
kelemahan dan kekurangan, sehingga diharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan pemahaman yang penulis dapatkan dalam pembuatan tugas-tugas lain.
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islami, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2016


http://ekonomimikroislam.blogspot.co.id/2013/07/makalah-ekonomi-mikro-
islam.html
http://www.bimbie.com/karakteristik-ekonomi-mikro-syariah.htm
Indri dan Titik Triwulan Tutik, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Sumar’in, Ekonomi Islam “Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam”,
Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013
Rivai, Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta:Sinar Grafika Offset,
2013

Anda mungkin juga menyukai