Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

HADIS TENTANG MEMAKAI SIWAK DALAM KITAB TANQIH


AL-QOUL AL-HASIS : STUDI TAKHRIJ HADIS

DYNA TAUHIDAH
NIM. 204104020011

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas metedologi
penelitian hadis yang diampu oleh Bpk. Fitah Jamaludin, M.Ag. Pada proposal
kali ini penulis meneliti penelitian dengan judul “Hadis Tentang Memakai
Siwak dalam Kitab Tanqih Al-Qoul Al-Hasis : Studi Takhrij Hadis”.
Kami menyadari bahwa pada proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
karna itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
proposal ini. Kemudian apabila ada kesalahan pada proposal ini kami mohon maaf
sebesar-besarnya.
Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga proposal ini
dapat memberi manfaat yang baik untuk kita semua, aamiin.

Jember, 15 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadis yang sering juga disebut Sunnah adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Baik berupa perkataan, perbuatan
dan pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya. Dalam Islam, Hadis merupakan
salah satu sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur’an. Karenanya hadis
Nabi memiliki fungsi yang terkait dengan Al-Qur’an itu sendiri, yaitu sebagai
penjelas bagi Al-Qur’an, menjelaskan yang masih global, menerangkan yang
sulit, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum, dan menguraikan
ayat-ayat yang ringkas. Bahkan kadang kala menetapkan satu hukum senduru
yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Meskipun sama-sama ajaran Islam, jika dilihat dari segi periwayatan, hadis
berbeda dengan Al-Qur’an. Periwayatan Al-Qur’an jelas secara mutawatir,
yang pada akhirya seluruh ayat Al-Qur’an sahih. Sedangkan sebagian besar
hadis Nabi tidaklah diriwayatkan secara mutawatir, lebih banyak secara ahad,
sehingga tidak semua hadis yang ada dihukumi sahih. Ada yang dihukumi
sahih, hasan, dan dhaif, bahkan tidak sedikit yang dihukumi maudhu’ (palsu).1
Ilmu takhrij hadis yaitu ilmu yang digunakan antara lain untuk
menampakkan keberadaan hadis, menelusuri asal usulnya, dan jika
dimungkinkan dapat dijelaskan kualirtas hadis tersebut. Penelitian hadis
sesungguhnya merupakan sebuah upaya pemeliharaan dan pelestarian
terhadap hadis Nabi itu sendiri. Adapun upaya penelitian hadis ini terus
berkembang dari masa ke masa dengan berbagai bentuk yang pada akhirnya
semua hal yang dilakukan dalam kegiatan penelitian bertujuan untuk
mengetahui kualitas atas hadis yang diteliti. Melihat fungsi dari takhrij ini
yang sangat penting terhadap sebuah penelitian, karena dengan ilmu ini kita
dapat mengetahui dengan benar-benar apakah hadis yang kita teliti ini shohih
atau tidak, oleh hal itu peneliti mencoba untuk meneliti hadis-hadis yang
1
Fatchur Rahman, “Ikhtishar Mushthalahul Hadts”, PT Alma’arif (1970), 20.
terdapat dalam salah satu kita yang mahsyur di pesantren Indonesia, yaitu
kitab Tanqih Al-Qoul Al Hasis, karya Syiekh Nawawi Al-Bantani.
Kitab Tanqih Al-Qoul Al Hasis merupakan syarah (penjelas) atas kitab
Lubabul Hadis karangan Al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman Ibn Abu Bakar
Asy-Syuyuti. Dalam kitab ini terkandung kurang lebih 694 buah hadis Nabi.
Materi pokok yang mempunyai keutamaan-keutamaan itu secara garis besar
meliputi bidang-bidang ilmu pengetahuan, lafaz-lafaz tauhid, aqidah, ibadah,
mu'amalah. jinayah, akhlaq, dan tasawuf Seluruh pemb hasannya
dikelompokkan pada 40 bab. Hadis-hadis yang dihimpun dalam seluruh kitab
ini, oleh Syeikh Nawawi, tidak dicantumkan sanad-nya, tetapi sebagian,
Syeikh Nawawi mengemukakan isnad hadis-hadis yang terdapat pada matan,
Lubab al-Hadis.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk
mengangkat penelitian dengan judul “Hadis Tentang Memakai Siwak
dalam Kitab Tanqih Al-Qoul Al-Hasis : Studi Takhrij Hadis”
Pemilihan terhadap hadis-hadis tentang siwak adalah ingin menegtahui
jalur jalur periwayatan atau sanad hadis tersebut.

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penilitan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian tentang siwak beserta manfaatnya?
2. Bagaimana kekuatan hadis-hadis tentang siwak dalam kitab Tanqih Al-
Qoul, bila dilihat dari segi sanadnya?
B. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini meliputi:
1. Untuk mengetahui pembahasan tentang siwak beserta manfaatnya.
2. Untuk mengetahui kualitas sanad dari hadis-hadis tentang siwak.

C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memahami tentang siwak beserta hadisnya dan manfaaatnya.
2. Memahami tentang cara mentakhrij sebuah hadis tentang siwak.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunaakan metode jenis kualitatif melalui studi pustaka,,
serta dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis yang terdapat
dalam kitab Tanqih al-Qaul al-Hasis penulis sepenuhnya melakukan telaah
kepustakaan (library research), dengan memposisikan kitab Tanqih al-Qaul al-
Hasis sebagai acuan primer, untuk mendapatkan data yang valid dan
refresentatip sekitar hadis yang akan dibahas.
Kitab yang menjadi rujukan utama penulis dalam penelitian adalah
merujuk pada aplikasi program hadis yaitu: Al Maktabah Al-Syamilah.
Penelusuran periwayat hadis penulis melakukan inventarisasi melalui kitab
Tahzib al-Kamal fi Asma' al-Rijal karya al-Mizzi, Tahzib al-Tahzib karya Ibn
Hajar al-Asqalani, yang juga dicari dalam aplikasi.

E. Sumber Data
1. Primer
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hadis
tentang siwak dalam kitab Tanqih Al-Qoul Al-Hasis.
2. Skunder
Adapun data diperoleh dari literatur yang sesuai dengan permasalahan
yang menjadi kajian dalam penelitian ini, serta berasal dari
dokumentasi dan kepustakaan.

F. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan penelitian ini penulis membagi pembahasan ke dalam
empat bab, setiap bab memiliki spesifikasi pembahasan mengenai topik-topik
tertentu, yaitu sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi
pokok dalam penelitian ini, pembatasan dalam sampul perumusan
masalah, metode penelitian, sumber data dan sistematika pembahasan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang berbagai hal yang menyangkup
pembahasan tentang pengertian siwak, kitab Tanqih Al-Qoul dan takhrij.
BAB III : ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang analisa penelitian dimana dalam
penelitian ini berisi takhrij hadis tentang siwak dalam kitab Tanqih Al-
Qoul.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Manfaat Siwak


Sebelum mengenal sikat dan pasta gigi, orang-orang zaman dulu
sudah menggunakan siwak untuk menjaga kerbersihan gigi dan mulutnya.
Meski sudah tak banyak digunakan, nyatanya siwak memang memiliki
beragam manfaat yang sayang untuk dilewatkan. Siwak atau miswak
adalah batang atau ranting dari pohon arak (Salvador persica). Pohon yang
termasuk dalam ketegori semak belukar ini banyak ditemui di wilayah
Timur Tengah. Manfaat siwak untuk kesehatan gigi dan mulut memang
sudah tak diragukan lagi. Salah satunya adalah untuk mencegah gigi
berlubang. Tak heran jika tradisi bersiwak (membersihkan gigi dengan
siwak) masih cukup populer di negara Timur Tengah dan beberapa negara
Afrika. Bersiwak hukumnya sunnah. Kayu siwak (bersiwak) adalah
ranting kayu Arak/siwak (salvadora persica) yang berfungsi untuk
membersihkan gigi, memutihkan gigi serta menyehatkan gigi dan gusi.
Pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam Islam mendorong
dokter-dokter Islam yang juga ikut berkontribusi dalam teori dan
prakteknya, seperti Ar-Razi dan kawan-kawan. Kontribusi Islam dalam
kesehatan gigi cukup mempunyai konsetrasi yang tinggi, banyak
permasalahan atau isu-isu kontemporel dalam fikih kedokteran gigi yang
membutuhkan jawaban syar’i dari aspek legilitasnya mulai dari hukum
penggunaan bleaching, veneer, serta kawat gigi. 2
Kesehatan gigi dan mulut telah mendapat perhatian dalam dunia
Islam. Menurut Bastomi Ali (2011) Beberapa sunnah yang dianjurkan
terkait dengan kesehatan gigi dan mulut di antaranya adalah tentang
2
Mela Citra Melati, dkk, “Kesehata Gigi dan Mulut dalam Prespektif Islam”, Jurnal Arsa, Vol. 4,
No. 3, 2019, 4.  http://edukasional.com/index.php/ARSA/article/view/104 (24 Juni 2022).
anjuran menyikat gigi dengan menggunakan kayu siwak (bersiwak).
Siwak adalah ranting kayu Arak/siwak (salvadora persica) adapun
kandungan siwak yaitu, chlorida, sodium bikarbonat, fluorida, silica,
sulfur, vitamin C, dll dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk
membersihkan gigi, memutihkan gigi serta menyehatkan gigi dan gusi.3
B. Pengertian Takhrij
Takhrij menurut lughat (bahasa) berasal dari kata kharaja, yang
berarti tampak atau jelas. Takhrij secara juga berarti istinbath
(mengeluarkan), tadrib (memperdalam), dan taujih (menampakkan).
Menurut istilah muhadditsin (ahli hadis), takhrij diartikan dalam beberapa
pengertian: 4
1. Sinonim dari ikhraj, yaitu seorang rawi mengutarakan suatu
hadis dengan menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadis
tersebut
2. Mengeluarkan hadis-hadis dari beberapa kitab yang kemudian
disebutkan sanad-sanadnya.

Para Muhadditsin mengartikan takhrij hadis sebagai berikut: 5

1. mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan


para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu
dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.

2. Ulama mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan


oleh para guru hadis, atau berbagai kitab lain yang susunannya
dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa
periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang
dijadikan sumber pengambilan.

3. Mengeluarkan hadis dari kitab dan meriwayatkannya. Al-


Syakhawi mengatakan dalam kitab Fath al-Mughits sebagai berikut:

3
Mela Citra Melati, 4.
4
Ahmad Sanusi, dkk, 2014, Takhrij Hadis(Banten : Madani Pablishing), 1-4.
5
Ahmad Sanusi, 5-7.
"Takhrij adalah seseorang muhaddits mengeluarkan hadis-hadis dari
dalam ajza', al musikhat, atau kitab-kitab lainnya. Kemudian, hadis
tersebut disusun gurunya atau teman-temannya dan sebagainya, dan
dibicarakan kemudian disandarkan kepada pengarang atau penyusun
kitab itu.

C. Kitab Tanqih Al-Qoul


Salah satu ulama yang membahas tentang fada’il al-a’mal adalah
Syaikh Nawawi al- Bantani dalam kitab Tanqih al-Qaulnya. Kitab Tanqih
al-Qaul merupakan syarh kitab Lubab al-Hadis karya Imam al-Suyuti yang
berisi tentang hadis-hadis fada’il al-a’mal yang disusun berdasarkan bab-
bab fiqh. Syaikh Nawawi dan al- Suyuti merupakan ulama’ yang sama-
sama bermazhab Syafi’iyyah. menggunakan hadis da’if namun tidak
begitu saja ia cantumkan tanpa alasan dan penjelas lain yang
menguatkannya seperti mencantumkan al-Qur’an, hadis lain yang setema,
dan sebagainya. Selain itu hadis da’if juga tidak digunakan dalam masalah
ahkam adan aqidah. Dengan Metode dan pendekatan yang digunakan
tersebut diperoleh beberapa kesimpulan jawaban atas penelitian ini:
pertama, Syaikh Nawawi al- Bantani mendefinisikan fada’il al-a’mal
sebagai suatu keutamaan atau balasan baik dan buruk atas perbuatan yang
dilakukan. Meskipun banyak terkait bab fiqh di dalamnya namun
pembahasan tidak terfokus pada hukum wajib dan haram suatu perbuatan
sebagaimana halnya kitab fiqh. Kedua, Syaikh Nawawi termasuk ulama’
yang tawassut dalam menilai kualitas hadis. Ia termasuk mazhab yang
memperbolehkan penggunaan hadis da’if asalkan bukan pada masalah
hukum dan aqidah. Ketiga, pemikiran Syaikh Nawawi banyak dipengaruhi
oleh Imam al- Suyuti dan banyak mengambil dari Imam al-Gazali serta
ulama sufi lainya. 6

6
https://onesearch.id/Record/IOS2755.21951/TOC
‫‪BAB III‬‬

‫‪ANALISIS PENELITIAN‬‬

‫‪A. Hadis SIWAK‬‬

‫ب‪َ ،‬ح َّد َثنَا عُثْ َم ا ُن بْ ُن َأبِي ال َْعاتِ َك ِة‪َ ،‬ع ْن َعلِ ِّي بْ ِن يَ ِزي َد‪َ ،‬ع ْن‬ ‫ام بْ ُن َع َّما ٍر‪َ ،‬ح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ُش َع ْي ٍ‬ ‫ِ‬
‫َح َّد َثنَا ه َش ُ‬
‫اءنِي‬‫ب‪َ ،‬م ا َج َ‬ ‫لر ِّ‬‫ض اةٌ لِ َّ‬
‫اك َمط َْه َرةٌ لِ ْل َف ِم‪َ ،‬م ْر َ‬ ‫ال‪ " :‬تَ َس َّو ُكوا فَِإ َّن ِّ‬
‫الس َو َ‬ ‫ول اللَّ ِه قَ َ‬ ‫َأن َر ُس َ‬ ‫اس ِم‪َ ،‬ع ْن َأبِي َُأم َامةَ‪َّ ،‬‬‫الْ َق ِ‬
‫َأش َّق َعلَى‬
‫اف َأ ْن ُ‬ ‫ض َعلَ َّي َو َعلَى َُّأمتِي‪َ ،‬ول َْواَل َأنِّي َأ َخ ُ‬ ‫اك‪َ ،‬حتَّى لََق ْد َخ ِش ُ‬ ‫السو ِ‬ ‫ِج ْب ِريل ِإاَّل َْأو َ ِ ِ‬
‫يت َأ ْن ُي ْف َر َ‬ ‫صاني ب ِّ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِإ‬ ‫َُّأمتِي لََف َر ْ‬
‫يت َأ ْن ْ‬
‫ُأحف َي َم َقاد َم فَمي‬ ‫اك َحتَّى لََق ْد َخش ُ‬ ‫َأَلستَ ُ‬‫ضتُهُ ل َُه ْم‪َ ،‬و نِّي ْ‬
‫‪1. Skema Sanad‬‬

‫َأبِي َُأم َامةَ‬


‫عن‬

‫الْ َق ِ‬
‫اس ِم‬

‫عن‬

‫َعلِ ِّي بْ ِن يَ ِزي َد‬

‫عن‬

‫عُثْ َما ُن بْ ُن َأبِي ال َْعاتِ َك ِة‬

‫حدثنا‬

‫ُم َح َّم ُد بْ ُن ُش َع ْي ٍ‬
‫ب‬

‫حدثنا‬

‫ام بْ ُن َع َّما ٍر‬ ‫ِ‬


‫ه َش ُ‬
‫ابن ماجه‬
(‫)كتاب ابن ماجه‬

a. Abi Umamah (‫)ع‬


 Nama Lengkap
Sadi bin Ajlan bin Wahb bin Amr bin Amer bin Rabah bin
Al-Harith bin Saham.
 Nama-Nama Guru
 Nabi Muhammad SAW (‫)ع‬
 Aisyah (‫)ت ق‬
 dll
 Nama-nama Murid
 Ghilan bin Ma’syur
 Qosim Abu ‘Abdur Rahman (‫)د‬
 Fadhol bin Jabir
 dll
 Pendapat Kritikus Hadits
 Sahabat
 Thabaqoh
 Thabaqoh Pertama, Sahabat
 Tahun Lahir/Wafat
 Wafat 86 H
b. Qosim Abu ‘Abdur Rahman (‫)د‬
 Nama Lengkap
Qosim Abu ‘Abdur Rahman (‫)د‬
 Nama-nama Guru
 Sadi bin Ajlan (‫)ع‬
 Salman al Farisi
 dll
 Nama-nama Murid
 Ali bin Yazid
 Basyir bin Numair (‫)د س‬
 dll
 Thobaqah
 Thabaqah ketiga, al-wustha min al-tabi’in.
 Tahun Lahir/Wafat
 Wafat 112 H
c. Ali bin Yazid
 Nama Lengkap
 Ali bin Yazin in Abi Hallal
 Nama-nama Guru
 Qosim Abu ‘Abdur Rahman (‫)د‬
 Nama-nama Murid
 Utsman bin Abil Atikah
 Abdullah bin Zahar (‫)ت د‬
 Amr bin Waqid
 dll
 Thobaqah
 Thabaqah keenam, mengalami yang sama seperti
Thabaqoh yang kelima, akan tetapi tidak bertemu
dengan satupun sahabat.
 Tahun Lahir/Wafat
 Wafat 155 H
d. Utsman bin ‘Atikah (‫)ق‬
 Nama Lengkap
 Utsman bin Sulaiman
 Nama-nama Guru
 Ali bin Yazid
 Kholid bin Jalal
 dll
 Nama-nama Murid
 Muhammad bin Syu’aib
 Ayyub bin Tamim
 dll
 Thobaqah
 Thabaqah kedelapan, al-wustha min atba’ al-
tabi’in
 Tahun Lahir/Wafat
 Wafat 155 H
e. Muhammad bin Syu’aib
 Nama Lengkap
Muhammad bin Syu’aib bin Syabur
 Nama-nama Guru
 Utsman bin ‘Atikah (‫)ق‬
 Ibrahim bin Sulaiman Al-Afthis (‫)ت‬
 dll
 Nama-nama Murid
 Hisyam bin Ammar
 Ishaq bin Ibrahim Alfaradis (‫)د‬
 Basyar bin Abdul Wahhab
 dll
 Thobaqah
 Thabaqah kesepuluh, generasi awal yang
meriwayatkan hadits dari tabi’ al-tabi’in dan tidak
pernah bertemu dengan tabi’in
 Tahun Lahir/Wafat
 200 H
f. Ibnu Majah
 Nama Lengkap
Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Rabi’i al-
Qazwini
 Nama Guru :
 Amr bin Rofi’ (‫)ق‬
 Muhammad bin Syuaib
 dll.
 Nama Murid :
 Ahmad bin Ismail,
 Ibrahim bin Khalidi,
 Ishaq bin Manshur,
 dll.
 Pendapat para Kritikus Hadits
 Ad daruquthni "tsiqoh" abu ya'la Al Khalili "tsiqoh
hafidz"
 Abu Hatim bin Hibban al-busthi "tsiqoh"
 Adz dzahabi "hafidz"
 Al mazi "hafidz"
 abu Hajar Al asqolani "hafidz"
 Ibnu Katsir "hafidz"
 Thabaqah
 Thabaqah 10, generasi awal yang meriwayatkan hadits
dari tabi’ al-tabi’in dan tidak pernah bertemu dengan
tabi’in
 Tahun Lahir/Wafat
 209 H/273 H
2. Penelitian keadilan dan kedhabitan rawi
Hadits ini diriwayatkan oleh para perawi yang menurut para
ulama’ kritikus hadits adalah tsiqah, karena semua perawi adalah
tsiqah, maka menurut penulis hadits ini merupakan periwayatan
hadits yang shahih.
3. Penelitian syadz dan ‘illah
Penulis tidak menemukan adanya syadz dalam sanad hadits
ini. Dan setelah menelusuri kitab-kitab ‘ilal tidak tidak ditemukan
adanya ‘illah dalam sanad hadits ini.
4. Kesimpulan kualitas sanad hadits
Berdasarkan penelitian di atas, hadits ini diriwayatkan oleh
para perawi yang ‘adil dan dhabith, jalur periwatannya dari awal
(Ibnu Majah) sampai akhir (Nabi S.A.W.) bersambung, tidak
ditemukan adanya syadz dan ‘illah, maka kesimpulan penulis
derajat hadits ini adalah shahih dalam sanadnya (shahih al-isnad).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesehatan gigi dan mulut telah mendapat perhatian dalam dunia Islam.
Menurut Bastomi Ali (2011) Beberapa sunnah yang dianjurkan terkait
dengan kesehatan gigi dan mulut di antaranya adalah tentang anjuran
menyikat gigi dengan menggunakan kayu siwak (bersiwak). Siwak
adalah ranting kayu Arak/siwak (salvadora persica) adapun kandungan
siwak yaitu, chlorida, sodium bikarbonat, fluorida, silica, sulfur,
vitamin C, dll dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk
membersihkan gigi, memutihkan gigi serta menyehatkan gigi dan gusi.
2. Hadits ini diriwayatkan oleh para perawi yang menurut para ulama’
kritikus hadits adalah tsiqah, karena semua perawi adalah tsiqah, maka
menurut penulis hadits ini merupakan periwayatan hadits yang shahih.
Penulis tidak menemukan adanya syadz dalam sanad hadits ini. Dan
setelah menelusuri kitab-kitab ‘ilal tidak tidak ditemukan adanya ‘illah
dalam sanad hadits ini. Berdasarkan penelitian di atas, hadits ini
diriwayatkan oleh para perawi yang ‘adil dan dhabith, jalur
periwatannya dari awal (Ibnu Majah) sampai akhir (Nabi S.A.W.)
bersambung, tidak ditemukan adanya syadz dan ‘illah, maka
kesimpulan penulis derajat hadits ini adalah shahih dalam sanadnya
(shahih al-isnad).

Anda mungkin juga menyukai