Anda di halaman 1dari 13

METODOLOGI DAKWAH BIL HIKMAH DAN BIL MUJADALAH

 (Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Dakwah)

Disusun Oleh : Kelompok 1

Said Ibnu Sina : (2010501001)


Iksan Dwi Ramadhan : (2010501002)
Muhammad Septiyadi : (2010501003)
Intan Vesselia : (2010501004)
Kms.Muhammad Rofiq Ilham : (2010501006)

Dosen Pengampuh :
DR. HAMIDAH, M.Ag

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Metodologi Dakwah Bil Hikmah dan Bil Mujadalah. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima
kasih kepada Ibu DR. Hamidah, M.Ag selaku dosen mata kuliah Metodologi Dakwah

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Palembang, 12 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Dan Kegunaan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Pengertian Metodologi Dakwah.............................................................................3
a. Secara Etimologi.................................................................................................................3
b. Secara Terminologi..............................................................................................................3
B. Tujuan Dan Urgensi Metodologi Dakwah..............................................................4
C. Metode Dakwah Bil Hikmah..................................................................................5
D. Metode Dakwah Bil Mujadalah..............................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai agama dakwah ialah agama yang selalu mendorong pemelukny
auntuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnyaumat
islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwahyang di
lakukannya. Islam tanpa berdakwah akan menjadi agama yanglumpuh. Dakwah
dalam Islam bersifat universal dan dinamis, dapat berjalansesuai dengan
perkembangan zaman.
Islam adalah agama dakwah dan dakwah adalah watak dari ajaran Islam.
Dalam rangka pengaktualisasian konsep ajarannya inilah Islam mengembangkan
metode dan strategi dakwah yang secara historis telah diteladankan oleh Rasulullah
saw. yang kemudian, dalam rangka mencapai tujuan dakwah ini haruslah dengan
metode dakwah yang berisikan ilmu pengetahuan dengan mempelajari cara-cara
berdakwah yang efektif dan efesien yang sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu.
Pentingnya mempelajari metodologi ilmu dakwah karena esensi dakwah ialah
menyeru manusia kepada al-Haq, memerintahkan segala sesuatu bentuk kemungkaran
dari seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat. Yang selanjutnya
menciptakan suatu umat terbaik (Khairuh Ummah) menjadi muslim yang berkualitas,
yang nantinya oleh Allah dijanjikan akan memperoleh ridho dan surga.
Dalam berdakwah, tentu seorang Da’I harus mengetahui dan
mampumenemukan strategi / cara berdakwah.Seorang da’I atau mubaligh
dalammenentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan di
bidangmetodologi. Metodologi mempunyai peranan dan kedudukan yang
sejajardengan unsur-unsur yang lain, seperti tujuan dakwah, sasaran dakwah,
subjekdakwah, dan sebagainya.Berdasar dari permasalahan diatas, maka dalam
makalahini kami akanmencoba menjelaskan tentang pengertian dari Metodologi
Dakwah
2

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari metodologi dakwah?
2. Apa tujuan dan urgensi mempelajari metodologi dakwah?
3. Apa yang dimaksud dengan metode dakwah bil hikmah?
4. Apa yang dimaksud dengan metode dakwah bil mujadalah?

C. Tujuan Dan Kegunaan


1. Untuk mengetahui pengertian dari metodologi dakwah
2. Untuk mengetahui tujuan dan urgensi mempelajari metodologi dakwah
3. Untuk mengetahui bagaimana proses metode dakwah bil hikmah
4. Untuk mengetahui proses metode dakwah bil mujadalah
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Dakwah


Sebelum memahami tentang definisi metodologi dakwah, hendaknya
dipahami tentang perbedaan metode dan teknik. Metode merupakan cara yang lebih
bersifat konseptual sedangkan teknik adalah cara lebih bersifat praktik (implementasi)
terhadap suatu metode.
a. Secara Etimologi
Metodologi dakwah terdiri dari kata metode, logos dan dakwah. Kata metode
(Arab: uslub, thariqat atau manhaj) diartikan sebagai jalan / tata cara. Kata logos
(logi) berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau buah pikiran yang
diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti. Sedangkan kata dakwah
(da’a) mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti
ajakan, seruan, panggilan kepada Islam.
b. Secara Terminologi
Ada banyak sekali pendapat mengenai pengertian Metodologi Dakwah secara
terminologi, diantaranya:
 Seni berdakwah yaitu cara atau rujukan, yang mana seorang da’i di jalan
Allah akan kembali kepadanya untuk mewujudkan tujuan dakwahnya. Dari ini
dapat dikatakan bahwa metodologi dakwah adalah cara sukses yang dapat
mempengaruhi dan sesuai dengan keadaan objek dakwah.
 Metodologi dakwah adalah mempelajari cara-cara yang dilakukan oleh
seorang muballigh/da’i (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, pendekatan dakwah
harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented, yaitu menempatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia.
4

Jadi, metodologi dakwah adalah ilmu yang mengkaji tentang konsep teoritis
dari berbagai tata cara atau metode yang digunakan da’i (komunikator) untuk
menyampaikan materi dakwah Islam kepada mad’u (komunikan).
Metodologi dakwah mempelajari tentang berbagai macam metode-metode
dalam berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah. Yang mana tujuan dakwah secara
global adalah agar manusia yang didakwahi itu bisa mendapatkan keselamatan dan
kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
Namun, Abdul Halim Mauhmud mengemukakan rincian tujuan dakwah sebagai
berikut:
a. Membantu manusia untuk beribadah kepada Allah Swt sesuai dengan syariat-
Nya. Pada mulanya ini adalah tugas Rasul, namun setelah Rasulallah wafat
tugas tersebut menjadi tugas para umat muslim.
b. Merubah kondisi buruk yang dialami kaum muslim menjadi kondisi yang
lebih baik dan benar.
c. Berusaha menyebarkan dakwah Islam diseluruh dunia

B. Tujuan Dan Urgensi Metodologi Dakwah


Tujuan dari Metodologi Dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan
keserasian, baik bagi Da’I maupun Mad’u. Metode-metode yang dipelajari dalam
Metodologi Dakwah menjadi sangat beragam karena disebabkan oleh lingkungan
yang berbeda, karakter, serta tingkatan berfikir mad’u yang tidak sama. Metode yang
kurang tepat sering kali mengakibatkan gagalnya aktivitas dakwah.

Adapun urgensi dari Metodologi Dakwah tardapat suatu kaidah yang


menyatakan bahwa tata cara atau metode lebih penting dari materi, yang dalam
bahasa arab dikenal dengan Al-thariqah ahammumin al-Maddah. Prof. Dr. H.M
Menurut Yunan Yusuf Ungkapan ini sangat relevan dengan kegiatan dakwah. Betapa
pun sempurnanya materi, lengkapnya bahan dan aktualnya isu-isu yang disajikan,
tetapi disajikan dengan cara yang semberono, tidak sistematis dan serampangan, akan
menimbulkan kesan yang tidak menggembirakan.
5

Tetapi sebaliknya, walaupun materi kurang sempurna dan bahan sederhana,


namun disajikan dengan cara yang menarik dan menggugah, maka akan
menimbulkan kesan yang menggembirakan. Oleh karena itu, dengan mempelajari
metodologi dakwah maka kita akan dapat menentukan metode apa yang cocok
digunakan sesuai dengan kondisi dalam berdakwah.

C. Metode Dakwah Bil Hikmah


Dakwah bil hikmah adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang arif
bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan
suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi ad-Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin
Wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain
Menurut bahasa:

 Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur'an dan Injil


 Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari
kerusakan
 Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
 Obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
 Pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:

Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan


mengamalkannya, wara' dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan
menjawab dengan tegas dan tepat. Metode Al Hikmah yang lebih menekankan pada
pendekatan persuasif dan pemberian motivasi yang dapat menggugah dan membuka
alam pemikiran peserta didik, nampaknya sesuai dengan fitrah psikologis peserta
6

didik bahwa mereka dalam fase perkembangan mana pun senantiasa membutuhkan
penghargaan.

D. Metode Dakwah Bil Mujadalah


Dakwah mujadalah billati hiya ahsan adalah dakwah yang dilakukan dengan
cara bertukar pikiran (dialog), sesuai kondisi masyarakat setempat tanpa melukai
perasaan mereka. Tiga bentuk dakwah inilah yang ditempuh Nabi SAW dalam
menunaikan amanat dari langit.

Muin Salim, ialah suatu rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata
cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan logis pula.
Didalam melaksanakan kegiataan dakwah diperlukan metode penyampaian yang
tepat agar tujuan dakwah tercapai. Mujadalah atau diskusi merupakan salah satu
metode pengajaran yang digunakan sebagai metode dakwah dengan cara bertukar
pikiran dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai hasil mufakat.

Terdapat berbagai metode dalam dakwah Islam sehingga umat Islam dapat
tumbuh pesat seperti saat ini. Salah satu metode dakwah yang digunakan oleh umat
Islam adalah metode mujadalah. Metode ini kerap kali digunakan oleh ulama-ulama
terdahulu untuk mendapatkan sebuah kebenaran menuju Allah SWT.

Mujadalah berakar dari kata jaadala yang artinya berbantah-bantah, berdebat,


bermusuh-musuhan, dan bertengkar. Secara istilah, kata "mujadalah" berarti
berdiskusi dengan mempergunakan logika yang rasional dengan argumentasi yang
berbeda. Namun, jika mengacu pada akar kata tersebut, mujadalah dapat berdampak
positif dan negatif.

Mujadalah yang berdampak negatif dapat disandarkan dengan arti bermusuh-


musuhan dan bertengkar. Sementara, mujadalah positif dapat diartikan dengan
berdiskusi atau perundingan yang ditempuh melalui perdebatan dan pertandingan
serta kemampuan mempertahankan pendapat dengan baik.
7

Mujadalah juga berarti upaya bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua
belah pihak secara sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan adanya
perseteruan di antara keduanya. Namun, salah satu ulama dalam filsafat Islam, Ibnu
Sina, berpendapat bahwa makna kata jaadala adalah bertukar pikiran dengan cara
bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan bicara.

Menurut ulama al-Jurjani, kata jaadala dapat berarti mengokohkan


pendapatnya masing-masing dan berusaha menjatuhkan lawan bicara dari pendirian
yang dipeganginya. Banyak ulama lainnya yang memaknai kata jaadala dengan
makna yang hampir sama, yang berbeda hanyalah persoalan redaksi.

Dalam Alquran sendiri, Allah telah menjelaskan mujadalah dengan cara yang
lebih baik atau positif. Seperti kata jaadala dalam surah an-Nahl ayat 125, mujadalah
dapat diartikan berbantah-bantahan atau berdiskusi. Namun, jika dimaknai dengan
bermusuh-musuhan ataupun bertengkar, tampaknya tidak sesuai dengan maksud ayat
tersebut secara keseluruhan.

Berikut firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 125,

"Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik,
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia
lebih mengetahui siapa yang sesat di jalan-Nya, dan Dialah yang lebih tahu siapa
yang mendapat petunjuk." (QS an-Nahl [16]: 125).

Dalam memahami ayat tersebut tampaknya sesuai dengan penjelasan yang


disampaikan Muhammad Khair Ramadhan Yusuf. Ia menjelaskan bahwa mujadalah
al-lati hiya ahsan atau mujadalah positif adalah ungkapan dari suatu perdebatan antara
dua sudut pandang yang bertentangan untuk menyampaikan kepada kebenaran. Dan,
kebenaran tersebut bertujuan untuk membawa kepada jalan Allah SWT. Kata jaadala
di Alquran ditemukan sebanyak 29 kali dalam berbagai bentuk dan tersebar dalam 15
surah. Surah yang diturunkan di Makkah sebanyak 10 surah, dan yang diturunkan di
Kota Madinah sebanyak lima surah. Data tersebut menunjukkan bahwa metode
8

dakwah mujadalah lebih banyak digunakan di kalangan masyarakat Makkah. Hal ini
karena masyarakat Makkah saat itu masih sangat radikal dengan persoalan akidah.

Persoalan akidah yang menjadi pembahasan ketika itu, di antaranya, masalah


penetapan kerasulan, hari kebangkitan dan pembalasan, hari akhirat, serta neraka dan
surga. Karena itu, mujadalah juga dipraktikkan untuk menangkal bantahan orang-
orang kafir dengan dalil akal dan melalui tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat
pada alam. Melihat kondisi keagamaan masyarakat Muslim saat ini, seharusnya setiap
Muslim dapat menggunakan metode mujadalah dalam mencari kebenaran. Namun,
beberapa kelompok kini masih ada yang berdakwah dan berdiskusi secara sembunyi-
sembunyi tentang ajaran Islam sehingga justru dapat menimbulkan pemahaman-
pemahaman yang menyimpang.

Dengan melakukan dakwah atau debat terbuka, hal itu akan dapat
memunculkan sanggahan atas tanggapan dari orang lain. Sehingga, dapat diterima
dengan senang hati oleh semua pihak. Karena itu, setiap Muslim harus bisa
berargumentasi yang logis dan jelas. Sehingga, dapat sampai pada suatu kebenaran
tanpa menimbulkan kebencian dan permusuhan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mujadalah adalah tukar pendapat


yang dilakukan dua belah pihak secara sinergis dan tidak melahirkan permusuhan.
Hal itu dilakukan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan
dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Dalam buku Pengantar Metode Dakwah karya Wahidin Saputra dijelaskan


bahwa dalam bermujadalah, antara satu dengan yang lainnya harus saling menghargai
dan menghormati, pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, serta mau
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika engkau berkata kepada manusia diamlah,


sedangkan mereka tengah berbicara, maka sesungguhnya engkau telah berdosa atas
dirimu sendiri." (HR Imam Ahmad)
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sedikit penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metodologi Dakwah yang mana merupakan ilmu untuk mempelajari metode-metode
dalam berdakwah, harus diterapkan sesuai dengan keadaan dan situasi saat
berdakwah.
2. Tujuan dan urgensi dari mempelajari Metodologi Dakwah adalah agar para Da’I
dalam berdakwah bisa tepat dalam memilih metode-metode dakwah. Bila metode
dakwah tepat, maka materi dakwah akan mudah masuk kedalam hati dan pikiran
Mad’u sehingga tujuan dakwah akan tercapai.
3. Sumber atau dasar dari metode berdakwah tentu berasal dari Al Quran dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW, serta dapat ditiru dari sahabat dan fuqoha, dan Da’I atau
muballigh yang sudah memiliki banyak pengalaman

B. Saran
Demikian makalah mengenai Metodologi Dakwah Bil Hikmah dan Bil
Mujadalah yang hanya bisa sedikit kami sampaikan. Saran kami sebagai penyusun
adalah agar para pembaca dapat memahami makna dan esensi dari Metodologi
Dakwah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan
teman-teman
10

DAFTAR PUSTAKA

Tasmoro, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah, Cet.II. Jakarta: Gaya Media Pratama

Halimi, Safrudin. 2008. Etika dakwah Al Quran. Semarang: Walisongo Press

Munir, M. 2009. Metode Dakwah. Edisi Revisi Cet. III. Jakarta: Kencana

Intan Kharisma, 2018. Pengertian Metodologi Dakwah, PENGERTIAN


METODOLOGI DAKWAH (intankharismakpid.blogspot.com) diakses pada 12
Maret 2022 pukul 19.48

Agung Sasongko, 2017. Memahami Mujadalah,


https://www.republika.co.id/berita/omss7l313/memahami-mujadalah diakses pada 12
Maret 2022 pukul 20.04

Anda mungkin juga menyukai