Anda di halaman 1dari 7

PEMAHAMAN STRATA MAD’U

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metode Dakwah
Dosen Pengampu : Maskur, S.Sos.I., M.H.

Oleh :
Barirotul Umah (NIM 19121110006)
Ulwan Kurniawan (NIM 19121110008)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Pengertian Dari Strata Mad’u 2

2.2 Mengenal Rumpun 3

BAB III PENUTUP 4

3.1 Kesimpulan 4

DAFTAR PUSTAKA 5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dakwah adalah bagian penting dalam agama islam, sehingga sering dikatakan bahwa
agama islam adalah agama dakwah. Melalui dakwah itulah ajaran islam bisa tersebar luas ke
seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah pula, ajaran islam diamalkan para pemeluknya
sehingga tercermin dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Itulah kenapa, di
dalam Al-Qur’an sendiri banyak rujukan dalil-dalil yang berbicara dan mengatur tentang apa
dan bagaimana dalam berdakwah.

Proses dakwah sulit berhasil tanpa adanya analisa terhadap sasaran dakwahnya
terlebih dahulu. Sebagaimana diketahui, manusia bukanlah benda mati yang dapat diatur dan
dibentuk tanpa mengadakan respons balik. Tetapi manusia adalah makhluk hidup dengan
segala esensinya, memiliki akal, hati dan perasaan, juga memiliki kehendak dan cita-cita,
selain akal yang dapat menilai mana yang baik dan harus diikuti dan mana yang tidak baik
yang harus dijauhkan. Semua potensi ini merupakan realitas manusia yang dihadapi oleh
dakwah sehingga dakwah harus mempertimbangkan siapa mad’unya, apa kecenderungan dan
permasalahan yang dialami. Semuanya dikenal dengan analisis sosial.

Keberhasilan dakwah akan sangat bergantung kepada bagaimana da’i tersebut


berdakwah. Tidak hanya penguasaan materi yang di luar kepala, kemampuan dai dalam
mengenal dan memahami ilmu dakwah pun sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dakwah itu sendiri. Salah satu anasir ilmu dakwah tersebut ialah membahas tentang strata
Mad’u, tipologi Mad’u dan Sasarannya.

Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang strata Mad’u, tipologi Mad’u dan Sasaran
dalam berdakwah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Strata Mad’u?
2. Bagaimana Rumpun dan Tipologi Mad’u?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Strata Mad’u
2. Untuk mengetahui dan memahami Rumpun dan Tipologi Mad’u

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dari Strata Mad’u


Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau
manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama islam
maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh membagi
mad’u menjadi tiga golongan yaitu:
1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis,
cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan
mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah mereka yang senang membahas
sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tak sanggup mendalami benar.
Salah satu tanda kebesaran Allah di alam ini adalah keragaman makhluk yang
bernama manusia. Allah SWT. berfirman :“ Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keragaman jenis kelamin, suku, bangsa dan warna
kulit dan bahasa sebagai tanda kebesaran Allah yang perlu diteliti dengan seksama untuk
mengenal lebih dekat tipologi manusia untuk selanjutnya menentukan pola interaksi untuk
masing-masing kelompok yang berbeda. Mengenal tipologi manusia adalah salah satu faktor
penentu suksesnya dakwah, dan merupakan salah satu fenomena alam yang hanya bias
ditangkap oleh orang alim.
Di antara cara-cara untuk mengenal tipologi manusia, dapat dilakukan dengan
beberapa cara di bawah ini :
1. Mengenal Strata Mad’u Sebagai Landasan Normatif.
Salah satu makna hikmah dalam dakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan Allah. di saat terjun di sebuah komunitas, atau melakukan kontak
dengan seorang mad’u, da’i yang baik harus mempelajari terlebih dahulu data asli tentang
komunitas atau pribadi yang bersangkutan.
Berikut ini adalah landasan normatif tentang pola komunikasi dan interaksi dengan
beragan manusia, Allah berfirman : “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung
mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan piala
raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf.
tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah

2
menghendaki-Nya. kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap
orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.”
Hasan Al-Bashri berkata : “Tidak ada seorang alim pun kecuali di atasnya ada orang
alim lagi sampai berakhir kepada Allah”. Ayat ini memberikan informasi kepada kita bahwa
kadar ilmu pengetahuan manusia bertingkat. Informasi ini sekaligus isyarat kepada kita
bagaimana membangun komunikasi dengan berbagai level manusia tersebut.

2.2 Mengenal Rumpun Mad’u.


Banyak pendapat tentang tata cara dan bagaimana rumpun mad’u itu, akan tetapi yang
sangat mendekati dengan kultur adalah pengelompokan yang dikemukakan dalam literatur ini
didasarkan kepada tipologi dan klasifikasi masyarakat yaitu berdasarkan tipologi, masyarakat
dibagi dalam lima tipe, yaitu :
1. Tipe inovator, yaitu masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap fenomena
sosial yang bersifat membangun, bersifat agresif dan tergolong memiliki kemampuan
antisipatif dalam setiap langkah.
2. Tipe pelopor, yaitu masyarakat yang selektif dalam menerima pembaharuan dengan
pertimbangan tidak semua pembaharuan membawa perubahan yang positif.
3. Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-kadang kurang siap
dengan resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok masyarakat ini umumnya
kelompok kelas dua di dalam masyarakat.
4. Tipe pengikut akhir, yaitu masyarakat yang ekstra hati-hati sehingga berdampak kepada
anggota masyarakat yang skeptis terhadap sikap pembaharuan, sehingga gerakan
pembaharuan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai untuk masuk.
5. Tipe kolot, ciri-cirinya, tidak mau menerima pembaharuan sebelum mereka benar-benar
terdesak oleh lingkungannya.
Berdasarkan data-data rumpun mad’u di atas, dapat dikelompokkan dengan lima
tinjauan, yaitu :
1. Mad’u ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran islam. Terbagi dua, yaitu
muslim dan non-muslim.
2. Mad’u ditinjau dari segi pengamalan ajaran agamanya, yaitu dzalim linafsih, muqtashid
dan sabiqun bilkhairat.
3. Mad’u ditinjau dari segi tingkat pengetahuan agamanya, terbagi, ulama pembelajar dan
awam.
4. Mad’u ditinjau dari struktur sosialnya, terbagi, pemerintah, masyarakat maju dan
masyarakat terbelakang.
5. Mad’u ditinjau dari prioritas dakwah, dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat,
dst.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strata mad’u adalah adalah tingkatan dari mad’u atau objek dari dakwah. Sedangkan
strata dakwah yaitu tingkat cendekiawan, tingkat awan, dan tingkatan selain keduanya.
Dengan kita melihat strata ini kita akan bisa meberikan dakwah yang sesuai dengan
tingkatanya.
Rumpun dan Tipologi Mad’u adalah pengelompokan mad’u. dalam hal ini
Berdasarkan data-data rumpun mad’u diatas, dapat dikelompokkan dengan lima tinjauan,
yaitu :
1. Mad’u ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran islam. Terbagi dua, yaitu
muslim dan non-muslim.
2. Mad’u ditinjau dari segi pengamalan ajaran agamanya, yaitu dzalim linafsih, muqtashid
dan sabiqun bilkhairat.
3. Mad’u ditinjau dari segi tingkat pengetahuan agamanya, terbagi, ulama pembelajar dan
awam.
4. Mad’u ditinjau dari struktur sosialnya, terbagi, pemerintah, masyarakat maju dan
masyarakat terbelakang.
5. Mad’u ditinjau dari prioritas dakwah, dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, dst.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ilaihi, Wahyu, M.A.. 2010. “Komunikasi Dakwah”. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


Syabibi ,Ridho, S.Ag .2008. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet 1.
Basit, Abdul. 2008. Dakwah Antar Individu. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. Cet 1.

Anda mungkin juga menyukai