Anda di halaman 1dari 12

SUMBER DAYA DALAM MANAJEMEN DAKWAH

MAKALAH

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah
Manajemen Dakwah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
Semester VI

Disusun oleh:

ASTRI
520219004

Dosen pengampu:
Maseni, M.Sos.I

FAKULTAS SYARIAH DAN DAKWAH


PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manajemen dakwah adalah suatu proses dalam memanfaatkan sumber


daya dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai tujuan
bersama.1 Upaya peningkatan kualitas aktivitas dakwah sangat berkaitan dengan
usaha meningkatkan seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan dakwah,
yakni kualitas sumber daya manusia (sdm), serta sumber daya yang lain. Hal
penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kegiatan dakwah itu dapat
berhasil dengan baik dan meningkat kualitasnya dengan mengembangkan
kualitas sumber daya manusianya.
Pengembangan sumber daya manusia indonesia adalah bagian dari
proses dan tujuan dalam pembangunan nasional indonesia. Pengembangan lebih
terfokus pada kebutuhan umum jangka panjang organisasi. Hasilnya bersifat
tidak langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka panjang. Pengembangan
juga membantu para da’i untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan
medan dakwah mereka yang dapat diakibatkan oleh teknologi baru, kondisi
mad’u, situasi dan kondisi serta menyesuaikan dengan materi dan metode yang
dipilih. Dalam hal dakwah, pengembangan sumber daya dakwah diharapkan
akan berdampak pada peningkatan kualitas maupun kuantitas dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Sumber daya manusia menurut Islam
2. Pengembangan sumber daya manusia
3. Maksud dan tujuan manajemen sumber daya manusia dalam dakwah
4. Ciri-ciri pengembangan sumber daya manusia yang efektif
C. Tujuan Makalah
Memahami sumber daya manusia menurut Islam, pengembangan, maksud
dan tujuan manajemen sumber daya manusia dalam dakwah serta ciri-ciri
pengembangan sumber daya manusia yang efektif.

1
Mahmuddin, Manajemen Dakwah, (Ponorogo: Wade Group, 2018), h. 16.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Daya Manusia Menurut Islam

Bermacam-macam pendapat tentang pengertian manajemen sumber


daya manusia, antara lain: adanya yang menciptakan Human Resources, ada
yang mengartikan sebagai man power management serta ada yang menyertakan
dengan pengertian manajemen sumber daya manusia sebagai personal
(personalia, kepegawaian, dan sebagainya).2
Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan
seluruh resouces yang ada di muka bumi ini karena pada dasarnya seluruh
ciptaan Allah diciptakan untuk kemaslahaan umat manusia. Pengayaan kualitas
sdm merupakan suatu keharusan dalam islam, sebagaimana menuntut ilmu
adalah wajibdari mulai lahir hingga wafat. oleh karena itu mempelajari semua
ilmu, baik umum maupun keagamaan merupakan suatu keharusan. yang harus
digaris bawahi ialah kemana ilmu itu akan digunakan.3
Sifat yang tercermin dari sumber daya manusia islami yang baik adalah
siddiq, amanah, fatonah, tablig. keempat sifat ini adalah tolak ukur untuk
mengukur keunggulan sumber daya manusia islami. Pada intinya manajemen
sumber daya manusia islam tetap mengacu pada pencapaian kesejahteraan yang
diridhoi Allah.
Dalam kaitannya dengan manajemen, maka pengembangan sumber daya
manusia tidak dapat dipisahkan dari aspek keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dengan nilai-nilai universal islam yang merupakan rahmatan lil
alamin. pengembangan manajemen islam mengandung tujuan untuk
mengembangkan potensi dai.

2
Mubasyaroh, Manajemen Sumber Daya Manusia (MDSM) Da’i Melalui Pelatihan
Dalam Pengembangan Dakwah Islam, TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah Vol.1 No. 1, STAIN
Kudus, 2016, h. 42.
3
Arman Paramansyah dan Irvi Nurul Husna, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Perspektif Islam, (Bekasi: Pustaka Al-Muqsith, 2021), h. 49.
Ada tujuh sasaran yang bisa dikembangkan dalam pengembangan
sumber daya manusia dalam konteks pengembangan manajemen Islam, yaitu:4

1. Sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan diri yang mendalam


dan istikomah (konsisten). Keyakinan akan menimbulkan rasa tanggung
jawab, amanah, dan keikhlasan dalam pengembangan tugas yang
dibebankan kepadanya
2. Kebebasan berkomunikasi secara merata ttanpap adanay diskriminasi status.
3. Pengendalian pada kebijakan musyawara h dalam menyelesaikan setiap
masalah yang timbul antara anggota atau pemimpin organisasi.
4. Pembinaan pengaruh didasarkan pada pengetahuan teknis bukan pada
kekuasaan dan kedudukan seseorang.
5. Terciptanya suasana kondusif yang memberikan peluang untuk
menumbuhkan kesadaran dan sikap yang berorientasi pada tugas.
6. Kesediaan dan kemampuan untuk menyelesaikan setiap konflik yang timbul
antara setiap pribadi dalam organisasi secara dewasa dan rasional.
7. Kemampuan untuk menyalurkan setiap konflik menjadi sebuah persaingan
yang sehat dan sportif.

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek yaitu


kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia dan
kualitas yang menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan
dengan kemampuan fisik maupun nonfisik seperti kemampuan bekerja,
berpikir, dan keterampilan lainnya.
Pengembangan sumber daya manusia secara makro adalah suatu proses
peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka mencapai tujuan.
Proses peningkatan ini mencakup perencanaan, pengembangan, dan
pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan pengembangan sumber daya

4
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
196-197.
secara mikro adalah suatu proses perencanaan pendidikan, pelatihan dan
pengelolaan tenga atau keryawan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam perspektif Islam, pengembangan sumber daya manusia sangat
memperhatikan keseimbangan antara penguasaan berbagai cabang ilmu dengan
kekuatan iman yang bersumber pada al-quran dan as-sunnah. 5 Pengembangan
manajemen Islam mengandung tujuan untuk mengembangkan potensi da’i.
Dalam dunia dakwah pengembangan sumber daya da’i lebih ditekankan pada
pengembangan aspek mental, spiritual, dan emosi serta psycho-motoric manusia
untuk mencapai tujuan. Dalam hal dakwah, pengembangan sumber daya
dakwah diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas maupun
kuantitas dakwah.
Ciri ideal sumber daya manusia muslim adalah kemampuan dalam
penguasaan ilmu dan teknologi diimbangi dengan kekuatan keimanan, dengan
identifikasi sebagai berikut:

1. Ciri Keagamaan
Seorang da’i sebagai kekuatan sumber daya manusia yang ideal harus
memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat dan konsisten, sehingga
mampu memengaruhi perilaku dan kultur hidupnya. sebagaimana rumusan
definisi iman yaitu dengan meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan
perkataan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Seorang da’i diharapkan
dapat mengajak seluruh komunitas untuk mewujudkan citra umat terbaik
sebagaimana dicita-citakan dalam Al-Qur’an. Untuk mewujudkan citra ideal
ini tidak cukup dengan kekuatan aqidah, ibadah, dan akhlak semata, namun
juga harus memiliki kekuatan keilmuan, keterampilan, dan manajemen yang
baik.
2. Ciri Keilmuan
Da’i yang memiliki keterampilan dan keahlian yang diimbangi dengan
etos kerja yang baik, niscaya akan menjadi kelompok manusia yang
produktif. Dengan posisi ini ia akan dapat mencapai posisi khalifah Allah

5
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 188-189.
yang mampu merefleksikan keimanan dan ketakwaan dalam seluruh karya
dan perbuatannya. Untuk mewujudkan da’i yang ideal dalam lembaga
dakwah, maka perlu diadakan pendidikan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya da’i secara maksimal.
3. Ciri Motivasi
Seorang da’i harus memiliki motovasi untuk maju dan produktif,
sehingga skillnya bermanfaat bagi organisasi dakwah maupun bagi dirinya
sendiri.6

Secara umum, sumber daya dai yang ideal adalah mereka yang
memiliki keterampilan atau keahlian tertentu, memiliki motivasi yang tinggi
untuk mendayagunakan keterampilannya dan mampu membangun dirinya
baik secara jasmani maupun rohani, serta mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat.
Upaya pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini da’i
berkaitan dengan upaya pembinaan dan peningkatan kualitas sumber daya
da’i yang meliputi pemberdayaan da’i dalam pola pikir, wawasan, dan
keterampilan sebagai berikut:
1. Peningkatan wawasan intelektuaal dan kreativitas da’i dalam keilmuan dan
ketrampilan yang relevan.
2. Peningkatan wawasan dan pengalaman spiritual da’i yang direfleksikan
dalam kematangan sikap mental, kewibawaan, dan akhlakul karimah.
3. Peningkatan wawasan tentang ajaran Islam secara kaffah dan integral.
4. Peningkatan wawasan tentang kebangsaan, kemasyarakatan, dan hubungan
intern serta ekstern umat beragama serta tercermin sikap toleran.
5. Peningkatan wawasan global dan ukhuwah islamiyah.
6. Peningkatan wawasan integritas, persatuan, dan kesatuan (umatan
wahidah).
7. Peningkatan wawasan tentang peningkatan wilayah dakwah regional,
nasional dan internasional.

6
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 191-193.
8. Peningkatan tentang kepeminpinan dalam membangun masyarakat.7

C. Maksud dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam


Dakwah

Secara alami dalam diri manusia telah dibekali berupa potensi serta
daya yang dapat dibangun dan dikembangkan. Adapun daya dan potensi
manusia tersebut meliputi:
1. Daya tubuh yang memungkinkan manusia memiliki keterampilan dan
kemampuan secara teknis.
2. Daya moral yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral,
etika, dan estetika untuk berimajinasi dan merasakan kebesaran Ilahi.
3. Daya akal yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi.
4. Daya hidup yang memuungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan
menghadapi tantangan.

Dari keempat potensi tersebut apabila dibangun dan dikembangkan


secara optimal dan seimbang akan menjadi sebuah aset dakwah yang sangat
besar dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang produktif dan
berkualitas. Sehingga dapat dibangun sebuah tujuan secara jasmani dan rohani
bagi para penggerak dakwah.

1) Tujuan Pembangunan (jasmani)


Pengembangan sumber daya manusia harus memiliki tujuan ke
arah pembanguan fisik serta praktik-praktik yang dapat mengembangkan
kesehatan tubuh.
2) Tujuan Pembangunan Rohani (spiritual)

7
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei.. Metode Pengembangan Dakwah. (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), h. 137-138.
Menurut Islam, pengembangan sumber daya manusia adalah
dimaksudkan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya untuk
membangun dan memakmurkan dunia sesuai konsep yang ditetapkan Allah
SWT. Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Islam
adalah membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.8

D. Ciri-Ciri Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Efektif

Pengembangan sumber daya manusia yang diawali dan diakhiri


dengan pelatihan, namun mengabaikan kesiapan individu untuk
melaksanakannya dan mengabaikan pentingnya aktivitas follow-up, cenderung
tidak berdampak dalam praktik-praktik dakwah. Oleh karena itu, sangat
penting diperhatikan dalam pelatihan dakwah tidak hanya sebatas pelatihan
saja namun juga diikuti dengan aktivitas lanjutan. Misalnya, dengan senantiasa
memerhatikan bagaimana para dai dalam menerapkan cara-cara baru yang
lebih inovatif yang diperoleh dalam pelatihan. Jika terdapat kekeliruan, maka
perlu diluruskan.
Dalam proses pelatihan para da’i tidak hanya mendengarkan presentasi
topik-topik pembahasan saja, melainkan melihat tekhnik-tekhnik baru yang
diperagakan oleh pelatih, sehingga memiliki kesempatan untuk
mengaplikasikannya dalam tataran praktik. Para dai akan belajar lebih cepat
ketika mereka:

1. Kemauan untuk berkembang.


2. Mengetahui alasan mengapa belajar itu penting untuk pengembangan
dirinya.
3. Percaya apa yang dipelajari akan membantunya berkembang.
4. Bebas dari banyak tekanan dan pesimisme.
5. Percaya diri danmerasa mampu untuk mempelajari apa yang diharapkan
dari dirinya.

8
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 200-201.
6. Diberikan informasi yang akan dipelajari dengan berbagai cara.
7. Belajar sambil mengaplikasikan dalam masyarakat.
8. Diberikan feedback tentang kemajuannya.
9. Diberikan penghargaan karena pekerjaannya berkualitas.

Dalam sebuah pelatihan paling tidak ada 15 stategi yang harus


diperhatikan, yaitu:

a. Memperhatikan dengan jelas apa yang ingin dicapai olh seorang


partisipan.
b. Menemukan apa yang telah diketahui oleh para anggota tentang tugasnya.
c. Mengubah tujuan berdasarkan apa yang telah diketahui oleh partisipan.
d. Menunjukkan tujuan pada partisipan dan memahami dengan jelas apa yang
diharapkan.
e. Menjelaskan bahwa apa yang dipelajari itu penting untuk partisipan dan
organisasi.
f. Mengajarkan keterampilan dan memberikan informasi dengan jelas.
g. Menanyakan kepada partisipan jika mereka punya pertanyaan.
h. Mempersilakan partisipan untuk praktik sambil dibimbing.
i. Memerhatikan dan memonitoring partisipan ketika praktik.
j. Memberikan saran untuk perbaikan.
k. Menanyakan partisipan tentang pemahaman,
l. Mempersilakan partisipan dan memberikan kesempatan untuk praktik
sendiri.
m. Memberikan feedback dan membantu partisipan membuat perbaikan.
n. Memberikan penghargaan partisipan atas kemajuannya.
o. Memonitor, menindaklanjuti, mengevaluasi, dan memberitahu partisipan
tentang hasilnya.

Sementara itu penyelenggaraan pelatihan harus memperhatikan


beberapa hal untuk menciptakan sumber daya da’i yang diinginkan dengan
program-program pengembangan yang berkualitas bagi para da’i:
1) Penyelenggara atau badan pelaksana harus melibatkan semua elemen yang
terkait guna kelancaran dan kesuksesan pelatihan.
2) Para peserta dalam hal ini pelaku dakwah harus tidak merasa bahwa
program pelatihan ini sebagai hukuman atau karena mereka tidak mampu.
3) Program pelatihan dakwah harus merupakan model praktik pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas sehingga mencerminkan apa yang diharapkan
oleh para da’i dalam melakukan misinya.
4) Kapan, dimana, dan materi apa yang akan diberikan, serta berapa lama
program akan berlangsung. Kebutuhan serta keinginan dari peserta harus
diperhatikan
5) Merancang program pelatihan harus berada pada tujuan dakwah.
6) Follow-up harus dilakukan karena merupakan kunci sukses pelatihan.9

BAB III
9
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 207.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan
seluruh resouces yang ada di muka bumi ini karena pada dasarnya seluruh ciptaan
Allah diciptakan untuk kemaslahaan umat manusia. Sifat yang tercermin dari
sumber daya manusia islami yang baik adalah siddiq, amanah, fatonah, tablig.
Dalam perspektif Islam, pengembangan sumber daya manusia sangat
memperhatikan keseimbangan antara penguasaan berbagai cabang ilmu dengan
kekuatan iman yang bersumber pada al-quran dan as-sunnah.10 Dalam dunia
dakwah pengembangan sumber daya da’i lebih ditekankan pada pengembangan
aspek mental, spiritual, dan emosi serta psycho-motoric manusia.
Menurut Islam, pengembangan sumber daya manusia adalah
dimaksudkan untuk membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya untuk
membangun dan memakmurkan dunia sesuai konsep yang ditetapkan Allah
SWT. Adapun tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Islam adalah
membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.
Dalam proses pelatihan para da’i tidak hanya mendengarkan presentasi
topik-topik pembahasan saja, melainkan melihat tekhnik-tekhnik baru yang
diperagakan oleh pelatih, sehingga memiliki kesempatan untuk
mengaplikasikannya dalam tataran praktik

B. Saran

Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu cara yang efektif guna
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah. Karena itu pembinaan sdm dalam hal ini dai
mutlak menjadi pekerjaan yang harus diselesaikan dan terus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

10
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 188-189.
Mahmuddin. Manajemen Dakwah. Ponorogo: Wade Group, 2018.
Mubasyaroh. Manajemen Sumber Daya Manusia (MDSM) Da’i Melalui
Pelatihan Dalam Pengembangan Dakwah Islam. TADBIR: Jurnal
Manajemen Dakwah Vol.1 No. 1. STAIN Kudus. 2016.
Muhyidin, Asep., Agus Ahmad Safei.. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia. 2002.
Munir, Muhammad., Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana. 2006.
Paramansyah, Arman., Irvi Nurul Husna. Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam Perspektif Islam. Bekasi: Pustaka Al-Muqsith. 2021.

Anda mungkin juga menyukai