Anda di halaman 1dari 18

ASSESMEN DAN INTERVENSI DALAM BIMBINGAN

KONSELING ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori BKI

Dosen Pengampu : Farikhatul ‘Ubudiyah, M.A.

Disusun oleh :

1. Ahmad Zakky Zain (2240110003)


2. Viskha Kholidah (2240110024)
3. Maulida Nurul Fitria (2240110032)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Assesmen dan Intervensi dalam Bimbingan Koseling Islam ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teori BKI. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Farikhatul ‘Ubudiyah, M.A.


selaku dosen pengampu mata kuliah Teori BKI yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang
kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 14 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………….……………………....i


KATA PENGANTAR ………………………………………….……………….ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………....iii

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………….……1

A. Latar Belakang ………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………..…1

C. Tujuan ……………………………………………………….………...1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................……...…2

A. Konsep Dasar Assesmen...........................................................…….…..2


B. Aspek-Aspek assesmen ..…………………………………………….....4
C. Intervensi dalam Konseling......................................................….…….8

BAB III PENUTUP.................................................................................…….....14

A. Kesimpulan…………………………………………………………..14
B. Saran ……………………….………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................…….....15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Supriatna, jika konselor ingin melakukan kegiatan bimbingan
secara efektif , maka konselor harus mengetahui segala sesuatu yang ada
pada konselinya tersebut. Lebih banyak informasi yang diketahui, maka
konselor akan dapat bekerja dengan lebih baik dengan konselinya.
Oleh karena itu sebelum konselor memberikan terapi atau penyelesaian
masalah kepada seorang konseli, perlu dilakukan terlebih dahulu
assessment. Hal iini sangat penting karena semakin banyak konselor
mengenal konseli,, maka semakin sukses pula tugas sebagai konselor.
Setiao konselor tidak dibenarkan terburu-buru dalam menagnani kasus
atau persoaln yang dihadapi oleh seseorang sebelum mengenal secara rinci
tentang konseli tersebut serta persoalan yang sedang dihadapinya.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar assesmen?
2. Bagaimana aspek-aspek assesmen?
3. Bagaimana intervensi dalam konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar assesmen
2. Mengetahui aspek-aspek assmen
3. Mengetahui intervensi dalam konseling

BAB II

1
Intan Imaningtyas, Carolina Ligya Radjah. “Inovasi penyusunan program dan pelaksanaan
asesmen bimbingan dan koseling Komprehensif berbasis information dan Comunication
Technologies [ICT]”, :wineka Media, 2019, hlm 46

1
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Assesmen


1. Pengertian Assesmen
Terdapat beberapa pengertian asesmen menurut para ahli
diantaranya adalah, Menurut As Hornby (1986), asesmen adalah
suatu upaya untuk menentukan nilai, atau jumlah. Menurut Suchman
(1961), asesmen adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Menurut Worthen daan Sanders (1973), asesmen
merupakan kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu;
termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif
strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Sedangkan Menurut Gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul
Haris, menyatakan asesmen sebagai proses sistematik pengumpulan,
penganalisaan, dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh
mana siswa mencapai tujuan.2 Kumano (2001) menyatakan bahwa
asesmen merupakan proses pengumpulan data yang menunjukkan
perkembangan pembelajaran. Sependapat dari hal tersebut,
Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa
assesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan, perencanaan karier, dan
pengembangan rencana layanan untuk orang muda.3
Asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data tentang
peserta didik dan lingkungannya. Asesmen dilakukan untuk
mendapat gambaran berbagai kondisi peserta didik dan
lingkungannya sebagai dasar pengembangan program layanan dalam
2
Aisyah Suryani, dkk. “Asesmen Teknik Non-Tes dalam Bimbingan dan Konseling”. Malang: Mazda
Media, 2023. hlm 1
3
https://www.academia.edu/35725461/
ANCHOR_ASSESSMENT_Assesmen_Praktis_dalam_Bimbingan_dan_Konseling_Islam

2
bimbingan dan konseling agar sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.4
2. Ruang Lingkup Assesmen
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam
asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada
lima, yaitu:
a. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai status dari suatu sistem,
yang membedakan antara apa ini dengan apa yang diinginkan
sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang
sudah dituliskan ditetapkan atau outcome yang diharapkan
dalam konseling.
b. Program planning, yaitu perencanaan program untuk
memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk
membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian-bagian
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara
konselor dengan klien.
c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan
untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan
informasi-informasi nyata, yang menjadikan program-program
tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan
dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan
dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata,
(b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-
progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang
mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang
lain.

4
Aisyah Suryani, dkk. “Asesmen Teknik Non-Tes dalam Bimbingan dan Konseling”. Malang: Mazda
Media, 2023. hlm 1-2

3
e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan.
Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program
sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan
makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi
akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.

Ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara


assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem
assesmen, program perencanaan, program implementasi, program
peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen
seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian
psikologis, dan penilaian medis.5

B. Aspek-Aspek Assessment
Hackney dan cormier mengatakan bahwa aspek-aspek assessment
dalam konseling adalah intake interview Riwayat hidup dan definisi
masalah. Berikut ini adalah penjelasannya
1. Intake Interview Riwayat Hidup
Intake interview adalah wawancara yang dilakukan konselor
terhadap klien atau orang terdekat klien yang dilakukan sebelum
proses konseling dimulai. Yang termasuk dalam intake interview
yaitu:
1) Data Identifikasi
Data identifikasi adalah data formal yang dimiliki klien.
Data ini meliputi nama klien, alamat rumah, nomor telepon,
umur, jenis kelamin, dan status pernikahan. Berdasarkan data
identifikasi ini, konselor dapat pula mengetahui bagaimana
latar belakang kehidupan ekonomi dan status sosialnya di
masyarakat.
2) Riwayat Pribadi

5
https://www.academia.edu/35725461/
ANCHOR_ASSESSMENT_Assesmen_Praktis_dalam_Bimbingan_dan_Konseling_Islam

4
Riwayat pribadi adalah informasi tentang keseluruhan diri
klien yang pernah dijalani klien di masa lalu sampai sekarang
(saat klien menjalani konseling). Riwayat pribadi meliputi:
 Riwayat medis: apakah klien pernah mengidap penyakit
tertentu yang mengganggu aspek psikisnya, atau
apakah klien memiliki cacat fisik.
 Riwayat pendidikan: mulai dari klien mengikuti
Pendidikan formal sampai selesai.
 Riwayat pekerjaan: hubungan dengan rekan kerja,
kondisi tempat kerja secara umum, dan berapa kali
pindah kerja.
 Riwayat seksual dan pernikahan: Apakah sudah
berkeluarga? Bagaimana hubungan dengan pasangan
saat ini? Alasan menikah?
3) Tatanan Kehidupan Klien Saat Ini
Hal yang diungkap setelah mengetahui riwayat pribadi
klien adalah mengenai kondisi kehidupan klien saat ini.
4) Riwayat Keluarga
Keluarga adalah orang-orang yang paling memiliki
hubungan dekat dengan klien. Untuk itu gambaran mengenai
keadaan keluarga klien harus pula diungkap dalam intake
interviewe.
5) Penyampaian Masalah oleh Klien
Penyampaian masalah oleh klien adalah hal terakhir
sekaligus hal pokok yang diungkap dalam intake interview.
Walaupun terkadang klien masih kurang jelas menyampaikan
apa yang menjadi masalahnya, tidak menutup kemungkinan
seorang konselor dapat menangkap inti masalah klien yang
sebenarnya.6

6
Namora Lumongga. “Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik”. (Jakarta:
Kencana, 2011). Hlm 106-108

5
Selain intake interview yang dilakukan oleh konselor
terhadap klien untuk menggali riwayat hidupnya, maka hal
penting lainnya yang harus dilakukan konselor adalah
melakukan observasi. Observasi adalah pengamatan terhadap
diri klien berdasarkan fisik yang terlihat dari luar.

2. Devinisi Masalah
Pendefinisian masalah adalah tahapan eksplorasi masalah
dilakukan. Definisi masalah bukanlah apa yang disampaikan klien
pada saat intake interview, tetapi masalah-masalah yang
diungkapkan klien setelah konselor melakukan eksplorasi. Konselor
harus benar-benar jeli menangkap pesan masalah sebenarnya dari
klien, bukan apa yang klien nyatakan ketika diwawancara.
Menurut Hackney dan Cormier ada beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika seorang konselor ingin mengeksplorasi masalah
kliennya. Hal tersebut adalah Apa yang menjadi unsur masalah
klien? Bagaimana pola peristiwa masalah itu terjadi? Berapa lama
masalah dialami? Dan bagaimana keterampilan klien menangani
masalahnya? Berikut ini adalah penjelasannya.
a. Unsur Masalah Klien
Hackney dan Cormier mengemukakan cara-cara masalah
termanifestasi dalam diri klien:
 Perasaan-perasaan yang dihubungkan dengan masalah
(misalnya klien menjadi bingung, takut, gelisah,
depresi, dan marah)
 Kognisi yang dihubungkan dengan masalah (termasuk
pikiran, persepsi, ruminasi, dan self-talk).
 Tingkah laku yang dihubungkan dengan masalah
 Keluhan fisik dan somatis yang dihubungkan dengan
masalah.
 Aspek interpersonal dari masalah (efek masalah
terhadap orang di sekitar klien).

6
b. Pola Peristiwa
Hal-hal yang perlu dieksplorasi dari pola peristiwa ini
misalnya:
 Kapan masalah terjadi? Di mana dan dengan siapa?
 Apa yang terjadi sebelum masalah muncul?
 Apa yang terjadi saat masalah muncul?
 Apa yang terjadi setelah masalah muncul?
 Apa yang membuat masalah membaik atau
menghilang?
 Apa yang membuat masalah menjadi semakin buruk?
c. Lamanya Masalah
Hal-hal yang perlu dieksplorasi dalam hal ini adalah:
 Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
 Seberapa sering masalah ini terjadi?
 Berapa lama jangka waktu penyelesaiannya jika
masalah ini terjadi?
d. Keterampilan Klien Menangani Masalahnya
Hal ini berkaitan dengan cara-cara klien untuk mengatasi
masalahnya. Konselor harus dapat menggalinya semaksimal
mungkin agar dapat diketahui sejauh mana kemampuan klien
mengatasi masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Tujuan Assesmen
Menurut Hackney dan Cormier yang mengambil tulisan
Seligman ada 12 tujuan assessment, yaitu:
1. Melancarkan proses pengumpulan informasi.
2. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang tepat.
3. Mengembangkan rencana tindakan yang efektif.
4. Menentukan tepat atau tidaknya klien menjalani rencana
tertentu.
5. Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran
kemajuan

7
6. Meningkatkan wawasan insight mengenai diri klien.
7. Mampu menilai lingkungan.
8. Meningkatkan proses konseling dan diskusi yang lebih
terfokus dan relevan.
9. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa tertentu akan terjadi
10. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi kepribadian
11. Menghasilkan pilihan-pilihan
12. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.7
C. Intervensi dalam Konseling
Inetrvensi dalam konseling adalah campur tangna yang dilakukan
oleh konselor dalam menghadapi suatu permasalahan yang dihadapi
konseli untuk membanumenyelesaikan masalah yang dialami konseli,
diharapkan adanya konselor mampu menyelesaikan masalah dan target
bimbingan dan konseling dapat tercapapi secara maksimal.
Keberhasilan dalam konseling banyak ditentukan oleh kualitas
hubungan. Rogers mengatakan, bahwa dalam hubungan bantuan terdapat
kondisi-kondisi penting untuk terjadinya perubahan kepribadian yang
positif. Kondisi-kondisi tersebut mengarah pada karakteristik hubungan
antarpribadi yang konstruktif. Kondisi-kondisi tersebut meliputi rasa
Empati, yaitu kekuatan untuk mengerti perasaan orang lain. Rogers
mengatakan, bahwa empati itu merupakan pemahaman terhadap kerangka
berpikir internal orang lain secara tepat. Pemahaman empati itu meliputi:
1. Merasakan dunia klien secara tepat,
2. Membagi / mengkomunikasikan pemahaman konselor dengan
klien secara verbal.
Penghargaan Positif merupakan penghargaan terhadap klien sebagai
pribadi yang unik dan berguna. Rogers menjelaskan penghargaan positif
itu tanpa syarat, yakni menghormati dan menerima klien apa adanya tanpa
membedakan nilai dan pandangan.

7
Ibid., hlm 109-112

8
Hendaknya, konselor menunjukkan keaslian dalam konseling.
Rogers cenderung menghubungkan istilah keaslian ini dengan istilah
kesesuaian, yaitu kondisi yang mencerminkan kejujuran, kejelasan, dan
keterbukaan. Keaslian konselor terhadap klien dapat memperlancar
suasana saling percaya.
D. Attending Terhadap Klien
Attending terhadap klien adalah kemampuan mendengarkan secara
aktif dan penuh perhatian terhadap klien. Keterampilan attending ini
berupa perilaku verbal maupun nonverbal yang tepat secara budaya yang
berfungsi melibatkan klien dalam proses konseling.
Perhatian itu dikomunikasikan terutama melalui tiga saluran, yaitu
Ekspresi muka merupakan wahana utam bagi komunikasi emosional,
mencerminkan sikap antarpribadi, merupakan umpan balik nonverbal
terhadap komentar dari orang lain. Bahasa badan muka ini meliputi:
kontak mata yang baik lebih memudahkan komuikasi antara klien dan
konselor, anggukan kepala menunjukkan pada klien bahwa konselor
sedang mendengarkan dan memerhatikan, animasi adalah manipulasi otot
wajah untuk menghasilkan senyum, kerutan dahi, pengabaian dan
sebagainya.
Kunci komunikasi tubuh adalah sejumlah tekanan yang konselor
rasakan yang menunjukkan kenyamanan baik dalam setting konseling
maupun topik yang dibahas.
Perilaku Verbal berupa ucapan konselor mempunyai pengaruh
langsung terhadap klien. Sehubungan dengan perilaku verbal ini, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Sesuaikan komentar atau pertanyaan konselor dengan konteks dari
topik yang ada,
2) Jangan memotong pembicaraan klien atau melompat pada topik
lain,

9
3) Tetaplah dengan topik yang klien kenal dan membantu klien.8
1. Profesi Bantuan
Beberapa profesi bantuan terdapat dimensi, setiap dimensi bersifat
kontribusi dalam definisi bantuan. Kondisi untuk bantuan terdiri dari
empat macam:
1) seseorang membutuhkan bantuan. Artinya bahwa bantuan tidak
dapat diberikan kalau tidak ada orang yang membutuhkan
bantuan
2) Reseorang yang akan memberikan bantuan yaitu adanya
keinginan untuk memberikan bantuan.
3) Refleksi keterampilan konselor,baik dalam belajar maupun
diperoleh secara natural.
4) Latar yang mendukung dalam memberikan bantuan yakni faktor
yang meliputi kepribadian, kenyamanan, karakteristik yang estetis
dan efisien.
Proses bantuan tidak berlangsung dalam kevakuman.bagi konseli,
sejarah dapat meliputi ketrampilan, kemampuan pemecah masalah,
pokok masalah, tempramen dan pengalaman.
2. Relasi Bantuan
Seorang konselor harus mempunyai rasa empati yang
akurat.empati ini mencakup 2 aspek utama yaitu kemampun untuk
merasajan secara akurat apa yang dialami konseli,mampu melihat
secara jelas dari pandangan konseli dan kemampuan untuk verbalis
dalam berbagai pemahaman dengan konseli.pemahaman dalam
memahami seorang konseli tidaklah mudah, karena melibatkan
kemampuan konselor untuk menukar/mengalihkan pengalaman sendiri
yang dialami konseli. Dalam mengembangkan rasa empati tahapan awal
yakni perhatian yang baik, sesuatu yang dapat menindikasikan bahwa
konselor ingin untuk memahami dunia perasaan konseli. Dalam relasi

8
https://khairiilham.blogspot.com/2010/01/strategi-dan-intervensi-konseling.html?m=1. Diakses
pada 14 Maret 2023

10
bantuan ini konselor dituntut untuk mengembangkan penghargaan yang
positif terhadap konseli dalam melihat dunia. Hal lain yang membangun
relasi bantuan adalah keikhlasan, keaslian, dan kesungguhan.9
3. Memperhatikan Konseli
Dalam memperhatikan konseli, langkah awal yang harus dilakukan
konselor adalah berkomunikasi, komunikasi dengan melihat ekspresi
wajah, posisi badan, dan respon verbal. Bentuk sinyal dalam
memberikan komunikasi dengan cara penerimaan, persetujuan,
penolakan, dan berhubungan dengan penguatan tingkah laku.
Rasa aman terdapat konseli juga harus diperhatikan dengan
memberikan tanggapan yang serius dan mendengarkan dengan baik.10
4. Mengenali Pola Komunikasi
Kebanyakan pola gaya interaktif biasa digunakan oleh konselor
pada umumnya. Tetapi ada tiga macam pola komunikasi dalam
hubungan sosial tetapi tidak tepat bagi konselor yaitu terlalu
berpartisipasi, kurang berpartisipasi dan partisipasi yang
mengacaukan.11
5. Mengelola Sesi Konseling
Secara umum tujuan dari wawancara yang pertama kali adalah
sebagai langkah mereduksi kecemasan klien, untuk menahan diri dari
perbincangan yang terus menerus,untuk mendengarkan secara baik dan
hati-hati serta untuk menyadari bahwa pilihan konseli terhadap topik-
topik akan memberikan pemahaman terhadap prioritasnya.
Jika tujuan pada wawancara yang pertama kali adalah fokus kepada
perasaan konseli atau dinamika interpersonal, maka dengan
menggunakan jawaban dalam rangka mendapatkan gambaran tentang
perasaan konseli, hubungan yang jelas dan berkomunikasi pemahaman

9
Sunardi. ”Strategi dan Intervensi Konseling”. 2008. https://123dok.com/document/6zk1jrmq-
strategi-intervensi-konseling.html. Hlm 1-3. Diakses pada 14 Maret 2023
10
Ibid., hlm 4
11
Ibid., hlm 5

11
konselor. Tujuan utama wawancara untuk mendapatkan informasi
terkait bentuk respon yang disarankan
1) Penggalian: suatu pertanyaan yang membutuhkan lebih atau
minimal satu kata jawaban.
2) Penekanan: memberikan pernyataan kembali dengan satu atau
lebih kata terhadap apa yang diucapkan konseli sebelumnya.
3) Pertanyaan tertutup: tujuan untuk mengajak konseli berbicara
tentang sesuatu, pertanyaan itu bukanlah respon yang baik
namun konseli memberikan informasi yang spesifik
4) Permintaan klarifikasi: digunakan untuk mengumpulkan
informasi yang baik untuk mengelaborasi perasaan konseli.12
6. Merespon Konten Kognitif
Dalam merespon isi kognitif, konselor harus memahami alternatif
yang dihadirkan klien dan selanjutnya merespon terhadap alternatif
tersebut secara tepat. Memahami alternatif, berarti mengidentifikasi
secara tepat jenis isi yang dihadirkan klien, alternatif-alternatif yang
dapat direspon. Sedangkan merespon alternatif, yaitu proses menyeleksi
alternatif.13
7. Merespon Konten Afektif
Komunikasi yang merefleksikan dengan emosi atau perasaan dapat
dideskripsikan sebagai seluk beluk yang berkaitan dengan afektif.
Namun, beberapa pesan mungkin terisi keduanya, maka pesan afektif
tidak dapat dilihat berdasarkan kata-kata yang diucapkan klien.14
Jenis pesan afektif
a) Afeksi Positif
Afeksi positif ini sangat penting, karena klien bisa merasa
bangga dan senang saat menyadari dan focus pada kemampuan
mereka untuk mengatasi dan merasakan emosi yang
menakutkan atau menyakitkan.
12
Ibid., hlm 6-7
13
Ibid., hlm 8
14
Ibid., hlm 9

12
b) Amarah
Amarah dapat menjadi halangan untuk membebaskan jiwa. Ada
beberapa jenis rangsangan yang memicu rangsangan, misalnya
frustasi, ancaman, dan rasa takut. Ledakan marah kadang
digunakan untuk menutupi rasa takut. Dalam keadaan seprti itu
amarah menjadi reaksi defensi karena orang yang bersangkutan
tidak merasa aman untuk mengungkapkan kemarahannya.15
c) Ketakutan
Rasa takut menunjukkan reaksi seseorang pada suatu bahaya
yang ingin dihindari. Reaksi ini merupakan bentuk penarikan
diri dari situasi yang menekan atau menyakitkan. Oleh karena
itu orang yang mengalaminya akan terkucil, merasa sedih atau
depresi.16
d) Kesedihan
Kesedihan kemungkinan menjadi sebuah respon untuk sebuah
varietas dari kondisi klien, yang meliputi ketidakpuasan,
hubungan personal, kondisi lingkungan hidup,
ketidakseimbangan psikologi.17

15
Sherry Cormier. “Strategi dan Intervensi Konseling Bagi Konselor”. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), hlm 167
16
Ibid., 168
17
Ibid., hlm 169

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Dalam penyusunan makalah kali ini belum bisa sempurna karena
kurang luasnya pengetahuan. Setelah adanya makalah kali ini, kami harap
perlu memaparkan tentang Assesmen dan Intervensi dalam Bimbingan
Konseling Islam.
Harapan kami, setelah penyusunan makalah ini selesai, dapat
diterima dengan baik dan diberi masukan yang membangun. Terima kasih
telah mempelajarinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan kita bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Suryani, dkk. “Asesmen Teknik Non-Tes dalam Bimbingan dan


Konseling”. Malang: Mazda Media, 2023.
https://www.academia.edu/35725461/
ANCHOR_ASSESSMENT_Assesmen_Praktis_dalam_Bimbingan_dan_K
onseling_Islam
Intan Imaningtyas, S.Pd, Dr. Carolina Ligya Radjah, M.Kes, “Inovasi penyusunan
program dan pelaksanaan asesmen bimbingan dan koseling Komprehensif
berbasis information dan Comunication Technologies [ICT]”, :wineka
Media, 2019
Namora Lumongga. “Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan
Praktik”. (Jakarta: Kencana, 2011).
Sherry Cormier. “Strategi dan Intervensi Konseling Bagi Konselor”. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017)
Sunardi. ”Strategi dan Intervensi Konseling”. 2008. Diakses pada 14 Maret 2023.
https://123dok.com/document/6zk1jrmq-strategi-intervensi-konseling.html

15

Anda mungkin juga menyukai