Andika Ari Saputra, Rizky Hidayatullah, Umar Alfaruq A. Hasyim, Nurul Aisyah,
Dian Risky Amalia, Evi Kartika Chandra, Nur Laili,
Nova Lina Eldasari, Yoppry Tanjung
Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro Lampung,
Universitas Negri Yogyakarta
ari.andika75@yahoo.com ari.andika75@gmail.com 085229299270
Abstrak
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prayitno dan Amti (2004: 110) menjelaskan terapi dalam konsepsi
perkembangan bimbingan dan konseling tidak ada gunanya membedakan tugas
dan ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling di sisi lain. Mengingat
perkembangan bimbingan dan konseling yang belum cukup mantap maka istilah
bimbingan dan konseling masih dipertahankan, namun dari segi pelayanan
hendaknya menekankan porsi yang lebih besar pada konseling.
Layanan konseling komunitas sangat memperhatikan keadaan individu
dan kelompok dalam setiap pelaksanaan dan tujuan akhirnya. Konseling
komunitas didirikan pada tahun 1995 di North Yorkshire dan menyediakan
berbagai layanan terhadap pendidikan orang dewasa dan masyarakat pada
umumnya. Konseling komunitas memberikan bantuan untuk individu atau
kelompok masyarakat yang membutuhkan dan berkelanjutan demi terlaksana
kepastian layanan yang memberikan dukungan dan perubahan untuk memperbaiki
keadaan masyarakat (dalam,http://www.community-counselling.org.uk/).
Menurut (Andika, t.t.) masyarakat yang memerlukan layanan konseling
komunitas seperti korban bencana alam yang bermasalah dengan keadaan
psikologis serta tingkatan sosial yang memacu untuk menjadikan ia semakin
terpinggirkan. Pemberian layanan konseling komunitas sangat tepat bagi korban
bencana alam yang akan membantu serta mengarahkan individu dan kelompok
masyarakat yang terkena bencana alam untuk lebih bisa bangkit dan berjuang
kembali secara fisik dan psikologis menuju kesejahteraan yang ingin di capai.
Menurut (Judith A. Lewis., at al., 2010: 91) ketika seseorang dipaksa
untuk menghadapi tekanan lingkungan yang lebih berat/sulit dari kemampuan
mereka dalam mengatasinya, mereka memerlukan bantuan yang praktis, positif,
dan membangun. Suatu saat seseorang dipaksa untuk mengatasi berbagai tekanan
yang tiba-tiba, baik yang disebabkan bencana alam yang menimpanya. Dalam
situasi lain, orang yang menjadi korban, mengalami tekanan/stress yang
2
berkelanjutan dan meraka yang terpinggirkan. Tekanan apapun, seseorang
mungkin akan merasa pesimis, tidak percaya diri, bahkan merasa takut untuk
meminta tolong kepada anggota yang bisa membantu. Ketika seseorang konselor
bertekad untuk terjun ke lapangan dan memberikan layanan konseling komunitas
kepada korban bencana alam, pasti banyak sekali hambatan-hambatannya. Dalam
kasus korban bencana alam yang terjadi pada masyarakat luas, contohnya suatu
daerah yang terkena musibah barjir, tanah longsor dan gunung meletus yang
mengakibatkan keluarga serta masyarakat yang kehilangan tempat tinggal,
pekerjaan, serta kehilangan keluarga yang berakibat meninggal dunia karena
terkena musibah tersebut. Menurut Judith A. Lewis., at al. (2010: 92) menggali
potensi individu atau kelompok masyarakat yang mungkin memerlukan layanan
konseling komunitas untuk mengintervensi kemampuan mereka yang dapat
diimplementasikan melalui aksi masyarakat menggunakan pendekatan kesehatan
masyarakat yang dibantu dengan layanan konseling komunitas.
Kelebihan layanan konseling komunitas pada individu dan masyarakat ini
mencakup tekanan, pemberdayaan, konteks masyarakat, memberikan jalan ke
masa depan. Sebuah pendapat tentang strategi untuk mengahadi situasi yang
darurat, (Solomon, 2003) menunjukkan "meskipun profesional yang bekerja di
arena kesehatan mental jarang dilatih atau dipersiapkan untuk bekerja di tingkat
masyarakat yang lebih luas, skala keadaan darurat ini mungkin perlu
menggunakan intervensi bagi mereka yang dapat diimplementasikan melalui aksi
masyarakat menggunakan pendekatan kesehatan masyarakat yang dibantu dengan
pemberian layanan konseling komunitas oleh konselor.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Konselor
Sebagai konselor yang professional dalam melaksanakan tugasnya di
sekolah dan di masyarakat, tentunya tidak terlepas dari kegiatan sosial. Layanan
hidupnya (dalam, Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan
orang, karena untuk melakukan kegiatan tersebut dituntut keahlian khusus atau
kemampuan sebagai konselor atau ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
yaitu meliputi pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap atau kepribadian serta
dan ruang lingkup kerja bimbingan dan konseling di sisi lain. Mengingat
perkembangan bimbingan dan konseling yang belum cukup mantap maka istilah
4
bimbingan dan konseling masih dipertahankan, namun dari segi pelayanan
bencana alam yang bermasalah dengan keadaan psikologis serta tingkatan sosial
konseling komunitas sangat tepat bagi korban bencana alam yang akan membantu
serta mengarahkan individu dan kelompok masyarakat yang terkena bencana alam
untuk lebih bisa bangkit dan berjuang kembali secara fisik dan psikologis menuju
B. Fungsi Konselor
Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai
pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor
dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu,
5
klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapinya
(Lesmana, 2005). Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah
kondisi klien apa adanya. Konselor harus dapat menciptakan suasana yang
kondusif saat proses konseling berlangsung. Posisi konselor sebagai pihak yang
digunakan memiliki karasteristik dan peran yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
dari konsep pendiri teori yang dijadikan landasan berpijak. Misalnya, pada
fasilitator bagi klien. Hal tersebut tidak berlaku bagi konseling yang
Sikap sebagai suatu disposisi tidaklah tampak nyata, tidak dapat dilihat bentuknya
intelektif lainnya.
6
Selanjutnya, berikut ini diuraikan secara luas karakteristik seorang konselor
yang efektif, peran dan fungsi konselor, masalah yang dihadapi konselor dan
resistensi konselor.
Setelah memahami gambaran seorang konselor secara umum marilah kita lihat
Karakteristik inilah yang wajib dipenuhi oleh seorang konselor untuk mencapai
keberhasilannya dalam proses konseling. Kita awali dari pandangan Carl Rogers
sebagai peletak dasar konsep konseling. Rogers (dikutip dari lesmana, 2005)
menyebutkan ada tiga karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang
a. Congruence
7
mengaktualisasikan dirinya ke arah yang lebih baik. Untuk itulah, konselor harus
c. Empathy
Empathy di sini maksudnya adalah memahami orang lain dari sudut kerangka
berpikirnya. Selain itu empathy yang dirasakan juga harus ditunjukkan. Konselor
harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri tetapi tidak boleh ikut terlarut
yang berperan sebagai "pembantu" bagi klien harus memiliki karakteristik yang
hal ini, Latipun (2001) membaginya dalam dua aspek utama, yaitu:
Konselor adalah orang yang harus benar-benar mengerti dunia konseling dan
tidak hanya bertindak sebagai pribadi semata bagi konselor, akan tetapi dapat
kliennya.
8
C. Tindakan Konselor
konseling di sekolah yang sebelumnya menggunakan istilah BP, guru BP/BK dan
guru pembimbing, untuk itu konselor sekolah mempunyai tugas, tanggung jawab,
wewenang, hak secara penuh dalam pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah siswa. Secara umum tugas konselor sekolah adalah bertanggung jawab
kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya yang menyeluruh. Image
bimbingan konseling adalah polisi sekolah, takut kalau dipanggil ke ruang BK.
Faktor lain yang membuat tidak nyamannya siswa berhubungan dengan guru
bimbingan dan konseling adalah lokasi dan infrastruktur ruangan. Masih banyak
sempit, tidak nyaman dan sangat tidak memadai untuk proses kegiatan konseling.
9
Dewa Ketut Sukardi dan Desak NK (2008:30) mengatakan bahwa citra
sekolah yang kinerjanya tidak profesional. Mereka masih lemah dalam memahami
program (proses dan hasil) bimbingan dan konseling, dan melakukan tindak lanjut
(follow up) hasil evaluasi untuk perbaikan atau pengembangan program. Senada
salah seorang konselor sekolah di sekolah tersebut belum sepenuhnya optimal ini
teknik yang baku yang sesuai dengan kaidah-kaidah konseling. Berkenaan dengan
10
a) Memahami secara mendalam konseling yang dilayani,
memandirikan, dan
komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi
profesional.
isu atau masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan dia menentukan berbagai alternatif yang
etik sebagai regulasi perilaku profesi dan kredensi yang ditetapkan dalam
sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,
tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari
11
suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, mandiri
mandiri.
dan budaya.
12
e. Pendekatan pelayanan konseling.
13
Keutuhan kompetensi tersebut mencakup:
(5) yang dilandasi sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.
Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya yang
makhluk Allah
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai denga pedoman yang
c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berrati menyadari
eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi
kepada-Nya.
bimbingan terhadap individu agar mampu hidup selaras yang berlandaskan Al-
Qur’an dan As Sunnah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
14
2. Tujuan Bimbingan Konseling Agama
Dalam perjalanan hidup, karena berbagai faktor atau latar belakang manusia
kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang
mengahadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka orang yang bersangkutan tidak
mungkin
d. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
15
1) Tujuan umum bimbingan konseling Islam
manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul
sayang
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul
dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu
dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat
kehidupan.
16
f. Membantu individu/kelompok individu mencegah timbulnya masalah-
3. Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan petunjuk Allah
kehidupan keagamaan.
b. Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya dan lingkungan;
dirinya yang telah baik agar tetap baik dan atau menjadi lebih baik.
17
F. Menjangkau Individu dan Kelompok Korban Bencana Alam
dan membangun. Suatu saat seseorang dipaksa untuk mengatasi berbagai tekanan
yang tiba-tiba, baik yang disebabkan bencana alam yang menimpanya. Dalam
mungkin akan merasa pesimis, tidak percaya diri, bahkan merasa takut untuk
meminta tolong kepada anggota yang bisa membantu. Ketika seseorang konselor
kasus korban bencana alam yang terjadi pada masyarakat luas, contohnya suatu
daerah yang terkena musibah barjir, tanah longsor dan gunung meletus yang
terkena musibah tersebut. Menurut Judith A. Lewis., at al. (2010: 92) menggali
18
masa depan. Sebuah pendapat tentang strategi untuk mengahadi situasi yang
arena kesehatan mental jarang dilatih atau dipersiapkan untuk bekerja di tingkat
masyarakat yang lebih luas, skala keadaan darurat ini mungkin perlu
pengelolaan pemberi bantuan dalam situasi darurat seperti korban bencana alam
sebagai daya lentur yang alami pada individu dan masyarakat. Dan mendorong
3. Lebih praktis dari pada psikologi alam. konseling krisis dirancang untuk
memberikan treatment.
19
5. Dilakukan dalam setting non tradisional. Konselor memerlukan kontak dengan
orang yang selamat akibat korban bencana alam di rumah mereka dan
menjadi konselor harus lulus ujian sertifikasi. Di Florida, calon konselor harus
data.
20
5. Mengembangkan laporan lisan dan tulisan tentang penyediaan
tentunya harus sesuai dan tepat pada sasaran yaitu individu atau kelompok korban
bencana alam. Bantuan tersebut harus sesuai dengan keadaan individu dan
kelompok masyarakat yang memiliki pandangan serta kultur atau budaya yang
berbeda, konselor harus mampu secara lisan maupun tulisan dalam memberikan
21
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan masalah yang diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan
dibahas secara mendalam serta diuraikan dengan menggunakan analisis isi dan
analisis deskriptif.
1. Jenis Penelitian
yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah
buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya untuk menghimpun data dari
tidak hanya kegiatan membaca dan mencatat data-data yang telah dikumpulkan.
Tetapi lebih dari itu, peneliti harus mampu mengolah data yang telah terkumpul
22
dengan tahap-tahap penelitian kepustakaan. Dalam penelitian ini penulis
alasan yang mendasarinya. Pertama bahwa sumber data tidak melulu bisa didapat
dari lapangan. Adakalanya sumber data hanya bisa didapat dari perpustakaan atau
dokumen-dokumen lain dalam bentuk tulisan, baik dari jornal, buku maupun
literatur yang lain. Kedua, studi kepustakaan diperlukan sebagai salah satu cara
untuk memahami gejala-gejala baru yang terjadi yang belum dapat dipahami,
kemudian dengan studi kepustakaan ini akan dapat dipahami gejala tersebut.
Sehingga dalam mengatasi suatu gejala yang terjadi, penulis dapat merumuskan
Bagaimanapun, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan oleh orang
penelitian tetap dapat digunakan oleh peneliti kepustakaan. Bahkan dalam kasus
adalah berupa informasi atau data empirik yang bersumber dari buku-buku, jurnal,
hasil laporan penelitian resmi maupun ilmiah dan literatur lain yang mendukung
23
menyerap begitu saja semua informasi “pengetahuan” dalam bahan bacaan
mendalam bahan bacaan yang memungkinkan akan menemukan ide-ide baru yang
bahan penelitian boleh dikatakan tahap yang paling penting dan barang kali juga
kepustakaan.
Kerena pada akhirnya seluruh bahan yang telah dibaca harus ditarik
bahan yang telah dibaca kemudian diolah atau dianalisis untuk mendapatkan suatu
yang terdapat dalam buku Experience and Education karya John Dewey.
Sebab sumber data maupun hasil penelitian dalam penelitian kepustakaan (library
24
data), data bersifat deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka), lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya batas
yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, dan
desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan
data).6 Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa penulis menekankan akan
kualitatif
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
mungkin lebih besar daripada sumber daya mereka dan keterampilan dalam
bantuan kepada individu harus didasarkan pada asumsi bahwa orang akan
bertahan secara fisik dan psikologis jika mereka menerima bantuan yang dapat di
akses, praktis, dan kompeten secara budaya. Setelah darurat telah berlalu, upaya
masyarakat luas juga harus fokus pada upaya kolaboratif dipembangunan kembali.
bagi individu lain dan menjaga keadaan alam sekitar. Situasi stres tidak terbatas
pada keadaan darurat tiba-tiba. Banyak orang, karena keanggotaan mereka dalam
kelompok tertindas dan terpinggirkan, yang mengalami stres tanpa henti yang
26
mungkin terus melalui hidup mereka. Konselor berupaya memberikan bantuan
komunitas. yang lain. Yang menjadi perbedaan hanyalah sumber data atau
untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.7
Penulis dalam penelitian ini akan menggali makna dari informasi atau data
empirik yang didapat dari buku-buku, hasil laporan penelitian ilmiah atau pun
library research. Maka sumber data bersifat kepustakaan atau berasal dari berbagai
literatur, di antaranya buku, jurnal, surat kabar, dokumen pribadi dan lain
sebagainya. Untuk lebih jelasnya, maka sumber data dalam penelitian ini
dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder, dengan uraian sebagai
berikut: 1. Sumber Primer Sumber primer adalah sumber data pokok yang
dalam penelitian ini adalah buku yang menjadi objek dalam penelitian ini, yakni
buku berjudul Experience and Education karya John Dewey. Penulis memilih
buku ini karena ada beberapa alasan. Pertama, penulis ingin mengungkapkan
konsep pendidikan berbasis pengalaman yang ada dalam buku ini. Kedua, penulis
27
pengalaman sama sekali tidak tersentuh dalam pelaksanaan pembelajaran. Padahal
pengalaman memiliki pengaruh pada cara pandang, cara berpikir, daya tangkap
terhadap materi yang diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik. Atas alasan
pengumpulan data yaitu berupa cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan dan menggali data yang bersumber dari sumber data primer dan
sumber data sekunder. Oleh karena sumber data berupa data data tertulis, maka
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti catatan peristiwa yang sudah
berlalu yang bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.11 Atau dengan kata lain, dokumen adalah tulisan, gambar atau karya-
karya yang monumental yang berisi suatu ide tertentu. Atau gampangnya adalah
suatu pikiran atau gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar maupun
dalam bentuk karya yang lain. Kemudian, teknik dokumentasi adalah suatu cara
yang dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda,
suatu pemikiran, ide atau pun gagasan dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk
pengumpulan data dengan cara dokumentasi karena jenis penelitian ini adalah
28
data empirik yang primer maupun sekunder berasal dari buku-buku, dokumen-
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data primer atau sumber
utama adalah berasal dari buku Experience and Education karya John Dewey.
menggali data dari buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dalam teknik dokumentasi ini, penulis akan menerapkan beberapa langkah, yaitu
sebagai berikut:
berikut:
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Dari
cara penelitian dengan tahapan tertentu untuk mengambil inti dari suatu
29
gagasan maupun informasi yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan.
literatur dalam bentuk yang lain. Dalam hal ini, penulis menggunakan
analisis konten ini untuk dapat memahami konten atau isi buku Experience
a. Unitizing (peng-unit-an).
b. Sampling (pe-nyamling-an).
c. Recording/coding (perekaman/koding).
30
hipotesis, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang hingga
buku Experience and Education karya John Dewey. Dalam arti setelah
buku Experience and Education karya John Dewey yang telah didapat
31
C. Riset Perpusatakaan Tentang Bencana Alam
konselor memiliki peranan penting untuk membantu korban yang selamat dari
korban bencana yang mengalami trauma atau situasi krisis. Peran konselor yaitu
1. Play Therapy
kemampuan koping terhadap stres masih terbatas sehingga jika trauma psikis
emosional (Kaplan, dkk, 1997). Oleh karena itu, anak-anak perlu dibantu untuk
Association for Play Therapy adalah “process where in trainer play therapists use
32
therapy menjadi salah satu alternatif penanganan yang cukup efektif untuk
dkk, 2016). Menurut The Association for Play Therapy(dalam Nawangsih, 2014),
Permainan adalah salah satu cara untuk menarik anak agar bisa terlibat dalam
pilihan permainan yang dapat memancing anak untuk dapat terus terlibat dalam
bahwa anak sedang melakukan kerja keras dan menunjukkan kemajuan. Berpikir
kreatif.
persoalan anak bisa tercapai. Permainan memberikan peluang yang besar bagi
anak untuk mengembangkan kemampuan diri untuk berpikir kreatif atas persoalan
tekanan emosi yang dialaminya dengan lebih bebas, sehingga anak-anak bisa
tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa beban mental. Abreaction. Dalam
kesulitan yang pernah dialami secara simbolis dengan ekspresi emosi yang lebih
33
tepat. Role playing. Anak dapat mempraktekkan berbagai tingkah laku yang baru
yang mendalam atas kesulitan dan ketakutan yang dialaminya dengan kiasan yang
mewujudkan aktualisasi diri dan tumbuh semakin dekat dengan orang lain
disekitarnya. Anak dapat mengenal cinta dan perhatian yang positif terhadap
hati ini mereka bisa tertawa dan mempunyai waktu yang menyenangkan di tempat
mainan, seni dan media bermain lainnya mereka akan menemukan berbagai
2. Penenangan
34
Bencana alam menyisahkan luka yang mendalam bagi korban yang selamat
yang mencekam, rasa cemas yang tinggi, stres, kecemasan neuratik, dan trauma
yang mendalam kepada korban yang selamat setelah terjadinya bencana, sehingga
menghilangkan rasa cemas yang dialami oleh korban.Ada dua teknik penenangan
yang dapat diberikan kepada korban yaitu: Relaksasi, yaitu merupakan teknik
yang bertujuan untuk membantu korban yang mengalami ketegangan psikis agar
mengubah tingkah laku melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari
Manthei, dan Small, 1985). Teknik penenangan merupakan suatu teknik intervensi
dalam konseling yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu korban agar
menjadi lebih relaks. Kondisi releks adalaah kondisi dimana korban dalam
keadaan tenang dan dalam suasana emosi yang tenang (Sutarjo, Arum, & Suarni,
satu teknik yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi trauma yang dialami
35
Peristiwa bencana alam merupakan salah satu penyebab munculnya krisis bagi
menyisakan trauma bagi penduduk sekitar lereng gunung merapi. Trauma gempa
dan pekerjaan. Kondisi batin mereka sedih, hancur dan khawatir akan terjadinya
gempa. Gunung merapi seolah sedang jadi "lakon". Gunung yang mempunyai
ketinggian 2968 m dari permukaan laut dan terletak lebih kurang 25 km dari
Yogyakarta itu, belakangan memang tak pernah absen menghiasi hampir semua
media, cetak maupun elektronik. Sekian ribu nyawa melayang dalam sedetik.
Sekian rumah roboh dan luluh lantak. Orang-orang tahu pahit getirnya musibah
bencana alam. Sementara itu ribuan pengungsi kebingungan. Mereka baru saja
Data sementara jumlah siswa yang meninggal akibat bencana gempa bumi di
Klaten mencapai 49 orang dan guru meninggal sebanyak 15 orang. Namun jumlah
tersebut kemungkinan bisa bertambah karena Dinas P dan K Klaten masih terus
Korban gempa lain, meninggal tujuh orang korban gempa akibat tetanus.
36
Sudah sebulan awan panas mengancam Yogyakarta. Masyarakat takut
terhadap luncuran awan panas (weddus gembel) yang terlihat seperti menuju
kampung mereka. Luncuran awan panas yang terjadi, dilaporkan sudah mencapai
awan panas skala besar tidak akan terjadi, mengingat adanya cekungan di puncak
Merapi sebagai penahan. Sejak pukul 13:00, terjadi beberapa kali luncuran awan
panas yang cukup jauh ke arah Kali Gendol. Jaraknya mencapai enam kilometer
ketakutan, lava pijar dan awan panas yang mengarah ke Kali Gendol tampak
mengungsi sekarang ikut mengungsi,'' kata Komandan SAR Klaten, Drs. Anang
Widayaka, di Ngemplakseneng.(16-Juni-2006).
berupa materi saja. Kebutuhan rasa aman sama pentingnya dengan bantuan dana
didampingi saat korban mencari jalan keluar dari bencana penting dilakukan.
Salah satu cara membantu korban dengan memberikan konseling pasca bencana
butuh menata masa depan yang tak menentu akibat lingkungan baru. Banyak
orang yang kehilangan, dan hancur semangatnya ketika orang dekat mereka
37
meninggal. Upaya konseling singkat berfokus pada solusi menjadi alternative
menolong orang-orang yang cemas dan penuh rasa takut ditengah bencana.
kehilangan keluarga dan harta benda yang mereka cintai. Konselor mesti
Ketakutan yang tengah menimpa jiwa mereka dan bersikap empatik atas
solusi. Konselor segera mengalihkan pada upaya solusi yang akan dilakukan oleh
situasi sulit. Misalnya, bagaimana korban akan terus eksis di saat kehilangan
orang tua mereka? Upaya apa yang akan di tempuh untuk meneruskan pendidikan
mereka? Dan langkah apa yang akan dilakukan saat ini mengatasi kesedihannya?
Dengan kolaborasi antara korban dan konselor, akan mempercepat upaya bangkit
dari kegelisahan.
untuk tinggal di tempat baru yang lebih aman dari sasaran weddus gembel atau
hujan debu. Dengan menemukan insight (pengetahuan) pada diri korban bencana,
38
akan meringankan beban mereka dari keputus asaan. Para korban akan tegak
berdiri menerima realitas mereka yang kehlangan sanak saudara dan rmah serta
pekerjaan. Para korban menemukan cara untuk melanjutkan hdup yang telah
Bagaimana pun, bencana dapat terjadi dimana saja, baik di pesisir pantai atau
39
BAB V
KESIMPULAN
1. Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai
pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas.
dan
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Laporan Hasil Penelitian PTSD di Jawa Tengah. Badan Litbang
Propinsi Jawa Tengah.
BNPB.go.id. 2018. Tsunami Terjang Pantai Palu, Penanganan Darurat Tersu
dilakukan. (Online) https://bnpb.go.id/tsunami-terjang-pantai-palu-
penanganan-darurat-terus-dilakukan. Diakses pada hari Senin taggal 01
Oktober 2018.
41
Everly, G.S., Flannery, R.B., & Mitchell, J.T. 1994. Critical incident stress
management (CISM): A methodological review. Aggression and Violent
Behavior. A Review Journal, In Press.
Munro, E.A., Manthei, R.J., & Small, J.J. 1985. Penyuluhan (Counselling): Suatu
pendekatan berdasarkan keterampilan. Alih Bahasa: Amti, E. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Nawangsih, E. 2014. Play Therapy Untuk anak-anak Korban Bencana Alam yang
Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD). Psympathic,
Jurnal Ilmiah Psikologi. 1 (2) : 164 – 178.
Pataki, G.E., Stone, J.L., & Leviness, J. 2000. Crisis Counseling Guide to
Children and Families in Disaster. Now York: Office of Mental Healt.
42
Prayitno. 2013. Konseling Integritas. Padang. UNP Press.
Safitri, N., & Khairat, I. 2017. Konseling trauma oleh Ikatan Konselor Indonesia
(IKI) untuk korban bencana alam gempa bumi (studi di Kabupaten Pidie
Jaya). In Ifdil, I., Bolo Rangka, I., & Adiputra, S. (Eds). Seminar &
Workshop Nasional Bimbingan dan Konseling: Jambore Konseling 3
(pp.74-84). Pontianak: Ikatan Konselor Indonesia (IKI).
Sutarjo, Ipt., E., Arum, D., & Suarni, Ni., Kt. 2014. Efektivitas Teori Behavioral
Teknik Relaksasi dan Brain Gim untukMenurunkan Burnout Belajar pada
Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran
23/2014. E-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling. 2 (1) : -
43